Home » » Akibat Tugas Akhir

Akibat Tugas Akhir


Bandar Taruhan - nama gue Fery (23) seorang mahasiswa akhir, nah kali ini gue akan menceritakan kisah yang sangat membekas di pikiran gue ini. bermula ketika libur semester gue dan beberapa teman gue sepakat untuk liburan sekaligus mencari data disebuah desa di daerah jawa timur. nah kebetulan teman gue Indi (22) juga merupakan anak dari kades disana sehingga untuk tempat dan juga makan kami bisa free, dan jadilah kami kesana. kami ber 3 akhirnya menuju desa tersebut (gue, indi dan rere) dan cuman gue yang cowok, rere dan indi ini teman baik ketika SMA di kota dulu sedangkan gue baru kenal mereka ketika mengambil mata kuliah yang sama dan saat penyusunan skripsi ini kami mengambil tema yang sama kebetulan kami mengangambil jurusan bio teknologi.

Akhirnya kami tiba di desa tersebut dimana dalam waktu 3 minggu liburan serta tugas kami harus selesai, kami waktu itu disambut oleh bapak indi sendiri bersama ibunya, Om Riadi dan tante Sinta, sekilas melihat om Riadi dan tante sinta bsa terlihat jauhnya umur mereka tanpa harus menanyakan umur masing2, setelah ngobrol berbisik dengan indi ternyata indi sudah lama tak memiliki ibu ketika ia baru kelas 2 SMP ibunya meninggal karena sakit, dan ketika dia SMA kelas 3 dan akan lulus ayahnya memutuskan menikah lagi dengan ibu tirinya sekarang. umur pak riadi sekarang 50 tahun dan umur tante sinta adalah 30 tahun. walaupun sudah berkepala tiga dan memiliki 1 orang anak dari hasil perkawinanya tante sinta masih memiliki wajah yang ayu dan juga bodi yang terawat inilah yang membedakannya dengan indi dan juga rere kedua wanita tersebut memang lumayan cantik namun bertubuh standar.

oke lanjut, akhirnya kami dibawa kerumah indi yang sudah sejak SMP ia tinggalkan, rumahnya lumayan besar dan hanya dihuni oleh ayah dan ibu tirinya serta anak mereka yang berusia 5 tahun, sementara itu gue disediakan kamar tamu yang terletak agak kedapur berbeda dengan kamar utama yang berada di depan rumah serta kamar indi yang bersebelahan dengannya. Om riadi dan tante SInta memang orangnya baik dan menerima kami apa adanya meski belum terlalu mengenal kami berdua gue dan rere bahkan untuk itu mereka menyempatkan waktu mengobrol dengan kami ditengah kesibukan mereka masing - masing, pak riadi senang mengajak ngobrol gue ketika akan kekantor dan ketika sudah pulang dari kantor, begitu juga dengan tante sinta yang duduk ikut mengobrol dengan rere dan gue. keramahan mereka tak cukup sampai disitu bahkan gue dipercayakan membawa motor keluarga indi untuk menyelesaikan tugas gue disalah satu kebun untuk mengambil data disana. oh yah perlu diketahui kebun gue dan kebun indi dan rere tak sama meski tema penelitian kami sama, rere dan indi mereka berada dikebun yang lain. selama 2 minggu adalah kesempatan kami berlibur sambil mengambil data 1 minggu pertama gue manfaatkan untuk mengambil data dan ini menguras waktu dan tenaga gue yang harus pergi pagi pulang malam, berbeda dengan gue, indi dan rere malah merka berlibur menikmati alam lebih dulu dan alhasil 1 minggu berlalu dimana gue telah selesai dengan data gue dan indi serta rere baru memulai start mereka mengambil data di kebun yang mereka pilih.

nah selama 1 minggu ini cukup bagi gue menilai tempat masa kecil ini yang asri dan sejuk serta keluarga mereka yang begitu baik dan santun dengan tamu. dan selama satu minggu ini sudah cukup bagi gue untuk mengagumi soosk ibu tiri indi yang selain baik pintar, enak diajak ngobrol dan begitu perhatian dengan keluarganya, intinya jauh dari kesan wanita kota yang arogan. dan satu lagi nilai plus untuknya adalah kecantikan dan keseksian tubuhnya yang membuat lelaki manapun pasti akan berlutut. oke sedikit gue mendiskripsikan tante sinta ini biar teman pembaca ada gambaran, orangnya tak terlalu tinggi sebahu gue yang memiliki tinggi 172 cm, kulitnya putih bahkan bisa dibilang sangat putih (beda dengan kulit cina yah). Tubuhnya semok di bagian dada dan bokong dan inilah yang menjadi daya tarik, meski sudah memiliki anak namun lingkar pinggangnya kecil dan bokongnya saja yang terlihat besar. Untungnya ia sering mengenakan baju daster sehingga keseksian tubuhnya tertutupi.

nah gue dapat info tambahan dari orang bekerja dikebun kalau tante sinta ini dulunya adalah sekretaris pak kades namun setahun menghilang dan saat kembali langsung melaksanakan pernikahan dengan pak kades alias pak riadi, berkembang kabar kalau tante sinta hamil duluan baru dinikahin oleh pak kades ini diperkuat dengan umur sang anak yang menjelang 5 tahun disaat pernikahan mereka baru berusia 5 tahun juga. oke gue rasa cukup basa-basinya kita langsung saja ke momen yang sudah ditunggu2. Seperti yang gue bilang tadi gue sudah selesai penelitian gue dan hanya beristrahat dirumah sedangkan penghuni rumah sudah tak ada lagi merasa aman sekitar pukul 10 pagi dengan bangga gue mengeluarkan adik joni gue dari dalam sangkarnya sambil menonton film blue dilaptop, gue mengocok si joni sambil membayangkan yang gue entot adalah tante sinta. Saat sedang asik gue mengocok sambil tidur terlentang dengan kepala menengok ke samping melihat kearah laptop tepat didepan gue tante sinta berdiri terpaku dibalik pintu yang lupa gue kunci karena sempat gue buat teh dan sarapan saat tak ada orang dirumah. Entah sejak kapan ia disana karena gue nggak sadar akan bunyi pintu yang memang tak berderit, gue melihat wajah terkejutnya dengan mulut yang diutupi tangan saat gue melihat kearahnya sempat beberapa detik kami tertegun sampai akhirnya gue sadar dan menutupi si joni dengan kain seadanya dan tante sinta kemudian berlalu sambil meminta maaf.

"aduh maaf dek fery" katanya yang kemudian hilang dari pandangan gue.
jujur saat itu pertama kali gue ketahuan coli sama subyek yang gue sedang bayangkan sendiri, gue sangat takut dan malu waktu itu bahkan seharian gue nggak keluar kamar hanya saat jam makan malam saja, bahkan biasanya pak riadi mengobrol dengan gue ada tante sinta kali ini tante sinta juga nggak menunjukan batang hidungnya. Hingga keesokan harinya gue yang masih merasa malu enggan keluar dari kamar hingga akhirnya rumah kembali kosong dan gue keluar untuk sarapan di jam yang sama saat gue sedang bersantai diluar gue liat kedatangan tante sinta dengan menggunakan motornya sontak gue langsung beranjak dari tempat duduk gue masuk dalam kamar dan bermaksud mengurung diri disana, entahlah itu yang gue lakukan akibat rasa malu gue. Saat sedang berada didalam kamar gue mendengar suara tante sinta dari balik pintu mengetuk dan karena nggak enak akhirnya gue membukakan pintu sehingga Tante Sinta berdiri disana ternyata ia meminta bantuan gue untuk memasang kran air yang baru ia beli karena rusak dikamar mandi, setelah gue memasang kran air ia membuatkan gue kopi dan disuguhkan diruang tengah bersama dengan kue kering.

"di minum dulu dek fery tadi tante beliin kue dipasar". katanya.
"ia tante". kata gue dengan malu tanpa melihat matanya mengambil gelas dan meminum kopi hangatnya tersebut.
"soal kemarin tante minta maaf sudah main masuk tanpa ketuk pintu tante kira kamu udah pergi ke kebun, maksud tante untuk ngambil seprei tuk dganti udah seminggu soalnya".. kata Tante Sinta
"terus kamu nggak ke kebun." sambung Tante Sinta.
"udah selesai tante makanya ini tinggal nunggu indi sama rere.." jawabku.
"ow gitu yah, pantas aja kangen pacar yah"
'ahh nggak juga kok tante, eh rudi udah kesekolah yah' kata gue sengaja mengalihkan pembicaraan.
'udah dari pagi kok tante baru aja abis ngntarin trus kepasar tadi, yah beginilah keadaan rumah kalau om sudah kerja dan rudi kesekolah jadi sepi sampai jam 2 nanti' kata tante sinta.
'ia tante' jawab gue singkat.
'tante senang ada kamu jadi bisa cerita-cerita deh, kalau kamu nggak bosan'
'ehh ngak kok tante'
'tadi kamu kenapa pas tante datang langsung masuk kekamar'
'ahh nggak kok tante, tadi hp fery ada bunyi ditelepon'
'owhh gitu.. tante kira lagi matiin laptopnya', hahaha' kata tante sinta tertawa.
'ahh bukan tante' jawab gue tertunduk.
'ngak apa-apa tante juga pernah muda, yah hasrat anak muda begitulah, kalau udah tua udah menurun' katanya dengan nada yang berbeda dari sebelumnya.
'ahh tante bisa aja'
'yah namanya pengalam dek fery' tawanya yang kemudian membalikkan badannya ketika mendengar bunyi alarm yang menandakan air yang ia tampung udah penuh.
'dek fery minum aja yah tante mandi dulu' katanya yang kemudian berlalu dari depan gue menuju kamar mandi dekat dapur yang baru saja gue perbaiki keran airnya.

tak berapa lama suara dari dapur terdengar memanggil gue yang berada diluar dekat teras rumah, ternyata itu suara tante sinta yang meminta gue untuk memasang keran yang terlepas lagi namun sebelum itu ia meminta gue mengambil handuknya dalam kamar karena ia lupa membawa handuk, gue kemudian memberikannya handuk setelah itu diperbolehkannya gue masuk ke kamar mandi yang sebenarnya lumayan besar itu dan gue mendapati keran yang kembali terlepas.

'dek fery lepas lagi nih tolong dipasangin yah'
'ow yah tante' kata gue yang bingung padahal sudah gue pasang dan yang nggak bakalan lepas.
gue kemudian memperbaiki keran tersebut sembari tante sinta berdiri disamping gue dengan terlebih dulu mematikan air agar tak menyemprot kemana-mana, gue sempat dibuat tak bisa fokus oleh kehadiran tante sinta yang hanya terbalut handuk ditubuhnya handuk tersebut terlihat kecil melilit tubuh semoknya sampai2 terlihat belahan dadanya yang tak pernah gue liat sebelumnya.
'wah makasih yah dek fery' kata tante sinta setelah gue berhasil memperbaiki keran air tersebut.
'nah sebagai hadiahnya' inilah kata-kata yang tak bisa gue lupakan dalam hidup gue karena setelah itu tante sinta yang begitu sopan berubah menjadi wanita yang tak gue kenal.
ia menuju pintu ditutupnya pintu kamar mandi tersebut dan setelah itu dibukanya handuk yang melilit tubuhnya hingga telanjanglah tante sinta didepan gue. sungguh perasaan yang becampur aduk antara takut malu mupeng dan senang bercampur jadi satu.

'tante jangan' kata gue ketika ia meraih tangan gue kemudian gue tarik.
'emang kenapa fer, kamu nggak nafsu liat tante' kata-katanya malah membuat joni gue berteriak kencang.
'udahlah tante tau dipikiran kamu, nggak ada orang dirumah lagian si rere sama indi ijin mereka pulang malam karena harus kekota beli alat lagi, mas riadi pulangnya sore sama rudi yang disekolah tinggal kita berdua disini' kembali tangan gue digengamnya kali ini gue tak menarik tangan gue.
'anggap saja kita saling menguntungkan, tante butuh kamu juga butuh' kata tante sinta yang meremas halus tangan gue matanya kemudian turun kearah selangkangan gue melihat joni gue yang tersesak dicelana pendek yang gue kenakan.
'liat tuh udah bangunkan' katanya dengan menggoda.
'tapi tante saya takut, tante dan om sudah terlalu baik buat saya disini'
'udahlah fer, nggak usah takut, sini' katanya kemudian tangan gue diarahkan ketoketnya yang mengantung dan mulai mengeras bersamaan dengan itu tanggannya mendarat diselangkangan gue meremas dari luar si joni.
'udah lama tante dianggurin, kemarin pas liat kamu dikamar nafsu tante langsung naik sampai nggak bisa tidur tante mikirin kejadian kemarin,'

mendengar pengakuan tante sinta membuat gue juga terbawa suasana apalagi tangan tante sinta dengan lincah menyusup dalam celana pendek gue melewati bokser gue dan akhirnya berkenalan dengan joni didalam.
'aduh tante' kata gue kala joni dipaksa keluar tanpa menurunkan celana gue.
belum sempat kaget gue hilang tante sinta udah langsung membuat gue kembali kaget dengan aksinya yang berjongkok dan langsung melahap joni gue karena emang gue nggak siap gue kaget dan mundur kebelakang membuat tante sinta terlihat kecewa ia terdiam disana, gue sesaat seperti merasa bersalah.
'aduh tante jangan disini nanti kalau tiba-tiba ada yang masuk gimana, dikamar tante aja yah biar bisa liat siapa yang datang' kata gue yang disambut gembira olehnya.
'okelah fer, ayok' katanya yang kemudian membuka pintu kamar mandi mengajak gue ke kamarnya yang berada di depan rumah sebelumnya ia menutup dan mengunci pintu depan dan belakang.

'tante sinta yakin dengan ini' kata gue mencoba menenangkan diri gue dan dirinya yang dimabuk birahi.
'emang kenapa, udah yakin banget ini semua juga gara-gara kamu buat tante kepikiran' katanya yang mulai memposisikan gue duduk di pinggiran ranjang bersamanya yang mengenakan handuk.
'jujur tante saya masih takut untuk ngelakuin ini'
'udahlah fer emangnya kamu nggak takut ketika kamu seranjang sama pacar kamu'
'tapi kan itu pacar aku tante, sedangkan tante istri orang'
'udah kalau gitu anggap aja tante ini pacar kamu' kata tante sinta kemudian bergerak berdiri dihadapan gue.
dibukanya handuk hingga kembali ia telanjang diarahkannya toket besar miliknya kewajah gue dan dimintanya gue untuk mengisap toketnya tersebut.
''ayo fer dikenyot dong' pintanya yang kemudian membuat gue yang tadi bawel terhipnotis,

gue mulai mengarahkan wajah dan perlahan menjilati toketnya yang terpampang jelas disana, tubuhnya semakin mendesak gue hingga akhirnya posisi tante sinta bukan berdiri lagi ia telah naik keatas tempat tidur membuat gue terlentang sambil kedua kakinya mengangkangi gue , kini ia sudah berada diatas gue tubuhnya sejajar dengan gue yang terlentang kedua tangan gue diarahkan meremas toketnya sejenak hanya desahan keluar dari mulutnya.
'mhh remas mhhh sss ahhh' desahnya
posisi kami yang awalnya dipinggir tempat tidur sudah berada ditengah tempat tidur, tante sinta tambah bernafsu dengan cepat ia merayap kebawah tubuh gue dibukanya celana gue hingga joni menunggak keatas lalu digenggamnya kontol gue yang memiliki ukuran lumayan gede berkepala bulat.
'uhhh tan' kata gue merasakan hisapan dikontol gue yang begitu hangat
ia terlihat menimati kontol gue beberapa saat sebelum akhirnya ia mendekati gue dan berbisik.
'fer ayo genjot tante ' pintanya.
ia terlentang sementara gue mengambil posisi didepannya dengan kontol gue mengarah ke memeknya yang begitu lebat dengan jambut.

'tante nggak nyesel kan' kata gue yang dihawab dengan gelengan kepala,
gue lalu memainkan kepala kontol gue dibibir memeknya yang sudah basah dan becek.
'ayo fer jangan lama-lama masukin aja' pintanya yang gue turuti.
'blesss' masuklah kontol gue dalam memeknya yang begitu hangat dan becek.
'uhhh' desah kami berdua.
gue kemudian mulai mengenjot tante sinta yang terlihat begitu brutalnya mendesah gue takut desahannya didengar, sesekali kepala gue melihat keluar melalui jendela, untungnya desa tersebut cukup sepi saat jam2 segini karena semuanya sedang bekerja dan jarak antar rumah cukup jauh, karena suaranya yang semakin membesar akhirnya gue menutup mulutnya dengan mencium bibirnya dan dibalas dia dengan hotnya, gue kaget ketika belum 5 menit gue mengenjot tubuhnya ia sudah mengejang dan mendesah namun tertahan bibir gue. tante sinta mendapat orgasme pertamanya ia terlihat ngos-ngosan sementara kontol gue masih berada dalam memeknya.

'owhh enak banget fer genjotanmu'
'makasih tante'
'jangan panggil tante dong, panggil sinta aja, kan sekarang sinta pacar fery'
'aduh nggak enak manggilnya gitu'
'ya udah terserah fery aja, sini sinta pegen cium lagi' katanya yang kemudian membuat kecupan kami menjadi mesrah.
sambil mengecupnya gue menggoyangkan pinggulnya mulai kembali mengenjot tubuh semok tante sinta yang pasrah gue entotin. kali ini cukup lama gue mengenjot tante sinta sebelum akhirnya ia mengalami orgasme keduanya kali ini gue merasakan cairannya lebih banyak dari sebelumnya.
'ahhh ferrr keluaarrr lagiiii' katanya yang mendekap tubuh gue erat, dititik ini gue mulai menyukai tante sinta yang mengekspresikan apa yang ia rasakan secara total.
gue memberikan waktu baginya untuk memulihkan tubuhnya bahkan gue sempat memberi dia segelas air untuk diminumnya padahal baru 30 menit kami bermain.

'fer enak banget genjotan kamu udah lama nggak rasain kayak gini'
'emang tante sama om pisah ranjang'
'bukan pisah sayang, tapi om riadi udah nggak kuat lagi mainnya kalau dulu bisa 2 kali bergetar tante dibikinnya eh sekarang malah 2 kali tante yang bikin dia crot saat tante belum apa-apa'
'ow gitu pantas aja, owh yah tan sekali lagi yah fery belum keluar nih'
'tadi katanya takut, sekarang malah minta emang cowok yah, ya udah sini'
'tapi tante di atas yah pengen rasain goyangan tante' kata gue yang kemudian memasang posisi di bawah sementara tante sinta mengikuti permintaan gue.
'nanti kalau mau keluar bilang yah jangan didalam'
'siap tante'
kemudian tante sinta mengambil posisi diatas gue dan mulailah kontol gue tenggelam dalam memeknya yang lebat dengan bulu kemaluannya, dia mulai mengenjot dan memainkan pinggulnya membuat gue merem melek oleh aksinya, tante sinta turun naik membuat toketnya memantul tak berarah gue hanya bisa merasakan kenikmatan duniawi yang terjadi antara memeknya dan kontol gue, peluh kami saling bercampur akibat aktifitas seks yang kami lakukan jam 12 siang ini, hingga akhirnya gue merasakan kontol gue tak bisa bertahan dengan gesekan memek tante sinta.

'owwhh tan fery mau keluar' ucap gue padanya.
'ahh fer.. ahh ssst tante juga nih' ucapnya yang terus mengenjot gue.
tak berselang berapa lama tante sinta sudah mengerang ia memeluk gue erat yang terlentang sembari menekan pinggulnya dalam-dalam ke arah kontol gue, entah mengapa gue merasakan sensasi nikmat saat ia mendapati orgasmenya seperti joni gue diremas-remas dan dihisap oleh memek tante sinta.
gue terlalu menikmati empotan memeknya sampai gue lupa kalau sebenarnya gue juga tinggal sedikit lagi mencapai puncak, sensasi nikmat ditambah putaran pinggul tante sinta membuat si joni tak tahan lagi.
'tan... ini udah mau keluar' ucap gue berusaha mengingatkannya.
'sabar.... sayanggg' ucapnya lirih ditelinga gue masih dengan otot tubuh yang menegang dan dekapan kencangnya.
'aduh trus gimana nih, ahhhhh' belum lama gue bicara pasukan putih kental menyemprot keluar.
'crottt...crottt..crooottt'

gue menembak beberapa kali sementara tangan gue menahan pinggul tante sinta yang bergoyang menekan kontol gue sungguh ini sensasi berbeda yang gue rasakan saat orgasme gue biasanya gue pakai kondom kalau nggak gue keluarin di luar tapi kali ini gue menyemprotkan peju gue kedalam memek tante sinta dimana kontol gue dibuat berputar oleh goyangan pinggulnya.
'ahhhhhrrrgggg' erang tante sinta.
Ia bergetar diatas tubuh gue dan gue merasa cairan dalam memeknya semakin bertambah dan becek
gue memeluk tubuh tante sinta sambil merasakan sisa sisa orgasme gue yang terdahsyat sejauh ini.
'haa haa haa maaf tante udah nggak ketahan lagi keluarnya didalam' kata gue yang ngos-ngosan.
tapi tante sinta tak menjawab yang terdengar hanya hembusan napas yang berpacu perlahan-lahan sama seperti gue, yang akhirnya mulai mereda seiring berjalannya waktu. tubuh tante sinta masih berada diatas tubuh gue yang perlahan-lahan mulai kembali normal setelah sempat menegang bersamaan dengan orgasme gue tadi.
'ohh fer.. kamu keluar didalam yah fer'' katanya yang mulai sadar dan bangkit, ia mengangkat tubuhnya sehingga joni gue yang lemas itu keluar dari dalam memeknya berserta dengan cairanya, Wajah kami berdua yang tadinya mengerut kenikmatan sekarang mnegerut kebingungan.

Tante Sinta terlihat bingung dengan keadaan kami sekarang ini, nampak raut wajah yang kaget darinya melihat cairan putih kental mengalir dan menetes dari dalam memeknya yang berambut lebat tersebut. Mata kami saling bertatapan mengisyaratkan kebingungan yang kami alami.
'aduh Tan maafin Fery, tadi udah Fery ingatin tapi Tante meluknya kekencangan, jadinya nggak bisa Fery kontrol ' ucap gue berusaha menjelaskan padanya.
Tante Sinta yang kebingungan tersebut dengan cepat merubah ekspresi wajahnya, sungguh sangat aneh beberapa waktu yang lalu wajahnya memerah karena kenikmatan yang ia rasakan, tak berapa lama wajahnya menjadi kebingungan akibat tahu gue keluar didalam memeknya dan sekarang wajahnya tersenyum seolah tak ada apapun yang terjadi.
'udah sayang jangan minta maaf terus ini juga salah Tante kok' ucapnya dengan raut wajah berubah tersenyum pada gue.
'tapi Tante, nanti kalau Tante hamil gimana '
'udah tenang aja nggak bakalan, Tante punya pil KB kok' katanya meyakinkan gue yang masih takut.
'sekarang jangan dipikirin lagi udah beres2 aja gih, Tante mau jemput Rudi dulu, btw makasih yah, muach' ungkapnya dengan sebuah kecupan di pipi gue.

Akhirnya kami membereskan permainan kami, ia sempat mengganti seprainya sebelum akhirnya kami mandi dimana gue akhirnya beristirahat dan Tante Sinta menjemput Rudi di tempat ia menitipkannya.
Gue masih kepikiran dengan keadaan Tante Sinta, nampaknya gue kurang yakin dengan pernyataannya sehingga gue membuka beberapa situs konsultasi online dan membeberkan masalah gue, tentunya dengan sedikit berbohong.
Bertambah kagetlah gue setelah tahu bahwa pil KB hanya akan bereaksi jika diminum rutin dengan resep dokter dan juga tak akan berefek apa2 jika sudah terjadi ejakulasi, gue disarankan untuk meminta suatu jenis obat pada dokter dimana hanya bisa dikeluarkan melalui resep. Dengan tergesa2 sore itu gue memutuskan untuk ke kota demi mencari obat pencegah kehamilan agar tak terjadi apa2.
Diluar dugaan untuk mendapatkan obat tersebut butuh usaha keras karena gue sama sekali tak punya teman ataupun kerabat di tempat ini, namun karena ketakutan dan kekuatiran gue melebihi segalanya akhirnya dengan usaha keras gue mencari pertolongan dokter kandungan di kota tersebut. Hingga akhirnya ada seorang dokter yang membantu dengan meresepkan gue sebuah obat yang harus diminum 72 jam setelah berhubungan intim. Gue sangat senang karena meski memakan biaya banyak (bagi anak kos) gue nggak perlu kuatir lagi, bahkan gue diberikan resep tambahan untuk dipakai kalau2 gue kecolongan lagi. Namun karena pencarian gue memakan waktu lama dan letih akhirnya gue putuskan bermalam di kota tersebut hingga keesokan harinya baru gue pulang setelah mengabarkan pada indi kalau gue ke kota untuk bertemu teman lama yang kebetulan ada di sana.

Gue sampai kira2 sudah siang pukul 1 atau 2 siang gue lupa namun yang pasti tak ada orang berada dirumah dan gue terkunci diluar, tapi tak berapa lama Tante Sinta datang bersama anaknya yang baru masuk SD tersebut.
'ehh Fery, ngilang aja, baru sampai yah, Tante dengar lagi ketemu sama temanya di kota'
'ia tan yang lain mana ?' kata gue mengedipkan mata, berusaha memberi kode
'lagi pada pergi semua, nih, eh Dede masuk duluan yah, cuci kaki tangan terus ganti bajunya yah' kata Tante Sinta yang mengerti kode yang gue berikan.
'tan, sebenarnya aku nggak ketemu teman tapi...' kata gue menceritakan semua yang gue alami selama kemarin dari susah dan letih ya.
'wah serius kamu, Tante jadi merasa bersalah sama kamu'
'ngak apa2 kok tan, sebenarnya feri senang juga bisa dapatkan pengalaman ini'
'bukan itu fer, udahlah nanti tante cerita yah, kamu masuk aja dulu tadi tante udah masak' kata tante sinta yang membuat gue penasaran.

akhirnya gue masuk kedalam rumahnya bersama dengan tante sinta dan juga anaknya kemudian makan siang bersama setelah itu tante sinta menyuruh anaknya tidur dan menemaninya sementara gue menonton tv diruang tamu sendirian sambil menunggu tante sinta yang akhirnya keluar juga dari kamarnya.
'udah tidur tan'
'ia fer, udah tidur' kata tante sinta duduk disamping gue.
'jadi gini fer, tapi kamu jangan marah dulu yah, bukannya tante nggak menghargai usaha kamu tapi tante ingin ceritakan sesuatu ke kamu dulu'
'ia tan, cerita aja, gimana' kata gue yang masih terasa aneh dengan pernyataannya.
'jadi gini fer, tante itu sudah pengen punya anak lagi dari beberapa tahun yang lalu, pengennya sih anak cewek biar si rudi ada yang di jaga sama diperhatiin kalau udah besar, hanya masalahnya suami tante udah nggak sanggup lagi berikan itu untuk tante, kami juga belum pernah ke dokter sih tapi yang jelas suami tante seperti yang tante bilang udah nggak terlalu bergairah lagi beda dengan 5 tahun yang lalu, sekarang usia tante udah 30, dan untuk itu mungkin ini saat yang tepat untuk bisa punya momongan lagi kalau ditunda lagi bisa capek tante ngurusinnya, maksud tante adalah biarkan saja yang kemarin itu dan nggak usah tante minum obat ini' katanya sambil mengembalikan dan meletakan di meja obat yang sudah gue kasi tadi pas lagi di depan.

'loh tante tapi ini kan' kata gue yang binggung dan kaget dengan permintaannya.
'udah fer tante udah mikir matang2 semuanya, tante udah kepengen dapat momongan dari dulu,'
'tapi tante itu artinya feri akan bertanggung jawab kalau misalnya tante hamil dan itu jadi anak fery ?'
'nggak perlu fer tante akan atur seakan-akan ini anak mas Riadi, bahkan semalam setelah 8 bulan ini tante dan om bisa sekamar lagi' katanya dengan raut wajah senang berbanding terbalik dengan gue yang tak habis pikr dengan jalan pikiran tante sinta.
'tapi tetap aja tante itu benih fery..'
'udah pkoknya kamu percaya saja sama tante, itung2 benih ini jadi bonus buat tante' kata Tante Sinta sambil mendekati gue dan menaruh tangannya di atas Joni gue.
'berarti seandainya Tante hamil dan itu karena Fery Tante nggak akan minta aku nikahin tantekan ?'
'ia sayang kamu tenang saja, lagian ini keputusan Tante kok' katanya sembari jemarinya meremas si joni dari luar celana jeans gue, dan tangan satunya ia arahkan ke toketnya yang terbungkus kaos longgarnya.
'duh tan jangan dulu si indi sama Rere mau kesini katanya'
'ia sayang, tadi pagi juga katanya mau pulang siang makanya udah Tante siapkan makan, bentar doang Tante pengen ngemut aja' ucapnya yang sepertinya doyan ngemut kontol kemudian menundukkan tubuhnya.

Dengan lincah ia melepas resleting celana gue dan kancingnya sementara itu gue beroperasi di kedua toketnya dari samping tubuhnya. Karena posisi gue duduk lurus menghadap ke tv sementara Tante Sinta duduk menyamping dengan tubuh menunduk membuat gue lumayan susah menggapai kedua toketnya yang tertutupi bra, namun sama seperti Tante Sinta yang sudah membuat si joni bebas hingga bisa di genggamnya maka begitu juga dengan gue yang lincah melepas kaitan bra-nya setelah bajunya gue singkap sedikit kemudian dengan bebas meremas dan memainkan toketnya.
'mmhhh ssssttt... Ahh' desah gue mendapati kontol gue dikulum dengan sangat baik.
Lidahnya membelit si Joni sembari memberi pelumas mengelilinginya, kepala si Joni diemutnya bak permen lollipop sembari tangannya menggenggam dan mengocok pelan batang si Joni, sensasi nikmat membuat gue mengejang ditambah saat lubang kencing gue di mainkannya seperti berusaha memasukkan lidahnya, tak cukup sampai situ kaki gue dikangkanginya sementara ia mencari kedua bola zakar gue dan dijilat dan diemutnya satu persatu membuat gue melayang merasakan sensasi emutan terhebat yang pernah gue rasakan, pipinya kembang kempis menghisap 2 bola penyimpan Peju gue sebelum akhirnya ia kembali pada batang dan kepala Joni.

'slurpp.. slurpp.. slurpp..' bunyi dibawah selangkangan gue karena hisapan bercampur liur Tante Sinta.
'owwhh enak tan,, ohhhh' desah gue merasakan kulumannya.
Sementara gue juga ikut memainkan toket gede Tante Sinta dimana pentilnya gue mainkan dengan jari telunjuk dan jempol gue. Kenyal pada permukaan toketnya dan keras pada putingnya sungguh nikmat tubuh Tante Sinta, tangan gue cukup nakal mulai turun dan memasuki celana jeans Tante Sinta. Namun.....
'ngennnnnnggggg' tiba2 terdengar suara kenalpot motor halus namun cukup keras karena berada di samping rumah
Sungguh sebuah kejadian yang lebih menyeramkan saat gue ketahuan onani oleh Tante Sinta dimana kami berdua Seperti maling yang ketahuan, gue dan Tante Sinta buru2 membereskan permainan kami.
Tante Sinta terlihat bingung bangkit menuju dapur setelah membantu gue memasukan si joni dalam sangkar. Bahkan ia tak sempat mengaitkan bra-nya kembali. Indi dan Rere ternyata sudah pulang dari kebunnya.

'eh fer, udah nyampe loe' ucap Rere yang emang cerewet.
'ia nih baru aja nyampe' kata gue dengan perasaan campur aduk antara kesal dan juga takut, karena belum selesai di emut ehh 2 kecoak pengganti udah datang aja.
'ehh Indi Rere udah pulang yah, nih makan dulu baru Tante siapin' ucap Tante Sinta berbasa-basi.
'ia Tante, makasih yah, ayo ndi makan dulu, ehh elu juga fer'
'nggak usah gue tadi dah makan kok, mau istrahat dulu' kata gue yang lalu menuju kamar gue.
'Ahhh sial hampir aja ketahuan' kata gue dalam hati. Yang mengumal pada indi dan Rere yang hadir disaat gue lagi enak2nya diservice bibir Tante sinta.
'ya ampun' ucap gue sambil menarik resleting celana gue yang ternyata Gue mengambil posisi tidur diatas kasur sampai akhirnya gue setengah terlelap sebelum pintu gue kembali diketuk.
'fer... Fery... Keluar dulu dong ada yang mau dibicarain' ucap suara halus Indi yang sangat gue hafal.
'ia ndi gimna ?' jawab gue sambil membuka pintu.
'huuu... Lagian Indi aja di buka pintunya dibaik-baikin jawabnya pakai pelan lagi' timpal Rere yang sifat anaknya emang ceplas-ceplos makanya gue rada kesal juga sama dia tapi dibalik itu di baik masalah pertemanan.
'husshh.. udah re' pinta Indi pada Rere.
'ada apa sih' tanya gue yang juga sedikit kesal dengan ucapan Rere.

'jadi gini fer' kata indie menjelaskan dalam laporan prakteknya serta kesulitan mereka di kebun pada gue berharap gue bantu mereka.
'habisnya loe berdua dibilangin jangan libur dulu malah kesan kemari, sekarang minta gue bantu kan'
'plis fer.. tinggal berapa hari lagi ini, janji deh kalau bisa kelar besok , gue bawa liburan ke tempat om gue lebih asik Disana ongkos gue bayarin' ucap Indi memohon.
'ya udah deh tapi gue nggak mau mulai besok, langsung aja sekarang kita ke kebun, biar bisa selesai semuanya' kata gue yang emang dari dulu nggak suka nunda2.
'nah gitu dong' kata Rere menimpali.
Akhirnya gue Rere dan Indi mulai menyelesaikan tugas mereka berdua yang terhambat beberapa hal teknis, sebenarnya sudah benar data yang diterima hanya saja ada kekeliruan pada saat input data sehingga hasilnya tak sesuai dengan perkiraan. Setelah itu kami bertiga pulang untungnya nggak terlalu malam sehingga masih bisa kami kembali kerumah Indi.

Sesampainya Disana kami disambut dengan makan malam yang sudah dingin namun tetap nikmat karena olahan Tante Sinta yang begitu enak sama seperti kenikmatan diatas ranjangnya. Setelah itu gue menuju kamar gue untuk beristirahat karena para penghuni juga sudah sepi.
Saat tidur, gue terbangun karena gue merasakan sesuatu yang aneh sedang terjadi dan benar saja ketika mata gue terbuka ternyata gue sudah dalam keadaan setengah telanjang dimana tubuh bawah gue sudah dieksploitasi oleh tante sinta yang terlihat mengulum kontol gue yang setengah tegang.
'aduh tante ngapain' kata gue.
'sstt jangan ribut nanti didengar'
'nanti ketahuan gimana ?,'
'makanya jangan berisik yah, tante udah horny nih nggak ketahan lagi'
akhirnya tanpa suara kami berusaha memainkan malam itu, tante Sinta kemudian mengulum kontol gue hingga ia rasa cukup dengan pekerjaannya, ia kemudian menaiki tubuh gue diarahkannya kontol gue ke memeknya yang lebat tersebut hingga kepala kontol gue menyentuh bibir memeknya, ia menurunkan perlahan bokongnya tersebut hingga kontol gue perlahan masuk dan terbenam dalam memeknya.

"Ahhhh' desah halus kami berdua.
Tante Sinta terlihat begitu menikmati saat membenamkan kontol gue Disana ia sempat terdiam merasakan benda asing didalam memeknya sesaat.
Kemudian dengan menggoda Tante Sinta tersenyum kearah gue ia menurunkan tali dress dipundaknya hingga bagian dadanya, ia keluarkan 1 persatu toket miliknya dari balik dress tersebut dan diarahkan tangan gue untuk meremas toketnya.
"Ahh Fer mainin putingnya' pinta Tante Sinta.
'mhhhh Tante seksi banget kalau gini' ucap gue setengah berbisik.
Kemudian Tante Sinta memainkan pinggulnya sembari gue meremas toketnya, kami berdua sangat menjaga suara kami agar tak terdengar sedang berkimpoii.
Tante Sinta sampai harus menutup mulutnya dengan tangan ketika meliuk-liuk diatas tubuh gue, untungnya kasur yang kami gunakan tak berbunyi dan berderit. Kali ini permainan kami cukup lama, Tante Sinta nampak sedikit bisa mengontrol nafsunya dibanding pertama kali kami ML, hingga akhirnya ia menghetakkan bokongnya kearah selangkangan gue, tubuhnya turun hingga memeluk gue wajahnya mencari wajah gue dan bibir kami saling berpangut, Tante Sinta bergetar diatas tubuh gue melepas orgasmenya dengan mulut yang terlatih mulut gue.

,"Mhhhhhhhh" ucapnya yang tak terdengar jelas, kali ini kembali gue rasakan empotan memek Tante Sinta yang terasa menarik2 kontol gue.
"Ihh Tante enak banget empotan memeknya " kata gue memujinya.
"Ahh bisa aja kamu, burung kamu juga enak besar panjang, Tante terpuaskan'
'tante boleh nggak aku keluar didalam lagi' kata gue yang mulai berani setelah tahu ia menginginkannya.
' kamu yah , ya udah terserah kamu aja Tante udah pasrah' ucapnya menyetujui permintaan gue.
Gue kemudian mulai memposisikan diri memulai ronde berdua kami setelah beberapa saat kami beristirahat menarik napas, gue kemudian membuat Tante Sinta merangkak membelakangi gue dengan lutut bertumpu pada kasur sementara gue berdiri dibelakangnya siap dengan gaya doggy style, kontol gue arahkan ke memeknya yang mengering setelah tadi becek akibat orgasmenya. Karena ini juga gue harus membuat Tante Sinta 'basah' agar kelamin kami tak lecet.
'tante kayak perawan aja' susah dimasukinya' ucap gue yang awalnya berusaha memasukkan kontol gue tanpa cairan pelumas.
'ahhhhhh kamu fer, udah punya anak gini masih dibilang perawan'
'abisnya susah Tante masukannya butuh pelumas' kata gue yang memang susah memasukan konyol gue mungkin juga akibat posisi tubuhnya yang sengaja gue buat kedua kakinya mengapit bukan mengangkang.

Hingga akhirnya gue merasa cukup pelumas yang Tante Sinta keluarkan gue mendorong si Joni masuk kedalam memeknya yang terasa lebih sempit dari sebelumnya namun masih bisa dimasuki kontol gue dan akhirnya mentok selangkangan gue dengan bokongnya.
'ahhhhhh fer dalam banget' katanya yang gue tahu adalah ekspresinya merasakan kontol gue.
'dalam yah Tan, sama punya Tante lebih sempit dari sebelumnya, kayak main sama anak SMA aja' kata gue memuji kerapatan memeknya. Tante Sinta kali ini terdiam saja dengan pujian berlebihan gue bahkan lebih kearah menikmati kontol gue di memeknya,
Gue lalu mulai menggenjotnya dan dalam posisi ini gue nggak terlalu sulit membuat Tante Sinta mendesah namun bisa dikontrolnya dengan menutup erat mulutnya menggunakan bantal , tangan gue memeluk erat kedua kakinya agar tak melebar karena gue merasakan memek Tante Sinta lebih enak kalau didapatinya seperti ini.

'fer Tante mau keluar nih' ucapnya.
'sabar Tan aku juga dikit lagi'
baru gue menyambut kata2nya Tante Sinta sudah bergetar ia melepas orgasmenya dan untung saja ia bisa mengontrol suaranya yang ia tutup erat dengan bantal, namun akibat orgasmenya ini kedua kakinya melemah dan terjatuh ia diatas kasur hingga kontol gue lepas dari memeknya padahal gue tadi sudah akan orgasme juga.
akhirnya dalam posisi tante sinta yang tidur terlungkup gue menaiki tubuhnya mengangkanginya dan mengarahkan si joni masuk kedalam sarangnya yang kali ini terasa berbeda tak serapat tadi tapi karena udah horny gue hajar saja, kontol gue masuk keluar memeknya yang basah dan becek itu bokongnya berbunyi akibat hentakan selangkangan gue hingga akhirnya gue merasakan akan orgasme dan sesaaat sebelum itu terjadi gue menghentakan kontol gue dalam-dalam ke memeknya dan memeluk tubuh tante sinta, tante sinta nampaknya mengerti dengan keadaan gue ia mengangkat pinggulnya serta bokongnya dan kontol gue lebih dalam lagi masuk, wajah gue menciumi tengkuknya dari belakang.

'tante aku keluar ' kata gue.
'crott..crott..crott..crott' peju gue menyembur kedalam memek tante sinta dengan derasnya.
'hangat' tante sinta menjawab ketika merasakan semburan peju gue dalam memeknya.
gue akhirnya jatuh terkulai lemas disamping tante sinta yang kemudian bergerak kearah selangkangan gue dibersihkannya kontol gue dengan menjilati dan mengulum si joni yang telah mengecil.
'hhmm fer enak banget peju kamu tante suka' katanya setelah selesai membersihkan selangkangan gue.
'ow tante kalau aku punya istri yang seksi kayak tante ini tiap hari aku genjotin; kata gue memjinya yang piawai .
'ahh kamu tante juga pengen di genjotin kamu tiap hari' katanya.
permainan kami berakhir malam itu, tante sinta kembali kemarnya sementara gue tidur pulas menikmati malam itu.
kejadian hari itu ada jeda sehari gue nggak ada dirumah indi karena sesuai kesepakatan, gue, indi dan rere kami akan bertamasya dan berlibur walaupun laporan 2 cewek tersebut belum selesai, gue rere dan indi kami berlibur disalah satu rumah keluarga indi yang memang jauh dari rumah indi disana kami berlibur dengan senang dan semangat,

seperti ayah dan ibu tirinya (Tante Sinta) dikeluarga indi dari ayahnya ini kami diterima dengan baik. Ada om Rizal (45) adik om Riadi yang menyapa kami, kebetulan om Rizal ini hidup sendiri karena istri tercintanya sudah tiada, meski begitu sampai sekarang ia tak pernah kawin lagi, alasannya karena tak mau anaknya punya ibu tiri meski ibu tiri itu tak selamanya jahat, contoh saja Tante Sinta istri kakaknya yaitu om Riadi.
Ditempat om Rizal ini lebih kearah gunung, dan lebih sejuk dari tempatnya Indi, dan disinilah Indi biasanya bermain kala hatinya sedang gundah, ia menunjukan spot2 terbaik dimana terdapat banyak wisata alam seperti air terjun dan kolam alami disekitaran air terjun. Selain itu juga tepat dibawah kaki bukit terbentang sawah milik omnya yang biasa digunakan Indi bermain bersama sepupunya yang kini sudah beranjak SMA, kami tiba saat pagi sekitar pukul 8 sehingga masih sempat menikmati hari itu.
Indi kemudian mengajak gue dan Rere ke arah air terjun dimana disanalah tempat terindah dan terbaik, masih sangat asri meski medannya cukup terjal saat pagi seperti ini tak terlalu banyak aktifitas hanya segelintir orang saja yang mencari kayu bakar, dibawahnya sedikit lagi berkelok 2 belokan terdapat sebuah kolam entah alami atau buatan karena Disana sudah terdapat jamahan tangan manusia sehingga susunan batu bertambah tinggi padahal kalau di biarkan batu besarnya saja sudah membentuk kolam yang cukup luas kira2 berdiameter 10m dengan kedalaman mencapai 2 meter.

Disana gue Rere dan Indi bermain air layaknya anak kecil disela2 permainan kami ternyata ikut bergabung anak2 yang baru saja pulang dari sekolah mereka terlihat asik berenang di kolam yang luas tersebut, sama seperti Indi mereka lincah berenang kiri dan kanan gue memang tak jago renang tapi bisalah gue mengapung dan bergerak meski lamban tak seperti mereka. Sadar kalau anak2 ini sudah pulang sekolah akhirnya kami terkejut juga waktu sudah berlalu cukup lama. yah kami tiba sekitar pukul 8, hingga pukul 10 kami masih mengobrol dengan om Rizal dan setelah itu kami menuju air terjun yang berjarak 30 menit dari rumah om Rizal dengan berjalan kaki. Artinya sekarang sudah pukul 1 lebih dimana setelah bermain air selama 3 jam kami mulai kelaparan, akhirnya kami memutuskan menyudahi kesenangan kami dan pulang kerumahnya om Rizal.
Sesampainya Disana kami sudah disambut dengan makan siang yang dibuatkan om Rizal sendiri, oh yah om Rizal ini hanya tinggal bertiga dengan kedua anak kembarnya yang kata Indi sudah kelas 3 SMA dan sementara mengikuti ujian sehingga mereka baru tiba sore atau malam dari sekolahnya yang cukup jauh, memang itulah kendalanya karena om Rizal tak mau jauh dari anak2nya. Oke lanjut setelah makan siang sekitar pukul 2 lebih lagi santai2nya gue memandangi sawah terdengar suara berisik dari belakang rumah.

'ehh kenapa emangnya' kata gue melihat Indi dan Rere yang panik.
'aduh ferr, kalung warisan ibu gue hilang fer, gue baru sadar pas habis makan tadi kayaknya jatuh pas renang tadi' ucap Indi yang memang sangat hiper aktif saat berenang tadi entah berapa kali ia bergerak dari sisi kolam satu ke yang lain.
'kok bisa, loe yakin ?'
'yakin fer, malah si om pergi lagi gimana nih' ucapnya sedikit kebingungan di kala kalung warisan ibunya harus lenyap.
'udah jadi gini aja, loe sama Fery balik cari Disana sementara gue coba cari disini, kali aja ada disini, lagian laporan kita belum selesai gue musti ngetiknya lagi'
'ya udah gitu aja ndi, kita ke kolam aja, nggak jauh pun', lagian ini masih siang dan airnya jernih bakal mudah kalau ketemunya.
'beneran ? okelah , re titip rumah yah, nanti kalau sepupu gue datang bilang aja loe teman gue, soalnya dia nggak tahu gue kesini om Rizal juga lagi ke penadah ngecek gabahnya yang kemarin' ucap Indi sambil tergesa-gesa menuju kolam.

Sebenarnya gue rada malas juga sih tapi karena itu kalung warisan ibunya dan juga Indi yang sudah baik mau menampung dan membiayai kebutuhan gue akhirnya gue dengan rela membantunya. Disepanjang jalan Indi terlihat khawatir, langkah kami pun dipercepat, yang seharusnya tiba dalam 30 menit hanya butuh waktu 15 menit untuk sampai, setengah dari waktunya. Saat sampai Disana sudah sepi tak seperti tadi suasananya juga hening meski suara binatang dan derasnya air terjun membuat ramai. Indi langsung melompat kedalam kolam saat tiba dengan tangkas ia berenang bagai ikan duyung mencari kesana kemari. Gue baru sadar Indi mengenakan baju putih dan celana jeans pendek , karena tadi dia dan Rere mengenakan baju hitam, saat berenang maka tubuh bagian dalam Indi bisa tertembus akibat baju yang ia kenakan menerawang, indi terlihat jelas mengenakan bra hitam kontras dengan kulit dan baju yang ia kenakan.
'gimana ndi ? Ada ?'
'nggak ada fer, aduh gimana yah diatas mungkin' katanya menunjuk keatas dimana kami sempat bermain di air terjun atas sebelum ke arah kolam. Sebenarnya untuk menuju atas kami harus memutar lebih jauh lagi melewati rerimbunan pohon, tapi karena Indi begitu semangat dan tergesa ia langsung memotong lewat jalur sungai dimana ia sama sekali tak menghiraukan gue, untungnya gue masih sempat berpikir dan membuka baju gue dan meletakkannya dekat kolam sebelum terjun melawan arus menelusuri batu2 terjal ke arah air terjun.

' yaampunnn ndi kenapa nggak mutar aja'
'lebih cepat fer' ucapnya dengan lincah melompat antar batu satu dengan lainnya sementara gue kesusahan.
'hahaha emang anak kota' ejeknya.
'sialan ini demi loe juga'
'hehe, ia deh ayo' ucapnya didepan gue, tau gini gue mutar aja basah lagi. Kata gue menggerutu dalam hati.
'yeeeeeehhhhh...' teriak dari atas gue mengalahkan derasnya suara air terjun menghantam batu.
'kenapa ndi'
'dapat fer' ucapnya kegirangan.
'ahh syukurlah' kata gue yang sudah dekat dengan Indi.
'akhirnya ehh' gue baru saja sampai ketika Indi memeluk gue dengan girangnya tubuhnya yang basah menempel dengan tubuh gue.
'makasih fer' ucapnya lalu melepas pelukannya.
' nggak usah makasih orang loe juga yang dapat lagian gue dari tadi nggak bantu apa2' kata gue yang memang benar kenyataannya seperti itu.
'btw kok disini sepi yah ndi, anak2 yang tadi mana ?'
'ia sepi udah pada balik, biasanya ramai kalau pagi sama siang menjelang sore udah pada balik semua' kata Indi.
'ehh fer sini deh, tadi gue lupa nunjukinnya' kata Indi membawa gue di sela batu sedikit memanjat ke atas, terdapat 3 batu besar yang sangat dekat dengan air terjunnya.
'ehh awas sakit kena airnya' teriak gue karena memang air terjunnya begitu keras
'ia fer sini cepat' ajak Indi ke gue yang gue ikuti jejaknya. Hingga benar2 gue sampai dekat air terjunnya sangat dekat karena cipratan air begitu terasa dan.
'ini fer tempat gue kalau lagi suntuk, loe bisa liat kesana keliatankan, gue teriak apapun disini kalau lagi stress'

Memang tempatnya diatas bebatuan terdapat 3 batu dimana batu pertama yang menjadi pijakan kami luas untuk 4-5 orang cukup halus namun tak licin, kemudian 2 batu besar tepat didepan kami membentuk sedikit celah nah dari celah inilah bisa gue liat ke arah bawah Dimana baju gue tadi tergeletak dan jalan setapak menuju ke arah air terjun ini Sedangkan Air terjun tepat berada di belakang samping kanan gue dan Indi yang melihat kearah kolam.

'aaaaaaaa ...........' teriak Indi yang gue yakin kalah dari air terjun disampingnya.
'ayo fer, teriak lepasin semuanya' ucapnya yang membuat gue ikut berteriak kaya orang gila...
'aaaaaaaaaa.... Uhukk..uhukkk' gue batuk karena terlalu lama berteriak. Sementara Indi menertawai gue.
'gimana fer, keren kan ?'
' ia ndi, Ayok balik udah dingin nih gue'
'eh sabar dulu fer,' kata Indi menahan lengan gue.
Dan gue terkejut setengah mati dan setengah kedinginan saat Indi mengeluarkan sesuatu dari sakunya.
'ehh ini dapat dari mana ?' kata gue kaget dengan spontan.
'gue bakalan bilang kalau loe juga jujur' masih dengan mode.teriak yah.
'jujur apaan ?' ucap gue.
'kemarin malam ngapain loe sama mama Sinta di kamar' pertanyaan Indi membuat petir disiang bolong meski memang hujan tengah membasahi gue tapi hujan lokal air terjun.
'itu...' ucap gue dengan mode yang diam tak keras seperti tadi, gue rasa gue sudah ketahuan oleh Indi.
'loe.ngeseks kan sama mama Sinta, ini buktinya' sambil memegang obat
'sabar ndi gue bisa jelasin ndi' kata gue berteriak.

Gue seakan ingin berteriak lagi akibat stress yang melanda gue, lagian gue kira Tante Sinta udah nyembunyiin obat tersebut saat kemarin kami hampir kepergok, nyatanya obat tersebut terletak begitu saja.
'gue tau ini gunanya buat apa,' kata indie.
'sabar ndi jangan marah' kata gue yang tertangkap basah.. yah memang sakarang pun basah.
'gue nggak marah fer.. cuman pengen tahu aja,. Fer., semalam gue kaget setengah mati pas lewat pintu loe liat loe sama mama Sinta lagi diranjang, dugaan gue ternyata benar nggak salah, lu yang punya obat ini ' katanya masih dengan mode teriak yang nggak bisa gue ukur antara marah atau bukan.
'sory, ndi nanti gue jelasin tapi gue mohon pliss... Jangan sampe bokap loe tau' kata gue dengan serius.
'oke kalau itu mau loe fer, gue bakalan rahasiakan ini tapi fer gue minta sama loe apa yang mama Sinta dapat dari loe fer' ucapnya meneriaki gue.
'gue nggak dikasih duit apa2 ndi sumpah' kata gue yang memang tak mendapat apa2 selain kenikmatan.
'bukan itu fer, ' sekarang Indi mendekat kearah gue. Sangat jelas ia berbisik ditelinga gue meski suara keras air.terjun menerjang.
' gue udah lama naksir loe fer, malah yang dapatin loe duluan mama tiri gue, gue pengen ngeseks sama loe ' sebuah ungkapan indi yang terkesan fulgar namun itulah yang gue dengar.

Gue tak menyangka Indi yang anaknya lumayan pendiam dan juga tak banyak bicara menyatakan sebuah kalimat berikut nada mesum ke gue, wajah Indi begitu polos tak meyakinkan gue dengan pernyataannya tapi jelas itulah yang gue dengar dari mulutnya..
Indi kemudian bergerak kearah gue yang masih terdiam ia mendorong gue hingga bersandar pada batu dibelakang gue tubuh Indi merapat kearah gue dan... Bibir ini berpangutan dengan bibir gue sementara kedua tangannya memeluk leher gue. Nampak Indi mengerti cara berciuman bibir gue dihisapnya bahkan lidahnya masuk membelit lidah gue yang mulai mengikuti irama permainannya sampai akhirnya gue sedikit menarik wajah gue.

'kenapa fer'
'ndi loe yakin ? Nggak nyesel, ngasih kehormatan loe ke gue, loe tau sendiri kelakuan gue sama mama tiri loe' ucap gue padanya.
'gue yakin fer, lagian gue udah nggak perawan lagi' ucapnya yang membuat gue kaget karena selama ini citra Indi di kampus begitu sempurna.
'serius ? '
'serius fer, jadi loe nggak usah kuatir dengan kehormatan gue, lagian loe nggak nyadar apa gue tahu obat ini dari mana ?' ucapnya yang membuat gue berpikir lumayan keras hingga sebuah jawaban menerka gue dapat.
'tapi ndi loe yakin disini'
'tenang aja fer, di sini sepi lagian kalau ada yang datang hanya lewat jalan situ, nggak ada jalan lain dan bisa di liat dari sini' ucap indi yang begitu yakin dengan apa yang ia katakan.
Melihat gue yang seperti sedang berpikir Indi dengan inisiatifnya kembali memeluk gue dimana kedua tangannya melingkar di leher gue, mata gue dan Indi sempat beradu pandang sebelum akhirnya mata kami tak bisa lagi saling berkontak dan digantikan dengan bibir kami yang melakukan berkontak fisik, sampai dititik ini gue sudah tak lagi membuang kesempatan meski tahu Indi adalah teman pacar gue, pertemanan mereka terjalin di salah satu UKM di kampus kami, dimana mereka adalah seniornya.

Wanita yang gue sangka alim ini ternyata 180° berbanding terbalik, Indi sangat jago memainkan permainan nya. Yang kini sudah bergerilya di sekitaran selangkangan gue berusaha mencari si Joni, sementara gue mulai.mengerayangi tubuh Indi yang sedari tadi sudah basah akibat air terjun disampingnya kami, baju putih Indi gue singkat sembari memasukan tangan gue membuka kaitan branya yang akhirnya terbuka. Pangutan bibir kami sempat terlepas karena usaha kami berdua dimana Indi dengan serius mulai membuka kancing dan resleting celana jeans pendek gue sementara gue mulai mengeluarkan tangan gue menggenggam toket Indi yang begitu pas ditangan gue, yah Indi ini memang tak memiliki bodi yang semok seperti Tante Sinta namun wajah cantiknya dan kulit putihnya sudah cukup membuat lelaki berdecak kagum. Tinggi Indi emang hanya Sebibir gue saja cukup netral untuk wanita 22 tahun.
' fery... Entotin gue yah' ucap Indi dengan nada pelan penuh birahi,
Entah mengapa setiap ucapan vulgarnya walau pelan terdengar jelas padahal sedari tadi kami berdua berteriak bak orang gila. Gue merespon permintaannya dengan membalikan badan kami. Indi gue posisikan membelakangi batu agar gue bisa memantau apabila ada orang di ujung jalan sana. Untungnya dari kejauhan tempat kami begitu kecil oleh celah yang dibuat kedua batu besar ini dan juga kabut akibat daerah air terjun disekitar kami. Dengan semangat 45 baju Indi gue buka setelah gue membuka celana berikut dalaman gue sehingga gue tampak bugil didepan Indi yang sudah toples gue buat.

Puting toket indie terlihat sudah menegang memang tak sebesar milik Tante Sinta tapi masih nikmat gue kenyot. Secara bergantian gue mulai mengenyot putingnya dimana tangan Indi terus mengocok dan meremas kontol gue. Puas dengan toket kecilnya gue lalu membuka celana pendek Indi berserta dengan celana dalamnya, tak gue sangka memek Indi bebas dari rambut2 halus alias botak nampaknya ia rajin mencukur rambut dimensinya ini membuat gue semakin bergairah. Gue lalu berjongkok didepan Indi, nampaknya Indi mengerti maksud gue, Indi membantu mengangkat kakinya yang ia letakan dibatu sebelahnya sembari gue membuka lebar selangkangannya, tampaklah memek Indi yang meski mulai berwarna kecoklatan dan kontras dengan kulit putihnya tapi nampak masih segar untuk dijilati.
'mmhhh sssttt ahhhh' mmhhh ' desah indi. kok bisa yah hal2 vulgar terdengar jelas, apa mungkin pendengaran gue hanya untuk yang beginian, ucap gue karena mendengar desahan Indi pada derasnya air terjun disampingnya kami.
Memek Indi gue jilati dengan nikmatnya, cairan cintanya gue hisap dan telan, yah mungkin pembaca bertanya kenapa gue sama Tante Sinta nggak pernah ngejilmek, jawabannya hanya satu Tante Sinta punya rambut kemaluannya yang lebat gue, pernah punya trauma dengan hal tersebut kala pertama kali mencoba jilmek mantan gue, orangnya lumayan hiper dan nggak bisa ngontrol, hampir aja gue mati sesak napas karena kepala gue diapit nggak diberinya ruang. Nggak lucu kan ada berita 'ditemukan tewas seorang mahasiswa setelah berhubungan intim, diduga kehabisan napas saat beroperasi dibawah tubuh pacarnya, diapit hingga lemas'... Makanya gue nggak ngelakuin itu sama Tante Sinta yang terlihat lumayan hiper..

Indi mendesah nikmat saat memeknya gue kelonin, dimana hati2 gue nggak tinggal diam mengobrak-abrik mesinnya hingga rambut gue dijambaknya dan terdengar rintihan kenikmatannya yang begitu panjang...
'ahhhhhhhhhhhhrrrrggggg' erang Indi saat tubuhnya mengejang menandakan ia mencapai puncaknya.
Dengan sangat telaten gue menikmati cairan kenikmatan Indi yang teras nikmat di lidah gue. Baru setelah itu gue berdiri saling berhadapan dengan Indi yang bersandar lemas di bebatuan, tangan Indi nakal memainkan si Joni saat gue menunggunya pulih dari orgasmenya. Hingga akhirnya Indi sedikit menarik Joni dekat dengannya kembali ia membuka selangkanya kali ini dengan kaki satunya lagi sementara ia berpindah bersandar di bebatuan sebelahnya. Indi mengarahkan kepala Joni bermain kedepan bibir memeknya , gue menatap Indi yang sudah terbawa nafsu birahi.
'ndi, nggak nyangka loe binal juga, gue kira dari angkatan kita loe yang paling alim' bisik gue padanya sembari membiarkan Indi bermain dengan si Joni.
'fer, masing2 orang kan punya rahasia, gue juga nggak nyangka loe bisa selingkuh dengan mama Sinta, gue kira loe cowok paling alim di kelas' ucap Indi seperti menyindir gue. Tapi benar juga kita nggak bisa tau kepribadian seseorang tanpa melihatnya langsung dan merasakannya.

' ehh loe nggak mau nyepong gue dulu' ucap gue berharap Indi mau menyelingkuhi si Joni.
'kapan2 aja deh fer, biar cepat selesainya trus kita balik'
'owhh jadi boleh nih ,'kapan2' aja' ucap gue yang dibalas cubitan Indi.
'masukin fer' Indi kembali memberi isyarat gue.
'blessss' kontol gue akhirnya masuk dalam memek Indi.
'aahh' desah kami berdua hampir bersamaan.
'ndi, gue nggak pake kondom nih kalau telat nariknya gimna, habisnya meki loe nikmat banget ?' ucap gue berusaha menggodanya.
'bilang aja loe mau keluar didalam kan ? Boleh aja asal loe tanggung jawab kalo gue hamil' ucap Indi seperti gayung bersambut.
'kan ada obatnya' ucap gue menggoda Indi yang masuk jebakan gue.
'sialan loe, udah.. jangan banyak bicara lagi' ucapnya yang mulai menggoyang pinggulnya..
Gue akhirnya berhasil mendapat persetujuan Indi, dimana gue mulai menggoyangkan pinggul gue sehingga kontol gue maju mundur dalam memeknya. Kalau dibandingkan dengan Tante Sinta emang punya indie lumayan rapet hanya saja sensasi bersama Tante Sinta begitu nikmat karena Tante Sinta tak pasif ia bergerak dan mengekpresikan keinginannya, sementara Indi menunggu sodokan2 gue. Tapi tetap saja kenikmatan memeknya juga legit, ditambah desah suaranya yang halus dan lembut tapi berselimut kenakalan dan kebijakannya.

'ahhh.. ahhh.. mhhh sstt aaahh mhhht' desah indi sambil memejamkan matanya dan meluk erat leher gue dengan mengantungkan kedua tangannya.
'mhhhhh enak fer... Mmmhhjpptt' ekspresi Indi saat membuka matanya dan bertatap pandang dengan gue dan diakhiri dengan pangutan bibir kami berdua.
Suatu pengalaman baru bagi gue dimana kali ini gue melakukan seks bukan diruangan tertutup melainkan diruangan terbuka yang meski awalnya dingin namun hangat oleh rintihan dan kenikmatan surgawi yang sedang memanjakan si Joni, tempat dimana Indi gue eksekusi sungguh sempurna, berada jauh tersembunyi oleh bebatuan, air terjun pun ikut menghentakkan suara desahan dan rintihan 2 insan yang dimabuk nafsu birahi.
'ahhh terus fer... Gue dikit lagi... ' ucap Indi yang akhirnya menuju puncaknya...
'ahhhhhhhhhhhh' teriak Indi begitu kencang membuat telinga gue berdengung menandakan ia mendapati puncaknya, sementara gue membenamkan si Joni dalam2 untuk merasakan empotan memek Indi yang bisa dibilang masih kurang kuat dibanding Tante sinta.

Indi memeluk gue begitu erat bahkan gue merasa perih dan panas pada punggung gue akibat kuku Indi yang menancap kuat Disana. Indi nggak gue beri kesempatan karena gue pun sudah sangat konak oleh permainan ini. Tubuhnya gue balik hingga ia berada diantara celah batu dan dari belakang gue menancapkan si Joni pada memek Indi dan kembali menggoyang tubuhnya.
'ohh ndi... Memek loe enak banget' ucap gue sembari maju mundur dibelakang Indi.
'plak... Plakk... Plak..' bunyi peraduan selangkangan gue dan bokong Indi ..
'ohh Fer... Ihhh... Ssstt' desah indi lagi...
'ndi... Gue mau keluar nih..' kata gue saat si Joni tak kuat lagi menahan caitannya.. melihat Indi yang hanya mendesah saja memberikan gue lampu hijau kedua untuk kembali menumpahkan Peju gue dalam memek wanita...
'ohhh ndiii..... Ajjhhhhjh' desah gue panjang...
'crott... Crottt.. Crottt...' Peju gue berhamburan keluar didalam.memek Indi...
'ohh Fer..' ucap Indi sambil memegangi memeknya dimana si Joni masih berada didalamnya, hingga akhirnya melemas perlahan, dan keluar bersamaan dengan cairan hasil tembakan maut gue. Ehh tembakan kehidupan maksudnya.

Perlahan tubuh gue menjauh dari tubuh indi, agar memberi kami ruang untuk bernapas dan memulihkan diri kami dari derasnya nafsu yang menderu, indi yang mendapat ruang kemudian membalikan badannya setelah itu ia berlutut didepan gue sambil mengenggam kontol lemas gue ia menjilat sisa peju pada joni yang sudah tak berdaya akibat mencapai puncak kenikmatannya.tangan gue membelai indi di bawah selangkangan gue.
'doyan nyepong juga loe yah gue kira nggak ?' ucap gue sedikit berteriak dan mengejeknya yang awalnya menolak menyepong kontol gue.
'aduh sakit' kata gue yang merasakan gigitan Indi pada si Joni, membalas ejekan gue padanya.

Agen Bola - Bandar Taruhan - Taruhan Bola - Bandar Bola - Judi Bola - Agen Sbobet - Agen Maxbet - Agen 368bet - Agen Cbo855 - Agen Sabung Ayam
Share this article :

0 comments:

Post a Comment

Join Us on Facebook

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. hotceritasex - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger