Home » » Kisah Artis Yang Malang [037]

Kisah Artis Yang Malang [037]


Bandar Taruhan - Malam yang indah, aku dan Pak Gunawan mendapat pelayanan dari seorang narapidana wanita yang bertoket gede. Tidak sia-sia aku dimutasi ke rutan ini, ternyata membawa nikmat yang tiada tara. Namaku Wahyu, aku sekarang bertugas menjaga di rutan (tidak bisa ku sebutkan namanya). Sejak dekat dengan Pak Gunawan, aku sering ditraktir 'jajan' bahkan bukan jajan di luar, kami sering memanfaatkan tahanan wanita di sini. Pak Gunawan ada seorang kepala sipir di sini. Dan yang membuat aku senang kali ini adalah karena salah satu narapidana baru kita adalah seorang artis bertoket besar berwajah cantik.

"Masih ingat cerita ku dulu yu?", tanya Pak Gunawan padaku mengenai ceritanya dahulu tentang narapidana artis yang sempat Pak Gunawan kerjai.
"Iya pak, gadis remaja yang katanya tersandung narkoba, terus melahirkan setelah keluar dari penjara?", jawabku menegaskan bahwa aku masih ingat.
"Kamu mau gak dapat service dari artis?", tanya Pak Gunawan menantangku.
"Wah, kalau gratis sih kenapa enggak pak?", jawabku karena pikir membayar artis pasti cukup mahal dan bisa membuat dompetku tekor.
"Jadi kamu berani?", tanya Pak Gunawan.
"Tadi pagi kita ada narapidana baru, seorang artis yang cukup ternama, dia cuma tiga bulan di sini, jadi kalau kamu mau, kamu bawa ke sini dulu", kata Pak Gunawan.
Astaga, beruntungnya diriku, bisa dilayani artis sih pasti tak bakal nyesel. Pak Gunawan pun kemudian menjelaskan semuanya, nama artis itu cukup terkenal, dia sering main di film horor, selain itu dia juga seorang pedangdut. Peraturannya, kami hanya boleh merabanya, jika dia berkenan maka kami boleh memintanya menyepong kami, asal jangan bersetubuh saja.

"Hei kamu, sini!", panggilku setelah membuka pintu sel.
Artis cantik yang mengenakan seragam narapidana itu pun kemudian bangkit dan menuju ke pintu sel.
"Ada apa pak? Apa saya dibebaskan?", tanya narapidana itu.
"Ikuti saja saya", sambil memegang tangannya lalu ku borgol dan ku bawa ke arah ruangan kepala sipir, tak lupa aku mengunci kembali sel itu, beberapa narapidana wanita hanya melihat-lihat curiga.
"Malam pak", sapaku sambil mengetuk pintu.
"Ya, masuk!", perintah Pak Gunawan dari dalam ruangan.
Aku pun membuka pintu dan membawa narapidana itu bersama ku menuju ke dalam ruangan. "Narapidana baru ya?", tanya Pak Gunawan.
Narapidana itu hanya diam dan menundukkan wajahnya ke bawah.
"Napi sini harus mengikuti peraturan di sini, soalnya sudah terlalu banyak napi yang berbuat tidak-tidak dan melanggar aturan di sini", kata Pak Gunawan.
"Pak Wahyu, tolong kamu periksa napi ini, takut dia menyembunyikan sesuatu", kata Pak Gunawan memerintahkanku untuk mengeledah narapidana ini.
"Tunggu, saya aman, saya tidak membawa apa-apa", kata napi itu.

Aku pun langsung mengambil kesempatan walaupun napi ini sedikit berontak. Ku raba semua tubuhnya pura-pura seperti menggeledah penjahat. Dari atas sampai ke bawah ku pegangi, napi yang masih terborgol tangannya ini memberontak antara geli dan tidak terima diperlakukan begini.
"Woi! Jangan kurang ajar ya!!", teriak napi itu ketika ku remas pantatnya sembari menggeledah. Tidak aku hiraukan, dari bokong ke bawah hingga ke bawah kaki, kembali ke paha ku geledah, naik lagi kembali ke pantat, kemudian punggung, dan tak lupa payudara nya yang besar ku raba.
"Sialan! Kalian tidak tahu saya siapa?!", teriak napi ini ketika payudaranya kuremas.
"Siapa? Kamu cuma napi di sini, bukan siapa-siapa", jawab Pak Gunawan.
"Ucapan kasarmu itu sebuah tanda kamu melawan aturan", sambung Pak Gunawan.
"Saya bisa tuntut kalian!", ancam napi cantik ini.
"Pak Wahyu, periksa dengan teliti, napi ini menunjukkan gerak-gerik tidak baik", perintah Pak Gunawan.
'Srettttt' suara resleting terbuka. Ku buka seragam napi yang penguncinya menggunakan resleting, "Apa-apaan ini?!", teriak napi itu.
"Pemeriksaan menyeluruh", lanjut Pak Gunawan.
Seragamnya hanya terbuka setengah karena tangan masih terborgol, namun sudah lumayan bagiku untuk mengintip payudara besarnya yang berbalut bra hitam.

Payudaranya besar sekali, aku segera merabanya dan bahkan tanganku ku selipi ke dalamnya hingga menyentuh putingnya, kuremas-remas walaupun napi ini terus berontak dan memaki-maki ku.
"Sialan kalian! Jahanam!!!", teriaknya.
"Bagian atas aman pak", laporku setelah puas memegang susu besar napi itu.
"Coba periksa bagian bawah!", perintah Pak Gunawan.
"Tunggu! Jangan!!!", napi itu coba menghentikanku.
"Apa mau kalian?!", tanya napi cantik itu yang mulai pucat.
Ia coba bernegosiasi agar kami tidak menyentuh bagian bawahnya,
"Saya bisa kasih kalian uang, tapi jangan perlakukan saya begini", pinta napi cantik ini.
"Kami ini petugas, kami melakukan tugas-tugas kami, menggeledah adalah sebagian tugas kami", kata Pak Gunawan.
"Tapi bukan begini caranya! Kalian punya petugas wanita, kenapa harus pria yang menggeledahku?!", protes napi itu.
"Loh, ini aturan tersendiri kami, kamu mau ikut atau enggak?", tantang Pak Gunawan.
"Jadi, apa mau kalian?", tanya napi itu.

Otakku sudah mutar-mutar membayangkan apa yang terjadi. Penisku pun sudah mengeras dari tadi. Entah apa yang akan diminta sama Pak Gunawan lagi. Napi ini bakal habis-habisan dikerjai.
"Kami bisa menjadi sahabatmu dan membantumu", tawar Pak Gunawan agar napi ini setuju.
"Jangan meminta yang aneh!", suara lantak dari napi cantik itu.
"Pak Wahyu tolong kamu periksa lagi", perintah Pak Gunawan.
"Tunggu! Sekarang katakan apa mau kalian?!", tanya napi itu yang sudah mulai gemetaran.
"Kami ingin melihat tubuhmu", kata Pak Gunawan,
"Kami ingin memastikan tubuhmu bersih tanpa ada disembunyikan senjata", lanjut Pak Gunawan. "Dasar bejat!", napi itu marah namun dia tidak bisa berbuat apa-apa.
"Begini saja, kalau kamu keberatan bagian bawah, cukup bagian atas saja yang ingin kami lihat untuk pemeriksaan", Pak Gunawan memberikan penawaran yang lebih ringan.
Artis yang menjadi napi itu terdiam, ia tertunduk saja, badannya terlihat gemetaran.
"Diam berarti setuju... Daripada harus kami paksa...", kata Pak Gunawan.
"Tunggu, aku ingin membuat kesepakatan!!", tantang artis itu yang mulai berani kembali melawan. "Apa?", tanya Pak Gunawan.
"Kalian boleh melihatnya, tapi jangan menyentuh! Cukup bagian atas!!!", tegas napi itu.
"Ah, masa cuma segitu sih?", balas Pak Gunawan.
"Kalau begitu, tolong panggilkan pengacara saya!!", napi itu mencoba melawan. Susu nya masih terlihat seperti mau tumpah, penisku kencang sekali, baru hari ini aku sedekat ini dengan seorang artis papan atas.
"Apa? Saya tidak dengar...", olok Pak Gunawan.
"Pak Wahyu, ingat kemarin ada napi yang dikerjain sesama napi?", tanya Pak Gunawan.

Sepertinya itu cara Pak Gunawan untuk mengancam sang napi.
"Kami tidak bisa memberikan kalian proteksi lebih, sulit bagi kami memeriksa satu sel ke sel lainnya", kata Pak Gunawan.
"Oke! Oke! Begini saja, saya ingin kalian membantu kasusku, saya punya dendam dengan seorang yang menjebloskanku", kata artis itu.
"Kita ini sahabat, kamu bisa sampaikan keluhanmu, siapa tahu kami bisa bantu", kata Pak Gunawan.
Mulai dari sana lah artis itu mulai terbuka, ia sepertinya curhat mengenai masalahnya. Dari sana pula aku dengar gosip-gosip artis. Skip skip, selesai cerita dan mengutarakan kemauannya, rencana kami pun mulai dijalankan.
"Jangan kasar ya...", pinta napi itu.
Aku pun mulai menarik ke bawah bra yang dikenakannya hingga susunya mencuat keluar. Terlihat mata Pak Gunawan melotot melihat indahnya toket gede milik napi ini. Putingnya sudah menghitam namun susu putihnya membuat tampilannya merangsang. Pak Gunawan pun kemudian berdiri dan mendekati napi ini, ya, dia mau menjadi yang pertama menikmatinya sebelum aku. Pak Gunawan mulai mengenyot susu napi itu, "Ah...", desah napi yang masih terborgol tangannya itu. Nampak Pak Gunawan sangat menikmatinya, sungguh segar bisa menikmati susu milik artis. Aku pun sudah tak sabar menunggu giliran. Sambil melihat aku hanya bisa meremas-remas penisku dari luar celana.

Tak tahan melihat aksi yang cukup lama itu, aku pun kemudian terpaksa menurunkan resletingku dan mengeluarkan penisku untuk ku kocok. Sambil melihat Pak Gunawan yang masih menyedoti susu napi itu, aku pun mengocok penisku.
"Loh, kok gak sabar sih?", tanya Pak Gunawan melihatku demikian.
"Sini, minta si cantik ini kocokkan", kata Pak Gunawan.
Aku pun mendekati napi itu, sambil dikenyot susunya, napi itu pun memegang penisku yang mengeras. Ia mencoba mengocok penisku dengan cepat, mungkin maksudnya agar aku cepat-cepat berejakulasi sehingga aku tidak akan melakukan hal yang lebih lagi. Beberapa menit kemudian, Pak Gunawan terlihat bosan menikmati susu besar napi itu. Ia menghentikannya lalu membuka resletingnya dan juga mengeluarkan penisnya.
"Tolong sepongin dong", pinta Pak Gunawan sambil menekan kepala napi itu turun dan berjongkok di depannya.
Kini gadis itu berjongkok di antara kami, satu tangannya mengocok penisku, satu tanganya memegang penis Pak Gunawan untuk membantunya menyepong. Terlihat wajah Pak Gunawan menahan nikmat. Sepertinya sedap sekali, aku juga menginginkannya, tapi sedikit malu aku mengutarakannya, semoga saja napi ini mengerti kemauanku.

Cukup lama menyepong penis Pak Gunawan, gadis itu mulai terlihat lelah, ia menghentikan sepongannya dan hanya mengocok penis Pak Gunawan dengan tangan. Kesempatan itu aku gunakan untuk memegangi wajahnya untuk mengarahkannya ke penisku. Napi itu pun kemudian memasukkan penisku ke mulutnya, aduh nikmat sekali, penisku dikulumnya. Astaga, sesuatu yang tidak dapat kubayangkan lagi, penisku disedot oleh seorang artis yang cantik. Maju mundur ia menjilati penisku, tak lupa juga ia bergantian untuk menikmati penis Pak Gunawan. Kadang-kadang ia pun memainkan penis kami dengan tangannya. "Ah...", terdengar desah nikmat Pak Gunawan di kehenigan malam. Cukup lama hingga aku dan Pak Gunawan berejakulasi bersamaan. Penis kami menyemprotkan sperma ke wajah napi itu. Kondisi sudah malam, kami tidak ingin lebih lama hingga dicurigai. Pak Gunawan mengambil tissue untuk napi itu membersihkan wajah dan mulutnya. Tak lupa aku menyedoti susu nya sebentar sebelum ku naikkan lagi bra nya dan ku tarik resletingnya.
Setelah semua rapi, aku kembali membawa napi ini ke sel nya. Di perjalanan napi ini kembali berbincang denganku, ia ingin semua ini dirahasiakan. Aku pasti merahasiakannya karena itu juga akan resiko sekali bagiku.

Agen Bola - Bandar Taruhan - Bandar Bola - Taruhan Bola - Judi Bola - Agen Sbobet - Agen Maxbet - Agen 368bet - Agen Cbo855 - Agen Sabung Ayam
Share this article :

0 comments:

Post a Comment

Join Us on Facebook

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. hotceritasex - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger