Home » » Ritual Sex di Gunung Kemukus 7

Ritual Sex di Gunung Kemukus 7


Bandar Taruhan - Aku kaget mendengar Bi Narsih hamil. Bagaimana mungkin aku menghamili bibiku sendiri. Ini gila. Tapi nasi sudah menjadi bubur. Semuanya sudah tidak bisa dirubah.
"Kamu gak usah takut Mamangmu sudah tahu Narsih hamil. Mamangmu gak marah hubungan kita sudah direstui Mamangmu." kata Bi Narsih tersenyum menenangkan diriku.
Aku hanya bisa tersenyum hambar. Aku tahu di dasar hatinya Bi Narsih pasti terpukul dengan kehamilannya. Dulu dia hamil oleh ayahku dan kini dia kembali hamil oleh anaknya. Ini benar benar gila. Aku bisa merasakan kepedihan di hati Bi Narsih. Kepedihan yang hanya bisa dirasakan Bi Narsih.
"Jang Narsih tidur dulu ya persiapan buat malam Jumat Pon nanti. Memek Narsih masih perih gara gara kamu entot waktu tidur." kata Bi Narsih membuatku merasa semakin bersalah.
Kuperhatikan wajah cantik Bi Narsih yang terpejam seakan ingin bisa melupakan semua beban hidup yang begitu berat. Wanita yang kuat, dia bisa menyembunyikan semua penderitaannya dengan baik. Sehingga tidak ada yang mengetahuinya.

"Jang kamu gak nelpon Ningsih ?" tanya Bi Narsih mengagetkan lamunanku. Ternyata Bi Narsih belum tidur.
"Eh, enggak!" kataku.
"Kamu telpon sana. Di bawah kemarin Narsih lihat ada WARTEL. Kasian Ningsih pasti mikirin kamu. Kalian masih pengantin baru." Bi Narsih memaksaku menelpon Ningsih. Ahirnya aku keluar menuju wartel.
Ternyata benar ada wartel tidak jauh dari pintu masuk Gunung Kemukus. Aku segera memencet nomer area bogor. Aku agak lega setelah menelpon Ningsih dan Lilis, keadaan mereka baik baik saja jadi aku bisa sedikit tenang. Aku bisa fokus melakukan ritual. Selesai menelpon aku kembali ke kamar penginapan. Kulihat Bi Narsih sudah tidur. Akupun ikut tidur.

Malam Jumat Pon suasana Gunung Kemukus berubah seperti pasar malam. Pengunjung yang belum punya pasangan akan berlomba mencari pasangan. Yang sudah punya pasangan akan seger masuk kamar untuk ritual selanjutnya. Ritual nikmat yang bikin orang ketagihan. Aku dan Bi Narsih tetap di dalam kamar. Wajah Bi Narsih tampak gelisah entah apa yang dipirkannya. Mungkin kehamilannya atau apa?
"Narsih sakit?" tanyaku.
"Enggak Jang. Cuma rasanya aneh saja aku hamil dan ayah anakku justru kamu." kata Bi Narsih tersenyum. Senyum yang terasa pahit.
"Narsih pernah hamil oleh ayah kamu dan sekarang hamil oleh kamu. Nanti anak kamu manggil Dinda apa? Bibi atau kakak? Gak usah dipikirin Sayang. !" ujar Bi Narsih.
Bi Narsih memelukku dan mencium bibirku dengan mesra. Lidahnya menjulur masuk mulutku dan menggelitik lidahku. Cukup lama kami berciuman.

Bi Narsih bangkit dan membuka pakaiannya hingga bugil. Aku pun ikut membuka pakaianku tanpa disuruh. Sekarang kami berdua sudah bugil. Bi Narsih berjongkok sementara aku tetap berdiri. Bi Narsih melahap kontolku dengan bernafsu. Dijilatinya kepala kontolku sambil mengocok batang kontolku. Nikmat sekali rasanya saat mulut Bi Narsih menghisap hisap kepala kontolku.
"Sih enak banget sepongan kamu" kataku merem melek keenakan.
"Jang tiduran. Narsih pengen 69!" kata Bi Narsih.
Aku berbaring di ranjang kecil yang hanya cukup untuk berdua. Bi Narsih merangkak di atas tubuhku memeknya menghadap wajahku dan wajahnya menghadap kontolku yang sudah sangat tegang. Bi Narsih menurunkan pinggulnya sehingga memeknya yang hitam menyentuh hidung dan mulutku. Baunya enak sekali apalagi memek Bi Narsih sudah mulai basah. Perlahan aku menjilat memek bi Narsih. Rasa memek membuatku ketagihan. Semakin banyak cairan yang semakin nikmat rasanya. Tak bisa dilukiskan dengan kata kata. Sementara aku menjilati memeknya, Bi Narsih begitu agrresif menjilati dan menghisap kontolku. Kami saling memberi dan menerima. Sama sama enak. Yang paling enak tentu saja aku, bisa ngentot gratis dengan bibiku yang cantik dan sexy.

"Aduh ampun Jang Narsih mau kelllluarrrrr, gak tahannnn Akuuuu kelllluarrrrr...!" Bi Narsih semakin menurunkan pinggulnya, otomatis memeknya menyumpal mulutku.
Setelah orgasmenya reda Bi Narsih berbalik mengangkangi kontolku, perlahan Bi Narsih menurunkan pinggul dengan mudah memeknya menelan kontolku yang panjang dan besar.
"Aduh memek Narsih masih perih Jang.!" Bi Narsih meringis menahan perih membuatku tidak tega melihatnya kesakitan seperti itu.
"Kalo perih jangan dipaksa Sih !" kataku dengan perasaan bersalah.
"Gak apa apa Sayang. Pelan pelan aja, ya ! Sekarangkan malam Jumat Pon, ritual kamu harus sempurna." kata Bi Narsih sambil menggerakkan pinggulnya dengan lembut.
Gerakkan Bi Narsih yang pelan membuat otot otot memeknya semakin menyempit rasanya sangat terasa menjepit kontolku. Rasanya sangat nikmat, mengingatkanku dengan jepitan memek istriku dan Desy saat aku jebol perawannya. Walau memek Bi Narsih lebih basah.

"Masih sakit gak, Sih? " tanyaku hawatir.
"Udah mendingan Say. Udah mulai terasa enak. Kontol kamu gede banget sich...!" kata bi narsih sambil menindih tubuhku. Bibirnya mencium bibirku dengan mesra. Sedangkan pinggulnya terus bergerak memompa kontolku dengan lembut.
"Sih memek kamu ennnak banget. " kataku sambil meremas pantat Bi Narsih yang besar. Perlahan aku menyambut gerakan Bi Narsih.
"Pelan pelan aja ya ngentotnya ya Say...!" kata Bi Narsih.
"Iya sayang.. Narsih mau pindah di bawah gak?" tanyaku mesra.
"Gak usah Say. Biar Narsih di atas aja.." kata Bi Narsih.
Aku tau Bi Narsih belum bisa menikmati sodokan kontolku di memeknya yang masih terasa sakit akibat aku entot saat dia tidur. Tapi aku melakukannya tidak sengaja. Kupikir hanya mimpi. Aku berusaha berkonsentrasi menikmati jepitan memek Bi Narsih agar aku bisa secepatnya orgasme. Dan ahirnya aku bisa meraih orgameku.

"Sih akuuuus sampe...!" aku mengerang menyemburkan pejuhku di memek Bi Narsih.
"Enak Jang?" Bi Narsih menarik nafas lega melihatku sudah orgasme. Dia mengangkat pinggulnya lalu berbaring di sampingku.
"Jang malam ini sekali aja ngentotnya ya ! " kata Bi Narsih sambil menatapku lembut.
"Sih maafin Ujang ya! Ujang gak sengaja ngentotin Narsih waktu tidur.." kataku dengan perasaan bersalah. Lalu aku menceritakan tentang mimpiku hingga saat aku terbangun ternyata yang aku entot Bi Narsih.
"Narsih tahu kok. Narsih juga dulu pernah ngimpi hal yang hampir sama dengan kamu. Yang penting selama sampe malam jum'at kliwon minimal semalam kamu ngentotin Narsih sekali. Tapi Narsih tahu nafsu kamu akan menjadi sangat tinggi karna pengaruh dari ritual ini. Makanya Narsih bakal ngijinin kamu ngentotin cewek lain di sini sampe ritual kamu sempurna." kata Bi Narsih menerangkan panjang lebar.

Bi Narsih mengajakku keluar kamar melihat situasi di puncak Gunung Kemukus yang sangat ramai oleh para pengunjung dan para pedagang. Terutama pedagang obat yang mempromosikan dagannya dengan menggunakan pengeras suara. Kami duduk di akar pohon besar di tempat yang agak gelap. Aku menyenderkan badanku ke pohon dan Bi Narsih bersandar di dadaku. Kami terdiam asik dengan pikiran masing masing sambil memperhatikan suasana sekeliling. Tiba tiba aku melihat sekelilingku berubah menjadi hutan. Tidak ada lagi orang yang berkerumun dan hingar bingar suara tukang obat yang menjajakan daganganya. Suasana berubah menjadi sunyi hanya ada aku dan bi Narsih yang duduk di bawah pohon yang sangat besar.
"Jang...! Orang orang pada ke mana ? Kita ada di mana ? " kata Bi Narsih ketakutan.
"Iya Bi. Tempat ini tempat yang Ujang datangi dalam mimpi." suaraku bergetar.
Berarti ini bukan mimpi. Karna Bi Narsih mengalami hal yang sama denganku.

Tiba tiba datang beberapa orang yang terdiri dari pria dan wanita. Kalau aku hitung ada 10 orang wanita dan 6 orang pria tanpa baju. Si wanita hanya menggunakan kain yang menutup hingga dada dan yang pria hanya menggunakan celana panjang sebatas lutut.
"Kakang Kebo Abang ini kami membawa 10 wanita yang kami bawa dari desa terdekat untuk melakukan ritual pemujaan kepada Dewi Shakti." kata seorang pria yang paling garang wajahnya dipenuhi brewok yang tidak teratur.
Ke 10 wanita itu duduk bersimpuh dengan wajah yang terlihat sangat ketakutan. Wajah mereka menunduk tidak berani menatapku. Aku tidak tahu apa yang harus dilakukan. Bahkan aku tidak pernah mendengar nama Dewi Shakti. Siapa yang dimaksud Dewi Shakti. Apa yang dimaksud dengan pemujaan? Dan aku bukanlah Kebo Abang. Kurasakan tangan Bi Narsih mencengkeram pergelangan tanganku terasa begitu dingin. Aku menunduk menatap wajah Bi Narsih yang menoleh ke arahku. Wajah Bi Narsih terlihat sangat pucat.
"Siapkan api !" teriak pria garang yang ternyata pemimpin mereka.

2 orang diantara mereka langsung mengumpulkan ranting kayu kering dan daun daun jati yang sudah mengering. Setelah terkumpul cukup banyak, salah satu di antara mereka mengeluarkan batu dan kapak dari pinggangnya serta menghunus golok panjang dari pinggangnya. Bi Narsih semakin merapatkan tubuhnya ke dadaku. Wajah Bi Narsih pasti sepucat wajahku yang sangat ketakutan melihat golok panjang terhunus. Siapa yang akan mati terlebih dahulu diantara kami? Hatiku mengucapkan doa yang masih kuhapal. Semua hapalan doaku hilang begitu saja oleh rasa takut. Orang yang memegang golok itu menjepitkan kapuk di punggung golok yang tidak tajam dan tangan kirinya mengetukkan batu dengan keras ke punggung golok sehingga menimbulkan percikan api yang menyambar kapas. Dalam sekejap kapas itu terbakar. Si pria pelan pelan meletakkan kapas yang terbakar di atas tumpukan kapas yang lebih besar lalu diletakkanya di atas daun jati kering. Pelan pelan pria itu meniup kapas yang sudah menjadi bara yang menjadi semakin besar membakar daun jati kering. Bara itu semakin besar dan berubah menjadi api yang membakar ranting ranting kering.

Seseorang memberikan kami bambu pendek yang disumpal daun kering. Kurasa isinya air. Aku membuka tutupnya tercium bau tuak yang sangat tajam. Aku meminumnya sedikit saat mereka meminum tuak dari bambu yang mereka pegang. Hanya sedikit agar tidak memancing kemarahan orang orang itu. Hanya seteguk tenggorokanku seperti terbakar. Mereka juga memberi Bi Narsih air kelapa muda. Aku iri dengan keberuntungan Bi Narsih yang mendapat air kelapa muda yang sudah pasti akan terasa segar buat tenggorokanku yang sudah sangat kering karna terkejut dan takut. Tapi, sepertinya mereka sangat menghormatiku. Kulihat mereka mulai mabuk, lalu mereka mulai menari mengelilingi makam Pangeran Samudra sambil membaca mantra yang tidak kuketahui maknanya. Sementara 10 wanita yang mereka bawa hanya duduk tak berani bergerak. Kalau mereka benar benar tawanan, kenapa mereka tidak melarikan diri ? Berpikir tentang melarikan diri, kenapa bukan aku saja yang melarikan diri. Ya, ini waktu yang tepat untuk melarikan diri saat orang orang itu menari dalam keadaan mabuk.

"Sih kita pergi dari sini mumpung mereka sedang menari dalam keadaan mabuk." aku berbisik mengajak Bi Narsih melarikan diri.
"Enggak boleh kamu harus menyempurnakan ritualmu Jang. Abaikan orang orang itu. Kita harus menyelesaikan ritual." kata Bi Narsih tegas.
Walau aku bisa merasakan rasa takut dari suaranya yang bergetar. Mendengar keberanian Bi Narsih, keberanaiankupun timbul. Aku memperhatikan para lelaki yang menari mengelilingi makam Pangeran Samudra dalam keadaan mabuk. Si pria paling garang tiba tiba menarik dua wanita tercantik lalu membawanya ke hadapanku.
"Kakang Kebo Abang kupersembahkan dua perawan ini kepadamu lakukanlah sekarang kakang agar kau mendapat restu dari Kanjeng Pangeran Samudra dan Dewi Ontrowulan, agar kamu mendapatkan kesaktian dari Dewi Shakti yang agung. Agar semua keinginanmu terkabul Kakang...!" aku terkesima dengan apa yang kudengar.

Aku tahu ini semua hanya ilusi atau mungkin juga hanyalah mimpi. Aku memejamkan mata berharap saat aku membuka mata, aku telah kembali ke alam nyata atau terbangun dari tidurku. Aku berusaha memberanikan diri membuka mata. Aku masih tetap di sini. Kulihat enam pria itu sedang memperkosa wanita yang mereka bawa. Bukan itu bukan perkosaan. Itu adalah ritual sex gunung kemukus. Aku bisa melihat dari wajah para wanita yang sedang dientot itu terpancar kenikmatan. Jeritan mereka adalah jeritan orang yang sedang merasakan kenikmatan. Kulihat dua wanita yang dipersembahkan kepadaku sudah telanjang memamerkan keindahan tubuhnya. Dua wanita tercantik diantara 10 orang wanita lain. Birahiku bangkit melihat kemolekan tubuh dua wanita belia itu mengingatkanku akan kemolekan tubuh Lilis. Lilis ya aku baru ingat ada Lilis dan istriku Ningsih yang menungguku di rumah. Dua wanita yang sangat mencintaiku. Dan aku datang ke sini untuk menyempurnakan ritualku dengan Bi Narsih. Sedangkan wanita yang di hadapanku hanyalah ilusi.

"Aduh Jang Narsih sakit. Kenceng amat kamu meluknya !" suara Bi Narsih yang keras mengangetkanku dan sekaligus menyadarkanku.
"Maaf Sih !" kataku menarik nafas lega melihat sekelilingku kembali seperti tadi dipenuhi para peziarah yang sedang mencari pasangan dan para pedagang yang sedang menjajakan dagangan mereka.
"Kamu kenapa Sayang? Tadi kamu ketiduran? " kata Bi Narsih menatapku was was.
"Eh iya tadi aku ketiduran.!" kataku dengan perasaan lega.
"Balik ke kamar yuk! Memek Narsih udah gatel." kata Bi Narsih bangkit menarik tanganku.
"Udah gak perih memek Narsih ?" tanyaku sambil membetulkan celanaku yang terasa sesak akibat kontolku yang mulai tegang.
"Udah enggak Sayang. " Bi Narsih melingkarkan tangannya ke pinggangku dan aku merangkul pundaknya berjalan ke tempat kami menginap.
Sesampai kamar aku mencium bibir Bi Narsih dengan posisi berdiri. Bi Narsih membalas ciumanku, tangannya melingkar di leherku dengan kaki berjinjit.

Setelah puas berciuman aku membuka baju Bi Narsih dengan lembut. Selembut mungkin memperlakukan Bi Narsih untuk menebus perasaan bersalahku yang sudah menyakiti memeknya. Setelah Bi Narsih telanjang, aku mengangkat tubuh indahnya dan merebahkannya di ranjang sempit. Aku merangkak di atas tubuh Bi Narsih, kembali kukulum Bibirnya yang sensual dengan lembut. Beralih ke lehernya yang jenjang, kujilati setiap bagiannya membuat Bi Narsih mendesis nikmat. Aku memberikan tanda merah di leher Bi Narsih. Kemudian ciumanku beralih ke dada Bi Narsih yang mungil namun indah dan keras. Aku menghisap pentilnya dengan bernafsu.
"Aduh sayang masa jatah susu anak kamu mau kamu ambil juga...!' kata Bi Narsih sambil membelai rambutku. Aku semakin bernafsu menghisap pentil tetek Bi Narsih yang semakin keras.
Bosan bermain di dadanya, aku beralih ke perut Bi Narsih yang rata tanpa lemak. Lidahku menggelitiknya membuat Bi Narsih tertawa kegelian.
"Hihihi, geli, Jang. !" kata Bi Narsih sambil berusaha mendorong kepalaku makin ke bawah mendekati memeknya yang berjembut lebat.
Aku membenamkan mulutku di memek Bi Narsih yang sangat menggairahkan. Kubuka belaham memek Bi Narsih sehingga aku bisa melihat bagian dalamnya yang basah berlendir. Kujulurkan lidahku menjilat cairannya yang lengket dan nikmat.

"Aduh sayang kamu pinter amat ngejilatin memek Narsih. Ennnak sayang. " Bi Narsih menjambak rambutku pelan.
Lidahku semakin liar menjilati memek Bi Narsih. Kugelitik itilnya yang menonjol indah membuat Bi Narsih semakin blingsatan oleh rasa nikmat.
"Ampun say. Narsih kelllluarrrrr ennnnak....!" pinggul Bi Narsih terangkat menyambut orgasme pertamany yang dahsat.
"Udah Jang entot Narsih sekarang..." Bi Narsih menarik pangkal lenganku agar merangkak di atas tubuhnya. Diraihnya kontolku diarahkan ke lobang memeknya yang sudah sangat basah.
Perlahan aku menusukkan kontolku ke lobang memek yang lunak dan basah. Dengan mudah kontolku terbenam di memeknya Bi Narsih yang hangat.
"Sakit gak Sih?" tanyaku hawatir menyakiti memek Bi Narsih.
"Udah gak sakit Sayang. Memek Narsih enak dientot kontol kamu." kata Bi Narsih memeluk leherku dan mencium bibirku dengan mesra.

Kami berciuman mesra sedang pinggulku terus bergerak memompa memek Bi Narsih dengan perlahan dan sepertinya Bi Narsih tidak keberatan dengan pompaanku yang pelan. Padahal selama ini dia paling suka dientot dengan cepat.
"Enak juga dientot pelan Say !" kata Bi Narsih menatapku sayu.
"Iya Sih. Apalagi ngentot pelan memek Narsih makin ngejepit. Ennnnnak banget." kataku sambil terus mengocok memeknya perlahan dan berirama. Memek Bi Narsih memang beda dengan memek wanita lain. Memeknya seperti berdenyut denyut meremas kontolku.
"Jang, Narsih gak kuuuuat mauuuu kelllluarrrrr....... Ennnak kontol kamuuuu!" kaki Bi Narsih melingkar menjepit pinggangku, tangannya mencengkeram punggungku seiring dengan memeknya berkontraksi meremas remas kontolku diiringi hisapan yang entah bagaimana caranya memek Bi Narsih bisa menghisap kontolku.
"Jang Narsih pengen dientot sambil nungging di pinggir ranjang.." kata Bi Narsih.

Aku bangkit turun dari ranjang. Bi Narsih menungging di pinggir ranjang. Pantatnya yang besar sangat menggoda setiap lelaki yang melihatnya termasuk aku.Aku memengang kontolku dan mengarahkannya ke lobang memek Bi Narsih. Perlahan kontolku menembus memek Bi Narsih yang terasa semakin sempit. Perlahan kuhetakkan kontolku maju mundur di memek Bi Narsih yang sudah sangat basah. Rasanya benar benar sangat nikmat.
"Jang ennnnak banget disodok dari belakang...." bi narsih membenamkan wajahnya di bantal agar suaranya tidak terlalu berisik dan akan didengar oleh para penghuni kamar yang lain. Padahal orang tidak akan perduli, karna mereka juga pasti sedang mengayuh badai birahi.
Aku mengocok memek Bi Narsih sambil meremas pantatnya yang besar dan bulat. Kocokanku semakin cepat membuat Bi Narsih bergoyang maju mundur. Cukup lama aku memompa memek Bi Narsih dalam posisi nungging hingga ahirnya Bi Narsih menjerit tertahan kembali mendapatkan orgasmenya.
"Jang ammmmmpun akuuu kelllluarrrrr lagi. !" bi Narsih mencengkeram kasur dan wajahnya semakin terbenam di bantal.

Kubiarkan kontolku terbenam di memek Bi Narsih menunngu badai orgasmenya tuntas. Setelah orgamenya berlalu Bi Narsih menarik memeknya melepas kontolku. Dia langsung telentang mengangkang siap menerima sodokanku lagi.
"Ayo Sayang sodok memek Narsih lagi, kamukan belom keluar." kata Bi Narsih tersenyum menatapku.
Aku segera merangkak di atas tubuh Bi Narsih yang langsung meraih kontolku dan diarahkannya ke lobang memeknya. Perlahan kontolku menerobos masuk memeknya.
"Tumben gak minta di atas Sih? Tanyaku menatap wajah cantik Bi Narsih sementara pinggulku memompa memeknya.
"Gak ach. Narsih lagi pengen dikasih ennnnak..." Narsih melingkarkan tangannya ke leherku pinggulnya bergerak menyambut sodokan kontolku. Kami saling bertatapan.
Kembali kami saling berciuman diiringi sodokan kontolku yang semakin cepat di memek Bi Narsih yang sangat basah menimbulkan bunyi terindah yang pernah aku dengar. Setelah cukup lama aku memompa memek Bi Narsih, perlahan aku mulai merasakan kontolku semakin sensitif. Gesekan kontolku dengan memek Bi Narsih semakin terasa membuatku tidak mampu bertahan lebih lama lagi.

"Sihhhh akuuuu gak kuat mauuu ngecrot....!" aku mengeram saat kontolku memuntahkan pejuhnya di dalam memek Bi Narsih. Kubiarkan kontolku terbenam di memek Bi Narsih.
"Sayyyy Narsih jugaaaaa kelllluarrrrr.... Ennnnak...!" bi Narsih menyusulku mendapatkan orgasmenya. Bi Narsih memeluk leherku dengan erat. Nafas kami tersengal sengal.
Ahirnya aku menggulingkan tubuhku di samping Bi Narsih.

"Kakang Kebo Abang, kenapa Kang tidak melakukan Pancamakarapuja.

( Pancamakarapuja adalah upacara ritual dengan melakukan 5 hal yang dilarang dikenal dengan 5 MA:
MADA atau mabuk-mabukan
MAUDRA atau tarian melelahkan hingga hilang kesadaran
MAMSA xxxxxxxxxxx
MATSYA xxxxxxxxxx
MAITHUNA atau bersetubuh secara berlebihan )

Agar Kakang bisa bersatu dan mendapat anugrah kesaktian dari Sang Dhewi Sakti dewi segala dewi yang maha sakti. Kakanglah harapan kami untuk menuntut balas atas kematian Kanjeng Pangeran Samudra. Hanya Kakang yang mampu melakukannya." kata pria sangar itu kepadaku.
"Kenapa harus dengan upacara Pancamakarapuja kakang Ginggi. Kenapa kita harus mengorbankan wanita tidak berdosa untuk mendapatkan kesaktian?" aku terkejut dengan apa yang aku ucapkan. Kenapa aku mengenal pria itu ? Apakah benar aku mengenalnya?
"Hanya dengan upacara Pancamakarapuja, kesaktian Kakang akan pulih dengan cepat. " kata pria yang aku panggil Ginggi itu.
"Aku bersedia menyetubuhi perawan yang kau bawa ke hadapanku. Tapi aku tidak bisa membunuh mereka sebagai persembahan kepada Sang Dewi Shakti. Mereka tidak berdosa Kakang." kataku lagi.
"Mereka harus ditumbalkan agar kau memperoleh kesaktianmu lagi Kakang Kebo Abang. Agar kau bisa memimpin kami untuk membalas dendan kematian Pangeran Samudra.. Atau kami tidak mempunyai pilihan lain Kakang Kebo Abang. " kata Ginggi sambil mencabut golok dari pinggangnya diikuti oleh ke 5 anak buahnya yang ikut mencabut pedang mereka. Serentak mereka mengelilingiku dengan senjata terhunus.

"Kakang sekali lagi aku tanya bersediakah Kakang melakukan ritual Pancamakarapuja untuk mengembalikan kesaktianmu yang hilang karna dilumpuhkan Senapati dari Demak. Bersediakah Kakang ?" Ginggi membentakku dengan garang. Matanya yang melotot menjadi merah karna marah.
"Ritual Pancamakarapuja bisa aku lakukan dengan menghilangkan MAMSA : memberikan tumbal kepada Dewi Shakti. " kataku tegas. Aku berdiri bersiap menghadapi bekas prajurit pilihan pengawal Pangeran Samudra yang terkenal ketangguhannya. Walau sekarang semua kesaktianku sudah dilumpuhkan oleh Senapati dari kerajaan Demak, tapi kemampuan silatku sebagai bekas Senapati Kerajaan Majapahit belum hilang. Tanganku meraih Tombak yang kusenderkan di pohon bersiap menghadapi serangan. Tombak yang selalu jadi temanku sejak aku jadi prajurit kerajaan.
"Hentikan Ginggi apa yang akan kalian lakukan ?" teriak seorang wanita yang wajahnya sangat mirip dengan Bi Narsih dan yang selalu dipanggil dengan sebutan Mbakyu. Dayang kesayangan dan sekaligus pengawal pribadi Dewi Ontrowulan.
"Jangan ikut campur Sekar. Ini urusan kami." Ginggi menjawab garang.
"Tentu saja aku akan ikut campur karna Kebo Abang adalah adik seperguruanku." gertak Sekar.
"Aku peringatkan sekali lagi Sekar Ireng. Jangan ikut campur.!" Ginggi kembali menggertak garang.

Mendengar gertakan Ginggi, Mbakyu Sekar malah melancarkan sabetan cundrik yang tiba tiba sudah ada di genggaman tanganya. Secepat kilat cundriknya menusuk tenggorakan Ginggi. Dengan sigap Ginggi memiringkan tubuhnya ke samping. Ginggi membalas goloknya menebas leher Mbakyu. Mbakyu dengan gesit menangkis golok yang mengarah lehernya.
"Hentikan beri aku waktu seminggu untuk memulihkan kesaktianku! Apabila aku gagal maka aku akan melakukan upacara Pancamakarapuja. Bagaimana Ginggi ? teriakku lantang.
" Baik aku setuju." Ginggi memasukkan goloknya diikuti oleh anak buahnya.
Kulihat Mbakyu menarik nafas lega. Dia segera menyarungkan cundriknya lalu menghampiriku.
"Kamu tidak apa apa Dik?" tanya Mbakyu Sekar. Aku hanya menganggukkan kepala.
"Kakang Ginggi bawa ke dua wanita itu ke pondokku. Aku akan memulai ritual memulihkan kesaktianku." kataku memerintahkan Ginggi.
"Baik Kakang.!" Ginggi memerintahkan anak buahnya membawa ke dua wanita yang akan menemaniku ritual.
Aku mengajak Mbakyu Sekar ke Pondokku yang menghadap ke arah makam. Sebuah bangunan sederhana dari bilik yang menghadap Makam Pangeran Samudra.

"Aku harus bisa memulihkan kesaktianku Mbakyu. Pulih tanpa upacara Panca makara puja. Akan aku hilangkan bagian 1. MADA atau mabuk-mabukan
MAUDRA atau tarian melelahkan hingga hilang kesadaran
MAMSA xxxxxxxxxxx
MATSYA xxxxxxxxxx
Aku hanya akan melakukan ritual MAITHUNA atau bersetubuh secara berlebihan ). Hanya dengan cara itu aku yakin akan berhasil, mbakyu." kataku menatap wajah cantik Mbakyu Sekar yang wajahnya sangat mirip dengan Bi Narsih atau mungkin juga Bi Narsih adalah titisan dari Mbakyu Sekar.
"Baiklah Adik Kebo Abang, kita akan melakukan MAITHUNA. Aku akan membantumu dengan ilmu yang aku miliki untuk mengembalikan kesaktianmu. " ujar mbakyu Sekar.
"Kakang Kebo Abang ini wanita persembahan yang kami bawa...!" teriak salah seorang anak buah Ginggi.
"Mbakyu tolong bawa ke dua wanita itu ke hadapanku !" perintahku kepada Mbakyu Sekar. Walau Mbakyu Sekar adalah kakak seperguruanku tapi derajatku lebih tinggi.
"Baik Adik Kebo Abang." Mbakyu Sekar keluar menyambut dua wanita yang akan menjadi persembahan.

Tidak lama, Mbakyu datang membawa dua orang gadis yang cantik, wajah mereka agak mirip yang membedakannya hanyalah bentuk tubuhnya. Yang lebih tua tubuhnya proposioanal dan yang agak muda bentuk tubuhnya agak gemuk semok.
"Adik Kebo Abang apa lagi yang diperlukan untuk ritual ?" tanya Mbakyu.
"Mari kita ke Sendang Mbakyu kita lakukan upacara penyucian diri." kataku. "Siapa nama kalian ?" tanyaku ke dua wanita yang terlihat sangat ketakutan.
"Chentini dan ini adikku Nawang. Tuan jangan jadikan kami sebagai tumbal Dewi Shakti." Chentini dan Nawang tiba tiba memeluk kakiku memohon agar mereka diselamatkan.
"Aku tidak akan menumbalkan kalian. Aku hanya ingin kalian menemaniku ritual bersetubuh. Kalau kalian bersedia, maka kalian akan mendapatkan hadiah." kedua wanita itu hanya menunduk gelisah.

Aku mengajak Mbakyu dan kedua wanita itu menuju sendang yang berada di kaki bukit Kemukus. Sesampainya di Sendang, aku menyuruh ke dua wanita itu mandi menggunakan air sendang. Setelah mandi, kami kembali ke pondok
"Mbakyu siapkan dupa untuk pemujaan. " kataku.
Dengan sigap Mbakyu Sekar menyiapkan perapian untuk membakar dupa. Aku lalu membakar dupa memanjatkan puja mantra yang khidmat dengan diiringi asap dupa. Setelah selesai membaca japamantra, Mbakyu menghampiriku dengan tubuh bugil, Mbakyu lalu duduk dipangkuanku yang sedang bersila. Sementara dua gadis persembahan duduk di pojok ruangan, seperti Mbakyu mereka juga sudah dalam keadaan bugil. Mbakyu Sekar melumat bibirku disaksikan oleh ke dua gadis persembahan. Aku balas ciumannya dengan bernafsu. Cukup lama kami berciuman. Mbakyu lalu bangkit menghampiri Gadis yang paling tua menuntun tangannya menghampiriku yang duduk di ranjang kayu dengan kaki terjuntai di pinggir ranjang. Mbakyu Sekar menekan pundak gadis itu agar berjongkok menghadap kontolku.

"Cepat kamu hisap kontol Adik Kebo Abang. Ingat jangan sampai terkena gigimu, atau kamu akan dikorbankan untuk menjadi tumbal Dewi Shakti." kata Mbakyu tegas penuh ancaman.
Chentini menggenggam kontolku dan memasukkanya ke dalam mulutnya yang mungil. Lalu Chentini mulai menghisap kontolku dengan kaku. Benar benar gadis desa yang polos, pikirku.
"Cukup Chentini, naiklah ke pangkuanku." kataku. Aku berbaring di ranjang kayu yang keras. Kusuruh Chentini berjongkok di atas kontolku yang sudah sangat ngaceng.
Mbakyu memegang kontolku agar tepat berada dilobang memek Chentini, setelah pas Mbakyu Sekar menyuruh Chentini menurunkan pinggulnya agar kontolku masuk lobang memek perawannya.
"Ampun sakittt Tuan!" wajah Chentini terlihat menahan sakit saat kontolku berusaha merobek selaput daranya.
Ditambah lagi memeknya masih kering. Buat para wanita pasti bisa membayangkan rasa sakitnya. Tapi rasa sakit yang dialami Chentini masih kalah oleh rasa takutnya dijadikan korban persembahan untuk Dewi Shakti. Ahirnya setelah berjuang menahan sakit, kontolku amblas di memek perawannya. Tampak darah mengalir membasahi kontolku.

Melihat darah mengalir dari memek perawan Chentini, aku menyuruh gadis itu berbaring. Chentini bangkit dari pangkuanku. Wajahnya tampak lega rasa sakitnya berkurang. Aku merangkak di selangkangan gadis cantik itu. Kurenggangkan pahanya agar mengangkang sehingga aku bisa melihat memeknya yang berwarna merah oleh darah. Aku menjilat darah di memek perawan di Chentini. Aku menghisap memeknya agar tidak ada lagi darah yang tersisa di memek gadis cantik itu. Lalu aku menoleh ke arah Nawang yang menunduk ketakutan tidak berani melihat ke arah kami. Lalu aku kembali melihat wajah cantik Chentini yang terisak isak menangisi keperawanannya yang terenggut paksa. Sebenarnya aku ingin kembali memasukkan kontolku ke dalam memek gadis cantik yang bertubuh sexy ini, tapi aku merasa iba. Biarlah Chentini memulihkan kondisinya terlebih dahulu. Aku berjalan ke arah Nawang yang duduk merangkul dengkul berusaha menyembunyikan tubuh telanjangnya. Aku mengangkat tubuhnya yang semok, kurebahkan di samping Chentini yang tidur miring menghadap bilik. Aku merenggangkan paha Nawang agar mengangkang sehingga aku bisa melihat memek tembemnya yang mulus tanpa bulu. Memek yang masih begitu rapat dan menyimpan berjuta kenikmatan.

Aku merangkak di atas tubuh montok Nawang, kuarahkan kontolku ke lobang memek Nawang, setelah pas aku mendorongnya dengan keras, merobek paksa selaput daranya agar mengeluarkan darah yang akan aku hirup untuk memulihkan kesaktianku.
"Ammmmpun Tuaaaaan sakittt..!" Nawang menjerit keras saat kontolku merobek paksa selaput daranya.
Hatiku terasa pilu mendengar jeritan Nawang. Tapi inilah satu satunya cara untuk menyelamatkan kedua gadis cantik yang tidak berdosa ini. Cara untuk menyelamatkan mereka agar tidak menjadi tumbal kekejian Ginggi dan anak buahnya. Tumbal yang akan dipersembahkan ke Dewi Shakti. Aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Setelah 7x sodokan, aku mencabut kontolku dari memek perawan Nawang. Kujilati darah yang mengalir dari memeknya. Darah perawan yang kurenggut paksa. Tak kuhiraukan tangisan Nawang yang sangat memilukan. Aku terus menghisap agar darah perawannya habis terhisap olehku. Aku bangkit setelah tak ada lagi darah yang tersisa. Sekarang saatnya aku ngentot sepuasnya dengan Mbakyu Sekar, biarlah Chentini dan Nawang memulihkan dirinya. Biarlah mereka berdua menyesali nasibnya. Yang jelas mereka berdua telah aku selamatkan. Mereka tidak akan dikurbankan untuk Dewi Shakti. Karna hanya gadis perawan yang bisa dijadikan tumbal. Sekarang mereka berdua bukan perawan lagi.

Aku menghampiri Mbakyu yang menatapku dengan senyum manisnya. Tubuh bugilnya sudah siap memuaskan hasratku. Mbakyu Sekar adalah kakak seperguruanku sekaligus gundik yang selalu siap menerima hujaman kontolku selama kami menjadi buronan kerajaan Majapahit dan Kerajaan Demak. Mbakyu Sekar berjongkok, dilahapnya kontolku yang baru saja merobek paksa 2 memek perawan. Mbakyu benar benar gundik yang hebat, dia tahu bagaimana memperlakukan kontolku agar mendapatkan kenikmatan yang maksimal. Lidahnya begitu ahli menjilat kepala kontolku dan tangannya mengocok batang kontolku yang panjang. Setelah puas menghisap kontolku, Mbakyu mendorong tubuhku duduk di bangku panjang yang ada di pondok. Mbakyu naik ke pangkuanku lalu diraihnya kontolku agar tepat berada di lobang memeknya yang sudah sangat basah. Dengan mudah kontolku masuk memek Mbakyu yang sudah sangat basah
"Nikmat sekali Adik kontol kamu benar benar perkasa mampu menaklukkan memekku yang tak pernah terpuaskan." Mbakyu mulai memompa kontolku dengan liar. Pinggulnya bergerak cepat dan suaranya yang berisik saat ngentot mampu menarik perhatian Chentini dan Nawang yang menoleh ke arah kami.

Aku menghisap tetek Mbakyu dan meremasnya dengan keras dan itu akan membuat Mbakyu semakin liar dan membuatnya cepat mendapatkan orgasmenya. Dan perkiraanku tepat Mbakyu berteriak nyari.
"Adikku Mbakyumu kelllluarrrrr, ennnak kontol kamuuu!" Mbakyu memelukku erat.
Pinggulnya semakin ditekan ke pangkuanku seakan ingin agar kontolku semakin dalam masuk memeknya. Setelah Mbakyu Sekar tenang, aku memengang pantatnya yang besar, lalu aku berdiri sambil menggendong mbakyu. Aku berjalan ke ranjang dengan kontol yang tertancap di memek Mbakyu. Kurebahkan Mbakyu di ranjang, dekat kaki Chentini dan Nawang yang sekarang sedang duduk memeluk dengkul. Mereka memandang kami yang sedang bertempur dengan ganas. Sekarang aku yang memegang kendali, kupompa memek Mbakyu yang terlentang di pinggir ranjang membuat ranjang kayu bergoyang keras. Hingga akhirnya Mbakyu kembali mendapatkan orgasmenya lagi. Tapi aku tidak perduli, aku terus memompa memeknya dengan cepat dan bertenaga, hingga ahirnya aku merasa akan mendapatkan orgasme.

"Mbakyu akkku kelllluarrrrr. Memek kamu benar benar ennnak." kuhujamkan kontolku sedalam dalamnya, tubuhku mengejang memuntahkan pejuhku yang sangat banyak.
"Akkku juga, kelllluarrrrr adikkuuuu..!" ternyata Mbakyu menyusulku meraih orgasmenya. Kulhat Mbakyu tersenyum puas.
Setelah stamina kami pulih, aku mengajak Mbakyu, Chentini dan Nawang kembali ke Sendang. Jalan yang menurun dan dipenuhi akar akar pohon membuat kami harus melangkah dengan hati hati. Tiba tiba aku merakan kesiur angin yang mengarah ke kepalaku. Sebagai bekas senapati yang terlatih, aku tau ini adalah serangan yang mengarah ke titik vitalku. Reflek aku meloncat ke arah kiri berusaha menghindar dari serangan itu. Sehingga aku tidak menyadari kalau di sebelah kiriku adalah jurang yang cukup dalam dan aku terjatuh ke dalam jurang.

Gubrak, aku terjatuh dari ranjang bertepatan dengan Bi Narsih yang datang membuka pintu dari luar kamar.
"Jang kamu kenapa?" Bi Narsih malah tertawa geli melihat aku terjatuh dari ranjang. Aku hanya tersenyum malu dipergoki Bi Narsih jatuh dari ranjang.
"Narsih sudah mandi?" pertanyaan yang tidak perlu aku tanyakan, karna dari rambutnya yang basah semua orang pasti tahu kalau Bi Narsih sudah mandi.
"Udah donk, emang kamu baru bangun tidur. Masih bau iler" kata Bi Narsih sambil mencubit pipiku.
"Sih tadi sejak di sini Ujang mimpi aneh mulu." kataku gelisah.
"Mimpi apa Say?" tanya Bi Narsih sambil memeluk pundakku.
Aku menceritakan semua mimpiku sejak datang di Gunung Kemukus secara detil tanpa ada yang aku lewatkan. Bi Narsih mendengarkan ceritaku dengan seksama.
"Begitu Sih." kataku mengahiri ceritaku.
"Ya sudah sekarang kamu mandi dulu." kata Bi Narsih sambil memberikan handuknya.

Aku menerima handuk dari tangan Bi Narsih. Tak perlu lama, aku sudah selesai mandi dan kembali masuk kamar. Kulihat Bi Narsih sudah selesai berdandan. Dengan memakai celana leging hitam dan kaos warna biru, Bi Narsih terlihat lebih cantik dari biasanya. Selesai aku berpakaian, Bi Narsih mengajakku makan.
"Bu tahu kalau mau beli kambing untuk sedekahan di mana, ya ?" tanyaku kepada pemilik Warung.
"Kamu mau sedekah kambing?" tanya Bi Narsih heran. Lalu aku menjelaskan tentang mimpi Lilis dan Ningsih. Bi Narsih hanya mengangguk.
"Ya sudah kita temui kuncen dulu, siapa tahu dia bisa membantu." kata Bi Narsih.
Entah kenapa tidak terpikir olehku. Mungkin karna aku sibuk dengan mimpi mimpiku hingga tidak terpikirkan olehku hal itu. Sekarang adalah saat yang tepat memikirkan mencari kambing untuk sedekah. Apa lagi Mbak Wati dan Didin sudah berangkat pulang tadi pagi. Selesai makan kami ke bangsal Sonyoyuri menemui kuncen. Setelah bicara dengan kuncen, dibantu dengan beberapa warga, aku dan bi Narsih mencari kambing yang di maksud. Beban kami jadi jauh berkurang. Mencari kambing di tempat asing tentu saja hal yang sulit.

Ternyata kambing yang kami maksud ada di tempat tidak jauh dari area Gunung Kemukus, dengan diantar seorang warga kami mendatangi pemilik kambing. Setelah harganya cocok, aku segera membayarnya. Kami membawa dua ekor kambing itu untuk disembelih di area Gunung Kemukus, separuh dari daging kambing akan dibagi bagikan kepada warga dan separuhnya lagi akan diolah menjadi masakan matang untuk sedekahan yang dihadiri oleh warga. Setelah semua semua urusan selesai, Bi Narsih mengajakku istirahat di bangunan samping Bangsal Sonyoyuri. Kami rebahan berbantalkan makam di dalam bangunan. Bi Narsih yang kelelahan langsung tertidur. Nafasnya teratur dan tenang. Semua bebannya seperti hilang saat dia tidur. Aku memandangi wajah Bi Narsih yang cantik tapi dibalik kecantikannya tersimpan duka. Mungkin secara materi Bi Narsih tidak kekurangan, tapi nafkah batin Bi Narsih harus nyari di luar. Mataku mulai terasa mengantuk, tapi aku tidak berani tidur. Aku takut mimpi itu datang lagi. Mimpi yang sangat mengerikan terjatuh ke jurang. Mimpi yang sudah pasti buruk. Apakah ini adalah sebuah pertanda aku akan celaka seperti mimpi Ambu ?

Kalau aku mati muda bagaimana dengan anak anakku nanti? Mungkin anakku dari Lilis aku tidak akan hawatir. Ada Pak Budi yang akan menjadi ayahnya. Aku yakin Pak Budi akan menjadi ayah yang baik untuk anakku dari Lilis. Anakku dari Bi Narsih juga akan mendapatkan ayah yang baik. Mang Karta sudah teruji menjadi ayah yang baik buat anak anak Bi Narsih. Yang menjadi pikiranku adalah Ningsih dan anaknya yang akan lahir nanti. Bagaimana nasibnya? Sebuah tanda tanya besar yang membuatku ketakutan. Aku menarik nafas lalu duduk memeluk dengkul. Satu satunya jalan adalah menyempurnakan ritualnya. Tapi aku yakin tidak semudah seperti yang aku bayangkan. Tidak hanya sekedar ngentot dengan Bi Narsih selama beberapa hari di Gunung Kemukus. Pasti ada cara lain selain itu. Mungkin di dalam mimpiku ada petunjuknya. Tapi kenapa wanita yang ada dalam mimpiku selalu saja wajahnya sangat mirip dengan Bi Narsih, Lilis dan Ningsih. Apakah ini juga sebuah pertanda buruk? Tiba tiba Bi Narsih memeluk perutku dari belakang, kepalanya menempel di pundakku.
"Kamu kenapa lagi Jang? Mikirin mimpi kamu?" tanya bi Narsih dengan suara pelan.
"Iya Sih. Ujang takut." kataku lemas.
"Jangan dipikirin terus kamu pasti bisa melewatinya. Mudah mudahan selesai motong kambing dan sedekahan kamu gak mimpi yang aneh aneh lagi. " kata Bi Narsih sambil mencium pipiku.
"Iya Sih. Mudah mudahan setelah sedekahan mimpi mimpi anehnya ilang. " kataku sambil membalikkan tubuh menghadap Bi Narsih.
"Iya kita ke kamar lagi aja, yuk. " Bi Narsih bangun dan menarik tanganku.

Aku bangkit mengikuti langkah Bi Narsih keluar dari bangunan makam. Kami jalan sambil bergandengan tangan menuruni anak tangga yang cukup banyak. Sampai warung Bi Narsih mengajakku masuk kamar. Bi Narsih membuka celana leging dan kaosnya menyisakan BH dan celana dalamnya saja. Tubuh Bi Narsih benar benar indah, perutnya rata tanpa lemak. Benar benar wanita yang bisa merawat tubuh. Aku merebahkan tubuhku yang terasa lelah. Bi Narsih menindihku, bibirnya mencium bibirku dengan mesra. Semakin ke sini aku semakin suka kalau berciuman dengan Bi Narsih. Puas berciuman, Bi Narsih menarik kaosku terlepas lewat kepala, lalu membuka celana panjang katunku dan juga celana dalamku.
"Aduh, jagoan kecil masih bobo!" kata Bi Narsih sambil mengelus elus kontolku dengan lembut. Lalu Bi Narsih menunduk menjilati kantong pelerku dari pangkalnya yang berdekatan dengan anus.
"Geli Sih.!" sekujur tubuhku merinding nikmat.
Jilatan Bi Narsih naik kearah batang kontolku, dijilati hingga kepala kontolku yang semakin menegang hingga ahirnya menegang sempurna memamerkan urat urat besar yang melingkar di kontolku. Bi Narsih mulai memasukkan kontolku ke dalam mulutnya lalu menghisapnya dengan keras, nikmat sekali rasanya. Puas menghisap kontolku, Bi Narsih bangun lalu melepas celana dalamnya. Kemudian Bi Narsih mengangkang di atas kontolku, diraihnya kontolku lalu di arahkan ke lobang memeknya.

"Sih kok langsung dimasukin? Ujang belom jilatin memek Narsih." kataku.
"Narsih udah gak tahan pengen dientot Say." kata Bi Narsih sambil menurunkan pinggulnya sehingga kontolku menerobos masuk ke memeknya yang sempit dan basah.
"Ennnak banget kontol kamu Say...!" kata Bi Narsih sambil menggerakkan pinggulnya turun naik dengan pelan sehingga memeknya terasa semakin menjepit kontolku.
"Memek Narsih rasanya makin ennnak aja," kataku sambil meremas tetek Bi Narsih yang menggodaku.
"Masa sich?" tanya Bi Narsih sambil tersenyum senang mendengar ucapanku. Pinggulnya terus bergoyang memompa kontolku, mata Bi Narsih menatapku sayu. Bibirnya sedikit terbuka kadang seperti meringis nikmat. Bi Narsih semakin mempercepat gerakan pinggulnya.
"Jang Narsih kelllluarrrrr......!" Narsih menjerit kecil menyambut kami orgasme pertamanya. Memeknya berkedut meremas kontolku disertai dengan rasa hangat.
"Permisi, Mbak. Dicari Pak tris. Katanya disuruh Pak Kuncen. Daging kambingnya sudah dibagi bagi, tinggal persiapan masak masak buat sedekahan besok. Mbaknya disuruh pindah ke rumahnya Pak Tris malam ini." kata pemilik warung dari depan kamar.
"Iya Mbak. Sebentar lagi saya keluar. " jawab Bi Narsih. Lalu Bi Narsih bangkit dari pangkuanku.

Kontolku terlepas dari lobang memek Bi Narsih. Ada saja gangguannya, padahal pejuhku belum keluar. Kulihat Bi Narsih tertawa geli melihat kontolku yang masih ngaceng.
"Nanti diterusin." kata Bi Narsih sambil mencium bibirku dengan mesra.
Aku dan Bi Narsih segera berpakaian lalu keluar kamar. Di depan ada seorang pria paruh baya yang duduk di kursi panjang. Mungkin ini yang dibilang Pak Tris oleh Mbak warung.
"Maaf Mbak, Mas saya ganggu. Separuh daging kambingnya mau dibagi bagi buat warga. Sisa dagingnya mau dimasak buat sedekahan besok malam. Mbak sama mas malam ini tidur di rumah saya sampai acaranya selesai." kata Pak Tris menjelaskan.
"Loch, saya pikir dipotongnya besok, Pak.!" kataku.
"Kata kuncen harus langsung dipotong. Mumpung masih Jumat Pon. " kata Pak Tris menerangkan.
Tadi kami dapet kambing jam 11, sekarang baru jam 4. Rupanya mereka gerak cepat.

Setalah mengambil tas berisi baju dan perlengkapan lainnya, kami pindah ke rumah Pak Tris. Rumah Pak Tris bukanlah warung yang menyediakan kamar kamar untuk menginap. Rumah Pak Tris biasanya dipakai untuk acara acara di Gunung Kemukus. Di belakang rumahnya ada bangunan cukup besar yang berfungsi sebagai dapur. Kami disambut oleh istri Pak Tris. Seorang wanita berusia sekitar 45-50. Bukan usia dan wajahnya yang menarik perhatianku karna kalau dilihat dari wajah, aku akan memberinya nillai 6. Yang menarik perhatianku adalah dadanya yang berukuran besar bahkan lebih besar dari pada milik Mbak Wati yang menurutku sudah besar yang ini lebih besar lagi.
"Ini istri saya Mbak" kata Pak Tris memperkenalkan istrinya kepada kami.
"Bu ini Mbak dan Mas yang punya kambing. Mbak, Mas saya tinggal dulu mau ngurus pembagian daging kambing." kata Pak Tris berpamitan.
"Silahkan duduk Mbak. Walah Mbak pasangan ritual sampean masih muda benar. " kata Bu Tris membuatku malu.
"Muda umurnya, Bu. Tapi anunya guede. Hihihi." jawab Bi Narsih bercanda.
"Olah, gitu toch. Hihihi. Sampean bisa saja Mbak." Bu Tris tersenyum menggodaku.

Dari dapur muncul seorang wanita muda membawa minuman. Mungkin dia anak Bu Tris, karna wajahnya mirip dan dadanya besar. Keyakinanku bertambah itu pasti anak Bu Tris,
"Ini loch anak saya Mbak. Namanya Marni, suaminya kerja di Semarang. Marni tadinya juga tinggal di Semarang. Sudah 5 bulan tinggal di sini sehabis melahirkan sampai anaknya agak besar.." kata Bu Tris mengenalkan anaknya.
Setelah berbasa basi, Bu Tris mengatakan besaran biaya untuk memasak dan biaya peralatan lain. Aku menyanggupinya. Pak Budi sudah memberi uang yang lebih dari cukup untuk biaya beli kambing 2 ekor dan biaya lainnya. Masih tersisa cukup banyak. Aku langsung memberikan uang sebesar yang Bu Tris pinta.
"Marni siapkan kamar buat Mbak dan Mas." perintah Bu Tris ke Marni yang duduk di ruang tengah yang hanya dipisahkan oleh dinding papan sehingga terdengar jelas oleh Marni.
Saya mau ke dapur mempersiapkan bahan bahan untuk memasak. Kalau perlu sesuatu panggil saja Marni." Bu Tris berpamitan kepada kami.
"Iya Bu. Terimakasih." kata Bi Narsih.
"Mari Mbak kamarnya sudah saya rapihkan tadi." kata Marni mengajak kami masuk ke dalam kamar yang tepat berada di samping ruang tamu.

Kamar ini cukup luas dan ranjangnya juga besar, kalau tidur berdua tidak perlu berdempetan. Ada jendelanya juga. Aku langsung memeluk Bi Narsih begitu Marni pergi. Bi Narsih membalas ciumanku dengan mesra.
"Nanti malam aja ya Say. Narsih mau bantu bantu kan kamu yang punya acara. Sekalian mau ngawasin biar semuanya beres." kata Bi Narsih mendorong tubuhku.
"Sekali aja Sih. Kan tadi belom keluar. Kontol Ujang masih ngaceng." kataku merengek.
"Nanti aja Sayang. " kata Bi Narsih keluar kamar lalu memanggil Marni.
Marni datang dari dalam sambil menyusui bayi wanita yang cantik, sehingga aku bisa melihat teteknya yang sangat besar.
"Marni anter Mbak ke tempat Bu Tris,. " kata Bi Narsih. Lalu Bi Narsih melanjutkan. " kalau lagi nyusuin jangan deket deket Ujang. Kamu bisa diperkosa. Hihihi." canda Bi Narsih sambil menunjuk ke arahku.
"Jangan di denger. Mbak Narsih cuma becanda. " kataku malu.
Mendengar becandaan Bi Narsih Marni tersenyum melihatku. Matanya mengedip genit. Jangan jangan aku berhalusinasi? Masa Marni mengedipkan matanya ke aku. Atau mungkin aku kegeeran.
"Diperkosa beneran juga Marni mau. Hihihihi. Yuk Mbak, saya antar ke tempat Ibu" kata Marni membalas candaan Bi Narsih.

Setelah Bi Narsih dan Marni pergi, aku memilih duduk di ruang tengah sambil meminum kopi yang mulai dingin. Kunyalakan sebatang rokok kegemaranku. Rasanya nikmat sekali.
"Mas kalau mau ke kamar mandi masuk aja ke belakang." kata Marni mengagetkanku karna sudah ada di dekatku.
"Eh iya makasih Mbak." kataku.
Marni duduk di depanku masih menyusui anaknya. Teteknya besar sekali, lebih besar dari teteknya Mbak Wati padahal aku menganggap tetek Mbak Wati sudah besar ternyata ada yang lebih besar lagi.
"Kamu udah pernah nyobain Asi belom?" tanya Marni tiba tiba.
Eh, udah waktu bayi." jawabku salah tingkah.
Marni tertawa geli yang melihatku gugup dan tiba tiba berkeringat dingin. Sehingga dia tidak menyadari kalau bayinya sudah terlelap dan puting teteknya sudah tidak lagi dikulum bayinya. Ada sisa sisa ASI yang terlihat samar membuatku meneguk air liur yang memenuhi rongga mulutku.
"Idih mata kamu sampe melotot liat tetek, Marni." kata Marni yang menyadari anaknya sudah tidak lagi menyusu sehingga puting teteknya menjadi tontonan gratis. Bukannya memasukkan teteknya ke dalam baju, Marni malah memencet teteknya sehingga ASInya menetes dari putingnya.
"Susunya banyak ya Jang? Kalau gak sering dikeluarin jadi sakit." kata Marni sambil mengusap bukit payudaranya yang besar.

Melihatku yang melotot melihat payudaranya, Marni tertawa geli lalu memasukkan payudaranya ke dalam dasternya yang kebesaran lalu Marni bangun dari duduknya.
"Marni mau nidurin si kecil di dalam dulu ya!" Kata Marni berjalan masuk kamar meninggalkan aku yang bengong sendiri.
"Jang bisa minta tolong ?" tanya Marni dari dalam kamar.
"Minta tolong apa?" tanyaku dari ruang tamu.
"Tolong ambilin bungkusan plastik hitam di atas lemari kamar depan." kata Marni lagi.
Aku masuk kamar yang akan aku tempati sampai malam Jumat Kliwon, di atas lemari ada sebuah bungkusan dalam plastik hitam, mungkin ini yang dimaksud Marni. Iseng aku melihat dalamnya, ternyata sebuah dildo berukuran sebesar kontolku. Wah ternyata Marni cewek maniak. Aku masuk ke ruang tengah, ada 3 kamar, entah yang mana kamar marni. Ada 1 kamar yang pintunya terbuka bersebelahan dengan kamar yang aku tempati. Mungkin ini kamar Marni. Aku melongok ke dalam, Marni duduk di pinggir ranjang sedang membetulkan posisi tidur anaknya. Marni tersenyum melihatku berdiri di pintu.

"Tolong taruh di meja, Jang. Sebagai ucapan terima kasih, kamu aku kasih ASI. " kata Marni sambil mengeluarkan payudaranya dari dalam daster lewat celah daster yang kancingnya sudah terbuka.
Marni duduk di pinggir ranjang, tangannya menarik tanganku menyentuh payudaranya yang besar. Tentu saja aku tidak menolak meremas payudara besar yang sudah menjadi perhatianku saat tersembunyi di balik dasternya. Penasaran dengan rasanya, aku menunduk dan menghisap putingnya yang berwarna coklat kehitaman, ada cairan yang keluar dari puting, rasanya gurih tapi berbeda dengan rasa susu kaleng yang manis maupun susu bubuk yang pernah aku minum. Marni memeluk kepalaku, badannya semakin condong ke belakang hingga ahirnya rebah di kasur membuatku ikut tertarik menimpa payudaranya yang jumbo membuatku gelagapan sulit bernafas saking kerasnya Marni memeluk leherku. Aku menarik nafas lega saat pelukan Marni mengendor. Kembali aku menghisap ASI yang keluar dari payudara Marni yang gurih dan menyegarkan, sementara payudaranya yang satunya aku remas remas dengan lembut sehingga ASInya keluar membasahi tanganku. Puas menyusu aku bangkit berdiri menegakkan badanku yang pegal karna membungkuk terlalu lama membungkuk. Marni tersenyum melihatku, kakinya diangkat.ke tas ranjang sehingga dasternya tersingkap ke atas memperlihatkan pahanya yang besar dan mulus. Marni mengangkat pinggulnya dan tangannya menurunkan celana dalamnya yang berwarna putih.

"Jang jilatin memek Marni donk.!" Marni bicara tanpa malu malu, pahanya mengangkang lebar memperlihatkan bibir memeknya yang bergelambir dan tembem. Warnanya hitam jembutnya jarang. Aku langsung saja berjongkok di pinggir ranjang, mulutku langsung menyosor ke memek Marni, baunya sangat tajam dan memeknya sudah sangat basah terlihat olehku. Tapi baunya yang menyengat bukanlah masalah buatku. Aku mulai menjilati lobang memek Marni dengan rakus mengisap cairanya tanpa merasa jijik.
"Aduhh Jang. Marni cuma bercanda minta memek dijilat, kamu malah beneran. Ennnak banget, Jang. Padahal suami Marni gak pernah mau. " Marni mengangkat pinggulnya menerima hujaman lidahku di memeknya.
Aku semakin bersemangat menjilati memek Marni dan kadang aku gigit gelambir memeknya sambil aku tarik tarik pelan. Itilnyapun aku hisap membuat Marni blingsatan mengangkat pinggulnya.
"Jang Marniii kelllluarrrrr.... !" Marni menjambak rambutku dan menekannya ke memeknya membuatku meringis menahan sakit. Aku menarik nafas lega saat Marni melepas rambutku.
Marni tidak menyadari saat aku beridiri dan membuka celana terburu buru. Marni masih terpejam menikmati sisa sisa orgasmenya. Aku langsung mengarahkan kontolku ke lobang memek Marni yang agak terbuka, sebelum Marni menyadarinya kontolku sudah menerobos masuk memeknya dengan mudah.
"Aduh memekku kok kamu entot? Tanya Marni mengangkat tubuhnya melihat ke arah memeknya yang sudah tertembus kontolku.

Aku nenarik kontolku hingga tersisa kepala kontol yang masih terbenam lalu kembali kudorong menerobos masuk hingga dasar memek Marni yang melihat takjub memeknya diterobos kontolku yang besar dan panjang.
"Gila kontol kamu gede amat dan panjang banget." Marni terus melihat kontolku yang bergerak mengocok memeknya.
"Ennak banget kontol kamu sampe mentok...!" Marni kembali merebahkan tubuhnya tangannya memegang kakinya agar mengangkang lebar.
Aku semakin kencang mengocok memek Marni, berpacu dengan waktu sebelum Bi Narsih kembali. Tanganku meremas payudara jumbo Marni.
"Memek kamu ennnak banget Mar..." ucapku semakin mempercepat kocokanku sehingga ranjang ikut terguncang.
"Ammmmmpuuun Marni kelllluarrrrr...." Marni menjerit lirih saat badai orgasme kembali menghempaskannya ke langit ke 7, tangannya mencengekram sprei hingga kusut.

Tanpa memperdulikan Marni, aku terus mengocok memeknya membuat Marni semakin blingsatan keenakan. Tiba tiba Marni bangun dan mendorong tubuhku hingga kontolku terlepas dari memeknya. Kontolku terlihat mengkilap oleh lendir memek Marni.
"Jang, kamu di bawah, gantian aku di atas." Marni menarikku naik ke ranjang. Aku lalu terlentang di atas ranjang di samping anaknya yang tidur pulas.
"Kontol kamu gede banget Jang." kata Marni memenggenggam kontolku lalu dengan bernafsu Marni melahap kontolku disertai lidahnya menjilati kepala kontolku membuatku menggelinjang kegelian. Setelah puas menghisap kontolku, Marni berjongkok mengarahkan kontolku ke lobang memeknya yang sudah sangat basah. Perlahan Marni menekan kontolku memasuki memeknya hingga dasarnya. Nikmat sekali rasanya. Marni mulai memompa kontolku dengan cepat sehingga payudara jumbonya berguncang keras begitu indah dan menggiurkan. Tanganku meraih payudara jumbonya agar tidak terjatuh. Gesekan kontolku di memeknya menimbulkan bunyi keciplak yang merdu.
"Marni kok bisa kamu ngajak aku ngentot kan kita baru kenal ?" tanyaku penasaran sambil terus meremas teteknya.
"Ini Gunung Kemukus, orang bisa bebas milih pasangan ngentot setiap saat, Jang. Ennnak kontol kamu sampe mentok." kata Marni
"Marni, apa apaan kamu. Suami kerja kamu malah enak eanak ngentot sama orang yang baru kamu kenal.!" kata Bu Tris yang tiba tiba sudah ada di kamar membuatku pucat ketakutan, berbeda dengan Marni yang kelihatan cuek dengan kehadiran ibu ya dia terus memompa kontolku dengan cepat.
"Gak apa toch, Bu. Memekku sudah lama gak dipake suamiku. Kontolnya Mas'e guede banget, Bu....ampunnnnn akkkku kelllluarrrrr lagiii..!" Marni mengeram menyambut orgasme ke 3nya di depan Bu Tris yang melihat kami.

Setelah badai orgasme reda, Marni bangun dan menyuruh bangun juga. Marni merebahkan tubuhnya di bekas tempatku, dasternya di angkat hingga perut, pahanya yang besar mengangkang lebar. Buruan, Jang. Entot Marni lagi. Ibu gak akan marah dan gak akan bilang bilang ke orang." kata Marni cuek dengan kehadiran Ibunya. Mungkin benar apa yang dikatakannya, ini Gunung Kemukus.
Aku merangkak di atas tubuh Marni yang langsung menuntun kontolku ke lobang memeknya. Dengan mudah kontolku kembali amblas di memek Marni. Aku melirik ke arah Bu Tris, ternyata sudah tidak ada. Aku mengocok Marni dengan cepat agar secepatnya menyemprotkan pejuhku ke memeknya. Sementara mulutku menghisap ASInya dengan rakus, nikmat dan mengeyangkan.
"Marniii akkkku kelllluarrrrr...." aku mengeram menembakkan cairan pejuhku ke lobang memeknya dan tidak berapa lama Marni pun mendapatkan orgasmenya lagi dan lagi dalam waktu hanya beberapa detik. Kami berciuman lama setelah badai orgasme reda. Perlahan aku menarik keluar kontolku dari lobang memek Marni, aku melihat cairan pejuhku perlahan keluar dari memek Marni.

"Jang makasih sudah muasin Marni, selama ini Marni gak pernah puas sampe pake dildo buat muasin diri sendiri." kata Marni mencium pipiku.
Aku tersenyum lalu memakai celanaku kembali sebelum Bi Narsih mergokin aku habis ngentot dengan Marni. Kemudian aku ke kamar mandi buat mencuci kontolku agar sisa sisa lendir memek Marni hilang. Selesai mencuci kontol, aku langsung masuk kamar. Rasa kantukku tidak mampu aku tahan lagi dan aku berharap mimpi yang sambung menyambung itu tidak datang lagi setelah Senapati Kebo Abang jatuh ke jurang dan pasti dia sudah mati, berarti mimpi anehku yang sambung menyambung akan berakhir juga. Perlahan kesadaranku hilang.

Aku terjatuh ke dalam jurang untungnya ini bukan jurang yang tegak lurus, tapi mempunyai kemiringan sehingga banyak pohon pohon kecil yang tumbuh liar. Aku masih sempat meraih batang pohon yang sedikit banyak menahan tubuhku agar tidak terperosok makin dalam. Aku menendang tanah yang lembab penuh dengan tumbuhan liar sehingga ujung kakiku amblas, kakiku yang satunya kembali menendang tempat yang lebih tinggi untuk mendapatkan pijakan.sedangkan tanganku berusaha nencengkeram tanah yang dipenuhi akar. Aku merayap naik dengan perlahan. Dari atas aku mendengar jeritan Mbakyu Sekar memanggil namaku. Aku tidak berani menjawab panggilannya. Musuh yang menyerangku dari belakang pasti masih mengintai, kalau dia tahu aku selamat pasti dia akan kembali menyerangku begitu aku muncul. Satu gapaian tangan lagi aku sampai tempatku terjatuh. Aku diam merapal Ajian Sapta Pangrungu berusaha mendengar suara nafas dari musuh yang menyerangku. Hanya ada 3 orang yang bernafs dan aku yakin ke nafas itu adalah Mbakyu Sekar, Chentini dan Nawang. Setelah aku yakin tidak ada orang lain aku naik.

"Adik Kebo Abang kamu selamat?" Mbakyu Sekar berteriak kegirangan melihatku muncul dari bibir jurang.
Tiba tiba ada serangan lagi yang mengarah kepalaku dengan gesit aku memiringkan kepalaku dan serangan itu lewat tidak mengenaiku. Sekarang aku bisa melihat si penyerang gelap itu sedang bergelantungan di pohon. Ternyata itu adalah seekor Lutung. Berarti yang menyerangku tadi hanyalah seekor Lutung. Aku benar benar marah seorang bekas Senopati Majapahit dipermainkan seekor Lutung. Aku mengambil 2 buah batu sekepalan tangan dan melemparkannya ke arah Lutung. Hebat, Lutung itu bisa menghindari lemparanku yang terkenal jitu. Lutung itu bisa menghindar dari lemparan pertamaku, tapi tidak dengan lemparan ke duaku yang tepat menghantam dadanya. Lutung itu terjatuh dan langsung lari diikuti oleh teman temannya.
"Tenaga saktimu sudah mulai pulih Adik Kebo Abang !" Mbakyu Sekar tersenyum senang melihatku sudah mulai bisa bergerak lincah. Dan aku baru menyadarinya.
"Benarkah itu Mbakyu?" tanyaku ingin meyakinkan ucapan Mbakyu Sekar. Aku memejamkan mata berkonsentrasi pada cakra dasar kurasakan hawa panas yang membakar.

Aku segera bersila menuntun hawa panas di cakra dasar naik ke cakra pusar, perlahan aku mengalirkan hawa panas itu memasuki semua cakra utama yang ada di dalam tubuhku hingga ahirnya mencapai cakra mahkota. Dari cakra mahkota aku mengalirkan hawa panas itu turun ke tulang punggung, semakin turun ke tulang ekor hingga kembali ke cakra dasar. Aku mengulanginya sebanyak 7x, sehingga semua cakraku benar benar bersih dan terbuka kembali. Aku bangkit, menyalurkan tenaga saktiku ke telapak tangan menghantam pohon sebesar paha kaki orang dewasa. Dhuar, pohon itu tetap berdiri tegak tidak bergeming sedikutpun. Aku melangkah mundur. Perlahan lahan pohon itu tumbang. Batang bagian dalam yang terkena pukulanku telah hancur. Inilah kehebatan ajian Gelap Sayuta. Bagian dalam yang terkena pukulanku akan hancur.
"Adikku Kebo Abang tenaga saktimu sudah pulih bahkan kamu sudah mencapai tingkat tertinggi Aji Gelap Sayuta." Mbakyu menatapku kagum.
Tiba tiba aku mendengar teriakan di atas bukit dan suara senjata yang beradu. Telah terjadi pertempuran di atas bukit. Apakah para prajurit pajajaran telah mengetahui keberadaanku ?
"Mbakyu telah terjadi pertempuran di atas bukit mari kita bantu Kakang Ginggi." aku tidak menunggu jawaban Mbakyu Sekar aku langsung mengangkat tubuh Chentini dan Nawang, kedua gadis itu berteriak kaget dan tangan mereka memeluk leherku agar tidak terjatuh.

Aku berlari dengan menggendong Chentini dan Nawang di kiri kananku. Tenaga saktiku sudah pulih, tubuh ke 2 gadis itu terasa enteng. Hanya saja lariku tidak bisa secepat biasanya sehingga Mbakyu bisa mengimbangi kecepatan lariku yang dibarengi dengan aji Kidang Kancana. Sesampainya di puncak bukit aku melihat Kakang Ginggi sedang menghadapi 5 orang lawan yang mengeroyoknya. Sedangkan ke 5 anak buah Kakang Ginggi sudah tewas dan ada juga 5 orang lawan yang tewas. Aku segera menurunkan Chentini dan Nawang, secepat kilat aku melakukan serangan ke orang orang yang sedang mengeroyok Kakang Ginggi. Belom sempat pukulanku mengenai orang orang yang mengeroyok Kakang Ginggi, sebuah tangan yang kuat memotong seranganku sehingga aku terhuyung ke samping karna tidak menduga.
"Senapati Setan Kober !" teriakku kaget melihat musuh bebuyutanku yang telah menghancurkan tenaga saktiku.
Setan Kober adalah bekas Senopati Majapahit yang bergabung dengan kerajaan Demak. Ada dendam pribadi di antara kami. Tepatnya Setan Kober sangat membenciku karna aku pernah menjalin asmara dengan istrinya yang terkenal cantik.
"Hari ini kamu akan mati Kebo Abang." belum habis ucapannya Setan Kober sudah menusukkan tombak panjangnya ke ulu hatiku.

Aku bergerak ke samping menangkis tombaknya panjangnya dengan tombak pendek yang selalu terselip di pinggangku. Inilah pertaruhan hidup mati yang sering kami lakukan. Ini harus menjadi pertarungan terahir. Salah satu di antara kami harus mati hari ini. Setan Kober mulai menggunakan ilmu pamungkasnya Aji Jala Sutra, sebuah ilmu yang berasal dari daerah pesisir, maka tidak heran langkah kakinya lebar dan agak tegak. Seperti jala, gerakkannya melingkar mengurungku dengan serangan bertubi tubi. Selalu bergerak menghindari pertarungan jarak dekat. Itu sebabnya tombak panjang menjadi andalan Setan Kober. Berbeda denganku yang berasal dari daerah pegunungan, aji gelap sayutaku mempunyai langkah yang pendek dan rendah, selalu melakukan serangan dengan jarak dekat, sedekat mungkin. Maka tombak pendek menjadi senjata paling cocok. Setelah melalui pertarungan panjang dan melelahkan, akhirnya aku melihat celah yang sangat kecil, aku melesat mendekat sambil menghindar dari tusukan tombak yang mengarah leherku. Tombakku menusuk ulu hati Setan Kober yang tidak mampu menghindar. Satu satunya gerakkan yang bisa dilakukan Setan Kober adalah menghantam kepalaku dengan tombak panjangnya. Reflek aku bergulingan menghindar dan melepaskan tombakku yang tertancap menembus ulu hati Setan Kober. Aku berdiri tegak melhat Setan Kober terjungkal ke belakang. Akhirnya musuh bebuyutanku tewas di tanganku dan juga ke 10 orang anak buahnya. Ginggi dan ke 5 anak buahnya juga tewas. Tinggal aku, Mbakyu Sekar, Chentini dan Nawang yang masih hidup.

Aku menarik nafas panjang, lalu mulai menggali tanah untuk mengubur semua mayat yang ada dengan dibantu Mbakyu Sekar. Setelah selesai mengubur senua jenazah, kami masuk pondok.
"Mbakyu, berikan Chentini dan Nawang hadiah uang emas, besok kamu antar mereka pulang. Sebarkan ke setiap orang bahwa kalian telah mendapat hadiah dari Pangeran Samudra, sebarkan pada setiap orang, barang siapa yang datang ke tempat ini, semua keinginannya akan terkabul." kataku kepada Mbakyu Sekar.
"Tapi Adik Kebo Abang apabila tersiar berita tentang keberadaan kita di sini, pasukan dari Demak akan menyerang kita." kata Mbakyu Sekar, khawatir.
"Prajurit Demak tidak akan ke sini, Mbakyu. Aku ingin semua orang mengenal nama Pangeran Samudra, hingga tempat ini akan menjadi terkenal sepanjang masa hingga dunia mengetahui nama Pangeran Samudra. " kataku tegas.
Tiba tiba semuanya menjadi gelap. Keadaan sekelilingku berubah tidak ada pondokan, Mbakyu Sekar, Chentini dan Nawang. Semuanya hilang, bahkan Kebo Abang pun hilang.
"Ritualmu sudah sempurna anakku." aku mendengar suara tanpa wujud.

"Jang bangun. Udah 2 hari kamu pingsan. " aku mendegar suara panggilan Bi Narsih sambil menangis.
"Mbak kita bawa ke RS saja y? Sudah 2 hari gak bangun bangun." suara Pak Tris terdengar khawatir.
"Iya Pak. Anter saya nyari mobil buat bawa Ujang ke RS." kata Bi Narsih pelan.
"Bu saya nitip ya. Saya mau nyari mobil diantar Pak Tris" kata Bi Narsih.
"Iya Mbak. Hati hati di jalan" sekarang aku mendengar suara Bu Tris yang bicara.
Lalu hening tak ada suara. Ada seseorang yang meraba keningku, tanganya begitu halus dan wangi bedak bayi. Apakah ini tangan Marni?
"Badannya mulai dingin Bu." sekarang suara Marni yang berbicara.
"Jangan jangan anak ini sakit gara gara minum ASI kamu? Dia keracunan ASI Kamu. Dia kan langsung sakit sehabis nyusu ke kamu." kembali suara Bu Tris.
"Ibu dedek aja minum ASI malah sehat. Ibu ini ada ada saja." kata Marni.
Share this article :

0 comments:

Post a Comment

Join Us on Facebook

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. hotceritasex - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger