Home » » Complicated [078]

Complicated [078]


Bandar Taruhan - Naomi Tatsuno nama gadis cantik keturunan Jepang itu. Wajahnya cantik, mirip banget dengan personil AKB48. Sekarang dia sedang kuliah di sebuah universitas yang cukup ternama di kota ini. Ayahnya dinas di sini, perusahaan internasional dari Jepang yang membuka cabang di sini menunjuk ayahnya menjadi manager, sehingga Naomi terpaksa ikut ke sini. Ceritanya sangat panjang, hingga aku mengenal Naomi. Ketika galau melanda, aku bosan jajan di luar, maka aku mencari Naomi. Berkat si brengsek Bandi, aku mendapatkan bahan ancaman untuk bisa meminta Naomi melayaniku. Bandi adalah temanku, namun sang psiko itu telah mengecewakanku, ia kabur ke Jepang bersama gadis yang mulai aku dekati, Siti Fatimah namanya. Memang Bandi lebih kenal terlebih dahulu dengan Fatimah dibandingkan aku, namun dia tidak pernah cerita bahwa ia juga menyukai Fatimah.

Sang psiko itu dahulu mengajakku mengerjai Naomi. Sang psiko itu memang sangat membenci Jepang, aku juga tidak tahu mengapa ia kini pergi ke Jepang, namun pernah ia berkata bahwa suatu hari ingin membalaskan dendamnya. Malam ini aku bosan di kost-an, mau jajan di luar juga lagi bokek, lagian sudah sedikit bosan aku memakai cewek langgananku, Devi, PSK yang bekerja di tempat pijat-pijat milik Alex.
"Malam ini ke mana?", aku coba sms Naomi. "Ada tugas", jawabnya langsung.
Biasanya dia jarang tolak ajakan aku, karena ia tahu bahwa aku dan Bandi menyimpan rekaman ketika kami mengerjainya.
"Gue bosan nih, makan yuks...", ajakku.
"Ya udah, makan aja ya... Jangan lama, ada PR", jawabnya lagi.
Aku pun berangkat ke tujuan, seperti biasa Naomi menunggu di depan gerbang komplek rumahnya, ia tidak mau diketahui orang tuanya. Naomi merupakan budak seks bagiku, memang agak bosan kalau harus tiap malam makan sayur yang sama, kadang-kadang memang aku jajan di luar.

"Makan mana?", tanya Naomi yang masih tidak terlalu fasih berbahasa Indonesia.
"Cari yang murah aja ya, lagi bokek gue...", jawabku.
Aku pun membonceng Naomi dengan motor RX King pemberian Herman padaku.
"Tempat biasa aja, aku traktir", kata Naomi.
"Ya sudah...", jawabku lalu memacu gas lebih kencang karena perutku sudah keroncongan.
Tidak rugi bisa mengancam Naomi, selain bisa memanfaatkan tubuhnya untuk pelampiasan nafsu bejatku, ia juga sering mentraktirku makan. Mungkin semua itu ia lakukan agar aku bisa lunak dan menyerahkan video penyiksaan yang aku simpan itu. Habis makan kenyang, nafsu ngeseks ku pun meningkat.
"Yuk main ke kost sebentar...", ajakku setelah Naomi menyelesaikan pembayaran di kasir.
"Tapi...", bantahnya.
Setelah kupelototi, Naomi langsung diam, ia pun kemudian dengan terpaksa naik ke atas motor dan ku bonceng ke kost ku. Dalam perjalanan penisku sudah mengaceng kuat.
"Peluk yang erat dong...", pintaku.

Naomi berparas cantik, aku tidak akan malu kalau bawa dia jalan. Banyak cowok di kampusnya yang mengejar-ngejar dia, namun tidak ada satu pun pria yang bisa menaklukkan hatinya. Aku bisa bangga bisa membawanya jalan, bahkan menyetubuhinya, bukan karena cinta, melainkan karena ancaman.
"Masuk...", ajakku.
Naomi seperti ragu masuk ke kamar kost ku, namun ku tarik begitu saja lalu ku dorong tubuhnya jatuh di atas ranjang.
"Awas kalau teriak", ancamku agar Naomi tidak macam-macam, dan bisa melayaniku.
"Buka tuh pakaian lu!", perintahku setelah memastikan pintu terkunci.
Naomi dengan perlahan membuka baju dan celana nya, tampak terpaksa, namun apa boleh buat, ia harus menuruti kemauanku. Tubuhnya masih indah, benar-benar bagaikan artis, putih, seksi, hanya saja ada beberapa bekas memar, itu bekas siksaan kami, kasihan, dia belum sembuh sampai saat ini juga. Sedikit iba, namun nafsu ku telah memuncak dan membuyarkan semua rasa ibaku itu. Langsung saja ku buka pakaianku semua dan menindihnya. Layaknya pasangan suami istri, aku langsung saja memeluknya dan menciumi bibirnya,
"Harum banget lu hari ini...", pujiku.
Naomi tidak menjawab, ia hanya membalas ciumanku dengan terpaksa.

Puting susunya tidak begitu merah muda lagi, karena siksaan kami, putingnya mulai menghitam, wajar saja, aku juga sering mengenyot buah dadanya itu, segar sekali soalnya, putih selayaknya susu. Aku hanya tidak menyangka bisa menggagahi gadis Jepang cantik seperti ini. Primadona kampus yang kini hanya menjadi budak seks bagiku. Kulumat buah dadanya itu, kiri dan kanan, sungguh mengasyikkan, aroma tubuhnya sungguh harum. Menggagahinya saja aku selalu membayangkan sosok artis, karena mereka sangat mirip. Ku ciumi dada Naomi bergiliran kiri dan kanan. Sungguh luar biasa, tidak pernah bosan untuk menikmati gadis putih bening ini. Kalau dibayangkan saja sudah sangat lucu, aku yang hitam jelek ini bisa meniduri gadis putih nan cantik. Kuraba selangkangannya yang kasar di daerah kewanitaan karena jembut yang baru dicukur tumbuh cepak, kasihan sekali, Naomi mungkin sangat tersiksa dengan perbuatan kami. Aku masih tidak bisa melupakan kejadian itu. Entah apa kabar si pengkhianat, Soebandi itu, semoga saja dapat ganjarannya, ia pergi bersama Siti Fatimah, gadis hitam namun sedikit manis, gadis yang baru saja aku dekati. Semoga mereka mendapatkan ganjarannya, termasuk Fatimah, yang tega mempermainkan hatiku, bahkan kabur bersama temanku.

"Arrgggghhhh..........", Naomi mengerang kuat karena aku mulai menyodokkan penisku ke dalam vaginanya.
Mungkin vaginanya masih sedikit terluka karena penyiksaan kami dahulu. Aku perlahan memasukkannya agar Naomi tidak begitu tersiksa, anggap saja sikap lembutku ini sebagai ucapaj terima kasih karena telah mentraktirku makan. Sambil menciumi bibirnya aku mulai menggenjotnya perlahan.
"Ooohhhhh...", desahku nikmat merasakan hangat penisku dijepit oleh vagina Naomi.
Kupeluk tubuh harumnya itu. Aku terus menggenjot. Naomi tidak bisa lama, atau orang rumahnya akan curiga, lagian dia punya tugas kampus yang harus diselesaikan, aku terpaksa mempercepat irama agar segera meluapkan nafsu birahiku ini. Naomi mulai terangsang setelah beberapa menit kugenjot. Yang tadinya sedikit menolak, kini ia seperti menikmatinya, ia membalas pelukanku dengan erat. Memang hal ini sudah sering kami lakukan, namun baru kali ini kurasakan Naomi begitu menikmatinya, sepertinya perlakuan lembutku membuatnya lebih tertarik. Dari dahulu aku menyetubuhinya secara kasar, maklum, aku memang tipe begitu.
*
"Oh yes... Oh no...", desah Naomi.
Hampir tiga puluh menit berlalu, aku percepat iramaku agar kami tidak selesai di larut malam. "Arrggghhhh....", Naomi terus saja mendesah kenikmatan.
Dan akhirnya aku pun berejakulasi. Nikmat sekali, aku menyemprotkan spermaku di dalam liang vagina Naomi, sambil memelukknya erat, sambil menciumi bibirnya, dan menghirup aroma tubuhnya yang harum. Naomi tidak bisa menolaknya, ia tak sempat mendorong tubuhku ketika aku menyemprotkan spermaku. Aku sudah sering kali berejakulasi di vaginanya, namun Naomi tidak pernah mengeluh hamil. Tidak ada tanda-tanda sama sekali, apalagi kami sering lakukan di masa Naomi tidak subur. Aku hanya berharap semua akan baik-baik saja. Sensasi yang sangat lain bila menyemprotkan sperma di dalam vagina seorang gadis, lebih asyik daripada harus di luar. Malam itu aku pun mengantarnya pulang sampai di depan komplek perumahannya, dan Naomi pun masuk berjalan kaki.
"Thanks ya...", kataku lalu pulang ke kost ku lagi.

Jika aku kepengen dan lagi bokek, aku selalu mencari Naomi untuk pelampiasan. Kadang-kadang mengajaknya keluar makan agar dibayarin. Kalau lagi ada uang ya kadang-kadang cari PSK langgananku, seperti Devi dan lainnya, tak mungkin tiap hari aku cuma makan nasi sama ikan asin doang, hahaha. Dua bulan kemudian saat aku baru saja pulang sampai tempat kost dari tempat kerjaku. Pintu kamarku digedor, entah siapa yang mengedor dengan kuat. Ketika ku buka, ku lihat Naomi bersama seorang pria tua.
"Mas, boleh kami masuk?", kata Naomi.
Aku kebingungan, ada apa Naomi mencariku. Wajah pria itu terlihat judes, ia memaksa masuk dan melihat sekeliling kamarku. Aku ingin melarangnya, aku coba mendekatinya untuk mendorongnya keluar, namun 'BUKK!', kuat sekali, pria itu meninjuku tepat di pipiku hingga aku tersungkur. Pria itu tampak marah, lalu berteriak,
"Brengsek!!!", logatnya bukan logat Indonesia, sepertinya dia bukan orang sini.
"Sudah pa...", Naomi mencoba menenangkan pria itu.

Baru ku tahu pria itu adalah ayahnya Naomi. Aku lalu diangkatnya dengan menarik kerah bajuku. "Kamu benar-benar brengsek!", marahnya, "Kamu pikir kamu siapa?!", makinya.
Mungkin perbuatanku telah diketahui oleh ayah Naomi. Apakah Naomi menceritakan semuanya? Aku lalu didorong jatuh lagi. Ayah Naomi marah besar,
"Akan saya lapor ke polisi!", ancamnya.
"Pa... Sudahlah...", Naomi memelas sambil menangis.
Aku tidak tahu apa yang terjadi, namun pria itu tampak marah. Ia membuka dasinya, aku tahu ia pasti juga baru pulang dari tempat kerja, pakaiannya masih rapi, namun karena emosinya, ia terpaksa membuka dasi dan menaikkan lengan baju kemejanya.
"Kamu mau apa?!", tanya ayah Naomi.
Aku pun keheranan karena tidak tahu dengan maksud pertanyaannya. Aku hanya terdiam sambil menatap Naomi. Naomi terlihat sedih, air matanya bercucuran, lalu dengan terbata-bata ia pun mengatakan yang sebenarnya,
"A... a... aku... aku hamil mas...", katanya yang membuat sekujur tubuhku langsung lemah.

Sial, kenapa bisa begini, kacau sekali, sungguh masalah yang luar biasa. Kenapa Naomi tidak menceritakan padaku agar kami bisa cari solusi sebelum ini semua terjadi. Pria itu lalu mendekatiku lagi, ditendangnya perutku sambil berkata, "Bangsat!". Dia sudah sangat marah besar, aku tidak bisa berbuat apa-apa, pria itu mengancam akan memanggil polisi. Aku tidak mau berurusan dengan polisi, aku sudah capek dengan semua masalah yang terjadi padaku, seakan ingin mengakhiri saja hidup ini.
"Pa...", Naomi terus memelas ayahnya agar melepaskan aku.
Hampir satu jam pria itu terus memarahiku dan sebentar-bentar memukuli ku. Lalu ia duduk sebentar untuk beristirahat.
"Kamu berani sekali bermain dengan anakku!", kembali ia mengoceh. "Kamu mau nikahi dia?", tanya ayah Naomi. "Kamu mampu hidupi dia?", sepertinya ia sangat memandang rendah aku. "Rumah tak punya... Tinggal di kost... Kerjaan tak jelas... Mau jadi apa kamu?!".

Naomi terus menenangkan ayahnya. Aku tak mampu menatapnya, satu sisi aku benar-benar takut dengan ayahnya, satu sisi aku kasihan dengan Naomi yang terus memelas untuk melepaskanku
"Saya lebih pilih dia dipenjara daripada kita harus tanggung malu!!", teriak ayahnya.
"Pa... Sudahlah pa...", Naomi terus memelas sambil menangis.
"Ini aib! Papa bisa dipecat dan dipulangkan ke Jepang jika ini ketahuan!!!".
Ya sudah pikirku, agar tidak ketahuan kenapa tak digugurkan saja, pikirku kesal dalam hati.
"Pokonya dia harus dilaporkan ke polisi!!", ayahnya terus saja marah-marah.
Naomi terus mencoba membujuk ayahnya.
"Naomi sayang sama papa... Naomi juga sayang sama Mas Satorman... Naomi tak mau kita bertengkar...", mendengar kata ini hatiku terasa runtuh, kata-kata Naomi membuatku menangis, tidak pernah ada gadis yang berkata begitu di depan ku.

Aku sadar aku jelek, hitam dan dekil, aku tak pantas untuk Naomi, sekejap langsung aku merasa berdosa telah menyiksa Naomi. Aku pantas menerima hukuman yang setimpal, mungkin ini sudah saatnya aku untuk bertobat, aku siap menerima resikonya. Naomi, maafkan aku, kamu sungguh gadis yang baik, aku siap dipenjara kalau memang begitu, aku sudah bisa menerimanya ketika mendengar kata-katamu tadi. Sekejap ruangan menjadi hening. Emosi ayahnya mulai reda, ia mulai berkata pelan. Akhirnya kami mengambil sebuah solusi. Ayahnya ingin aku bertanggung jawab, ia ingin aku menikahi anaknya. Walaupun belum bisa menerima, namun ia tekankan lagi, ia hanya terpaksa. "Kamu harus bisa sayangi anak saya! Atau saya akan bertindak lebih lanjut!", ancamnya.

Naomi gadis yang baik, aku kasihan setelah melihatnya memelas di hadapan ayahnya karena memperjuangkanku, bahkan ia berlutut memohon ayahnya agar melepaskanku. Satu sisi aku juga tidak mau mengambil resiko yang lebih besar dengan berurusan dengan pihak berwajib, aku pun menyetejuinya. Ayahnya memintaku membuat acara pernikahan, dateline minggu depan, ia tidak mau tahu apakah aku sanggup atau tidak, yang jelas acara harus dilangsungkan. Aku tidak bisa berpikir lagi, tabunganku tidak banyak, namun itu biar saja belakangan ku pikirkan, biar satu masalah selesai satu persatu dulu.

Agen Bola - Bandar Taruhan - Bandar Bola - Taruhan Bola - Judi Bola - Agen Sbobet - Agen Maxbet - Agen 368bet - Agen Cbo855 - Agen Sabung Ayam
Share this article :

0 comments:

Post a Comment

Join Us on Facebook

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. hotceritasex - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger