Home » » Lembaran Baru [053]

Lembaran Baru [053]


Bandar Taruhan - Dua minggu sudah aku menganggur. Setelah tempat usaha Herman resmi dibubarkan, aku tidak tahu lagi harus berbuat apa. Herman memberiku pesangon, walaupun tidak sedikit, namun aku tidak mau menggunakannya dengan mudah untuk sesuatu yang tidak berguna. Selain uang, Herman juga memberiku motor Kawasaki Ninja RR kesayangannya, cukup boros, ingin sekali aku menjualnya demi menutupi biaya hidup, namun aku tidak tega dengan kebaikan Herman. Sejak usaha tutup, aku sudah banyak melamar kerja di perusahaan lain, namun tidak ada satu pun kabar yang memanggilku untuk bekerja. Aku kembali ke kost ku dahulu, untung masih ada sisa satu kamar kosong, dan pemiliknya masih mau menerimaku. Hidupku suram untuk dua minggu ini, rutinitas hanya bangun pagi, kirim lamaran kerja, pulang, tidur siang, nonton bokep, onani dan tidur lagi. Hidupku tak seperti dulu lagi, kini aku seperti seorang pecundang, hanya bisa ber-onani sambil nonton bokep atau pun memandangi foto-foto cewek koleksi almarhum Tono.

Dulu akh kalau sedang nafsu, aku bisa memakai gadis yang bekerja di tempat usaha kami secara gratis. Paling enggak aku masih bisa membayar PSK lain untuk menyalurkan nafsu birahiku. Namun kini semua sudah bubar, teman-teman gadis sudah menjalani hidup masing-masing, entah mereka masih bekerja sebagai PSK atau sudah kembali ke jalan yang benar, aku tidak tahu menahu lagi. Aku hanya pernah ketemu Herman, kini ia fokus sekali dengan usaha sembakonya. Hari ini membosankan, aku selalu menekan biaya yang keluar, menghabiskan waktu hanya dalam kost. Aku akhirnya ingin mencari angin segar, coba-coba aku keluar dengan motor menuju warung kopi untuk sejenak menikmati kopi sambil bersantai ria. Sebuah cafe yang biasa kami kunjungi, untuk sekedar berkumpul. Aku tahu mereka tidak bakalan ke sini lagi. Aku hanya sendiri memesan kopi, mengingat masa dahulu kami yang berjaya bisa berpesta miras di sini.

"Loh, Satorman?", tiba-tiba terdengar suara bertanya dari arah samping.
Meja sebelah ternyata ada seseorang yang mengenalku. Ku lihat ke arah sana ternyata ada dua orang sedang bersantai, satunya cowok dan satunya cewek.
"Mas Wahyu??", kaget ternyata orang itu adalah polisi yang dulu sebagai backingan usaha kami. "Sendirian saja?", tanya Wahyu padaku.
"Iya mas, teman-teman sudah pada bubar sih", jawabku.
"Gabung sini saja gih", ajak Wahyu.
Aku pun beranjak ke meja nya, daripada harus bersantai sendiri yang bakal membuatku bete.
"Ini teman saya, namanya Kiki", Wahyu memperkenalkan gadis yang duduk di sebelahnya.
Aku pun berjabat tangan dengannya, "Satorman", gadis itu cantik, ia tersenyum sambil menjawab, "Kiki".
Setahu saya mas Wahyu belum mempunyai pacar, entah ini temannya atau gadis yang ia boking.
"Ga dinas hari ini mas?", tanyaku.
"Ga, saya sudah cuti dari dua hari lalu, ada sedikit urusan soalnya", jawab Wahyu.
"Gimana kabarmu man?", tanya Wahyu, namun aku tidak begitu konsen, aku hanya memperhatikan gadis di sebelahnya yang bernama Kiki, rambut hitamnya terurai panjang, ku lihat ke arah dadanya terlihat jelas belahan dadanya, hanya menggunakan tank top yang ditutup jaket jeans, susunya seperti mau mencuat, tumpah ruah. Penisku mengaceng melihatnya, ingin sekali bisa mengocok penisku di depan gadis cantik ini.

"Man? Apa kau baik saja?", tanya Wahyu kembali membuatku kaget.
"Oh iya... Sorry... Agak galau gara-gara nganggur mas...", jawabku dengan alasan begitu agar Wahyu tidak mencurigaiku sedang menatap gadisnya.
"Hmm... Kalau kerjaan kasar mau ga?", tanya Wahyu.
"Apaan mas? Yang penting bisa hasilkan uang, saya mau coba", jawabku.
Aku pikir kerjaan apa saja boleh aku coba, daripada menganggur begini, aku bisa pusing, apalagi kalau ketahuan orang tua ku di kampung, bisa malu aku.
"Saya takut kamu ga mau, tapi kamu boleh cobah sih kalau minat", kata Wahyu, "Teman saya kepala cleaning service di mall, lagi nyari karyawan, gajinya sih kayaknya kecil man", sambungnya.
"Ga apa-apa, nanti saya coba", jawabku.
Aku sudah pasrah, dengan title sarjana, aku pun membanting stir, mencari pekerjaan di kota besar seperti ini sangatlah sulit.

Wahyu lalu memberiku nomor telepon temannya yang bernama Ahmad, dia adalah kepala cleaning service. Aku langsung menghubunginya segera,
"Besok kamu langsung ke sini dan bawa surat lamaran, kalau sip, interview lolos, kamu boleh langsung bekerja", kata Pak Ahmad melalui handphone.
Aku berterima kasih kepada Wahyu, dia bilang jangan sungkan, ia lalu pergi dengan gadis yang dia bawa, buru-buru katanya karena ada urusan. Tidak sia-sia aku ke sini, paling tidak aku masih mendapat sedikit angin segar, Wahyu pun membayarkan minumanku, aku segera pulang untuk beristirahat, semoga besok aku bisa mendapat peluang masuk kerja.
"Ah, ah, ah...", aku mendesah karena sedang mengocok penisku.
Kamar kost ku telah ku tutup rapat. Kali ini aku tidak sambil menonton bokep, namun aku membayangkan gadis yang bernama Kiki yang tadi Wahyu bawa. Aku membayangkan sedang bercinta dengannya, kukocok penisku dengan mata terpejam, oh sungguh luar biasa. Sebentar lagi aku akan berejakulasi, kebiasaan tiap hari ini sudah hampir menjadi hobiku.

Besok paginya, aku berpakaian rapi dan segera menuju Mall tempat aku akan di interview. Pak Ahmad sudah menunggu di sana, ruangan cleaning service yang terletak di belakang mall.
"Selamat pagi pak", sapaku.
"Wah, tepat waktu juga ya", jawab Pak Ahmad, mall memang belum buka, tugas cleaning service adalah membersihkan mall sebelum pengunjung tiba. Beberapa pertanyaan dilontarkan Pak Ahmad, cuma sekilas pengalamanku saja.
"Kamu tidak keberatan bekerja sebagai cleaning service?", tanya Pak Ahmad meyakinkan keputusanku, ia pasti heran dengan pendidikanku yang cukup tinggi itu.
"Saya siap pak", jawabku.
"Siti... Kamu bawa Satorman ke ruang ganti gih, hari ini dia sudah mulai bekerja", panggil Pak Ahmad kepada gadis di belakang yang sedang melap lantai.
Gadis itu terlihat cantik, namun kulitnya yang hitam dan wajahnya yang polos nampak seperti gadis kampung yang masuk ke kota.
"Siti Fatimah", ia memperkenalkan diri.
"Satorman", jawabku.
Lalu ia membawaku ke ruangan ganti, ia memberiku seragam cleaning service lalu memintaku mengganti pakaianku di dalam sana.

Namanya Siti Fatimah, umurnya baru tujuh belas tahun, seperti dengan nasibku, ia berasal dari kampung untuk mencari sesuap nasi di kota ini. Hari ini Siti menjelaskan tugas-tugasku, di mana aku harus membersihkan lantai. Aku selalu memperhatikan wajahnya, bila ia tersenyum, terlihat manis sekali. Hari pertama berjalan lancar, di hari-hari selanjutnya aku pun menjadi terbiasa dengan pekerjaanku. Namun bekerja di mall sangat menggoda nafsuku, aku sering melirik gadis-gadis yang berlalu lalang, banyak gadis yang berpakaian sexy yang datang kemari. Bahkan aku pernah mengintip paha amoy yang sedang duduk, aku pura-pura mengepel, padahal aku sedang memperhatikan pahanya yang tersingkap karena roknya yang terlalu mini. Aku sering pulang ke kost langsung ber-onani sambil membayangkan gadis-gadis yang ku lihat di mall. Bahkan hingga aku tak mampu menahan nafsuku, aku pernah ber-onani di toilet mall.

Beberapa minggu bekerja, aku pun mulai akrab dengan Siti. Karena kebaikannya mengajarkanku, aku pun bermaksud untuk mentraktirnya makan.
"Anggap saja ini ucapan terima kasihku", kataku.
"Satorman kan baru kerja, jangan boros-boros deh", katanya.
"Ga apa-apa, ini kan gaji pertamaku", jawabku.
Aku terus membujuknya agar nanti malam Siti mau ikut aku keluar.
"Iya deh", jawabnya sedikit terpaksa karena aku terus membujuknya.
Siti tinggal bersama bibinya, merantau ke sini seorang diri, untung saja ada kerabat yang mau menampungnya.
"Jangan keluyuran sampai malam ya", pesan bibinya kepada Siti ketika aku mengajaknya keluar.
Ku lihat keluarga mereka keluarga yang baik-baik. Bibinya bekerja sebagai pembokat, sedangkan pamannya seorang PNS, mereka punya dua anak, satunya perempuan masih duduk di bangku SMA, satunya cowok yang masih di bangku SMP. Siti bilang mereka baik, namun tak banyak yang ia ceritakan padaku.

Kubonceng Siti dengan Kawasaki Ninja RR ku, karena dudukannya sedikit tinggi maka tubuh Siti sedikit menempel ke punggungku. Susu kecilnya terasa sekali, hingga membuat penisku mengaceng. Aku coba menahan bayanganku itu, aku membawanya ke sebuah rumah makan. Hari ini aku mau tahu Siti lebih banyak, siapa tahu aku bisa menjadi kekasihnya, karena aku sudah bosan harus mengocok penisku sendiri dengan tanganku.
"Mukamu kok sedih?", tanyaku kepada Siti setelah memesan beberapa menu makanan.
"Siti lagi sedih man", jawabnya.
"Cerita dong", aku membujuknya.
"Entar simpan di hati malah sakit sendiri", rayuku.
"Sebenarnya...", kata Siti.
Sambil menunggu pesanan kami, Siti pun mulai bercerita.
"Kemarin, Siti baru bertengkar sama cowok Siti..."; katanya.
"Kok bisa?", tanyaku, aku tidak tahu kalau Siti sudah pacaran.
"Hari ini rencana aku mau mencarinya...", ia bercerita dengan wajah sedihnya.
"Ya udah, nanti habis makan, Satorman antar Siti ketemu dia ya", sedikit kecewa aku mendengarnya.
"Ga usah...", lanjutnya, "Siti cuma bingung.. ", ia terlihat seperti mau meneteskan air mata.
"Sudah... Sudah...", aku membujuknya agar tidak terlarut dalam sedihnya.
"Siti bingung apa harus Siti yang mengalah?", Siti benar-benar meneteskan air matanya.
"Semalam dia minta putusss...", cerita dengan lirih, aku pun mengambil tissue dan memberikannya kepada Siti.

Pelayan pun datang membawa pesanan, Siti menghentikan ceritanya. Setelah ia mengusap air matanya, ia kembali tersenyum seolah tidak terjadi apa-apa. Aku tidak berani bertanya lagi, aku malah mengalihkan perhatian untuk membahas yang lain.
"Ayo makan", kataku.
Dan kami mulai menyantap hidangan, sambil sebentar-sebentar, Siti bercerita tentang kerjaan. Mulai hari itu kami mulai dekat, hampir setiap malam aku mengajaknya keluar untuk makan bersama. Namun belum saatnya aku menembaknya, aku hanya menunggu waktu yang lebih tepat, ketika hatinya mulai kosong dan aku bisa memasukinya. Hari-hari berlalu, seperti biasa, pagi berangkat kerja, membersihkan mall, mengintip paha gadis-gadis pengunjung, melirik SPG cantik, ber-onani di toilet mall, pulang, mengajak Siti keluar makan, pulang, nonton bokep, dan beronani hingga ketiduran.
"Malam ini jalan-jalan yuk", aku ajak Siti ketika kami bertemu pas absen pulang kerja.
"Hmm, kemana ya?", tanya Siti.
Ia sudah mulai ceria dan melupakan mantannya, tiap hari aku membawanya jalan-jalan, namun malam ini aku bingung harus kemana, semua wisata sudah kami singgah, hampir semua rumah makan pun kami pernah datangi.
"Liat entar malam deh", kataku.
"Oke, entar saja kita planning bersama", jawab Siti.

Malam itu aku jemput Siti dengan motor kesayanganku, sepanjang jalan kami membahas harus kemana, namun kami sedikit bingung karena belum dapat menentukan tujuan yang tepat.
"Kita nonton bioskop saja yuk", ajakku.
Siti yang memegangi pinggangku pun menjawab, "Jangan ah, boros...", jawabnya seakan kasihan dengan pengeluaranku.
"Bagaimana kalau kita le toko kaset saja?", ajaknya.
"Siti mau cari kaset", sambungnya.
Aku pun mengiyakan dan membawanya ke toko kaset.
Siti nampak gembira ketika di toko kaset, ia memilih beberapa film yang ia ingin nonton.
"Masih awal nih, kemana lagi ya entar?", tanyaku kepada Siti.
"Nonton di rumah Siti yuk, entar Siti buatin makanan", katanya.
"Ah, ga enak lah entar kita nonton gangguin tante Siti yang mau nonton sinetron", jawabku karena tahu di rumah bibi Siti selalu ramai nonton sinetron.
"Hmm, jadi gimana nih?", tanya Siti.
Aku pun mengusulkan sesuatu, "Gini saja, nonton di kost saya saja, gimana?".
Siti sedikit bingung, namun ia segera mengiyakan ideku. Kami pun beranjak pulang, tidak lupa singgah di rumah makan untuk membeli nasi bungkus dan minuman.

Sampai di kost aku baru ingat, kamarku berantakan, aku salah tingkah karena gelagapan merapikan kamarku. Aku takut Siti menemukan beberapa kaset bokep yang berserakan.
"Ih, Satorman jorok", oloknya ketika melihat celana dalamku berserakan di lantai.
"Maklum lah, kamar cowok", kataku.
Setelah beres, Siti kupersilahkan duduk di lantai, ku buka tv dan dvd playerku.
"Buka saja kasetnya Sit, saya ambil piring sama sendok", kataku lalu membuka lemari ku.
Piring dan sendok yang jarang ku gunakan, karena seringnya aku jajan di luar sana.
"Hihihi, Siti mau nonton film horor ah", katanya sambil menunjukkan bungkus kaset DVD yang berjudul Annabelle.
"Waduh, saya tinggal sendiri, entar ga bisa bobok", candaku pura-pura ketakutan.
Sambil makan, kami pun menonton film itu, sesekali Siti memelukku karena ketakutan. Malam itu kami tampak seperti sepasang kekasih, setelah makan selesai, kami pun sempat berciuman, Siti tidak menolaknya. Kami berpelukan dan berciuman sambil menonton film horor, hingga film selesai. "Sudah habis nih, dan malam...", kata Siti.
"Siti sudah mau pulang?", tanyaku.
"Hmm", jawab Siti.
"Tapi Satorman takut nih sendirian", manjaku meminta Siti bertahan sebentar lagi.
"Ah, mau maunya aja...", ejek Siti.
Aku pun memeluknya lalu kembali menciumi bibirnya.

Nampaknya kami sudah tidak heran dengan tindakan ini, Siti membalas ciumanku. Hingga aku berusaha untuk memasukkan tanganku ke dalam bajunya.
"Jangan!", teriak Siti. "Siti belum pernah", katanya sambil bangkit dan mencoba menolak perbuatanku.
"Maaf deh...", kataku dengan wajah kecewa.
Siti tidak mau lebih lanjut melakukan hal yang senonoh. Aku terus merayunya, "Satorman takut... Andai Siti bisa temani di sini", kataku.
"Kan sudah Siti peluk dan cium", katanya.
Dengan wajah pura-pura sedih, saya coba langsung to the point, "Saya sangek gara-gara Siti...".
"Trus gimana dong?", tanya Siti bingung.
Aku pun membuka resleting celanaku, dan mengeluarkan penisku yang mengaceng kuat. Siti terkejut, sepertinya ia tidak pernah melihat barang seperti ini.
"Kocokin dong...", aku memintanya sambil menarik tangannya.
"Siti ga pernah ginian", katanya.
"Please, entar Satorman ga bisa tidur", kataku memohonnya.
"Tapi jangan macam-macam ya", pinta Siti.
"Iya, cukup kocokin", kataku.
Siti sedikit bingung bagaimana memainkan penisku, ia hanya meraba-rabanya sambil melihat kebingungan. Aku pun kemudian memegangi tangannya lalu membantunya mengocok penisku.

"Baru kali ini Siti lihat penis pria dewasa", katanya sambil menatapi penisku.
"Lihat saja Sit, mau dikulum juga boleh", kataku.
Sepertinya gadis ini benar-benar lugu sekali. Ia mulai bisa mengocok penisku, sesekali ia melihat lebih dekat dan teliti. Aku biarkan saja, aku tidak mau memaksanya mengulum penisku. Namun suatu saat aku harus bisa berbuat lebih lagi. Kulihat wajah Siti yang polos memandangi penisku. Ia seakan-akan tidak menyangka penis pria akan sebesar ini.
"Ini urat ya?", tanya Siti dengan menghentikan gerakan.
Aku tidak menjawabnya, aku hanya tersenyum dan kemudian menggenggam tangannya lagi agar ia meneruskan kocokannya. Tangan mungilnya terasa nikmat menyelumuti penisku yang mengeras. Tak mengalihkan pandangan, ia terus-terusan memandangi penisku sambil memompakan tangannya. Sesekali ia meraba-rabanya, lalu juga membelai bulu-bulu lebat di antara penisku. Kocokannya memang tidaklah profesional, ini adalah baru baginya, aku bisa memakluminya.

Beberapa menit Siti mengocok penisku, aku mulai merasakan akan berejakulasi.
"Oh, mau keluar...", desahku.
Siti bingung melihatku, dan tiba-tiba ia tersentak dan menarik tangannya jauh, "Apaan nih!", serunya karena kaget melihat spermaku muncrat dari penisku.
"Itu namanya sperma Sit", kataku.
"Ih, jijik", katanya segera membersihkan tangannya yang sedikit terkena semprotan spermaku.
Malam itu usai, setelah membersihkan penis, aku pun memgantar Siti pulang. Di sepanjang perjalanan aku berucap terima kasih kepada Siti.
"Gapapa, kalau Satorman senang, besok Siti kocokin lagi", katanya.
Kami pun menjadi dekat, tanpa mengatakan cinta atau menembaknya, seolah-olah kami sudah resmi pacaran. Siti bukan saja mau mengocokkan penisku lagi, namun ia kini lebih berani, ia mulai mau menjilati penisku. Namun satu hal yang masih membuatku penasaran, Siti belum mau aku sentuh tubuhnya, padahal aku kepingin sekali melihat susunya yang baru tumbuh itu, dan vaginanya yang pasti masih sempit. Perlahan aku harus bisa membujuknya. Namun butuh waktu yang cukup panjang. Aku cukup senang, paling enggak aku tidak perlu beronai sendirian lagi. Inilah hidup ku yang baru, bersama Siti, pacar baruku. Begitu juga dirinya, ini adalah pengalaman baru baginya.

Share this article :

0 comments:

Post a Comment

Join Us on Facebook

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. hotceritasex - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger