Home » » Galau [065]

Galau [065]


Bandar Taruhan - Sial, aku tidak bisa tidur. Sudah dua malam aku selalu memikirkan keadaanku. Entah apa yang harus aku perbuat, aku di posisi yang benar-benar membingungkan. Belakangan ini Siti Fatimah menjaga jarak dariku, bahkan aku hampir tidak pernah bertemu dengannya. Malahan aku dekat dengan teman baru bernama Soebandi. Entah aku ini bodoh, atau terlalu polos, pria yang kupanggil Bandi itu telah mengkhianatiku. Seminggu yang lalu setelah perayaan ia menjadi wisudawan, Bandi langsung terbang ke Jepang, meninggalkanku sendiri. Dan yang begitu membuatku terkejut adalah dua hari lalu ketika aku coba ke rumah Siti untuk merajut kembali hubungan kami, ternyata Siti tidak ada di rumah, bibinya mengatakan Siti berangkat ke Jepang bersama Bandi, mereka akan menjadi TKI di sana. Informasi itu bagaikan petir yang menyambar langsung tepat di pikiran dan hati ku. Betapa menyakitkan setelah mendengar bahwa teman yang baru ku kenal itu kabur membawa gadis yang sedang kudekati.

Hancur memang nasibku, setelah berpisah dengan teman-teman yang dahulu, aku ingin sekali membangun kehidupan yang lebih baik, namun aku kembali terjerembab ketika mengenal Bandi. Aku masih belum bisa terlelap, pikiranku ke mana-mana, walaupun aku sudah memejamkan mata, aku masih terus memikirkan hal itu. Jam menunjukkan pukul 02:05, aku coba bangun dan keluar dari kamar kost ku, duduk di ruangan depan, aku menyalakan rokok, mencoba tabah menghadapi penderitaan ini. Sepi, semua penghuni kost sudah terlelap, aku bosan dengan kesendirianku, ku putuskan berjalan ke depang gang untuk mencari warung, paling tidak aku bisa menemukan minuman keras untuk menemaniku. Jalanan cukup sepi, hanya beberapa kendaraan saja yang berlalu-lalang. Warung pinggiran jalan sudah pada tutup, aku terpaksa berjalan kaki lebih jauh untuk menemukan toko yang menjual miras. Belum jauh berjalan, aku menemukan bangunan baru, itu adalah ‘LEXA MASSAGE’, prostitusi baru. Ku rogoh kocekku melihat berapa yang aku bawa, siapa tahu aku bisa meluapkannya di sana. Hahaha, cuma terbawa dua ratus ribu, aku tidak berpikir untuk pulang mengambil uang, aku sebaiknya membeli miras saja. Namun lampu kedap-kedip tempat pijat plus-plus itu malah membuatku tertarik, seperti ada iblis yang membujuk di telingaku, “Ayolah, luapkan kegalauanmu..”.

Aku pun coba beranikan diri masuk ke gedung yang cukup mewah itu. Seseorang berkepala plontos dengan badan kekar berjaga di depan, ia mempersilahkanku masuk. Resepsionis berada di meja depan, gadis yang cantik dengan tanda identitas nama yang menggantung di lehernya, namanya Novita.
“Selamat malam, ada yang bisa dibantu?”, tanya gadis itu.
“Hmm, paketnya apa saja?”, tanyaku.
Lalu gadis itu mulai menjelaskan, aku kebingungan, paket termurah saja mau seratus ribu, itu cuma pijat-pijat, tidak ada tambahan yang lain. Resepsionis ini belum mau menjelaskan paket ekse-eksenya, aku pun langsung to the point menanyakannya,
“Tambahannya gimana mbak?”.
“Tergantung paket lagi mas, kalau ambil yang VIP, bisa pilih yang disuka...”, katanya.
Aku hanya bawa dua ratus ribu, sepertinya aku harus sedikit bernego.
“Kalau tidak mau pijat?”, tanyaku.
“Maaf mas, kita melayani paket yang disediakan saja...”, jawabnya.
“Kalau pijat, terus nambah plus berapa?”, tanyaku.
“Pijat seratus ribu, tambahan dua ratus lima puluh untuk kategori paling low...”, jawabnya.

Sial, uangku tidak cukup. Aku terpaksa menyerah, tempat ini memang sedikit elit, tidak heran bayarannya mahal, paket paling murah saja sama plus-plus sudah mau tiga ratus lima puluh ribu, itu pun jangan-jangan dapat yang tuwir-tuwir. Aku pun mundur dan meninggalkan resepsionis. Tidak jauh aku meninggalkan pintu LEXA MASSAGE, pria botak yang berjaga kemudian memanggilku, “Hei kawan!”, teriaknya sehingga aku menoleh ke belakang.
Pria itu berjalan menghampiriku, “Kamu punya berapa? Siapa tahu bisa saya bantu...”, kata pria itu. Aku pun tersenyum sambil mengeluarkan uang dua ratus ribu yang tadi ku bawa, “Nih, cuma segini..”, kataku.
Pria itu langsung merebutnya sambil berkata, “Ayo ikut aku...”.
Pria botak itu pun kemudian membawaku ke arah belakang gedung, ini adalah pintu belakang LEXA MASSAGE, “Saya punya yang kamu cari...”, katanya membawaku ke sebuah ruangan seperti dapur.

Pria botak itu lalu menelepon beberapa nomor, sepertinya semua pada sibuk. Pria botak terus menelpon mencari seseorang yang bisa dipanggil, sambil menenangkanku, “Sabar kawan, yang VIP semua lagi sibuk...”.
Tak sabar aku menunggu, “Siapa saja boleh, yang penting masih muda...”, kataku.
Dan akhirnya setelah cukup lama menunggu, ada seseorang yang bisa dipakai, “Namanya Devi, masih muda, mahasiswi, sebentar lagi datang”, kata pria botak itu lalu membawaku sebuah ruangan pijat-pijat. Bagus sekali, kalau pelayanan di sini bagus, lain kali aku akan ke sini lagi. Tidak menunggu lama, gadis yang bernama Devi itu pun tiba, aku terpesona ketika ia membuka pintu dan masuk. Cantik dan benar-benar muda, aku beruntung sekali, cuma dengan dua ratus ribu aku bisa mendapatkan bidadari seperti Devi ini. Melihat wajahnya saja membuat penisku langsung mengaceng.

Devi langsung saja membuka pakaiannya, tanpa basa-basi, kami langsung saling berpelukan dan berciuman. Tanpa perlu pijat-pijat, karena ini khusus, pelayanan dari pintu belakang, cukup beruntung aku bisa ke ini. Devi mulai bugil, hanya tersisa bra dan celana dalam saja, ia pun mulai melucuti pakaianku. Wangi sekali, gadis ini benar-benar merangsang hasratku. Rambutnya panjang, kulitnya putih dan indah, mulus seperti artis. Wajahnya ada sedikit terpancar sebuah kepolosan. Aku tidak tahan lagi ingin merasakannya. Ku awali kisah permaianan di atas ranjang kami bermulai dari cumbuan bibir. Devi sangat profesional, ia membalas ciuman bibirku begitu hebat, bibir manisnya sangat menggairahkan. Aku menyisiri setiap sudut bibirnya dengan lidahku. Dengan mata terpejam, Devi memelukku erat, harum semerbak membuat penisku tak tahan menahan gejolak ingin bercinta. Beberapa menit setelah bosan aku menciumi bibirnya, aku mulai mengarah ke bawah, sambil menciumi aroma lehernya, tanganku melucuti bra Devi yang masih membungkus susunya. Pikiranku sudah melayang-layang, aku tidak perduli lagi dengan Siti Fatimah, biarlah hubungan kami berakhir begitu saja, dan aku bisa kembali bebas di kehidupanku ini.

Susu Devi sedikit montok, putih, segar, sedikit besar, namun dengan puting yang sedikit aku tidak begitu doyan. Putingnya sudah menghitam dengan lingkar yang sedikit besar, maklum Devi adalah PSK, mungkin sudah berjuta orang menjamah badannya ini, apalagi Devi termasuk gadis yang bisa dibilang cantik. Menepis pikiran itu, aku mulai menciumi susunya, ku jilati sedikit hingga perlahan kusedoti putingnya itu, kiri dan kanan. Devi sangat terangsang dengan permainan mulutku di susunya, ia memelukku erat. Aku pun meremas-remas dadanya itu dengan kedua tanganku, kiri kanan ku remas, melihat susu dari gadis secantik Devi membuatku gemas. Andai Devi gadis baik-baik, aku rela menjadi pendamping hidupnya. Aku tidak sudi mengingat Siti Fatimah dan Bandi yan telah mengkhianatiku.

Permainan mulai memanas, aku kemudian mengalihkan ciumanku ke arah bawah, dari susu ke perut, menjilati hingga ke liang vaginanya. Ku jilati bagian luar vaginanya, hidungku mengenai jembut-jembut halus Devi. Ia mengerang kegelian ketika lidahku mulai menyusup ke dalam, ku putar-putar lalu sedikit ku mainkan klitorisnya. Devi mengejang, ia menikmati permainanku, hingga aku mulai bosan karena seharusnya Devi lah memserviceku. Aku mulai bangkit, mencari kondom yang kusimpan sebagai stok di dalam dompetku. Ku pakaikan ke penisku lalu ku minta Devi mengemutnya. Devi sangat menikmatinya karena kondom yang aku gunakan adalah kondom yang memiliko rasa pisang. Bagai sedang menikmati sebuah sosis atau es krim, Devi memgemut penisku hongga aku merasakan nikmat bercampur geli. Penisku mengeras, permainan mulut Devi benar-benar sangat profesional, sambil mengulum penisku, tangannya tak henti juga memainkan kantong buah jakarku. Aku menjambak rambut Devi ketika aku merasakan geli. Sesekali aku turunkan tanganku untuk meremas buah dadanya.

Beberapa lama kemudian ketika aku mulai bosan karena ingin segera menggenjot tubuh Devi, aku menarik penisku dari mulut Devi. Ku dorong tubuh Devi jatuh ke kasur, lalu kutindih, sambil menciumi bibirnya aku pun mengarahkan penisku ke vagina Devi. 'CROT' mudah sekali tertembus, entah sudah berapa penis yang masuk ke dalam vagina Devi. Pelan-pelan mulai kugenjoti vagina Devi, ia sangat merangsang, ia menciumi bibirku dengan penuh nafsu. Terdengar sayub-sayub desahannya merasakan nikmat, "Ah ah ah...". Dia mencengkram punggungku dengan kuat, sambil terus mendesah, ia melebarkan kedua kakinya agar aku lebih mudah menggenjotinya. Beberapa saat aku mulai bosan dengan gaya itu, lalu ku balik tubuhnya agar Devi menungging, lalu kusodokkan penisku dari arah belakang. Devi terus mendesah, entah memang sedang bergairah atau sengaja memancingku agar lebih cepat memacu gerakanku. Mungkin karena gigitan vaginanya yang sudah tidak begitu kencang, sehingga penisku tidak begitu menikmatinya, padahal biasanya aku bisa cepat berejakulasi.

Lima menit berlalu aku pun mengubah gaya yang tadinya doggie style menjadi woman on top, sedikit capek memang setelah beberapa saat harus menggenjot vagina longgar milim Devi itu. Aku membiarkannya melayaniku, biarlah Devi yang sibuk memompa vaginanya, aku hanya terbaring sambil mengambil nafas untuk beristirahat. Sesekali ku ulurkan tanganku ke atas untuk meremas buah dada Devi. Devi sangat profesional melayaniku, hebat sekali, tidak sia-sia, apalagi dengan harga yang begitu murah. Rasa galau dan gelisahku pun terobati. Beberapa menit kemudianpun aku berhasil berejakulasi di dalam vagina Devi dengan berbalutkan kondom rasa pisang. "Ah...", nikmat sekali. Devi pun lelah lalu jatuh memelukku, ia meminta waktu sebentar untuk beristirahat, aku membiarkan dirinya menimpaku, susunya nempel di dadaku, dan penisku masih menancap di dalam vaginanya.

Terima kasih Devi, pelayananmu cukup memuaskan, gumamku di dalam hati. Dengan kondisi tanpa uang, aku meninggalkan tempat itu. Aku tidak begitu kecewa harua merogoh semua uang yang ada dalam saku ku itu, paling tidak aku sudah lega melampiaskan semuanya. LEXA MASSAGE recommended banget untuk disinggahi, kapan-kapan aku harus ke sini lagi. Namun sesuatu yang aneh ketika aku meninggalkan tempat itu dari pintu belakang, sekilas ku lihat sosok gadis yang rasanya aku kenal melewati lorong dekat toilet itu. Hmm, mungkin cuma perasaan. Berjalan di tengah malam untuk kembali ke kost ku, aku masih memikirkan gadis yang samar-samar kulihat, sepertinya dia mirip sekali dengan Agnes Monica, istri temanku, Herman. Hmm, tidak mungkin, Agnes tidak mungkin bekerja di sana, kehidupannya sangat berkecukupan, tak mungkin Agnes akan bekerja seperti itu dan mengkhianati Herman.

Kuhilangkan rasa penasaranku itu, biar lain kali saja aku kunjungi Herman lagi, karena sudah lama kami tidak pernah bertemu. Ku masukkan tanganku ke saku celana karena udara yang cukup dingin, kupercepat jalanku agar bisa segera beristirahat di kamar kost ku. Malam yang indah setelah menyalurkan nafsuku. Tak lupa aku berdoa sepanjang jalan, agar Bandi dan Siti Fatimah mendapatkan karmanya.

Agen Bola - Bandar Taruhan - Bandar Bola - Taruhan Bola - Judi Bola - Agen Sbobet - Agen Maxbet - Agen 368bet - Agen Cbo855 - Agen Sabung Ayam
Share this article :

0 comments:

Post a Comment

Join Us on Facebook

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. hotceritasex - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger