Home » » Perih [080]

Perih [080]


Bandar Taruhan - Mas nginap ya di kamar Kiki?", tanya Mas Wahyu yang tadinya mengetuk pintu.
"Loh, mas bukannya dinas?", tanyaku.
"Enggak, tadi ada masalah sedikit, jadi mas minta ijin...", jawabnya.
Aku dan Mas Wahyu sudah kenal cukup lama, kamarnya di kost lantai bawah. Ceritanya panjang sehingga kami bisa berkenalan. Biasanya kalau dia sudah minta menginap, artinya ia minta jatah. Memang aku tidak pernah menolaknya, hubungan kami sudah berlanjut pada tahap pacaran, namun aku ada sedikit masalah. Mas Wahyu langsung saja masuk ke kamar, memang ia terlihat kusut, wajahnya terlihat capek, ia langsung saja mengambil handukku dan masuk ke kamar mandi. Ini sudah biasa, barangku juga barangnya dan barangnya juga barangku, kami sudah bagaikan pasangan suami istri.

Sudah lama Mas Wahyu tidak memberi kabar, rasa kangenku dengannya pun sudah sangat tebal. Namun sedikit rasa khawatir di benakku karena tanpa sepengetahuan Mas Wahyu, aku selalu memenuhi nafsu bejat teman kost ku. Dua pria bejat yang selalu meminta jatah itu terus mengancamku akan melaporkan perbuatanku serta mengupload video-video mesum baik hasil perbuatan mereka terhadapku maupun video lama ketika mereka mengintipku bercinta dengan Mas Wahyu. Aku pun membuatkan kopi manis hangat untuk Mas Wahyu. Semoga malam ini lancar, Mas Wahyu bisa menemaniku sehingga dua pria bernama Candra dan Dwi itu tidak berniat menggangguku lagi.

Mas Wahyu yang bertubuh kekar dan tegap itu pun terlihat senang mencicipi kopi buatanku. Malam itu kami lewati dengan bercerita, sungguh indah bisa berbincang ria dengan pujaan hati. Hingga kami tidak tersadar mengarah pada pembicaraan yang sedikit jorok. Aku rasa Mas Wahyu pun sudah tidak sabar untuk melakukan hubungan intim denganku. Ia terlihat nafsuan, langsung saja ia memelukku dan menciumi bibirku dengan lembut.
"Dirimu harum sekali...", puji Mas Wahyu.
Ia membelai rambutku yang panjang dengan lembutnya. Sangat-sangat romantis ia memperlakukanku. Jilatan di daun telinga dan leherku itu membuat diriku terbang. Aku mulai terangsang. Mas Wahyu tidak seperti pria lain yang menggagahiku secara brutal. Aku merindukan percintaan seperti ini, layaknya sepasang kekasih, tanpa paksaan.

Maafkan aku Mas Wahyu karena tidak pernah jujur padamu. Aku telah menyembunyikan semua ini demi hubungan kita. Aku tidak tahu malam ini bakal menjadi becana bagi kita. Namun aku sangat bersyukur bisa jatuh hati padamu. Badan tegap, gagah dan berotot Mas Wahyu benar-benar membangkitkan adrenalinku. Ku pegangi penisnya yang besar penuh dengan urat itu lalu kukocoki perlahan. Mas Wahyu memegangi kepalaku, setelah beberapa saat aku mengocok penisnya, ia ingin aku menyepongi penisnya. Penis besar itu pun masuk ke mulutku, ku sedoti perlahan dan kujilati. Kumainkan lidahku untuk memberikan service spesial kepada Mas Wahyu. Permainan mulai memanas ketika Mas Wahyu menahanku karena ia merasa penisnya akan berejakulasi setelah sekian lama ku sepong. Ia memelukku untuk menahan hasratnya. Kami berciuman sambil berpelukan di atas ranjang. Istirahat dirasa cukup, Mas Wahyu lalu menindihku, ia lalu mulai membuka pahaku, dan diarahkannya penis besarnya ke lubang vaginaku.
"I love you...", bisik Mas Wahyu.
Aku juga mencintainya, semoga hubungan kami dapat berlangsung hingga ke tahap yang lebih serius.

Percintaan kami berlangsung sangat lama. Sudah tengah malam, Mas Wahyu yang sudah hampir lima kali berejakulasi tetap kuat karena ia selalu menahannya. Ketika hampir mencapai puncak, ia langsung menahan penisnya, lalu kembali menciumiku hingga klimaks itu tidak terjadi, dan ketika berangsur tenang, ia pun kembali menggenjotiku. Berbagai gaya ia peragakan. Aku sangat menikmatinya, Mas Wahyu sangat bisa memuaskanku. Hingga Mas Wahyu lelah dan tak mampu lagi menahan gejolak itu lagi. Mas Wahyu terkapar kelelahan di sampingku, ia tampak puas menikmatiku malam ini. Ku selimuti Mas Wahyu yang bugil itu, biarlah Mas Wahyu beristirahat. Aku pun mulai membersihkan bagian vaginaku yang sedikit meneteskan sisa-sisa sperma. Baru saja selesai membersihkan tubuhku ini tiba-tiba saja ku dengar suara getar HP. Aku memang selalu hanya mengaktifkan mode getar jika ingin tidur agar tidak mengganggu. Namun malam selarut ini, siapa gerangan yang mencariku. Getarannya ternyata hanya sebentar saja, mungkin orang iseng yang miscall.

Ku cek handphone-ku ternyata itu nomor Candra, pria mesum yang juga kost di sini. Sial, apa yang ia inginkan di malam begini. Apa dia minta jatah lagi? Apa aku harus lapor Mas Wahyu? Bagaimana kalau ketahuan Mas Wahyu?
'Sekarang ke kamar ku dong', tiba-tiba sms masuk. Itu dari Candra, apa dia tidak tahu Mas Wahyu ada di sini? 'Maaf mas, jangan malam ini', balasku. 'Lu pikir gue ga tau?', balasnya. 'Mohon maaf mas, lain kali saja', pintaku. Candra terus mengirimkan sms, bahkan dengan nada yang mengancam. 'Gue tau polisi itu ada di kamarmu kan?!', 'Kalau ga ke sini, besok gue sebarin video kalian'.
Aku entah harus berbuat apa, aku sangat takut ancamannya. Selain menjadi aib bagiku, aku juga tidak mungkin mempertaruhkan pekerjaan Mas Wahyu. Ku lihat Mas Wahyu sudah terlelap, maafkan aku mas, aku harus ke kamar Candra atau dia akan menyebarkan video kita yang dahulu direkamnya secara diam-diam. Aku segera berpakaian dan meninggalkan kamarku. Mas Wahyu masih pulas, aku bukan mengkhianatinya, namun ini sangatlah terpaksa.

"Hehehe, gadis pintar...", ujar Candra ketika membukakan pintu untukku.
Aku terpaksa melayaninya tengah malam begini.
"Jangan lama mas, Kiki capek...", pintaku.
"Tahu sayang....", jawabnya sambil menarikku langsung ke kasurnya.
"Mas tahu kok tadi Kiki sayang lagi service pak polisi kan?...", sambungnya.
Aku tidak mau menjawabnya. Senyumnya terlihat benar-benar mengesalkan. Muka mesum yang sangat memuakkan. Aku pun ingin cepat mengakhiri malam ini, segera ku buka pakaian ku. Walaupun aku masih terasa capek karena barusan bersama Mas Wahyu, aku harus kembali melayani orang lain yang bukanlah pacarku. Candra ikut membuka bajunya, tubuh kerempengnya terlihat menjijikkan. Namun penisnya begitu besar, terpampang jelas ketika ia membuka semua pakaiannya. "Yuks biar cepat selesai...", ucap Candra yang juga khawatir kalau aku terlalu lama di dalam kamarnya.

Candra mulai menindihku. Ia juga sudah mulai menusukkan penisnya yang berlapis kondom ke arah vaginaku, setelah ia puas menciumi bibir dan payudaraku.
"Kiki sayang tetap manis...", katanya. "Kalau pacar Kiki bosan, biar sama Mas Candra saja ya...", katanya dengan senyum serigalanya.
Aku sama sekali tidak mau menatapnya, mataku ku pejamkan, aku membiarkan Candra menikmatiku semaunya. Dari menciumi bibir, leher, dan juga susuku, ia juga terus menggenjotku. Beberapa menit, hingga ia bosan gaya itu lalu mengganti posisi. Membayangkannya saja aku sudah jijik. Pria krebo kurus berkacamata yang berwajah benar-benar mesum itu membuatku eneg. Perawakan yang hampir mirip dengan artis Rizky Mocil. Namum masih gantengan artis itu daripada Candra yang benar-benar tidak nyaman dipandang mata. Senyum mesum nya benar-benar memuakkan. Aku berharap bisa cepat menyelesaikan semua ini.

Aku tahu ini semua ini bakal menjadi petaka. Aku sudah mewanti-wantinya, karena kecemasanku pun menjadi nyata. Kejadian itu sangat memukulku. Aku benar-benar memgecewakan Mas Wahyu, juga orang tuaku yang jauh di kampung sana. Aku sungguh malu. Aku juga telah mempertaruhkan masa depan kami, hubunganku dengan Mas Wahyu, serta pekerjaannya. Di mulai dari malam panjang yang terjadi di malam itu. Aku masih terus memikirkannya. Tetesan air mata tidak berhenti mengalir dari mataku. Candra terus menggenjotku. Yang tadinya menindihku, kini ia mengangkat posisiku, dari yang tadi membuka kedua pahaku dengan lebar, ia kini menelungkupkanku dan menarik bokongku. Candra menyodokiku dari arah membelakangiku. Aku lelah, aku tak mampu menahan tubuhku, aku membiarkan tubuhku lunglai begitu saja. Candra menahan bokongku agar ia mudah menyetubuhiku. Candra sangat bringas karena sesekali ia menampar-nampar pantatku. Sedih rasa hatiku telah mengkhianati Mas Wahyu. Aku hanya mencoba tegar.

"Thanks ya say...", ucap Candra setelah mengejang dan menyemprotkan spermanya dari penis berbalut kondomnya itu.
"Ooh, dirimu masih nikmat tiap hari...", ucapnya yang membuatku jijik.
Air mataku menetes, aku bagai sampah. Aku ini gadis baik-baik, kenapa harus diperlakukan bagai wanita murahan seperti ini.
"Tidak pernah bosan aku menikmati tubuhmu setiap hari...", katanya yang membuatku semakin sedih.
Aku tidak mau mendengar lagi, aku cukup lelah, segera aku berpakaian dan meninggalkan kamar Candra, tanpa mau membalikkan wajah untuk melihat muka mesumnya itu.

Aku mendapatkan berita bahwa Mas Wahyu dipecat secara tidak hormat dari pekerjaannya. Aku sudah tahu tidak beres. Cepat-cepat setelah mengetahui semua itu, aku pun segera pergi dari kota ini. Sekolahku berantakan, aku kabur dari segala aib memalukan ini.
"Eits, mau ke mana?", tiba-tiba ada yang menarik tanganku.
Sial, tidak jauh meninggalkan kamar Candra, aku tidak sadar harus lewat depan kamar Dwi. Pikiranku kacau, aku hanya terus mengusap air mataku dan tanpa sadar Dwi mengetahui aku baru lewat depan kamarnya.
"Jangaann mas...", kataku.
"Gak apa-apa, bentar aja...", pintanya dan menarikku masuk ke kamarnya.
"Jangan mas, Kiki benar-benar capek", kataku.
Dwi tidak mau mengerti, ia segera mengunci pintu setelah menarikku masuk.

"Aku tahu kamu baru melayani Candra..", katanya.
"Gak apa-apa Kiki cukup sepongin mas aja malam ini...", katanya.
Sial sekali, aku sudah lelah, mungkin ini sudah dini hari, aku masih dipaksa melayani satu pria. Dwi tidak mau tahu, langsung saja ia membuka celananya dan menarikku dekat ke arahnya. Dwi duduk di ranjang, aku dipaksa berlutut di depannya. Kepalaku diarahkan ke tengah selangkangannya. Penisnya bau pesing, Dwi menarik kepalaku untuk menyepong penisnya itu. Dengan sangat terpaksa aku melayaninya agar aku bisa cepat menyudahi semua ini.
"Mas gak minta macam-macam kok...", katanya.
Dwi adalah teman baiknya Candra. Ia mempunyai video copyan dari Candra untuk mengancamku, bahkan ia pernah merekam video hubungan aku dengan Candra. Aku terpaksa hampir setiap hari melayani dua pria cabul ini. Berbeda dengan Candra, Dwi bertubuh gempal, kalau dia berjalan dengan Candra, mereka terlihat seperti pasangan 1-0.

"Gue susah tidur, biasanya kocok sendiri biar capek dan ngantuk, eh kebetulan tengah malam gini lihat Kiki lewat pula...", katanya.
Aku tidak mau tahu, aku fokus menyepongnya, biar dia segera ejakulasi. Ku kulum-kulum penisnya, serta kujilat-jilati. Jembutnya pun bau. Bisa muntah aku menciuminya. Aku sangat khawatir kalau Mas Wahyu terbangun dan mengetahuiku tidak berada di tempat. Ku percepat irama kulumanku, Dwi menjambak rambutku, ia sangat menikmatinya, bahkan sesekali ia menjepitkan pahanya di kepalaku.
"Ooh mantap say...", katanya yang mulai berkejang setelah beberapa menit ku percepat kuluman dibantu dengan tanganku untuk mengocok penisnya.
"Nikmat...", desahnya lalu menahan kepalaku dengan tangannya.
Ia menusukkan penisnya lebih dalam ke dalam kekerongkonganku, Dwi berejakulasi di dalam mulutku. Ia menahannya, ia memaksaku menelan spermanya itu. Dwi terlihat puas menyemprotkan spermanya, kudengar ia mendesah nikmat.

Aku tidak bisa lagi di sini, aku segera bangkit sambil membersihkan bibirku, tanpa pamit aku pun segera meninggalkan kamar Dwi itu. Dwi terlihat seperti babi malas, setelah berejakulasi langsung saja merobohkan badannya untuk berstirahat. Syukurlah, Mas Wahyu masih tertidur pulas di kasur. Aku pun kembali tidur di sebelahnya, seolah tidak terjadi apa-apa, walaupun badan ini terasa remuk. Ku kemas bajuku segera. Beberapa barang besar tidak sempat lagi aku bawa. Aku hanya bisa membawa pakaian dan beberapa perlengkapan untuk meninggalkan tempat kost ini. Berusahanya mencari kost lain, bahkan kalau bisa di kota lain. Sebelum semua masalah semakin runyam. Ternyata malam itu, Mas Wahyu mengetahui kepergianku dari kamar, ia membuntutiku secara diam-diam. Ia akhirnya malam itu mengetahui bahwa aku selalu dipakai oleh Candra dan Dwi. Namun malam itu ia pura-pura tidak tahu. Namun keesokan harinya aku tahu setelah ia memaharahiku, ia meminta putus, namun semua telah terlambat.

Sebelum ia memutuskanku, ternyata Mas Wahyu mendatangi Candra dan Dwi. Aku mengetahuinya setelah itu, Candra dan Dwi terlihat babak belur, mereka memandangiku dengan wajah yang sangat marah, namun mereka tidak berkata apa-apa. Hari itu naas, mereka pun menyebar video kami di internet. Mas Wahyu dipecat, hubungan kami putus, dan semua pria yang sewa kost di sini memandangiku dengan wajah mesum. Aku terpaksa pergi dari sini, aku tidak mau menjadi boneka lagi.

Share this article :

0 comments:

Post a Comment

Join Us on Facebook

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. hotceritasex - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger