Home » » Ritual Sex di Gunung Kemukus 4

Ritual Sex di Gunung Kemukus 4


Bandar Taruhan - Ahirnya selesai juga aku merapikan kamar yang akan ditempati ibu dan adik adiku. Kasur sudah aku gelar di atas lantai. Seprei sudah aku pasang rapi menurutku. Karna biasanya ibu akan bilang spreinya belum rapi. Cuma perbedaan sudut pandang biasalah. Besok ibu dan adik adikku sudah pindah ke sini. Gerobak sudah selesai aku perbaiki dan cat ulang. Peralatan jualan juga sudah komplit. Sekarang hari sabtu hari senen aku sudah mulai jualan. Aku sudah tidak sabar menunggu hari Senen. Berjualan dengan modal sendiri tidak memikirkan setoran tiap harinya. Semoga ini menjadi awal yang baik pikirku. Aku merebahkan tubuhku di atas kasur yang baru selesai aku tata. Nyaman sekali rasanya menempati kontrakan yang besar tanpa perlu berdesak desakan dengan yang lain. Saat aku hampir tertidur suara ketukan yang cukup keras terdengar dari pintu.

"Iya sebentar..!" teriakku agak jengkel.
Dengan perasaan malas aku membuka pintu. Ternyata yang datang tidak punya sopan santun adalah Desy.
"Desy ada apa ? Bibi manggil Aa ?" tanyaku heran.
"Enggak Desy mau minta dianter ke Ultahnya temen A." kata abg cantik itu.
Kuperhatikan penampilan Desy yang memakai kaos warna pink ketat dan rok jeas mini yang mempertontonkan pahanya yang mulus. Rambutnya yang pendek sebahu membuatnya semakin manis saja. Wajahnya benar benar mirip Bi Narsih cuma hidungnya mancung nurun dari Mang Karta.
"Aa bukannya nyuruh Desy masuk malah ngeliatin kaya gitu. Naksir ya ?" protes Desy tangannya mendorongku masuk.
Aku hanya tertawa kecil membiarkan Desy nyelonong masuk lalu duduk di lantai dengan kaki tertekuk ke samping membuat rok mininya semakin terangkat. Tak urung pikiran ngeresku muncul.

"Emangnya Ultah temen kamu jam berapa? Kan bisa berangkat sama temen kamu" tanyaku.
"Jam 8 di Cihideung A. Sama mama gak boleh kalau gak dianter Aa." kata Desy.
"Jauh amat des. Mobil ke Cihideung cuma sampe setengah delapan. Pulangnya gimana?" tanyaku agak keberatan.
"Kita nginep pulang pagi. Makanya Desy gak boleh berangkat kalau tidak dianter Aa. Mau ya A? Kalau Aa beruntung Aa dapet door prize." Desy membujuku untuk mengantarnya.
"Door priza apa ?" tanyaku penasaran.
"Rahasia donk. Pokoknya kalau Aa beruntung Aa gak akan nyesel."
"Kalau gak beruntung aku rugi donk. Ya udah Aa mau nelpon mamahmu." kataku. Lalu pergi ke telpon umum yang berada di depan rumah Lilis.
"Punten Teh.." aku mengucapkan salam ke Lilis yang sedang menyiram tanaman di halaman rumah.
"Mangga mau ke mana Jang?" tanya Lilis.
Di rumah kami harus bertindak biasa. Aku memanggil Lilis dengan sebutan Teh Lilis.
"Mau nelpon Bibi." kataku sambil menganggukan kepala.

Aku menelpon Bi Narsih ternyata benar. Desy diijinkan nginep di rumah temannya yang ULTAH, asal ditemani aku. Bahkan Bi Narsih menitipkan Desy kepadaku. Kalau sudah Bi Narsih yang minta aku tidak bisa menolak. Selesai nelpon ternyata Lilis masih menyiram tanaman. Dia tersenyum manis aku membalas senyumnya sambil berjalan kembali ke rumah.
"Desy gak bohong kan? Mamah ngijinin Desy nginep kalau ditemenin A Ujang. " kata Desy begitu aku masuk.
Aku segera mandi bersiap siap pergi nganter Desy. Dari Tajur ke Cihideung naek angkot 3x. Lumayan jauh. Jam 5 sore kami berangkat.
"Nanti ke teman teman Desy Aa ngakunya pacar Desy. " kata Desy.
"Ko ngaku pacar?" tanyaku heran.
"Soalnya yang lain pada bawa pacar cuma Desy yang belum punya pacar." kata Desy.
Aku hanya mengangguk setuju. Apa susahnya pura pura jadi pacar Desy.

Sampai rumah teman Desy jam setengah 7. Jarak antar rumah agak jauh. Ada juga beberapa rumah yang berdempetan selebihnya berjauhan. Maklum daerah pedesaan jadi sepi. Apa lagi tempatnya berdekatan dengan kuburan cina. Lumayan serem. Agak aneh yang dibilang pesta Ultah oleh Desy. Tidak ada dekorasi pesta Ultah sama sekali. Hanya ada 2 orang pemuda seusia Desy dan 3 gadis temannya Desy. Berarti dengan kami hanya ada 7 orang. Teman Desy yang berulang tahun namanya Wina orangnya gemuk, wajahnya manis, bibirnya tipis dan bibir bawahnya belah, ada lesung pipit di kedua pipinya. Kulitnya putih bersih. 2 gadis lagi bernama Dita dan Dewi. Wajahnya biasa saja. Tapi si Dita ini badannya sexy banget. Terutama dadanya yang membusung besar bikin ngiler setiap cowok yang melihatnya. Sedangkan cowoknya adalah pacar Dita dan Dewi.

Ke 4 cewek itu pamitan ke dapur, mau bikin minuman katanya. Tidak lama mereka muncul masing masing membawa air Teh Manis kecuali Desy yang membawa kopi. Untung Desy tahu, aku gak suka Teh manis  Benar benar aneh dan janggal pesta Ultah cuma ada air manis dan air putih. Pesta macam apa ini. Pikirku semakin bingung. Keherananku semakin bertambah, ketika Dita dan Dewi pamit pulang. Jadi tinggal kami bertiga di rumah ini. Sedangkan orang tua Wina dan adik adiknya lagi nginep di rumah saudaranya.
"Des ajak A Ujang makan.!" kata Wina. Suaranya terdengar bergetar dan seperti salah tingkah. Wajahnya juga terlihat tegang.
"Yuk A kita makan. Desy lapar." kata Desy menarik tanganku.
"Loh tadi yang lain gak disuruh makan ?" tanyaku heran.
"Mereka tadi sudah makan duluan," kata Wina. Wajahnya menunduk, tidak berani menatapku.
Kata orang tua kalo lagi makan tidak boleh ngomong. Pamali. Tapi selama nakan Desy terus bicara.
"Aa yang daper door prizenya. " kata Desy membuatku bingung.
"Door prize apa?" tanyaku, penasaran.

"Gini A, kan kami ini 4 sekawan. Di antara kami yang belom pernah pacaran dan masih perawan cuma Wina...."
"Kamu udah gak perawan?" tanyaku kaget mendengar pengakuan Desy.
"Enak aja Desy masih perawan. Cuma Desy ngakunya ke temen temen Desy udah punya pacar dan gak perawan. Di antara 4 sekawan kan Desy yang paling cantik. Masa kalah sama Dita dan Dewi yang udah punya pacar dan udah gak perawan. Desy kan malu kalo mereka tahu Desy belum punya pacar." Desy menjelaskan panjang lebar.
"Trus maksud kamu bagaimana?" tanyaku semakin penasaran.
"Maksudnya Wina pengen ngelepas perawannya pas Ultah Ke 17 nya. Wina pengen salah satu dari pacar Dita, Dewi dan Desy yang akan dipilih buat merawanin dia. Ternyara Wina milih Aa." kata Desi menerangkan
"Kalau Aa gak mau bagaimana? Tanyaku.
"Desy laporin ke Ayah Aa sama Mamah ngentot di kamar atas." Aku kaget mendengar perkataan Desy.
"Kamu liat?" tanyaku setelah bisa menenangkan diri.
"Waktu itu Desy mau nemuin A Ujang. Mau minta dianter ke sini. Eh gak taunya Aa sama Mamah lagi ngentot." kata Desy, cuek.
"Kalau Aa mau nurutin kemauan kamu buat merawanin Wina. Apa hadiahnya?" tanyaku.
"Kan Aa dapet perawannya Wina masa masih minta hadiah." kata Desy protes. "Emangnya A Ujang mau minta hadiah apa?" tanya Desi ngalah.
" Aa pengen ngentotin kamu..." kataku berbisik.
"Jangan kurang ajar A. Nanti Desy bilangin ke Mamah baru tahu rasa..." kata Desy terkejut mendengar saratku. "Udah dikasih hati minta jantung." Desy kalo sudah marah akan nyerocos panjang lebar. Bisa budek kupingku.
"Iya iya Aa becanda." kataku sambil mencium pipinya yang halus dan harum.
"Yuk A kasian Wina nungguin lama." kata Desy menarik tanganku.
"Win kamu di mana?" Desy memanggil Wina yang tidak ada di ruang tamu.
"Di kamar Des. Masuk aja." Wina menjawab dari kamarnya.

Desy nenarikku ke kamar Wina pintunya sedikit terbuka. Kulihat gadis gemuk itu tidur memakai selimut. Walau gemuk wajahnya manis tidak membosankan untuk dipandang. Desy meninggalkanku di kamar dengan Wina. Aku duduk di tepi ranjang mamandang wajah gadis manis itu yang terlihat tegang. Wajahnya berpaling tidak berani menatapku.
"Beneran kamu mau ngelepas perawan?" tanyaku berusaha meyakinkan.
"Iyyyaa, " Wina menjawab dengan suara pelan hampir tidak terdengar.
Aku menarik selimut yang menutupi tubuh Wina. Surprise ternyata di baliknya terdapat tubuh bugil gadis berusia 17 tahun. Gemuk memang. Tapi namanya nafsu tidak pernah berpikir gemuk, kurus atau sexy. Karna kenikmatan adanya di Memek dan Kontol yang bersatu. Wina memejamkan matanya malu dengan ketelanjangannya. Kucium bibirnya dengan lembut agar menjadi lebih rileks. Kulumat bibir mungilnya yang tertutup rapat. Tanganku meremas remas teteknya dengan lembut. Besar sekali tanganku tidak mampu memegang seluruhnya. Kenyal dan masih keras. Kulumat putingnya kujilat jilat dengan gemas. Tubuh Wina menggeliat nafasnya seperti tersedak kaget. Kuhisap putingya yang semakin menonjol dan mengeras seperti bayi yang menyusu ke ibunya.
"Aa, gelii" Wina menggelinjang kegelian. Tanganya memegang kepalaku.

Aku terus neremas teteknya sambil menghisapnya dengan bernafsu. Berpindah pindah dari tetek kiri dan kanan. Puas mempermainkan teteknya, aku merangkak mundur ke pahanya yang gempal berlemak. Kubuka pahanya agar mengangkang. Tak ada penolakan dari Wina sepertinya tekadnya sudah bulat untuk menyerahkan keperawanannya kepadaku di hari Ultahnya yang ke 17. Memek Wina mulus tanpa bulu terselip di antar pahanya yang gempal. Bentuknya seperti garis tipis, diapit lemak perlahan kucium aroma memeknya, agak bau pesing. Entah kenapa bau pesing tidak menggangguku sama sekali. Kujulurkan lidahku menyapu belahan memeknya agak asin, mungkin tercampur pesing. Kubuka belahan memeknya bagian dalamnya berwarna pink terlihat kering. Mungkin karna Wina masih tegang sehingga memeknya tetap kering. Lobangnya sangat kecil sekecil kelingking bayi. Aku mulai menjilati belahan memek Wina menstimulasinya agar rileks dan terangsang sehingga memeknya akan menjadi basah.
"Aduh A..... Geli geli enak...." tangan Wina menahan kepalaku.

Aku menoleh ke arah pintu yang agak terbuka Desy melihat ke arah kami sambil memegang gagang pintu. Aku menjulurkan lidah membuat gerakan seperti menjilat. Tanganku mengacungkan jempolku ke arah Desy. Kembali aku menjilati lobang memek Wina sambil tanganku menggosok gosok itilnya dengan lembut. Aku bisa merasakan ketegangan Wina mulai berkurang. Memeknya mulai mengeluarkan cairan yang bercampur dengan air liur. Kuhisap itilnya dengan gemas sambil kugigit gigit kecil. Membuat tubuh gemuk Wina menggeliat keenakan. Cukup lama aq menjilati memek Wina hingga benar benar basah. Aku merangkak di atas tubuh Wina kuarahkan kontolku ke lobang memeknya kugesek gesek belahan memeknya hingga cairan birahinya rata membasahi kepala kontolku.
"A ennnak amat...." Wina mulai berani menatapku. Sepertinya Wina sudah benar benar rileks dibakar api birahi. Itu artinya memeknya sudah siap menerima kontolku.
Perlahan kontolku menusuk memeknya lalu kutarik lagi berulang ulang. Sehingga memeknya akan menjadi semakin rileks dan otot ototnya nengendur.
"Enak gak ?" tanyaku sambil kontolku menusuk nusuk pelan.
"Enak A. " katanya. Bibirnya mulai tersenyum.
Kontolku menusuk semakin dalam melewati selaput daranya yang tipis tanpa sempat disadari Wina kontolku menerobos masuk hingga dasar memeknya. Merobek selaput daranya yang tipis.

"Aduhhhh Aaa sakit..! Wina menjerit kecil saat benda asing merobek selaput daranya. Amblas tertelan memeknya.
"Aduh kontolnya masuk." Wina menatapku bingung. "Aneh, A. Rasanya aneh." katanya lagi.
"Aneh kenapa?" tanyaku.
Kubiarkan kontolku terbenam di memeknya yang tembem. Hangat dan sempit.
"Aneh aja ada kontol dalem memek Wina. Tadi agak sakit waktu masuk sekarang rasanya aneh kaya ngeganjel."
Perlahan lahan kutarik kontolku lalu kumasukkan lagi. Wajah Wina agak melotot merasakan kontolku yang bergerak naik turun dengan pelan penuh perasaan. Agar tidak menyakiti memek Wina.
"A kontolnya diapain? Memek Wina jadi sakit sakit enak." Wina agak nyegir merasakan kontolku memompa memeknya yang tembem dan hangat.

Aku terus memompa memek Wina, kata orang memek perawan rasanya lebih enak. Peret, sempit dan ngejepit. Bohong itu. Biasa saja cuma sensasinya yang beda karna jadi orang pertama yang masukin kontol ke dalamnya. Ada kebanggan tersendiri dan sensasi sebagai pria yang beruntung. Memek Bi Narsih, Mbak Wati dan Lilis rasanya lebih enak. Memek mereka bisa berkedut meremas kontolku dan pinggul mereka ikut bergoyang, otomatis otot memek mereka akan mengeras membuat memeknya menjadi lebih menjepit.
"Aaa, enak dientot..." Wina merintih menerima sodokanku. Memeknya sudah benar benar banjir, hingga kontolku bisa bergerak bebas tanpa takut menyakitinya.
Aku semakin mempercepat kocokan kontolku, berusaha memberinya kenikmatan yang sesungguhnya. Sebagai rasa terimakasihku yang mendapatkan perawannya.
"Aaaa Wina mauuuu pipis..." jerit Wina meraih orgasme pertamanya. Memeknya berkontraksi meremas kontolku. Walau remasannya tidak seenak memek Bi Narsih yang sudah terlatih.

Ada perasaan bangga bisa memberikan kenikmatan pertama ke Wina, kubenamkan kontolku di memeknya agar kontraksinya mereda, lalu kembali kupompa kontolku dengan cepat. Berusaha meraih orgasmeku sendiri.
"Ternyata ngentot ennnak A.." kata Wina yang tiba tiba memelukku dan mencium bibirku.
Kaku memang caranya menciumku. Tapi dia sudah mulai agresif. Setelah orgasme pertamanya Wina mulai agresif, mestimulasi memeknya untuk mendapatkan kenikmatan pinggul ikut bergerak naik turun menyambut hujaman kontolku di memeknya. Gadis yang pintar cepat belajar. Aku melirik ke arah pintu, ternyata Desy masih di situ. Aku semakin bergairah memompa memek Wina, otot memeknya pun semakin menjepit kontolku dibandingkan tadi.
"Wina kelllluar lagiii...." aku kaget waktu Wina tiba tiba memelukku dan mencakar punggungku saat orgasme ke 2 nya.
Aku percepat kocokan kontolku agar rasa perihku teralihkan oleh kenikmatan saat kontolku bergesekan dengan memeknya.

"Memek kamuuuu ennnak banget Winnn" kataku.
"Ennnnnak mana samaaaa memek Desy masssss?" tanya Wina.
"Enak memek Wina. Masih rapet. Memek Desy udah longgar." kataku dengan suara keras sambil melihat Desy yang berdiri di depan pintu melihat kami.
Desy mencibirkan bibirnya matanya melotot tanganya terkepal di acungkan ke arahku, aku tersenyum geli sambil terus memompa memek Wina karna kurasakan orgasmeku semakin dekat.
"Aa mauuu kelllluarrr. Kellluarin di manaaaa Win ?" tanyaku sambil mempercepat kocokanku.
"Di dalemmmm A. Wina udah minum obat KB mamah." kata Wina sambil memeluk dan menciumi wajahku.
"Aduhhhhh akuu kellluarrr." aku menghujamkan kontolku ke dasar memek Wina menyemprotkan pejuh yang cukup banyak. Maklum sudah 3 hari gak dikeluarin.
"Aaaaaaa Wina kelllluar lagiiiii ngentot ennnnak......" lagi memek Wina berkontraksi akibat orgasmenya denyutan memeknya semakin keras saja meremas kontolku.
Kami saling berpelukan dengan nafas tersengal sengal. Rasanya lelah sekali.
"Trimakasih ya A. Udah mau ngajarin Wina ngentot. Enak." aku hanya tersenyum.
Aku nenggulingkan tubuhku ke samping Wina. Entah kenapa ngentot dengan Wina begitu menguras tenagaku. Mataku terpejam kesadaranku mulai hilang.

Aku terbangun di suatu tempat yang asing. Sunyi tak ada suara apapun. Ada tangga dari akar akar kayu di depanku. Aku berjalan menaiki tangga itu. Di puncak tangga ada tanah datar cukup luas. Di sebuah pohon besar yang akarnya menjulur keluar dari tanah ada seorang pemuda tampan dan seorang wanita yang cantik sedang duduk bercengkrama. Mereka terlihat mesra seperti sepasang kekasih. Ada yang aneh dengan pakaian keduanya. Si pemuda memakai celana pangsi sebatas lutut ada kain pendek yang melilit pinggangnya. Dia tidak memakai baju. Rambutnya yang panjang digulung ke atas. Persis seperti di film film. Sedang yang wanita hanya mengenakan kain batik yang melilit hinnga menutupi dadanya yang besar. Sehingga belahan dada bagian atasnya masih terlihat jelas. Rambutnya di sanggul ke belakang. Pemuda itu tersenyum kepadaku. Tangannya melambai memanggilku.

"Kamu tentu heran, siapa kami? Aku adalah Pangeran Samudro putra dari Prabu Brawijaya 5 dari Majapahit. Aku diusir dari kerajaan karna jatuh cinta pada Selir ayahku yang bernama Dewi Ontrowulan yang duduk di sampingku ini. Bukankah kamu sudah datang ke tempatku? Maka datanglah hingga 7 x agar semua keinginanmu terwujud. Setiap kali kamu bersetubuh, maka panggilah kami. Agar kami bisa bersatu dalam jalinan kasih kami yang belum terlaksana. Kami sudah tidak mempunyai badan kasar. Maka, jadilah badan kami setiap x kamu bersetubuh. Akan aku kabulkan semua keinginanmu. Tentu kamu bertanya, kenapa aku datang kepadanu ? Karna kamu mempunyai tanda di Penismu, sama seperti tandaku. "
Ke mana ke dua orang, itu? Tiba tiba mereka hilang begitu saja.
Aku terbangun kaget. Ah ternyata hanya mimpi. Aku masih di kamar Wina. Kulihat Wina yang tertidur di sampingku. Tapi aku merasa ada sesuatu yang aneh. Kontolku seperti disepong. Aku melihat ke arah bawah. Gila Desy sedang asik menjilati dan menghisap kontolku dengan rakus.

"Jang, inget ya hari senen besok kita berangkat ke Gunung Kemukus lagi." bisik Mbak Wati saat aku baru saja sampai rumah sepulang berjualan.
"Eh iya Mbak" hampir saja aku lupa Jum'at besok hari Jumat Pon. Berarti 2 hari lagi hari Senen aku berangkat ke Gunung kemukus.
Tidak terasa sudah 2 minggu aku berjualan dengan modal pemberian Mang Karta. Alhamdulillah omset penjualanku naik 2x lipat dibandingkan saat aku masih menjual Mie Ayam mantan Bosku. Kata orang Mie Ayamku sekarang lebih enak. Makanya sekarang Mie Ayamku cepat habis kadang jam 2 siang aku sudah pulang. Memang masakan Ibuku dari dulu terkenal enak. Sekarang Ibuku bertugas meracik bumbu dan ayam dibantu adikku. Jadi tugasku hanya berjualan keliling dan belanja bumbu bumbu. Tugasku jadi kebih ringan. Aku nembawa panci dan mangkok kotor ke dapur dibantu adik Tini. Alhamdulillah Tini sudah diterima di SMK swasta deket rumah. Jadi bisa ngirit ongkos.  Kulihat jam dinding baru jam setengah 4. Aku segera mandi terus shalat Isya. Selesai shalat aku duduk di teras sambil ngopi. Ibuku duduk di sampingku di kursi kayu panjang seperti yang ada di warung warung.

"Mak hari Senen, Ujang mau ziarah biar usaha kita lancar. Kalau gak ada halangan, pulangnya hari Sabtu." kataku.
"Iya kamu hati hati di jalan. Berarti kanu libur seminggu jualannya ya ?" tanya ibu. "Bagaimana kalau selama kamu ziarah Emak gantiin kamu jualan mangkal di Pos Ronda kan belom ada yang mangkal di situ. Nanti Emak minta ijin ke Pak RT." ibuku memberi usul.
"Jangan Mak. Nanti Mak capek. Kan berat bawa gerobak ke Pos Ronda." kataku keberatan dengan ide ibuku.
"Gak apa apa atuh Jang. Gerobak tinggal dorong gak berat." kata ibu lalu berjalan ke arah gerobak. Dengan cekatan ibu mendorong gerobak berkeliling pekarangan Kontrakan.
"Tuh ibu bisa bawa gerobak." kata ibuku.
"Ya udah terserah ibu saja." kataku.
Kulihat pintu dapur rumah Lilis terbuka. Lilis keluar menghampiri.
"Punten Bu. Kang Ujang dipanggil Pak Budi." kata Lilis tersenyum sambil mengangguk ke ibuku.
"Mangga atuh Teh. Emak ke dalam dulu ya Neng.!"
"Mangga Mak. Lilis juga mau nerusin masak." kata Lilis, pamitan.

Aku berjalan ke rumah Lilis lewat pekarangan depan. Mobil Pak Budi sudah terparkir di halaman rumah. Ternyata Pak Budi sudah menungguku di teras. Dia langsung mengajakku masuk ke ruang tamu. Kami duduk di kursi sofa yang empuk. Benar benar empuk. Aku jarang bisa duduk di sofa empuk seperti ini. Teh.Lilis keluar membawa nampan berisi 2 gelas kopi dan biskuit kaleng.
"Duduk Neng!" kata Pak Budi menyuruh duduk di sampingku.
Seperti pesakitan aku dan Lilis duduk berdampingan nenghadap ke arah Pak Budi. Aku dan Lilis nenunduk gelisah. Lilis mempermainkan jari jari lentiknya sekedar mengusir kegelisan.
"Aku mau minta tolong sama kamu Jang...... " Pak Budi tidak meneruskan kalimatnya. "Aa apa Neng yang ngomong ke Ujang? " tanya Pak Budi ke Lilis.
"Ningsih hamil Jang !" kata Lilis dengan suara yang berat.

Aku kaget mendengar berita kehamilan Ningsih dari mulut Lilis. Berita yang tidak pernah aku duga akan terjadi. Ningsih hamil. Setidaknya aku merasa lega juga di panggil Pak Budi bukan karena masalah di penginapan tempo hari. Kejadiannya kan sudah 2 minggu.
"Aku sudah dengar ceritanya dari Lilis semalam. Yang menghamili Ningsih adalah kamu. Walau sebenarnya kamu tidak salah. Makanya aku minta tolong sama kamu Jang. Tolong nikahi Ningsih anak yang dikandungnya anak kamu." Pak Budi menarik nafas panjang. Wajahnya terlihat gundah.
"Kenapa bukan Lilis yang hamil Jang. Biar Abah dan Ambu bisa menimang cucu sebelum mereka wafat. Aku anak yang tidak berguna tidak bisa membahagiakan orang tua." sekuat apapun Pak Budi berusaha untuk tidak menangis tangisannya tetap pecah.
"Aku anak yang tidak berguna Jang. 10 tahun aku berusaha untuk sembuh. 10 tahun aku berusaha untuk mencintai Lilis. 10 tahun senua uasahaku sia sia. Kadang aku berpikir untuk nenceraikan Lilis. Agar Lilis bisa mendapatkan suami yang bisa membahagiakannya. Tapi, aku terlalu egois. Aku tidak mau Abah dan Ambu semakin menderita di masa tuanya. Abah dan Ambu sudah kehilangan 2 anaknya adik adiku. Mereka meninggal karna aku. Kalau saja waktu itu aku tidak mengajak ke dua adikku itu berenang di sungai sampai saat ini mereka nasih hidup Jang. Mereka hanyut dibawa air sungai yang banjir tiba tiba. Jasad mereka tidak pernah ditemukan. Harusnya aku yang mati Jang." Pak Budi bercerita tragedi yang menimpanya.
Pipinya basah oleh air mata. Setelah mulai tenang, Pak Budi meneruskan ucapannya.

"Ko aku jadi ngelantur ya! Tadinya aku nawarin Ningsih buat tinggal di sini sampai bayinya lahir tapi Ningsihnya nolak. Dia mau kamu bertanggung jawab nikahin dia. Padahal menurutku kamu tidak salah apa apa. Itukan resiko yang harus ditanggung Ningsih."
"Bukan begitu maksud Ningsih A." Lilis memotong ucapan Pak Budi.
"Ningsih cuma pengen nikah biar gak dibilang perawan tua. Aa tahu sendiri di kampung seperti apa! Semua teman Ningsih sudah pada punya anak yang sekolah. Makanya Ningsih nekat ritual di Gunung Kemukus biar bisa dapat jodoh. Biar gak ada yang bilang kalau Ningsih perempuan pembawa petaka. Sekarang Ningsih sudah sembuh dari gangguan Jin yang selama ini mengikutinya berkat ritual di Gunung Kemukus." kata Lilis menerangkan.
"Kamu yakin Ningsih sudah sembuh dari gangguan Jin ?" tanya Pak Budi.
"Ningsih cerita ke Eneng pulang dari Gunung Kemukus Ningsih mandi air yang nyiram badannya jadi hitam. Habis mandi Ningsih langsung sakit badannya panas malamnya dia mimpi didatangi lelaki tinggi besar mukanya brewokan rambutnya panjang ada tanduk di kepala. Datengnya naik motor harley davidson. Lelaki itu bilang ke Ningsih gak mau disuruh pergi. Dia akan membawa Ningsih ke alamnya. Tapi begitu mau mendekati Ningsih lelaki itu terpental jatuh. 3x lelaki itu mendekati Ningsih dia selalu terpental jatuh. Mimpi yang sama sampe 3 malam A. Terus Ningsih dibawa ke Kyai mimpi Ningsih diceritain ke Kyai. Kata Kyai itu artinya Jin pengganggu Ningsih sudah pergi dan tidak akan datang mengganggu lagi."
"
Begitu ceritanya Jang. Kamu harus menikahi Ningsih kamu tidak perlu khawatir dengan biayanya. Semuanya aku yang nanggung. Setelah kalian menikah Ningsih kamu bawa tinggal di sini. Rumah ini besar jadi Lilis gak akan kesepian karna sering aku tinggal. Setelah anak kalian lahir anak kalian aku adopsi biar Abah dan Ambu bahagia bisa punya cucu. Mumpung belom ada yang tahu kalau Ningsih, hamil." kata pak Budi.
"Gak bisa gitu A. Abah dan Ambu pasti curiga kalau tiba tiba kita punya anak. Kalau Lilis bilang hamil Abah dan Ambu pasti langsung ke sini jagain Lilis sampai lahiran. Lagi pula kita gak perlu ngambil anaknya Ningsih." sekali lagi Lilis membantah pikiran Pak Budi.
"Lagi pula Lilis sudah telat 3 minggu. Jadwal mens Lilis bareng dengan jadwal mens Ningsih. " kata Lilis membuatku terkejut untuk ke dua kalinya.
"Ka.....kamuuuu... Hammmil?" Pak Budi tampak tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Lilis mengangguk mengiyakan.
"Alhamdulillah Yaa Allah ahirnya aku bisa membahagiakan Abah dan Ambu. Mereka akan segera punya cucu. Terimakasih Jang."
"Kamu bersedia nikahi Ningsih kan Jang? " tanya Lilis. Pak Budi sedang bahagia, sehingga lupa menanyakan kesanggupanku.
"Iya aku bersedia." Aku menyanggupinga.
"Kalau gitu hari Rabu kita ke Garut buat ngelamar Ningsih. Sekalian mau ngasih tau Abah dan Ambu Lilis hamil." kata Pak Budi.
"Gak bisa hari rabu pak. Senen saya berangkat ke Gunung Kemukus." kataku.
"Kamu masih mau ke Gunung Kemukus?" tanya Lilis dengan suara keras.
"Iya kalau gak begitu saya takut Mbak Wati cerita ke orang kita ke Gunung Kemukus. Kalau dia pasti gak akan malu karna bisa pindah kontrakan." kataku.
"Ujang benar Lilis. Kalau begitu biar Ibu kamu dan mamang kamu aja yang ke Garut buat ngelamar Ningsih." kata Pak Budi,
"Iya begitu aja Jang." Lilis menyetujuinya.

Ahirnya aku pamit pulang mau membicarakannya dengan ibuku. Kepada ibu aku mengatakan telah menghamili Ningsih adik Lilis. Aku tidak mengatakan bertemu Ningsih di Gunung Kemukus. Aku mengatakan bertemu Ningsih di sini. Sekarang keluarganya minta aku bertanggung jawab. hari rabu Pak Budi mengajak ibu ke garut buat melamar Ningsih.
"Kamu bicara ke Mamang kamu minta tolong buat ngelamar. Emang kamu sudah punya biayanya ?" aku mengangguk dan mengatakan sudah punya tabungan.
Baru saja aku mau ke rumah Bi Narsih Mang Karta datang menjemputku. Mau nitip rumah soalnya Mang Karta, Bi Narsih dan Dinda mau nginep di rumah adik Mang Karta yang baru lahiran. Di rumah Mang Karta Bi Narsih menyambut kami di teras bersama Dinda. Rupanya mereka sudah siap berangkat Mang Karta langsung memasukkan motor honda astrea.
"Bibi berangkat dulu Jang. Niitip Rumah." katanya."Des, mamah berangkat." teriak Bi Narsih.
Desy keluar dengan Wina. Tak urung aku kaget karna ada Wina. Desy dan Wina mencium tangan Bi Narsih dan Mang Karta begitu juga dengan aku. Dinda mencium tanganku. Aku masuk mengikuti Desy dan Wina. Hatiku agak berdesir melihat kehadiran Wina. Gadis abg yang dua minggu lalu aku perawanin.

"Kapan datang Wina ?" tanyaku setelah duduk di ruang tamu.
"Dari jam 5 A. Desy ngajak nginep." Wina menjawab dengan wajah yang tertunduk malu. "Desy, bohong bilang A Ujang pacarnya gak taunya kakak sepupu." Wina melanjutkan dengan wajah bersemu merah.
"Iya maaf. Gue kan belom punya pacar. " kata Desy sambil memeluk Wina sebagai permintaan maaf.
"Coba kalo elu gak bohongin gue sekarang gue masih perawan." kata Wina lagi.
"Emang elu nyesel udah diperawanin A Ujang?" tanya Desy dengan perasaan bersalah.
"Enggak juga sih. Abis yang merawanin gue A Ujang. Ternyata dientot enak banget. Gue cuma kesel sama elu. " kata Wina sambil melirik ke arahku.
"Kesel gue, bohongin? " tanya Desy.
"Kesel elu ternyata masih perawan!".

Aku jadi teringat, saat aku terbanvun dari mimpiku di kamar Wina. Kulihat Desy sedang nyepong kontolku. Aku tidak percaya dengan apa yang aku lihat. Sementara Wina tertidur pulas di samping.
" Desy !" panggilku.
Desy kaget matanya melotot ke arahku seperti melihat hantu. Wajahnya tampak pucat. Dia langsung lari keluar kamar. Aku segera menyusulnya yang duduk di ruang tamu sambil menutup wajahnya dengan bantal kecil.
"Desy pengen ya?" tanyaku sambil memeluk bahunya. Kuambil bantal kecil yang mentup wajahnya. Matanya terpejam, tidak berani menatap wajahku. Kucium dengan lembut, pipinya yang halus.
"Desy juga pengen ya?" tanyaku menggodanya. Desy menggelengkan kepalanya dengan keras.
Kucium lehernya yang jenjang sekali kali aku jilat. Tidak ada penolakan sama sekali darinya. Tanganku merayap ke dadanya kecil seperti Bi Narsih kuremas lembut. Reflek tangan Desy memegang tanganku tapi tidak ada penolakan sama sekali darinya. Tangannya tidak lagi menutupi wajahnya langsung kulumat bibir tipis Desy dengan bernafsu. Tak ada penolakan namum bibirnya terkatup rapat. Nafasnya agak memburu tersengal sengal. Lidahku berusaha masuk bibirnya namun terhalang giginya yang mengatup rapat.

Kembali kuciumi leher jenjangnya tanganku mengangkat bajunya ke atas. Tak ada penolakan bahkan saat aku melepaskan bajunya. Tetek mungil Desy hanya tertutup BH warna pink. Sudah kepalang tanggung. Aku membuka pengait BH Desy dengan mudah. Walaupun tetek Desy kecil, bentuknya indah kulahap pentil tetek yang mungil menggemaskan dengan bernafsu kujilat jilat dan kuhisap dengan lembut membuat Desy merintih kegelian. Tangannya memegang kepalaku. Sementara tanganku menyusup masuk rok mininya kugelitik memeknya yang terbungkus celana dalam. Ternyata celana dalamnya sudah lembab.
"Aduhhhh Aa jangan kurang ajarrr.!" kata Desy namun anehnya dia tidak berontak menolak kekurangajaranku.
Bahkan saat aku menarik rok mininya lepas Desy memberi jalan dengan mengangkat pinggulnya. Celana dalamnya ikut aku tarik lepas. Kini bukan hanya aku yang bugil, Desypun sudah ikut ikutan bugil sepertiku. Aku segera berjongkok di selangkangan Desy. Memek Desy sudah berbulu, cukup lebat, sama seperti memek Bi Narsih. Kubenamkan wajahku di memeknya kuhirup aromanya yang agak tajam mungkin karna sudah terangsang sehingga memeknya sudah basah oleh cairan birahi. Kubuka belahan memeknya warnanya pink dan lobangnya masih sangat kecil terhalang selaput dara.
Akupun menjilatinya dengan bernafsu kusedot cairan birahinya dengan rakus dan tanpa rasa jijik.

"Ennnnak banget Aa." Desy menjambak rambutku menekannya ke memeknya.
Cukup lama aku menjilati memek Desy. Aku bangkit menggenggam kontolku. Mengarahkan ke lobang memek Desy yang mengangkang di kursi. Saat kontolku sudah menempel di memeknya Desy mendorong tubuhku membuatku jatuh duduk dengan tangan ke belakang menopang tubuhku. Belum habis kekagetanku Desy berjongkok diatas kontolku. Tangannya meraih kontolku diarahkan menempel di lobang memeknya yang sudah sangat basah. Kebinalan Bi Narsih menurun ke anak gadisnya ini. Bukan hanya wajah dan tubuhnya. Ternyata juga sifatnya. Desy menekan pinggulnya perlahan mendorong kontolku memasuki memek perawannya. Pelan dan berhati hati saat dirasakan memeknya agak sakit Desy mengangkat pinggulnya sedikit lalu menekannya kembali. Perlahan otot otot memeknya semakin rileks Desy menekan pinggulnya lebih ke bawah memeknya menelan kepala kontolku.

"Aduhh sakit..." Desy menjerit lirih memaksa kontolku semakin dalam menusuk memeknya hingga seluruh kontolku terbenam sempurna setelah merobek selaput dara Desy.
"Memek Desy sakit A." kata Desy melihat memeknya yang tertembus kontolku. "Udah masuk semua A."
Perlahan Desy mengangkat pinggulnya kontolku bergerak keluar tinggal kepalanya yang masih terbenam. Kembali Desy menurunkan pantatnya menelan kontolku kembali lalu mengangkat kembali pinggulnya.
"A memek Desy berdarah !" Desy berbisik lirih melihat ada bercak darah mengalir di kontolku.
"Masih sakit Des?" tanyaku. Aku takjub dengan kenekatan Desy yang memaksa kontolku memasuki memek perawannya.
"Sakit sedikit kontol Aa kali yang kegedean." kata Desy wajahnya meringis.
Desy terus memompa kontolku perlahan dan penuh perasaan. Diabaikannya rasa perih di memeknya tujuannya cuma satu, merasakan kenikmatan ngentot seperti cerita teman temannya dan buku cerita porno yang sering dibacanya.

Desy benar benar mewarisi kebinalan Bi Narsih dia terus memompa kontolku, memeknya semakin basah memudarkan rasa sakitnya. Harus kuakui selain mewarisi kebinalan Bi Narsih, Desy juga mewarisi nafsu birahinya yang besar. Memeknya Desy seperti menjepit kontolku dengan keras, begitu terasa jepitannya. Gesekan dinding memek dengan kontolku begitu dahsyat
"A kok jadii ennnak. Memek Desy udah gak sakit lagiii." Desy tersenyum senang sakit di memeknya mulai berganti nikmat. Genjotanya mulai cepat entah belajar dari mana anak ini atau mungkin naluri yang menggerakannya.
"Aduhhhh ampunnn Dessss kelllluarr A....." tubuh Desy mengejang dilanda orgasme pertamanya. Tangannya mencengkeram dadaku. Otot otot memeknya berkontraksi mencengkeram kontolku.
Setelah badai orgasmenya reda Desy turun dari pangkuanku merebahkan tubuhnya di sampingku.
"Aa belom keluar ya? Gantian Aa di atas. Buruan A entot memek Desy.!"
Aku segera merangkak di atas tubuh Desy yang sudah mengangkang pasrah siap menerima hujaman kontolku. Bles kontolku dengan mudah menerobos memek Desy yang sudah sangat banjir. Aku mulai memompa dengan pelan nikmat sekali memek gadis berusia 16 tahun ini memeknya begitu menjepit. Wajahnya yang cantik menjadi semakin cantik saat memeknya aku genjot dengan perlahan.

"A ennak mana memek mamah sama memek Desy?" tanya Desy. Sekali kali bibirnya mendesis nikmat.
"Enak memek Desy." kataku.
Desy tersenyum senang tangannya meremas pantatku. Memaksakku untuk memompanya lebih cepat lagi.
"Cepetin A memek Desssssyyy ennnnak. Dessyyy mauu kelllluarrrrr lagi."
Akupun merasa puncak orgasme mendekatiku. Kupercepat kocokanku berusaha meraih orgasme ke duaku malam ini.
"Desssss Aa mauu kelllluarrrrr keluarin di mana?" tanyaku dengan nafas tersengal sengal.
"Di dalam Aa. Desssyyy udah minum obat Mamah. Desssssyyy kelllluarrrrr Aaaaaaa."
Tak kuperdulikan teriakan Desy aku semakin mempercepat kocokanku dengan ganas. Hingga akhirnya kontolku menembakan pejuh ke dasar memek Desy.

"Gue udah gak perawan Win." kata Desy. "Kalau gak percaya nich liat memek gue." Desy membuka celana dalamnya lalu menaikan roknya. Desy lalu membuka pahanya lebar lebar sambil duduk di kursi.
"Nich liat memek gue Win!" Desy membuka belahan memeknya. Memek Desy ternyata sudah basah. Gampang sekali memeknya menjadi basah pikirku heran.
"Gue gak percaya. Kecuali gue liat memek lu bisa dimasukin kontol." kata Wina ketus.
"Ini orang gak percayaan amat. A Ujang masukin kontol Aa ke memek Desy!" kata Desy yang langsung saja menghampiriku.
Tanpa basa basi Desy membuka kancing celanaku lalu menarik celanaku. Kontolku langsung keluar dari sarangnya. Kontolku sudah ngaceng karna obrolan jorok Desy dan Wina ditambah Desy yang memamerkan memeknya. Tanpa tagu Desy naik ke pangkuanku dan mengarahkan kontolku ke memeknya. Dengan mudah kontolku menerobos masuk memeknya. Desy memeluk leherku sambil memompa memeknya perlahan.

"Sekarang lu percaya gue udah gak perawan Win?" tanya Desy menoleh kw arah Wina yang melotot kaget karna kenekatan Desy.
"Kontol A Ujang enak. Desy sudah sange dari tadi A." Desy menciumi bibirku dengan bernafsu. Gadis abg ini ternyata tambah binal saja. Pantatnya memompa kontolku dengan liar.
Aku memegang pantat besar dan bulat Desy kugerakkan naik turun dengan cepat. Ternyata ngentot tanpa pemanasan sensasinya luar biasa. Apalagi ada cewek abg yang menonton kami ngentot. Membuatku semakin bergairah seakan ingin menunjukan pada Wina betapa perkasanya aku.
"Aa Desssssyyyy kelllluarrrrr kontol Aa ennnak banget, " Desy memelukku erat memeknya berkedut kedut meremas kontolku disertai rasa hangat yang khas.
Setelah badai orgasmenya reda Desy bangkit dan menarik tangan Wina yang bengong kami ngentot dengan dahsatnya. Desy berjongkok menarik celana dalam Wina.
"Des apa apaan, sich...!" sambil berusaha mempertahankan celana dalamnya.
"Elu kan udah kliat gue ngentot. Sekarang gantin gue pengen liat elu dientot A Ujang." kata Desy sambil menarik celana dalam Wina.

Ahirnya Wina membiarkan celana dalamnya lepas. Dia kembali duduk menutupi memeknya dengan rok mininya yang lebar.
"Buruan A entot memek Wina tadi dia bilang pengen dientot A Ujang lagi. " kata Desy sambil menarikku bangun.
Aku yang masih ngaceng langsung aja membuka paha Wina agar mengangkang tubuhnya kudorong agar bersender di kursi. Tidak ada penolakan dari Wina dia menurut saja pahanya kubuka lebar. Aku segera memposisikan kontolku tepat di pintu masuk memeknya yang tembem.
"Aduhhhh kontol masuk." Wina takjub saat kontol jumboku menerobos masuk memeknya yang ternyata sudah sangat basah. Mungkin karna terangsang melihatku dan Desy ngentot.
Aku langsung memompanya dengan cepat kulihat Wina malah tersenyum memeknya aku genjot dengan cepat. Aku mencium bibir Wina dengan bernafsu.
"Desssss gilaaaa kontol A Ujang ennnnak banget. " Wina merintih nikmat menerima hujaman kontolku.
Sedang asiknya menggenjot memek Wina tiba tiba terlpon berbunyi. Desy langsung mengangkatnya. Aku tidak perduli dengan Desy yang menerima telpon. Aku fokus memompa memek Wina membuat gadis gemuk itu merem melek keenkan.
"Aa Wina kelllluarrrrr!" wina memeluk leherku memeknya berkontraksi dahsyat meremas kontolku.
"Akuuu juga kelllluarrrrr Win...." kataku mengeram menembakkan pejuhku ke memek Wina.
Nafas kami tersengal sengal Aku mencabut kontolku dari memek Wina.
"Aa disuruh nganter ini ke Mamah." kata Desy sambil menyerahkan bungkusan. Segera aku memakai celanaku lagi.
"Bawa motor A."

Setelah menempuh perjalanan dari Bogor ahirnya kami sampai juga di Gunung Kemukus. Kami menginap di tempat yang sama. Ibu pemilik Warung menyambut kami dengan senyumnya yang khas dan tegur sapa yang bersifat basa basi. Setelah ngopi dan makan kami masuk kamar yang sama dengan yang kami tempati saat pertama kali datang. Tidak ada yang berubah dengan isi kamar hanya spreinya yang sudah diganti. Kurebahkan tubuhku yang letih setelah menempuh perjalanan jauh. Lega sekali rasanya bisa merebahkan badan walau di atas kasur lusuh.
"Kita mau langsung ke sendang apa nanti ?" tanya Mbak Wati yang ikutan berbaring di sampingku.
"Ya udah. Mandi dulu yuk biar segar.!" ajak Mbak Wati.
"Mbak duluan nanti gantian." kataku. Malas. "Aku ingin tidur dulu.!"
Dan aku benar benar terridur.

Apakah aku bermimpi lagi?
Kulihat sekelilingku begitu sunyi. Tak ada apa apa di sekelilingku. Hanya tanah lapang yang luas.
Aku ketakutan ingin berlari tapi lututku lemas aku jatuh terduduk. Aku terkejut saat seseorang memegang bahuku entah datang dari mana tiba tiba saja seorang pria tampan berdiri di sampingku. Senyumnya membuatku tenang.
"Jangan takut anakku."
"Sisiapa anda?" tanyaku heran.
"Aku adalah kamu. Aku adalah khadam yang dititipkan untuk menjagamu. Aku adalah warisan ayahmu." kata kata orang itu membuatku bingung tidak mengerti apa yang diucapkannya.
Pria itu lalu mengajakku berjalan menaiki tangga. Sampailah kami ke makam Pangeran Samudra. Aku terkejut melihat seorang pria yang sangat mirip denganku. Dia adalah almarhum ayahku. Ayahku bersama Bi Narsih. Aku benar benar terkejut melihatnya. Bi Narsih masih sangat muda seperti seumuran dengan Desy.
"Ayah...! Bi Narsih...! " tidak percaya dengan penglihatanku.
"Bukankah itu ayahmu dan wanita itu Bibimu ?" tanya pria yang mengajakku.
"Ayah dan Bibimu adalah pelaku Pesugihan Gunung Kemukus. Tapi ayahmu telah ingkar janji sehingga semua kekayaannya lenyap dalam sekejap. Yang tersisa dri ayahmu adalah ILMU PEMBANGKIT BIRAHI yang secara tidak sengaja kamu warisi. Sedangkan Bibimu mendapatkan kekayaan tapi dia berubah menjadi Budak Sex. Birahinya tidak akan terbendung." pria itu menerangkan apa yang aku lihat.
"Perjanjian apa yang telah ayahku, ingkari ?" tanyaku.

"Jang bangun! Sudah jam 4 sore." Mbak Wati membangunkanku.
Aku menggeliat merenggangkan semua otot otot di tubuhku. Kulihat Mbak Wati duduk menghadap ke arahku.
"Mbak sudah mandi?" tanyaku.
"Belum Jang. Sekalian mandi di sendang. Siap siap, yuk. Kita ngopi dulu baru ke sendang"
Dengan malas, aku bangun mengikuti Mbak Wati ke warung. Ternyata bukan hanya kami yang menginap. Di warung sudah ada seorang pria dan wanita, taksiranku usia mereka awal 30an. Wajah si pria cukup tampan si wanita juga lumayan cantik. Walau tidak secantik Ningsih dan Lilis. Wanita itu juga berjilbab. Kami saling melempar senyum
"Sudah berapa hari di sini Mbak? Wanita itu memulai pembicaraan.
"Baru sampe tadi jam 9 pagi Mbak. Kalo Mbak datang dari kapan?" tanya Mbak Wati.
"Saya juga baru sampe jam 10. Rencananya mau sampe Jumat. Mbak juga sampe Jumat Pon, ya?" tanya wanita itu.
"Iya Mbak. Sudah berapa kali ke sini Mbak?" tanya Mbak Wati.
"Baru sekali Mbak" lalu kami berkenalan.
Si Pria benama Aji dan si wanita Anis mereka dari karawang. Mereka banyak bertanya tentang tata cara ritual. Mbak Wati menjelaskannya panjang lebar.

"Kalau begitu kita bareng ke Sendang Ontrowulan terus kita ziarah ke makam Pangeran Samudra." mbak Wati mengajak mereka. Mereka langsung saja setuju.
Ketika kami masuk ke dalam bilik Sendang Anis minta mandi bersama sama alasannya mereka sama sekali belum tahu tata cara mandinya. Awalnya Mbak Wati keberatan Mbak Wati menerangkan bahwa mandinya harus berpasangan biar lebih manjur.
"Iya Mbak. Saya ngerti. Kalau Mbak keberatan kami liat Mbak mandi gimana kalau saya duluan mandi dengan Aji. Mbak yang ngajarin bacaannya?" Anis tetap memaksa diajarin cara mandinya. Padahal Mbak Wati sudah menjelaskannya secara detil.
Ahirnya Mbak Wati setuju. Kami berempat masuk bilik Sendang. Anis langsung membuka jilbab dan gamisnya hingga tersisa celana dalam dan BHnya saja. Tidak terlihat perasaan risih di wajahnya padahal ada aku. Tetek Anis cukup besar kulitnya juga bagus kulitnya cukup putih.
"Mandinya harus bugil," kata Mbak Wati, menerangkan.
Teh Anis langsung membuka BH dan Celana dalamnya. Aku sempat melihat memek Anis mulus tanpa jembut. Aji pun membuka seluruh pakaiannya seperti Anis.

Mbak Wati menyuruh Aji mengisi ember dengan air sendang menatapku Mbak Wati menyuruh Aji dan Ani duduk bersila menghadap Sendang Mbak Wati menuntun mereka membaca mantra mandi permohonan ke Dewi Ontrowulan. Selesai membaca mantra Mbak Wati menyuruh Aji menyiram air kembang ke kepala Anis sebanyak 3x. Gantian Anis menyiram air ke Aji. Setelah itu mereka mandi sendiri. Setelah kami semua selesai menjalani ritual mandi kami langsung ke bangsal Sonyoyuri tempat Pangeran Samudra dimakamkan. Begitu memasuki area makam lututku gemetar tanpa bisa kutahan aku jatuh terduduk tepat di bagian kaki makam. Samar samar ada suara sedang membaca mantra. Tanpa dapat kutahan aku mulai mengikuti alunan mantra. Entah berasal dari mana suara itu. Samar samar aku melihat sosok yang pernah kulihat dalam mimpi, dia tersenyum ke arahku.

"Tepati janji yang pernah dibuat ayahmu!" suara itu begitu jelas di telingaku. Apakah sosok itu yang bicara padaku? Tapi sejak tadi mataku tidak beralih darinya. Sosok itu hanya tersenyum tidak menggerakan bibirnya. Apa sebenarnya janji ayahku?
Sosok itu perlahan sirna kesadaranku perlahan pulih. Kulihat Mbak Wati Aji dan Anis begitu khusuk berdoa. Selesai berdoa mereka menaburkan kembang lalu mereka berebutan mencari kembang kantil yang mereka taburkan. Lalu kami kembali ke penginapan. Sepanjang jalan aku lebih banyak diam mendengarkan obrolan Mbak Wati dan Anis yang berjalan di depan. Mataku tertuju ke pantat Anis yang besar bergoyang goyang saat jalan. Pasti ini cewek hyper. Pikirku.
"Jang gimana hasilnya setelah kamu ziarah ke sini?" tanya Aji membuyarkan lamunanku.
"Alhamdulillah Kang Aji. Jualanku sekarang lebih laris. Kang Aji sendiri usaha apa? Tanyaku.
"Aku jualan baju keliling Jang. Kalau Anis dia buka Warung kopi di rumahnya." kata Aji menerangkan.
"Rumah Akang sama Teh Anis dekat?" tanyaku.
"Jauh Jang. Beda kecamatan. Kenal karna sering ngopi di tempat Anis."

Setibanya di penginapan Mba Wati langsung memesan sesajen sekalian diantar ke kamar. Sebenarnya aku pengen duduk duduk dulu sambil ngopi. Tapi Mba Wati nyuruh ngopinya di kamar saja. Dingin katanya.
"Udah tau kan tata cara ritual selanjutnya gak usah diajarin lagi?" tanya Mbak Wati menggoda Anis sebelum masuk kamar. Ternyata kamar Anis bersebelahan dengan kamar kami.
Sesajen sudah disiapkan kami mulai bermeditasi dan membaca mantra dalam keadaan bugil. Kembali aku mendengar alunan mantra yang tidak jelas asalnya dari mana. Begitu mistis membuat sekujur tubuhku merinding. Kembali aku mengikuti alunan mantra dalam hati. Hidungku mencium bau wewangian yang asing. Membuat birahiku bangkit maksimal. Suara alunan mantra itu tiba tiba hilang. Aku melihat Mbak Wati masih khusuk membaca mantra. Tubuh bugilnya tidak terganggu hawa yang semakin dingin. Hanya putingnya yang terlihat semakin mengeras oleh hawa yang dingin. Dari kamar sebelah, rupanya pertempuran sudah dimulai. Suara rintihan Anis terdengar jelas. Karna kamar kami hanya dipisah dinding triplek setinggi 2 meter. Kalau aku naik kursi aku akan bisa melihat persetubuhan mereka.

"Kocok yang kenceng Jiiii. Memek Annnisss" terdengar suara Anis begitu jelas.
"Udah pengen ya kamu?" Mbak Wati mengangetkanku yang melihat dinding triplek.
Mbak Wati melumat bibirku dengan mesra aku membalas dengan bergairah. Lama kami berciuman. Tanganku meremas teteknya yang besar dan kenyal. Kupermainkan putingnya yang sudah mengeras.
"Jang tangan kamu semakin nakal aja. " Mbak Wati berbisik. Lalu dijilatinya kupingku membuatku kegelian. Tangannya membelai kontolku yang sudah ngaceng maksimal.
Aku mendorong Mbak Wati rebah di atas kasur lusuh. Kujilati puting teteknya dengan gemas. Kuhisap dengan keras, berharap ada asi yang bisa kuminum. Perjuangan yang sia sia karna tetek Mba Wati sudah tidak mengeluarkan asi. Bosan dengan teteknya aku beralih ke memeknya yang gundul karna rutin dicukur. Kubenamkan wajahku di memeknya yang indah dan bergelambir. Memek Mbak Wati sudah sangat basah. Kujilati memeknya dengan bernafsu, sesekali aku menggigit gelambir memeknya yang menggemaskan. Itilnyapun aku hisap hisap.
"Ennnak jang. Memek Mbak kamu jilatin." Mbak Wati mengerang nikmat. Tangannya memegang kepalaku yang berada di selangkangannya.

Aku semakin bernafsu menghisap cairan memek Mbak Wati. Nikmat sekali rasanya.
"Udahhh ampunnn Jang. Entot Mbak sekarang.!" kata Mbak Wati.
Aku merangkak di tubuh Mbak Wati. Mbak Wati langsung menuntun kontolku memasuki memeknya. Aku mendorong pinggulku dengan mudah kontolku menerobos masuk memek Mbak Wati.
"Aduhhh ennak kontol kamu say" Mba Wati memelukku bibirnya mencium bibirku dengan bernafsu.
Sambil berciuman aku memompa memek Mbak Wati dengan cepat sehingga menimbulkan suara kecipak yang merdu.
"Terussss jang. Yang kencang kontol enak." Mbak Wati ikut menggerakkan pinggulnya menyambut hujaman kontolku.
"Jang akuuuu kelllluarrrrr," mbak Wati memelukku dengan erat kakinya menahan pinggangku agar tidak bergerak dan kontolku terbenam semakin dalam.
Setelah badai orgasmenya reda Mbak Wati mendorong tubuhku menyuruhku telentang. Mbak Wati langsung melumat kontolku menghisap dan mengocok ngocok kontolku dengan mulutnya membuatku menggelinjang nikmat.
"Ennnak Mbak!" kontolku ngilu ngilu nikmat. "Udah Mbak masukin lagi.!"

Mbak Wati berjongkok kontolku diarahkan ke lobang memeknya. Pinggul Mbak Wati turun menelan kontolku hingga amblas seluruhnya. Nikmat sekali kontolku bergesekan dengan dinding memek yang lembut dan basah. Benar benar nikmat. Mbak Wati bergerak naik turun dengan berirama menstimulasi memeknya agar mendapatkan kenikmatan yang lebih dahsyar dari orgasme pertamanya. Wajahnya menunduk melihat pertemuan kontol dan memeknya yang terbuka lebih lebar.
"Jang kontol kamu gede gede amat memek Mbak sampe dower." mbak Wati tersenyum. Pinggulnya terus bergerak naik turun dengan perlahan.
"Gila ennnnak banget memek Mbak!" Mbak semakin tahu aja memperlakukan kontolku hingga kenikmatan yang kurasakan semakin maksimal.
"Kontol kamu juga ennnak banget say" wjah Mbak Wati terlihat semakin binal saja. Mbak Wati semakin cepat memompa kontolku tangannya bertopang di dadaku.
"Jang Mbak mauuu kelllluarrrrr." mba Wati mencengkeram dadaku untung kukunya tidak panjang, jadi tidak begitu sakit.
"Akkkku jugaaaa Mbak. Kitaaaa bareng ennnnak!" aku merasakan hal yang sama dengan Mbak Wati kontolku berkedut menembakkan pejuhku dengan deras.
"Jang ennnak! Kontol kamu benar benar hebat." Mbak Wati mencium bibirku setelah badai orgasmenya reda.

"Narsih hamil kamu harus tanggung jawab Gobang !" teriak mang Karta ke orang yang membelakangiku. Gobang bukankah itu nama ayahku Aku berjalan ke arah Mang Karta yang berdiri bertolak pinggang. Ya, benar Itu ayahku.
"Tapi Narsih adalah adik iparku aku tidak bisa menikahinya. Lagi pula Narsih tahu dengan resikonya saat kami ke Gunung Kemukus." kata ayahku berusaha menenangkan Mang Karta yang marah besar.
"Kamu harus tetap bertanggung jawab bagamanapun caranya. " mang Karta sudah tidak mampu lagi menahan amarahnya. Tanganya menonjok wajah ayahku gerakannya cepat dan bertenaga.
Reflek ayahku menangkis serangan Mang Karta dengan tangan kanannya. Serangan pertamanya gagal Mang Karta merubah jurusnya dengan selup jero. Tangan kirinya menepis tangan kanan ayahku yang sedang menangkis, mang karta menarik tangan kanannya lalu kembali menonjok dagu ayahku dengan posisi kakinya kanannya ikut maju dan tubuh agak doyong ke depan, tenaga gabungan yang dikumpulkan di kepalan tinjunya akan menghasilkan tenaga yang dahsyat. Gerakan ayahku terkunci. Tapi ayahku semasa hidupnya terkenal sebagai jawara hebat, dia tidak gugup menghadapi serangan Mang Karta tangan kiri ayahku meraih siku kanan mang Karta yang mengunci tangan kananya menariknya, sementara kaki kiri ayahku nenendang tulang kering kaki Mang Karta. Tubuh mang Karta tertarik ke samping dan pukulannya meleset, akibatnya fatal mang Karta hampir jatuh nyungsep akibat tarikan ayahku dan juga tenaga pukulannya yang meleset.

Tapi Mang Karta juga terkenal sebagai jawara yang sangat ditakuti ilmu silat Cimandenya sudah mumpuni. Mang Karta menggulingkan tubuhnya di tanah nenjauh dari ayahku. Mang Karta bangkit kembali memasang kuda kuda siap menerima serangan .
"Karta kita gak boleh berkelahi seperti ini. Semuanya bisa dibicarakan dengan baik baik." ayahku masih berusaha menenangkan Mang Karta yang sudah sangat marah.
Bujukan ayah dijawab dengan serangan mematikan Mang Karta, kembali terjadi pertarungan sepihak. Aku bilang sepihak karna ayahku hanya bertahan tidak membalas serangan Mang Karta. Gerakan Mang Karta cepat dan bertenaga. Bahkan pohon sebesar paha orang dewasa yang terkena pukulan Mang Karta patah pelan pelan tumbang. Orang bilang pertahanan terbaik adalah menyerang. Ayahku yang hanya menangkis dan menghindar akhirnya terkena pukulan telak Mang Karta yang menghantam dagunya dengan keras ayahku terjatuh kepala belakangnya menghantam batu dengan keras. Mang Karta menatap ayahku yang tergeletak tidak bergerak. Mang Karta menunggu dengan waspada. Dia tahu ayahku seorang jawara hebat, tidak mungkin kalah hanya dengan satu pukulan. Tapi ayahku tetap tidak bergerak walau sudah dutunggu cukup lama. Mang Karta mendekati ayahku kewaspadaanya tetap terjaga. Kakinya menendang pelan dada ayahku. Tak ada reaksi. Mang Karta berjongkok memperhatikan dengan seksama tidak ada gerakan di dada ayahku. Perlahan Mang Karta memegang urat nadi leher ayahku.
"Kang Gobang.! Bangun Kang!" Mang Karta mengguncang guncangkan tubuh ayahku.
Aku lemas melihat adegan ayahku. Melihat ayahku mati tragis di tangan Mang Karta. Aku berteriak mencegah Mang Karta yang mengangkat tubuh ayahku melemparnya ke sungai yang sedang banjir.

Aku terbangun tubuhku basah oleh keringat. Ach ternyata aku cuma bermipi. Mbak Wati tidur dengan nyenyaknya. Tubuh bugilnya tertutup kain batik panjang yang dibawanya dari rumah. Perlahan aku bangun. Kupakai celana training dan kaos. Aku berjalan perlahan agar Mbak Wati tidak terbangun. Di kamar mandi aku bertemu Anis yang sedang kencing. Pintu kamar mandi dibiarkan terbuka.
"Ujang bikin kaget saja." kata Anis setengah berteriak melihat kehadiranku yang tiba tiba.
Anis berdiri tidak sadar celananya belum dinaikkan, sehingga aku bisa melihat memeknya yang tidak berbulu.
"Teh memeknya kelihatan!" kataku sambil tersenyum lucu. Lumayan bisa menghilangkan pengaruh mimpi burukku tadi.
Anis hanya tertawa kecut menaikkan celana dalam dan celana tidurnya tak rasa malu di wajah cantiknya.
"Udah jangan diliat mulu nanti kamu pengen." kata Anis sambil mencium pipiku.
Aku masuk kamar mandi Anis menahan pintu yang mau aku tutup.
"Jangan ditutup Jang. Anis takut. Tadi ngebangunin Aji minta dianter gak bangun bangun. Apa lagi tadi ngedenger kamu teriak makin takut aja." kata Anis.

Aku hanya mengangguk. Aku hanya mengeluarkan kontolku saat kencing sehingga Anis bisa melihatnya. Masih lembek.
"Jang gede amat. Padahal belom bangun" kata Anis takjub.
"Apanya yang gede?" tanyaku.
"Kontol kamu. Pantesan tadi Mbak Wati teriak teriak keenakan waktu ngentot. Sampe 3 ronde lagi. Aji baru dua ronde udah KO" kata Anis.
"Mau nyobain?" tanyaku menggoda Anis sambil menghadap ke arahnya memperlihatkan kontolku.
Aku buru buru menaikkan celanaku saat tangan Anis mau memegang kontolku.
"Ich Ujang jahat!" omel Anis.
Sampai kamar aku termenung memikirkan mimpiku. Hanya mimpi bukan hal yang nyata. Tidak mungkin Mang Karta yang membunuh ayahku. Setahuku ayah meninggal karna hanyut di sungai mayatnya ditemukan menyangkut di batu dalam kondisi membusuk. Hanyut? Bukankah dalam mimpiku Mang Karta melempar mayat ayahku ke sungai.

Jam 9 pagi, aku bangun. Tubuhku terasa sangat letih. Mba Wati tidak ada di kamar. Tumben dia tidak membangunkanku. Aku mengambil handuk mandi mungkin bisa menyegarkan pikiran dan tubuhku. Belum sempat aku membuka pintu Mbak Wati masuk.
"Sudah bangun Jang?" Mbak Wati tersenyum dikecupnya pipiku.
"Mbak dari mana?" tanyaku melihat dandannya yang cukup rapih.
"Nyari tukang pijit. Badan pada pegel. Kamu juga sepertinya perlu tukang pijit dari tadi Mbak lihat tidur kamu gelisah. Ya udah, kamu mandi dulu." kata mbak Wati.
Selasai mandi aku lihat mbak Wati sedang dipijit Anis. Surprise aku pikir tukang pijitnya orang tua ternyata Anis. Tentu saja aku mau kalau yang mijitnya Anis. Hehehe
"Kamu bisa mijit Teh Anis?" tanyaku heran.
"Bisa di rumah aku suka mijit tapi khusus cewek dan anak anak."
"Aku juga mau donk dipijit.!" kataku sambil duduk di samping Mbak Wati.
"Wajah kamu mirip Kang Gobang" kata Anis membuat jantungku hampir copot nama ayahku disebut Anis.
"Suami kamu?" aku pura pura tidak mengenal nama itu. Apa hubungan Anis dengan ayahku?
"Bukan mantan pacar Anis. Udah lama waktu umur Anis 16 tahun. Sekarang umur Anis 31 tahun. " kata Anis matanya menatapku dengan seksama.
"Och kirain suami Teh Anis." kataku.

Sebenarnya aku ingin mengorek keterangan dari Anis. Kehadiran Mbak Wati membuatku menahan diri.
"Anis janda." kata Anis.
Menurut Ibuku ayahku kerja di Jakarta. Pulangnya sebulan sekali. Mungkin ayahku pacaran dengan Anis. Mungkin kejadiannya begitu. Ternyata ayahku playboy juga.
"Udah lama Teh Anis jadi janda? Meninggal apa cerei?" tanyaku kepo.
"Cerai semua lelaki gitu. Begitu dapet memek baru memek lama pasti ditinggal. Dulu Anis ditinggal gitu aja sama Kang Gobang padahal lagi hamil." kata Anis ketus.
Dia bercerita tanpa merasa malu. Ayahku punya anak dari wanita lain? Ini benar benar gila. Semuanya aku ketahui tanpa sengaja. Dimulai dari ritual sex Gunung Kemukus. Hidupku berubah 180 derajat. Ditambah dengan mimpi mimpi aneh yang muncul terus menerus.
"Berarti yang ngambil perawan kamu si Gobang itu?" tanya Mbak Wati ikutan kepo.
"Kang Gobang janji mau nikahin Anis. Makanya Anis mau aja dibawa ke Gunung Kemukus. Malah kang Gobang janji di makam Pangeran Samudra mau nikahin Anis." mata Anis berkaca kaca teringat masa lalunya.
"Kamu juga mau dipijit Jang? Tanya Anis setelah selesai memijit Mbak Wati.
"Mau teh." kataku bersemangat dan berharap Mbak Wati meninggalkan kami di kamar, agar aku bisa mengorek keterangan lebih banyak lagi.
"Hati hati Nis. Mijit si Ujang. Itunya nanti bangun." kata Mbak Wati menggoda Anis.
"Kalo bangun tinggal dibikin bobo lagi. Hihihi." Anis membalas godaan Mbak Wati.
"Mau ke mana Mbak?" tanyaku melihat Mbak Wati keluar kamar.
"Nemeni Aji kasian sendirian di depan." kata Mbak Wati.

Setelah Mbak Wati keluar Anis mulai memijit betisku. Tangannya halus dan lembut pijatannya juga cukup enak.
"Gobang itu Ayahku Teh. Dia sudah meninggal 15 tahun lebih." kataku dengan suara pelan.
"Aaayyahmu?" Anis terkejut mendengar pengakuanku. Pijitannya berhenti.
Aku duduk menatap wajah Anis yang cantik. Pantas ayahku sempat jatuh hati pada wanita itu. Anis mengangkat wajahnya membalas tatapanku.
"Kamu benar benar mirip. Kang Gobang sudah meninggal sia sia kedatanganku ke sini." Anis menangisi nasibnya yang tidak beruntung
"Aku kenal Kang Gobang di Jakarta waktu aku kerja di warung nasi Bibi. Kang Gobang jagoan pasar,berdua dengan Kang Karta. Mereka sering makan di warung tempatku kerja. Sampai pada suatu hari Kang Gobang ngajak aku ritual di Gunung Kemukus Kang Gobang janji akan menikahi Anis. Makanya Anis mau. Bahkan di Makam Pangeran Samudra Kang Gobang kembali berjanji akan menikahi Anis. Dia bersumpah kalau ingkar janji dia akan hanyut di sungai. Itu yang diucapkannya. Setelah pulang dari sini Kang Gobang tidak pernah kembali lagi. Dia gak pernah tahu wajah anaknya seperti apa." Anis kembali menangis dengan pilu.
Janji yang diingkari. Apakah janji ini yang dimaksud dalam mimpiku? Kepalaku semakin pusing memikirkannya. Aku memeluk Anis berusaha menghiburnya. Atau lebih tepatnya menghibur diriku sendiri.

"Anis ke sini dan nekat nelakukan ritual agar Anis bisa bertemu dengan Kang Gobang. Sekarang semuanya sia sia." Anis menumpahkan air matanya di dadaku.
"Perjalanan Teh Anis berhasil. Teh Anis sekarang tau kalau ayahku Gobang sudah meninggal. Kalau boleh tahu siapa nama adikku?" tanyaku lagi.
"Ratna umurnya sudah 14 tahun. "
14 thn sama dengan usia Dinda anak Bi Narsih. Apakah Dinda juga anak ayahku? Dinda bukan anak Mang Karta? Aku tahu kalau Desy anak Bi Narsih dengan suami pertamanya. Sedang Mang Karta adalah suami kedua Bi Narsih. Kepalaku semakin pusing memikirkannya. Kami larut dengan pikiran masing masing. Tangisan Anis sudah berhenti.
"Wajahnu benar benar mirip dengan ayahmu. Tadinya kupikir kamu Kang Gobang. Tapi kamu masih muda. Ternyata kamu anak Kang Gobang. Aneh ya kok bisa kebetulan kita bertemu." Anis berusaha tersenyum kepadaku. Entah kenapa hatiku bergetar melihat senyumnya.
"Kamu jadi gak dipjitnya?" tanya Anis.
Aku menggelengkan kepala. Semuanya begitu tiba tiba dan nengejutkan. Kembali kami saling bertatapan. Entah kenapa melihat wajah Anis nafsuku bangkit.

Aku mencium bibir Anis dengan lembut tak ada penolakan darinya. Bahkan Anis membalsnya. Kami berciuman cukup lama. Tanganku menyentuh bukit dada Anis lalu meremasnya perlahan. Anis semakin ganas mengulum bibirku tanganku semakin leluasa meremas teteknya yang cukup besar.
"Kamu mau netek ya anak ibu yang nakal.?" aku kaget mendengar suara merdu yang entah dari mana datangnya.
Yang pasti itu bukan suara Mbak Wati apalagi suara Anis. Karna bibir Anis masih tersumpal bibirku. Reflek aku mendorong tubuh Anis menjauh. Anis kaget karna aku mendorongnya dengan keras. Matanya menatapku dengan heran.
"Kamu kenapa, Jang?" Anis bertanya bingung melihat wajahku melihat sekeliling.
"Teh Anis denger suara perempuan gak ?" tanyaku.
"Anis gak denger suara apa apa Jang. Jangan nakut nakutin Jang!" Anis memegang tanganku.

"Aku diusir dari Istana karna mencintai Selir Ayahku. Maka panggilah aku saat kamu bersenggama, agar aku bisa mereguk kenikmatan bercinta. Maka aku akan mengabulkan keinginanmu." sekarang aku mendengar suara pria seperti dalam mimpiku.
Aku menatap wajah Anis aku mulai mengerti apa yang dimaksud suara Ghaib itu. Kalau aku ibaratkan Anis adalah selir ayahku. Seperti Dewi Ontrowulan Sang selir yang berselingkuh dengan anak tirinya. Setelah aku menyadarinya suara itu lansung hilang berganti dengan aroma wewangian yang harum semerbak. Aku menarik baju gamis Anis melewati kepalanya. Anis tidak berusaha menolak bahkan dia mengangkat tangannya hingga gamisnya terlepas menyisakan BH warna krem seperti tidak mampu menampung teteknya yang besar. Kulepas BHnya.
"Ujang, mau nyusu ya?" kata Anis nenggodaku. Tangannya memegang teteknya yang besar.
Kucaplok puting tetek Anis yang sudah mengeras. Aku menghisapnya dengan lembut sambil aku remas perlahan.
"Ujang lembut amat kamu neteknya? Beda sama ayah kamu yang buas." kata Anis tangannya membelai rambutku. Seperti seorang ibu yang menyusui putranya.

Tanganku merayap ke selangkangan Anis yang hanya tertutup celana dalamnya. Sudah mulai basah. Perlahan aku mendorong tubuh Anis rebah. Kutarik celana dalamnya hingga terlepas dari kakinya. Indah sekali memek tembem Anis bersih tanpa noda. Gundul seperti memek remaja. Aku membungkuk di selangkangan Anis kuhirup aroma memeknya yang lembut. Kujilati dengan bernafsu. Membuat Anis menggelinjang nikmat. Tangannya menjambak rambutku pelan.
"Ujang jorok memek Anis dijilatin enak." Anis mendesis menggigit bibir tipisnya.
Cukup lama aku menjilati memek Anis dari mulai lobangnya, itilnya, kusedot cairan birahinya dengan lahap. Begitu nikmat rasanya. Aroma memek Anis membuatku semakin bernafsu.
"Ampun jang... Udahhhh Anis gak kuaaaat lagiii...!" Anis bangkit menarik pinggulnya menjauh dari wajahku.
Anis menarik kaosku lepas lewat kepala kemudian mendorong tubuhku rebah. Tanganya menarik celana traningku lepas. Aku benar benar ditelanjangi wanita cantik yang baru saja aku kenal. Anis membungkuk melahap kontolku dengan bernafsu. Lidahnya begitu piawai memanjakan kontolku sambil menghisapnya, membuatku menggelinjang nikmat. Anis ternyata sudah sangat berpengalaman memanjakan kontol.
"Teh, pinter banget nyepongnya." kataku.

Cukup lama Anis nyepong kontolku. Ahirnya aku menyerah menyuruh Anis menyudahi sepongannya.
"Udah Nis. Aku udah gak tahan mau ngentot memek kamu." aku menarik pundak anis agar menjauh dari kontolku.
Saat Anis bangkit aku terkejut. Wajah Anis berubah Wajahnya menjadi sangat cantik, seperti wanita dari masa lalu. Rambutnya yang panjang bergelombang di sanggul ke atas kepala, sisanya dibiarkan terurai indah. Matanya bulat dengan alis yang tersusun rata. Hidungnya bangir khas wanita jawa. Bibirnya mungil dan tipis membentuk gendewa. Kecantikan dari masa lalu yang sulit ditemukan pada jaman sekarang. Alami tanpa polesan. Wanita itu berjongkok meraih kontolku mengarahkannya ke lobang memeknya yang indah. Aku memejamkan mata berusaha meyakinkan bahwa itu hanya halusinasi. Saat aku membuka mata Anis sudah menggerakkan pinggulnya turun, menekan kontolku memasuki memeknya. Aku menarik nafas lega. Wanita yang tadi hanya ilusi. Anis menggerakkan pinggulnya memompa kontolku dengan lembut mengingatkanku pada Lilis. Bibirnya tersenyum menatapku lembut. Sex yang sangat indah bukan hanya kepuasan birahi. Mataku terpejam menikmati semua sensasi yang membuatku melayang menggapai nirwana.

"Jang kontol kamu gede amat. Rasanya sampe mentok." Anis menggigit bibirnya matanya terpejam menikmati gesekan dinding memeknya dengan kontolku.
"Memek Teh Anis juga ennnak banget. Jepitannya ...." aku meraih tetek Anis kuremas dengan lembut.
Aku memejamkan mata menikmati pompaan Anis yang sangat lembut. Saat aku membuka mata kembali aku melihat wanita itu sedang menggerakkan pinggulnya turun naik memompa kontolku. Sekarang aku benar benar ketakutan. Tapi entah kenapa kontolku tetap tegang padahal nafsuku sudah hilang berganti dengan rasa takut. Kesadaranku perlahan hilang. Semuanya menjadi gelap.

"Jang bangun. !" kulihat Mbak Wati nenggoyang goyangkan tubuhku.
"Eh Mbak!" kataku melihat ke arah Mbak Wati lalu melihat sekelilingku. Tidak ada siapa siapa. Akupun sudah berpakaian lengkap. Mana Anis? Mana wanita dari masa lalu itu?
"Tidur kamu enak amat Jang ! Kata Anis kamu dipijit malah tidur. Sekarang udah jam 1 siang. Kamu gak mau makan?" tanya Mbak Wati.
Aku bangun tubuhku terasa segar dan ringan. Perlahan aku bangkit mengikuti Mbak Wati keluar kamar.
"Mbak aku mau kencing dulu!" kataku berbelok ke kamar mandi.
Anis kulihat keluar dari kamar mandi. Dia tersenyum melihatku. Bibirnya mengecup pipiku.
"Makasih ya Jang. Kamu hebat banget ngentotnya Anis benar benar puas." bisik Anis meninggalkanku yang bengong karna bingung.

Sepulang dari Gunung Kemukus aku sudah harus mempersiapkan diri untuk pernikahanku dengan Ningsih. Persiapannya sudah matang menurut ibuku.
"Apa 10 hari lagi?" tanyaku kaget.
"Iya keluarga mempelai perempuan pengen secepatnya." jawab ibuku.
"Kita ziarah ke makam ayah dulu ya bu. Sebelom Ujang nikah."
"Iya ibu juga mau ngajak kamu ziarah. Gak kerasa kamu sekarang sudah besar dan sebentar lagi kamu punya istri." mata ibuku tampak berkaca kaca. "Coba kalau ayahmu masih ada dia pasti bangga anak lelakinya sudah besar."
Ayahku kematiannya yang tragis masih menjadi tanda tanya yang besar buatku. Aku harus menyelidikinya. Tapi tidak sekarang. Mungkin setelah pernikahanku nanti. Bi Narsih mungkin dia tahu penyebabnya. Akan aku tanyakan nanti sekarang aku harus fokus mempersiapkan pernikahanku.
"Ibu mau ke mana?" tanyaku melihat ibu berjalan ke luar.
"Mau beres beres rumah Pak Budi kan selama Teh Lilis di Garut ibu dititipin rumah. Kamu istirahat dulu pasti capek baru sampe." ibuku menjelaskan.

Tidurku cukup nyenyak. Aku bangun dengan badan segar. Terlebih setelah aku mandi. Aku membuat kopi dan membawanya ke teras. Seorang gadis muda masuk ke pekarangan areal kontrakan cantik, badannya yang langsing di balut kaos kaos ketat dan celana jeans ketat. Kulitnya hitam manis membuatnya terlihat exotic. Aku seperti pernah bertemu gadis itu tapi di mana? Lastri? Apa mungkin dia ada di sini? Gadis itupun kaget melihatku. Langkahnya terhenti memandangku.
"Lastri ?" tanyaku memastikan. Gadis itu mendekatiku dan mengajak bersalaman.
"Iya kamu Ujang?" Lastri melihat sekeliling, lalu berkata pelan. "Jangan bilang bilang kita pernah ketemu di Gunung Kemukus ya!" katanya.
Aku hanya mengangguk. Tentu saja aku tidak akan mengatakan hal yang bodoh. Biarlah itu tetap menjadi rahasia kami. Apalagi sebentar lagi aku akan menikah.
"Kamu mau ke siapa?" tanyaku heran dengan pertemuan yang sangat mengejutkan ini.
"Aku sekarang tinggal dengan Mbakku Heny baru kemaren aku sampai sini. Ngobrolnya jangan di sini kita nyari tempat lain. Sekalian aku pengen jalan jalan." kata Lastri.

Aku melihat jam tanganku baru jam setengah 4 sore.
"Ayok jam berapa?" tanyaku.
"Jam 5 nunggu mbakku pulang. Aku masuk dulu ya!" kata Lastri masuk rumah tepat di sebelah rumah yang aku tempati.
Jam 5 sore aku dan Lastri pergi jalan jalan ke taman kota. Sepanjang jalan Lastri menggandeng tanganku seperti sepasang kekasih. Kami duduk di atas hamparan rumput agak jauh dari kerumunan orang.
"Aku ketemu Pamanku di Gunung Kemukus waktu Jumat Pon terahir kita bertemu. Pamanku marah besar melihat aku di sana. Setelah aku ceritakan kejadiannya Paman ngajak aku pulang. Alhamdulillah orang tuaku sudah memaafkan aku. Ayah yang menyuruhku tinggal di Mbak Henny sambil kuliah." Lastri memulai ceritanya.
"Katanya kamu kabur dari rumah umur 16 gara gara hamil. Kamukan belom lulus SMA ?" tanyaku bingung.
"Hihihi ingatan kamu ternyata bagus masih ingat ceritaku waktu itu. Aku selama di Gunung Kemukus aku ikut kejar pake C. Kata Mas Agung suaminya Mbak henny aku bisa daftar kuliah. Rencananya aku mau kuliah malam siang kerja jaga Toko Baju. " Lastri menerangkan panjang lebar.
"Bagus aku doain kamu biar jadi orang sukses. " kataku.
"Makasih Jang. Kamu baru pulang dari Gunung Kemukus ya?" tanya Lastri.
"Iya aku sempet nanya ke Ibu warung katanya kamu dijemput Pamanmu." kataku.
"Kamu kangen aku ya? Hihihi. Dunia ini sempit ya Jang. Kita bisa ketemu di sini. Tadinya sebelum ke sini aku mau mampir ke Gunung Kemukus mau ketemu kamu. Tapi nanti aku malah dikacangin. Kamu kan udah punya pasangan Hihihi." Lastri tertawa.
"Aku seperti sedang bermimpi. Hidupku yang hancur gara gara diperkosa hamil di luar nikah dan menjadi pelacur di Gunung Kemukus. Sekarang aku dapat kesempatan menata hidupku lagi. Sebentar lagi aku kuliah jadi mahasiswi. Ini seperti mimpi. Masa depanku sekarang terlihat lebih cerah." matanya berkaca kaca.

Kupeluk pundak Lastri kepalanya bersandar di pundakku. Hening kami larut dalam pikiran masing masing. Semua kejadian kadang berubah dengan tiba tiba.
"Jualan mi ayam kamu bagaimana? " tanya Lastri.
"Aku sekarang jualan sendiri dapat modal dari pamanku. Alhamdulillah, omsetku naik 2x lipat." kataku.
Kembali aku teringat dengan mimpiku. Apa benar orang yang membunuh ayahku adalah Mang Karta?
"Bagus kalau gitu. "
"Pulang yuk sudah jam 9!" ajakku.
"Gak mau nanti aja pulangnya. Aku pengen" kata Lastri.
"Pengen apa?" tanyaku bingung.
"Pengen lebih lama berduan sama kamu!" kata Lastri.
"Kapan kapan aja kan sekarang kita tetangga." kataku. Tubuhku masih capek setelah menempuh perjalanan jauh.
"Kamu masih capek ya? Siang malam ngegenjot Mbak Wati. Hihihi." Lastri tertawa menggodaku. Diciumnya bibirku dengan mesra.
"Kamu percaya dengan cinta pada pandangan pertama gak?" tanya Lastri saat kami jalan menuju kontrakan.
"Percaya emangnya kenapa? " tanyaku. Lastri hanya tersenyum.
"Aku jatuh cinta sama kamu sejak pertama kali kita bertemu." katanya berbisik.

Malam ini aku tidur di rumah Pak Budi yang sedang berada di Garut mempersiapkan pernikahanku dengan Ningsih. Aku memilih tidur di sofa panjang ruang tamu. Posisi kepalaku tepat menghadap photo pernikahan Lilis yang besar. Cantik sekali pikirku. Pernikahan? Sesuatu yang belum pernah aku pikirkan. Selain usiaku yang baru 22 aku juga lebih memikirkan mencari nafkah untuk ibu dan adikku. Tapi tiba tiba semuanya berubah tanpa dapat aku cegah. Aku akan menikah dengan wanita yang baru aku kenal di Gunung Kemukus. Semuanya berawal dari Gunung Kemukus kehidupanku berubah 180 derajat. Dan yang paling mengganggu adalah mimpi tentang ayahku yang terbunuh atau dibunuh dan jasadnya dilempar ke sungai. Keinginan untuk menyelidikinya terpaksa aku tunda hingga selesai pernikahanku dengan Ningsih. Ningsih apakah aku beruntung menikahi gadis secantik dia? Harusnya aku beruntung bisa menikahi gadis secantik Ningsih tanpa biaya. Setiap pria pasti bermimpi memilikinya. Anis pikiranku beralih ke wanita itu. Wanita yang membuka sedikit rahasia tentang ayahku. Ayahku adalah seorang preman berdua dengan Mang Karta menguasai sebuah wilayah di Jakarta. Ayahku dan Mang Karta mempunyai anak buah cukup banyak. Petunjuk dari Anis adalah modal awal buatku menyelidiki kematian ayahku. Selera ayahku boleh juga bisa mendapatkan Anis. Cantik, manis dan badannya sexy. Body biola kata orang. Dan aku bisa menggaulinya selama dua malam. Itu semua berawal dari ide gila Mbak Wati.

"Jang tukeran yuk!" kata Mbak Wati begitu aku selesai dari kamar mandi.
"Tukeran apanya?" tanyaku bingung.
"Tuker pasangan ritual!" kata Mba Wati sambil melirik Aji. Kulihat Aji tersenyum sambil mengangguk.
Hmmmm rencana macam apa lagi ini. Ini sebenarnya ritual pesugihan atau mencari sensasi berhubungan sex. Aku menatap Anis. Anis hanya tersenyum sambil mengangguk tanda setuju. Deal, kamipun bertukar pasangan ritual. Itu artinya kami akan memulai dari mandi bareng lagi, ziarah ke Makam Pangeran Samudra bermeditasi dan membaca mantra dalam keadaan telanjang. Kulihat raut wajah senang terpancar di wajah Anis. Senyum tipis terlihat jelas di bibirnya yang sensual. Aku akan menjadi pasangan ritual selingkuhan ayahku. Mengulang jejak langkahnya di waktu berbeda dan situasi yang juga berbeda. Selesai ziarah Anis mengajakku duduk di bawah pohon besar yang akar akarnya menonjol keluar. Kami duduk seperti sepasang kekasih yang mabuk kepayang. Kepala Anis bersender di pundakku dan tangannya memegang pergelangan tanganku.

"Di sini dulu aku duduk dengan Kang Gobang. Kata katanya begitu manis dan penuh dengan rayuan yang nembuat Anis tergila gila."
"Teh Anis kenal Mang Karta?" tanyaku.
"Panggil nama jangan panggil Teh Anis. Cukup panggil Anis." kata Anis seperti memohon.
"Iya Nis." kataku.
Sungkan rasanya memanggil nama ke wanita yang usianya 10 tahun lebih tua, dariku.
"Anis bahagia walau Anis gak bisa ketemu Kang Gobang. Wajah kamu, suara kamu, badan kamu semua penampilan fisik kamu benar benar mirip Kang Gobang. Yang beda cuma cara kamu memperlakukan Anis di ranjang. Kamu lembut sedang Kang Gobang sangat bernafsu dan terburu buru. Kamu gak bisa ngerayu, Kang Gibang selain jago berkelahi, dia juga jago ngerayu." mata Anis nenerawang.
"Eh kamu nanya Anis kenal Kang Karta ? Anis tentu saja kenal Kang Gobang dan Kang Karta itu dua sahabat karib, mereka jagoan paling ditakuti. Kang Karta itu takut sama perempuan padahal dia sangat tergila gila sama Teh Narsih, janda yang jualan kopi di sebelah warung nasi Anis. Kamu pasti kenal Teh Narsih. kata Kang Karta Teh Narsih adik ipar Kang Gobang. Berarti dia bibi kamu." kata Anis.
"Iya Bi Narsih itu bibiku. Mang Karta suaminya Bi Narsih. Berarti Anis tahu kalau Ayahku sudah punya istri?" Tanyaku.
"Anis tahu. Memangnya salah kalau Anis jadi istri muda? Menurut kamu Anis cewek murahan ya?" anis balik bertanya kepadaku.
"Aku gak tau Nis." jawabku. "Kita ke kamar yuk!" ajakku.

Sampai di kamar terdengar rintihan Mbak Wati yang ternyata sudah start duluan. Anis menutup mulutnya menahan tawa. Setelah tawanya reda, Anis membuka jilbabny, juga melepas ikatan rambutnya. Rambut Anis panjang dan halus. Warnanya hitam legam. Indah. Aku tergoda untuk menelanjangi Anis yang masih berdiri. Kubuka resleting bajunya perlahan aku angkat gamisnya melewati kepalanya. Rok panjangnya aku tarik perlahan melewati kakinya yang jenjang indah. Anis tidak mau kalah gantian dia melejanjangiku. Saat celana dalamku terbuka kontolku yang sudah ngaceng tepat di wajahnya. Anis langsung melahap kontolku dengan bernafsu lidahnya menjilati kepala kontolku membuatku menggelinjang nikmat. Walau aku sedikit khawatir wajah Anis kembali berubah seperti tadi. Cukup lama mulut Anis memompa kontolku hingga ahirnya aku menyerah dan menyuruh Anis mdnghentikan aksinya.
"Udah Nis gantian. " aku menahan kepala Anis. Lalu berjongkok.
Kami saling bertatapan, kucium bibirnya dengan lembut. Anis membalasnya dengan bergairah. Kami berciuman cukup lama. Puas berciuman aku mendorong Anis agar rebah. Kuciumi leher jenjangnya, kuhirup aroma alami lehernya. Lalu beralih ke teteknya yang besar, kenyal dan indah. Aku jilati seluruh permukaan teteknya dengan sepenuh jiwa. Kuhisap putingnya yang sudah mengeras.

"Terus Nak. Hirup energi yang tersimpan di payudaraku." kembali aku mendengar suara asing yang entah dari mana asalnya.
Aku ingin berhenti menghisap tetek Anis tapi yang terjadi malah sebaliknya aku semakin menghisapnya. Tubuhku seperti ada yang menggerakkan aku tidak mampu mengontrol tubuhku. Kepalaku bergerak ke bawah tetek Anis menjilati setiap bagian perutnya, perlahan lidahku beralih menjilati sisi memek Anis. Terus menuju pahanya yang mulus. Menjilatinya dengan penuh perasaan. Tidak ada bagian paha Anis yang aku lewati. Membuat Anis menggeliat dan mendesis nikmat.
"Terus puaskan aku dengan lidahmu kekasihku." lagi suara itu terdengar begitu jelas di telingaku.
Aku berusaha mengabaikan suara itu, berusaha fokus merangsang setiap bagian paha Anis yang halus dan hangat. Lalu lidahku beralih menjilati memek Anis yang mulus tanpa bulu. Kujilati itilnya dan kuhisap itilnya.
"Ampun Jang.... Anis gak kuaaaat. Entot Anis sekarang!" aku lega bisa mendengar suara Anis lagi.
Aku merangkak di atas tubuh Anis yang begitu indah. Anis meraih kontolku dan diarahkan tepat di lobang memeknya yang sudah sangat basah.
"Masukkan sekarang anakku. Berikan aku kenikmatan yang belum sempat aku raih." lagi suara itu menuntunku.

Masa bodoh dengan suara itu. Aku menekan kontolku memasuki memek Anis menekannya perlahan agar aku bisa merasakan gesekan kontolku dengan dinding memek Anis yang hangat. Dan kembali kejadian aneh terjadi saat aku menggenjot memek Anis, kasur lusuh berubah menjadi ranjang besar yang empuk kamar yang hanya berdinding triplek menjadi luas seperti kamar para putri raja. Sekuat tenaga aku berusaha mengabaikannya, konsentrasi menggenjot memek Anis. Kucium bibirnya yang basah, sambil terus memompa memeknya yang semakin basah sehingga menimbulkan suara keciplak yang merdu. Aku terus memompa memek Anis dan menciumi lehernya yang berkeringat agar bisa menghilangkan aroma wewangian yang sangat aneh.
"Jang Anis kelllluarrrrr ennnnak!" Anis mengeram memeluk tubuhku sangat erat.
"Aaaaaa Jang ennnak banget entotan kamu. Anis bahagia jang. Gantian Anis pengen di atas." kata Anis.
Perlahan aku menggulingkan tubuhku ke samping, kusuruh Anis memelukku agar kami bisa berganti posisi tanpa melepaskan kontolku dari memeknya. Anis memelukku dan mulai memompa kontolku. Nikmat sekali rasanya. Terlebih memek Anis mampu berkedut kedut seperti memek Bi Narsih. Aneh sekali, 2 wanita selingkuhan ayahku bisa berkedut kedut padahal belum orgasme.

Jujur, aku tidak berani menatap wajah Anis karena takut kejadian tadi terulang. Wajah Anis berubah menjadi wajah wanita dari masa lalu. Mataku tertuju ke tetek Anis yang bergoyang goyang indah.
"Ennnak, Jang kontol kamu gede banget. Memek Anis sampai melar" setiap kali mendengar suara Anis, aku lega karna wanita yang sedang kusetubuhi adalah Anis bukan wanita dari masa lalu.
"Jang Anis gak tahannnn mauuuu kelllluarrrrr lagi." kembali memek Anis berkontraksi benyambut orgasme ke duanya.
Aku menatap wajahnya, namun kembali kejadian itu terulang. Wajahnya berubah menjadi wanita dari masa lalu. Cantik sekali wanita ini, kecantikan klasik yang hampir tidak ada di masa kini. Aku benar benar kagum dan terpesona hingga menghilangkan rasa takutku. Tanpa dapat kutahan akupun meraih orgasme. Kontolku berkontraksi menyemburkan pejuh yang banyak membanjiri memeknya.

Agen Bola - Bandar Taruhan - Bandar Bola - Taruhan Bola - Judi Bola - Agen Sbobet - Agen Maxbet - Agen 368bet - Agen Cbo855 - Agen Sabung Ayam
Share this article :

0 comments:

Post a Comment

Join Us on Facebook

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. hotceritasex - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger