Home » » Ritual Sex di Gunung Kemukus 6

Ritual Sex di Gunung Kemukus 6


Bandar Taruhan - Aku mengintp dari balik horden. Ternyata Bi Narsih dengan seorang pemuda. Janjinya datang jam 6, sekarang baru jam 5. Aku segera membuka pintu.
"Katanya dateng jam 6 Bi? Sekarang baru jam 5." tanyaku.
"Tadi mamangmu pulang jam 3, ya udah Bibi datang lebih cepat. Biar cepat beres." kata Bi Narsih masuk kamar dengan pemuda yang belum aku kenal.
"Och ya Jang. Kenalin ini Didin!" kata Narsih mengenalkan temannya. Lalu kami saling berkenalan.
Bi Narsih dan Didin duduk di ranjang sebelah kami. Kami duduk berhadapan. Tiba tiba kembali ada yang mengetuk pintu. Aku membukanya ternyata pelayan hotel membawakan pesanan Bi Narsih, 4 gelas kopi air mineral botol dan makanan kecil.
"Bagaimana Wati?" tanya Bi Narsih ke mbak Wati yang diam diam memperhatikan Didin. Harus kuakui Didin lebih ganteng dan badannya berotot.
"Apanya yang bagaimana?" tanya Mbak Wati melihat Bi Narsih.
"Kita ritual di Gunung Kemukus kamu berpasangan dengan Didin, aku sama Ujang. Maukan?" kata Bi Narsih menjelaskan.
"Aduh gimana ya! Sepertinya enggak dech saya tetap dengan Ujang." kata Mbak Wati sambil memeluk tanganku.

Aku benar benar gelisah dan was was kalau harus tetap ritual dengan Mbak Wati. Itu artinya aku tidak bisa menyempurnakan ritualku. Aku sebenarnya mau jujur dengan Mbak Wati tapi apakah dia mau mengerti? Tapi itulah satu satunya cara.
"Yakin gak mau?" Bi Narsih tersenyum menatap Mbak Wati.
"Yakin!" jawab Mbak Wati singkat.
Tiba tiba Bi Narsih memeluk dan mencium bibir Didin dengan bernafsu, Didin membalas ciuman Bi Narsih dengan penuh gairah. Melihat Bi Narsih dan Didin berciuman membuatku merasa panas. Mungkin juga cemburu. Yang jelas aku tidak rela melihat Bi Narsih disentuh pria lain. Kalau saja yang memulai Didin, mungkin sudah kuhantam pria itu dengan pukulan Cimandeku. Untuk menghilangkan kemarahanku, aku mencium bibir Mbak Wati dengan kasar tanganku meremas tetek jumbo Mbak Wati dengan keras membuat Mbak Wati berteriak kesakitan.

"Pelan pelan Jang tetek Mba sakit. Udah Mbak buka baju dulu nanti bajunya kusut." kata Mbak Wati.
Dengan cueknya Mba Wati membuka seluruh pakaiannya hingga bugil. Tidak merasa risih dengan kehadiran Bi Narsih dan Didin. Lalu Mbak Wati kembali menelanjangiku dengan tergesa gesa. Mbak Wati mendorongku terlentang di ranjang empuk, kemudian Mbak Wati menungging membelakangi Bi Narsih dan Didin, dengan lahap Mbak Wati melahap kontolku yang sudah ngaceng. Entah kenapa kontolku gampang sekali ngaceng. Aku melihat ke Bi Narsih ternyata hanya Didin yang bugil, Bi Narsih hanya membuka baju tanpa melepas Bh. Bahkan celana panjangnya masih terpakai. Bi Narsih membisikkan sesuatu ke Didin. Pria itu menghampiri kami, lalu tiba tiba berjongkok di pantat Mbak Wati, aku tidak tahu apa yang akan dilakukan Didin.
"Aduhhhh gelo. Memek gue dijilat." Mbak Wati menoleh ke belakang melihat Didin yang berjongkok di pantatnya, rupanya Didin sedang menjilati memek Mbak Wati.

Tapi herannya Mbak Wati membiarkan saja memeknya dijilati Didin. Mbak Wati kembali melahap kontolku dan mengocok ngocok dengan mulutnya. Lidahnya menjilati kontolku dengan liar, membuatku menggelinjang nikmat.
"Aduhhhhh Didin memek gue kenapa dientot?" Mbak Wati berteriak kaget menoleh ke belakang. Dilihatnya Didin berdiri dan menyodokkan kontolnya di memek Mbak Wati.
Mbak Wati kembali melahap kontolku. Mungkin dia sudah terbiasa dengan 3some. Seperti yang pernah kulakukan 3some dengan Mbak Wati dan Mas Gatot suaminya. Makanya Mbak Wati seperti menikmati. Didin mengocok memek Mbak Wati dengan cepat membuat tubuh Mbak Wati terguncang guncang dengan kencang, sehingga Mba Wati berhenti menjilati kontolku, dia lebih menikmati sodokan kontol Didin.
"Din kontol kamu sepertinya gede seperti kontol Ujang? Sampe mentok. Ennnnak banget..." Mbak Wati mengerang menerima sodokan kontol Didin.

Melihat Mbak Wati keasikan disodok kontol Didin dan kontolku mulai dicuekin, Bi Narsih naik ke atas ranjang, bibirnya nyosor bibirku. Aku membalasnya dengan mesra.
"Pindah yuk Jang.!" Bi Narsih berbisik. Aku mengangguk.
Pelan pelan aku menjauh dari Mbak Wati yang asik menikmati sodokan Didin. Lalu aku pindah ke ranjang satunya lagi. Bi Narsih memelukku dengan erat. Kembali kami berciuman dengan mesra.
"Ssst kita liat yang lagi ngentot." bisik Bi Narsih.
"Bibi gak pengen?" tanyaku heran sambil meremas pantatnya yang besar dan empuk.
"Gak mau. Ada orang di kamar. Kalau 3some sama kamu dan Desy, Bibi baru mau" kata Bi Narsih.
Ahirnya aku hanya menonton Mbak Wati dan Didin ngentot karna Bi Narsih melarangku ikutan. Aku hanya bisa menahan nafsuku karna Bi Narsih tidak mau ngentot ditonton orang.
"Aduhhhh Din akuuuu kelllluarrrrr lagiiii. Gilaaa aku udah keluar 3x...." suara Mbak Wati begitu nyaring.
"Akuuuu jugaaaa kelllluarrrrr Mbak" Didin mengeram mendapatkan orgasme.
Ahirnya Mbak Wati dan Didin terkapar kelelahan. Nafas mereka tersengal sengal.
"Mau gak kita tuker pasangan ritual di Gunung Kemukus Wati?" tanya Bi Narsih.
"Iya mau." Mba Wati menjawab.
Ahirnya Mbak Wati setuju untuk bertukar pasangan ritual dengan perjanjian bahwa ritual harus tuntas tanpa bertukar pasangan lagi.

"Jang kita pulang yuk!" ajak Mbak Wati setelah berpakaian kembali.
"Ujang pulang sama aku Wati ada yang mau aku bicarakan." kata Bi Narsih menjawab ajakan Mbak Wati kepadaku.
"Ala paling urusan memek." kata Mbak Wati sambil tertawa.
"Kamu pulang bareng Didin saja kan rumahnya lewatin daerah kamu tinggal." kata Bi Narsih.
"Iya Mbak rumahku di xxxx. Jadi kita satu angkot" kata Didin.
Ahirnya Mbak Wati setuju pulang bareng Didin. Kami mengantarnya hingga pintu.
"Jang kamu gak nanya kenapa Bibi pernah selingkuh dengan ayahmu? Tanya bi Narsih.
"Ujang takut menyinggung perasaan Bibi" kataku.
"Begini ceritanya, Jang. Bibi waktu itu masih berusia 21 tahun bibi sudah menikah dengan Mang Badrun, suami pertama Bibi selama 5 tahun, Desy waktu itu baru berusia 5 bulan. Sampai suatu hari Ayahmu mampir ke rumah saat suami Bibi sedang tidak ada. Ayah kamu merayu Bibi entah setan dari mana, Bibi tergoda oleh rayuan bapak kamu Jang. Hingga ahirnya kami berhubungan sex bukan cuma sekali. Tapi setiap ada kesempatan. Bibi benar benar terbuai oleh keperkasaan Ayah kamu hingga ahirnya suami Bibi mergokin kami sedang berselingkuh. Suami Bibi tidak berani dengan ayahmu, tidak ada yang berani dengan ayahmu seorang jagoan yang paling ditakuti. Suami Bibi pergi dan tidak pernah kembali. Buat makan Bibi ahirnya berjualan kopi di daerah kekuasaan Ayah kamu. Sedang Desy Bibi titipkan ke ibu kamu." kata Bi Narsih
"Bi Ujang pengen ngentot!" kataku sambil meremas pantat besar Bi Narsih.
"Hus kamu masih pengantin baru. Kasian istri kamu pulang ke rumah kontol kamu sudah loyo. " kata Bi Narsih zambil mencium bibirku.
"Sekali aja Bi. Kontol Ujang udah ngaceng." kataku merengek seperti anak kecil.
"Nanti zaja keponakan Bibi yang nakal. Nanti kalau ada waktu bibi mau ngajak kamu ngentot bareng Desy." kata Bi Narsih menciumku. Lalu Bi Narsih mengajakku pulang.

Di rumah kulihat Ningsih sudah menunggu di teras depan dengan Lilis. Melihat kehadiranku, Ningsih langsung berdiri mencium tanganku. Melihat Ningsih dan Lilis membuat birahiku yang belum tersalurkan kembali bangkit. Kontolku kembali bangun perlahan lahan. Aku membenarkan posisi kontolku agar tidak menekuk.
"Lama amat perginya A?" tanya Ningsih.
'Maaf Aa harus menyusun rencana ritual dengan hati hati biar tidak salah jalan lagi." Kataku sambil mencium kepala istriku dengan mesra.
"Ngobrolnya di dalam saja" kata Lilis mengajak kami masuk.
"Jangan duduk dulu Jang. Kamu habis ngentot sama Mbak Wati ya?" tanya Lilis ketus.
Lilis mengelilingiku mencium baju dan tubuhku. Untung Mbak Wati dan Bi Narsih tidak pakai parfum jadi gak ada bau parfum di badanku yang ada cuma bau keringat.
"Ningsih buka celana suamimu ada bau bau memek gak di kontolnya.!" kata Lilis.
Ningsih berjongkok membuka celanaku dan juga celana dalamku. Kontolku yang sudah ngaceng sejak melihat Ningsih dan Lilis langsung berdiri tegak begitu lepas dari sangkarnya.
"Aa kontolnya sudah ngaceng saja." kata Ningsih lalu mengendus mencium kontolku mencari bau memek wanita lain.
Aku berharap bau memek Mbak Wati tidak tersisa setelah kontolku tadi dicuci dengan sabun oleh Bi Narsih.

"Gak ada bau memek Teh?" kata Ningsih ke Lilis.
"Coba Teteh yang nyium.!" kata Lilis berjongkok memcium kontolku mencari bau memek wanita lain.
"Awas kamu Jang. Kalau ketahuan kamu ngentot sama orang, Lilis potong kontol kamu. Di rumah kamu udah punya dua memek dua istri cantik. Kamu cuma boleh ngentotin cewek lain buat ritual." ancam Lilis membuatku ngeri.
Lilis lalu melahap kontolku dengan bernafsu memasukkan separuh batang kontolku ke dalam mulutnya. Lidahnya menjilati kepala kontolku dengan lincah rasanya ngilu ngilu enak.
"Lis makin pinter aja kamu nyepong kontolku. Nikmat, Lis!" kataku.
Kasian sekali istriku hanya melihat kontol suaminya disepong tanpa bisa berbuata apa apa. Ningsih yang masih berjongkok di samping Lilis wajahnya mendongak menatapku. Aku bisa melihat di matanya rasa cemburu. Aku menarik Ningsih agar berdiri kucium bibirnya dengan mesra. Entah kenapa aku semakin menyayangi istriku. Ada cinta yang mulai tumbuh di hatiku kepada istriku. Wanita yang baru saja aku kenal.
"Aku mencintaimu!" aku berbisik di telinga Ningsih. Ningsih tersenyum menatapku dengan mesra.
"Ning juga sudah jatuh cinta sama Aa sejak di Gunung Kemukus. Makanya Ning maksa dinikahin A Ujang. " kata Ningsih berbisik di telingaku. Kembali kami berciuman dengan mesra. Sementara Lilis terus menyepong kontolku dengan bernafsu.
"Jang, duduk!" Lilis menyuruhku duduk di kursi empuk ruang keluarga. Seperti kerbau dicocok hidung aku menurutinya.

Kulihat Ningsih masuk kamar. Kasian sekali istriku dia tidak berdaya melihat suaminya berbuat mesum dengan kakaknya sendiri. Lilis membuka celana dalamnya tanpa membuka baju tidur transparannya yang berwarna putih. Lilis naik ke pangkuanku dan mengangkat baju bagian bawahnya hingga ke atas perut. Diraihnya kontolku dan diarahkan ke memeknya yang ternyata sudah sangat basah. Perlahan Lilis menurunkan pinggulnya, memeknya melahap kontolku dengan pelan.
"Och, kontol kamu ennnnak banget Jang.!" Lilis menatapku mesra.
Bibirnya yang tipis tersenyum. Dilumatnya bibirku dengan mesra. Aku membalasnya dengan sepenuh hati. Lilis menggerakkan pinggulnya dengan lembut selembut wajah cantiknya yang tersenyum bahagia. Tangannya memeluk leherku.
"Jang Lilis bahagia bisa selalu bersama Ujang. Kamu harus janji gak akan ninggalin Lilis dan Ningsih" kata Lilis sambil terus memacu kontolku.
"Iya Lis. Hanya cowok tolol yang mau ninggalin istri yang cantik." kataku sambil mencium bibir Lilis. Tanganku memegang dan meremas pantatnya yang besar dan empuk.
"Aduh Jang ennnak banget kontol kamu." Lilis semakin bernafsu menggerakkan pinggulnya mengocok kontolku.
"Jepitan memek Lilis juga ennnak banget."
"Jang Lilis mauuuu kelllluarrrrr. Lilis gak tahan lagiiiiiii. Lilis kelllluarrrrr......." Lilis mendekap leherku dengan erat, pinggulnya ditekan dengan keras hingga kontolku terbenam sampai dasarnya. Memeknya berkontraksi menyambut orgasme pertamanya.
"Enak lis?" tanyaku sambil membelai rambutnya yang panjang dan indah.
"Ennnnak banget Jang.!" kata Lilis sambil mengecup bibirku.

Lilis bangun dari pangkuanku lalu melepas baju tidurnya. Lilis merebahkan tubuhnya di sofa panjang kaki kananya di angkat ke sandaran kursi sofa empuk dan kaki kirinya terjuntai ke lantai.
"Jang buruan entot Lilis lagi.!" kata Lilis tidak sabar.
Aku segera merangkak di atas tubuh indah Lilis kuarahkan kontolku ke lobang memek Lilis yang agak terbuka akibat hujaman kontolku yang besar. Dengan mudah kontolku menerobos masuk memeknya yang sangat basah.
"Ennnnak banget kontol kamu Jang..." Lilis mendesis menerima sodokan kontolku.
Aku mulai memompa memek Lilis dengan penuh kelembutan. Kucium bibir sensualnya yang selalu tersenyum kepadaku. Senyumnya penuh cinta.
"Ennnnak Lis.!" kataku sambil terus mengocok memeknya dengan irama yang teratur. Cepat tapi tetap lembut.
"Terus Jang. Entot terus memek Lilis ennnak banget." Lilis memegang pantatku membantu gerakan pantatku lebih kencang memompa memeknya yang semakin basah.
"Akuuu gak tahannnn mauuuu keluar, Lisss" kataku berusaha sekuat tenaga agar pejuhku keluar lebih dahulu sebelom Lilis meraih orgasme.
"Kelllluarin Jang. Lilis jugaaaa kelllluarrrrr......" Lilis menjerit lirih menyambut orgasme.

Akupun tak lagi mampu bertahan, pejuhku menembak lobang memek Lilis dengan kencang. Tubuhku ambruk menindih Lilis. Nikmat sekali rasanya setelah pejuhku muncrat. Aku bangkit duduk di samping Lilis setelah nafas kami kembali teratur. Lilis tersenyum menatapku mesra.
"Jang tolong ambilin baju." kata Lilis. Aku mengambil baju Lilis dari lantai kuberikan ke Lilis yang msaih telentang di sofa.
"Jang gendong Lilis ke kamar. Lilis capek." kata Lilis merajuk manja.
Aku menggendong Lilis dengan kedua tanganku, tangannya memegang leherku agar tidak jatuh. Lumayan berat. Perlahan aku merebahkan tubuh telanjang Lilis di kasur yang empuk.
"Sana Jang. Ningsih pasti nunggu kamu. !" kata Lilis.
Aku keluar kamar Lilis dan masuk kamarku. Kulihat Ningsih sedang menangis. Kulihat Ningsih menangis terisak isak. Tubuhnya berbaring miring menghadap pintu. Kenapa istriku menangis begitu pilu.

"Ningsih kenapa?" tanyaku heran.
Aku segera berbaring menghadap Ningsih. Matanya sembab hidungnya yang mancung menjadi merah.
"Ningsih jahat ya A? Sudah merebut Aa dari Teh Lilis." Ningsih menatapku sedih.
"Ningsih gak jahat. Justru Ningsih sudah ngebantu Lilis." kataku heran kenapa istriku menangis dan berkata begitu.
"Teh Lilis itu mencintai Aa sejak lama. Tiba tiba Ningsih masuk merebut Aa." kata Ningsih lagi.
"Ning biarpun Lilis mencintai Aa, Lilis gak akan bisa memiliki Aa. Karna Lilis sudah bersuami. Justru Ningsih yang berhati besar membiarkan Aa berhubungan sex dengan Lilis. Pengorbanan Ningsih sangat besar. Tidak ada istri yang membiarkan suaminya berhubungan sex di depan mata." kataku pilu. Aku baru menyadari pengorbanan istriku yang luar biasa. Kupeluk Ningsih.
"Ningsih pengen Aa puasin?" tanyaku. Kucium mesra Bibirnya yang sensual dan selalu basah.
"Ningsih mau tidur A!" katanya. Ningsih memelukku, perlahan katanya terpejam. Berangsur angsur napasnya menjadi teratur dan halus.

Jam 8 pagi aku berangkat ke kios, hari ini Pak Budi akan mendrop barang barang yang akan aku jual di kios dan menyusun barang bareng tersebut pada tempat yang disediakan. Ternyata tidak semudah yang aku pikirkan. Menyusun barang dagangan tidak hanya asal simpan tapi juga memperhitungkan agar barang yang begitu banyak itu bisa tersusun rapi dengan memanfaatkan ruangan kios seefisien mungkin dan itu tidak bisa aku selesaikan dalam satu hari. Memerlukan waktu beberapa hari. Aku juga harus menyusun daftar harga dari sekian banyak barang. Dan juga menyusun pembukuan agar semuanya berjalan dengan lancar. Keluar masuknya uang dan barang bisa aku kontrol dengan baik. Berarti paling tidak aku perlu seorang pegawai yang bisa meringankan pekerjaanku. Ya aku harus mencari pegawai toko yang bisa membantuku melayani pembeli. Aku teringat Lastri, siapa tahu dia mau kerja di tempatku ini dari jam 6 pagi sampai jam 4 sore. Sekarang jam 2, mudah mudahan Lastri ada di kontrakan. Aku bergegas ke kontrakan Lastri yang tidak begitu jauh dari pasar. Cuma satu kali naik Angkot. Sampai kontrakan Lastri, pintunya tertutup rapat.

"Assalam mu'alaikum!" aku mengetuk pintu sambil mengucapkan salam.
"Waalaikum salam!" terdengar suara Lastri menjawab salamku. Tidak lama kemudian pintu terbuka.
"Ujang...!" Lastri terlihat senang melihatku yang datang. Tangannya menarik tanganku masuk ke dalam.
Aku duduk di atas tikar sementara Lastri membuatkan minuman. Tidak lama Lastri keluar membawa segelas kopi dan air putih yang diletakkan di atas tikar.
"Kirain Lastri kamu bohong mau ke sini." kata Lastri tersenyum senang. Harus kuakui gadis ini cantik walau kulitnya hitam manis.
"Kamu sudah dapet kerja belom?" tanyaku membuka percakapan.
"Belom A. Emang kenapa?" tanya Lastri.
"Lastri mau gak kerja sama A Ujang? Bantuin jaga toko sembako dari jam 6 pagi sampe jam 4 sore." tanyaku.
"Beneran A? Lastri mau A." Lastri tersenyum senang.

Aku lega mendengar kesanggupan Lastri, jadi aku gak perlu nyari pegawai lagi. Apa lagi aku yakin, Lastri pasti bisa narik pembeli dengan keramah tamahannya dan yang lebih penting dia pernah tinggal di Gunung Kemukus. Otomatis dia mendapat berkah dari Gunung Kemukus. Buktinya sekarang dia bisa jadi mahasiswi yang kuliah malam. Entah kenapa tiba tiba aku terangsang melihat Lastri, aku teringat betapa aku pernah ngentot beberapa kali dengan Lastri di Gunung Kemukus. Jepitan memeknya sangat terasa.
"Ich si Aa ngeliatin Lastri sampe begitu. Pengen ya?" kata Lastri sambil mengedipkan mata kirinya. Aku hanya tertawa salah tingkah.
"Kamu makin cantik saja Las! Auramu seperti semakin cerah. Beda banget kalau dibandingkan waktu di Gunung Kemukus." kataku mulai ngegombal.
"Waktu di Gunung Kemukus kan Lastri jadi lonte. Sekarang Lastri bisa hidup normal. Bisa punya cita cita. Berani bermimpi." mata Lastri menerawang jauh mengingat masa lalunya yang suram. Tanpa disadarinya, matanya berkaca kaca.
Aku menarik pundak Lastri, kudekap kepalanya ke dadaku.
"Terima kasih A.!" Lastri berkata lirih.
"Terima kasih untuk apa?" tanyaku heran.
"Karna A Ujang Lastri berani bermimpi." kata Lastri menatapku.

Aku terdiam tidak menyangka kehadiranku bisa membuat seseorang yang sudah hancur kembali bangkit dan berani mempunyai cita cita yang sempat hilang dalam hidupnya. Wanita yang kuanggap lemah dan hina ternyata mempunyai kekuatan yang tidak aku miliki. Tiba tiba Lastri mencium bibirku dengan mesra, membuatku tersihir. Aku membalasnya dengan sepenuh hati. Lama kami saling berciuman.
"Buka bajunya A Jang. Lastri kangen pengen berbagi kenikmatan dengan A Ujang. Walau Las gak bisa memiliki A Ujang sepenuhnya. Biarkan Las memiliki A Ujang walau hanya sesaat." Lastri duduk di pangkuanku tangannya membuka kancing kemejaku satu demi satu.
Lastri mencium leherku menggelitik dengan lidahnya membuat bulu kudukku merinding nikmat.
"Geli Las..!" kataku sambil menggerakkan leherku berusaha menghindar. Lastri tertawa kecil.
Sekarang puting dadaku jadi sasaran jilatannya diselingi hisapan lembut. Tubuhku merinding nikmat. Birahiku semakin memuncak kontolku ngaceng maksimal, membuatku harus membetulkan celanaku agar kontolku tidak tertekuk.
"Kontolnya sudah ngaceng ya A?" Lastri menggodaku. Tanganya mengelus kontolku dari luar celana.
"Di kamarku aja yuk!" Lastri menarik tanganku mengajakku masuk kamarnya. Tidak ada ranjang cuma ada kasur yang digelar di lantai.
Lastri berjongkok membuka celanaku dengan tergesa gesa. Aku lega saat celanaku terlepas dan kontolku dapat berdiri tegak dengan bebasnya.

"A kontolnya gede banget urat uratnya keras. !" kata Lastri tangannya membelai kontolku dengan mesra. Perlahan Lastri menjilati pangkal kontolku yang menyambung dengan kantung pelerku. Nikmat sekali rasanya. Lidah Lastri menjilati setiap bagian kontolku memperlakukannya dengan sepenuh hati. Perlahan Lastri memasukkan kontolku ke dalam mulutnya. Lalu mengulumnya dengan tehnik yang dikuasai
"Udah Las aku gak kuat...." kataku menahan kepalanya agar menjauh dari kontolku.
Lastri tersenyum genit. Dia membuka bajunya perlahan menggodaku. BHnya pun dilepas hingga teteknya yang mungil terlihat menggemaskan. Lastri merebahkan tubuhnya sambil membuka celana dalamnya, terlihatlah memeknya yang gundul dan mungil has memek gadis ABG. Kakinya mengangkang menggodaku. Aku membungkuk ke arah memeknya yang menggoda. Tapi Lastri menutupi memeknya dengan ke dua tangannya.
"A jangan dijilat. Memek Lastri sudah kebanyakan dientot. Sudah puluhan kontol yang pernah masuk memek Lastri. Langsung masukin aja kontol A Ujang." kata Lastri memohon.

Ahirnya aku merangkak di atas tubuh mungil Lastri. Lastri menuntun kontolku tepat di lobang memeknya yang mungil. Perlahan aku mendorongnya memek Lastri masih kering. Jadi aku hanya memasukkan kepala kontolku dan menariknya lagi. Lalu kembali kudorong perlahan hingga memek Lastri menjadi basah dan kontolku dengan mudah dapat masuk seluruhnya ke dalam memek Lastri.
"A kontolnya sudah masuk semua ennak banget. Makasih ya A!" kata Lastri sambil membelai pipiku.
"Kok makasih lagi?" tanyaku sambil mengocok memek mungil Lastri.
"A Ujang masukin kontolnya pelan pelan kalau orang langsung masukin aja. Padahal memek Lastri Masih kering. Sakit banget rasanya." kata Lastri.
Aku mencium bibir Lastri dengan mesra agar dia tidak meneruskan ucapannya. Pinggulku semakin cepat memompa memeknya yang mungil dan rapat nikmat sekali rasanya. Apalagi memek Lastri semakin basah membuat kontolku semakin bebas bergerak memompa memeknya.
"Ennnnak amat A. A Ujang ngentotnya pinter." Lastri memelukku erat. Pinggulnya bergerak naik turun menyambut hujaman kontolku.
"Aduhhhhh A kontol kamu ennnnak banget Lastri kelllluarrrrr...." Lastri memelukku erat kakinya mengunci pinggangku hingga tidak bisa bergerak.

Kubiarkan Lastri menikmati puncak kenikmatannya hingga tuntas. Kucium bibirnya dengan lembut. Lastri membalasnya dengan mesra.
"A gantian Lastri yang di atas y!" kata Lastri. Aku hanya mengangguk.
Kami berganti posisi Lastri berjongkok memasukkan kontolku Ke lobang memeknya yang semakin basah. Tanpa halangan kontolku menerobos masuk diiringi rintihan nikmat Lastri.
"Aaaa nikmat banget kontol kamu." Lastri tersenyum bahagia. Lastri memompa kontolku dengan cepat dan berirama.
"Ennnak banget memek kamu Las!" kataku sambil meremas pantatnya yang kecil. Baru aku sadar, tubuh Lastri langsing benar,
"Aduh A.! Kontol Aa gede banget. Tapi ennak.!" kata Lastri. Gadis ini begitu menikmati sodokan kontolku.
Makin lama goyangan Lastri semakin cepat dan tidak beraturan. Hingga ahirnya tubuh gadis cantik itu mengejang mendapatkan orgasmenya kembali. Tangannya mencengkeram dadaku.
"Aa Lassssss kelllluarrrrr lagiiii ennnak banget A!" wajahnya terlihat semakin cantik saat sedang orgasme.
"A Ujang belum keluar? Lastri di bawah lagi ya!" kata Lastri mengangkat pinggulnya perlahan lahan wajahnya terlihat meringis nikmat saat kontolku keluar pelan pelan dari memeknya.
"Nungging aja aku pengen ngentotin kamu dari belakang." Lastri menuruti kemauanku menungging.

Langsung kumasukkan kontolku ke memek Lastri yang menungging. Memek Lastri yang basah membuat kontolku masuk dengan mudah tanpa hambatan sama sekali hingga kontolku amblas selururuhnya. Dengan posisi Lastri menungging membuat memeknya terasa lebih sempit. Nikmat sekali rasanya.
"Ennnak banget memek Lastri kamu entot A." Tubuh Lastri terguncang guncang oleh sodokanku yang cukup bertenaga. Aku memegang pinggang Lastri agar tidak terjatuh.
"Memek kamu enak banget sempit." kataku menikmati jepitan memek Lastri yang menggigit.
"Las aku kelllluarrrrr gak kuat....!" aku mengerang nikmat memintahkan pejuhku ke dasar terdalam memek Lastri.
"Akuuuu juga kelllluarrrrr!" lastri mengeram dihantam badai biirahi yang dahsyat.
Nafas kami tersengal sengal seperti habis berlari jauh. Setelah nafasku kembali normal aku mencabut kontolku dari memek Lastri, kulihat pejuhku keluar dari memek Lastri. Aku merebahkan tubuhku dikasur menikmati sisa sisa orgasmeku. Lastri memelukku mesra.

"Buruan pake baju A. Nanti Mbak Heny keburu dateng." Lastri buru buru memakai pakaiannya.
Dia lupa sebentar lagi kakaknya pulang kerja. Tanpa mencuci memeknya yang dipenuhi pejuhku Lastri memakai celana dalamnya. Aku bergegas memakai pakaianku dan keluar kamar. Mukaku langsung pucat melihat Heny sudah duduk di depan sambil membaca tabloid.
"Mbak Heny !" wajah Lastri pucat melihat kakaknya sudah ada di dalam rumah. Pasti dia tahu kelakuan adiknya.
"Kamu gak kapok kapok sudah pernah hamil masih saja ngulang kesalahan yang sama. Kamu juga Jang. Masih pengantin baru istri cantik masih juga selingkuh Coba kalau Lastri hamil kamu mau bertanggung jawab?" Mbak Heny menatapku sinis. Aku hanya menunduk tidak berani menatap wajah Mbak Heny.
"Maa, maaf Mbak. " Lastri menunduk ketakutan.
"Percuma kamu minta maaf setelah pejuh Ujang masuk memek kamu. Kamu juga Jang. Kalau kamu mau ngehamilin cewek cari cewek yang pengen hamil." kata Heny lagi dengan ketus.
"Iiiyya, Mbak...!" kataku gugup.
"Jangan cuma bilang iya nih kalo kamu mau ngehamilin, hamilin aku kalau berani!" kata Heny berdiri bertolak pinggang.

Aku kaget mendengar tantangan Heny. Jangan jangan ini hanya jebakan bisa celaka aku kalau ini hanya sebuah jebakan. Aku melirik Lastri yang menunduk gelisah.
"Kok diem aja? Takut? Apa aku kurang cantik dan sexy?" dan Heny tiba tiba membuka pakaiannya menyisakan BH dan Celana dalamnya yang berwarna putih. Tubuhnya proposional dengan tetek berukuran sedang, pinggangnya ramping dan pinggul agak lebar bila dibandingkan pinggul Lastri tubuhnya lebih berisi.
"Ayo hamilin aku sudah 5 tahun nikah belom juga punya anak padahal suamiku rajin ngentotin aku." Kata Heny sambil membuka BH dan celana dalamnya.
Aku terpana melihat tubuh bugil Heny teteknya yang berukuran sedang mempunyai puting sebesar kelereng dan bulatan hitamya agak lebar. Memeknya berbulu lebat melebihi jembut bi Narsih.
Heny mendorongku masuk kamar Lastri. Tanganya dengan cekatan membuka kemejaku dan celanaku hingga bugil.
"Waduh Jang. Belom ngaceng aja udah gede apa lagi ngaceng." Heny takjub melihat kontolku yang masih tertidur. Apa lagi rasa kagetku belum lagi hilang sehingga kontolku belum menunjukkan reaksinya melihat tubuh bugil Heny.

Tangan Heny membelai pangkal pelerku yang berbatasan dengan anus membuatku merinding nikmat. Heny ternyata tahu cara menemukan titik sensitif yang membangkitkan birahiku Perlahan kontolku mulai bangkit. Heny menjilati batang kontolku dari bawah ke atas menyentuh kepala kontolku dengan lembut. Menjilatinya berulang ulang membangunkan kontolku yang tertidur, hingga ahirnya kontolku berdiri dengan gagahnya siap maju ke medan perang.
"Wow kontol kamu panjang banget hampir menyentuh pusarmu." Heny memandang takjub kontol yang baru saja memporak porandakan memek Lastri adiknya.
Heny melahap kontolku yang berdiri gagah berharap agar kontolku dapat membuahi rahimnya. Heny begitu piawai memanjakan kontolku dengan hisapan hisapan yang diselingi lidahnya menggelitik kepala kontolku. Kalau saja pejuhku belum keluar mungkin aku sudah ngecrot saat ini.
"Ampun sudah Heny, nanti aku malah ngecrot" kataku menyerah.
"Payah baru diisep pake mulut udah mau ngecrot. Apalagi dijepit memek gue. Gantian nih kenyot memek gue!" Heny rebah di kasur, pahanya mengangkang lebar dan tangannya membuka belahan memeknya yang ternyata bagian dalamnya sangat merah kontras dengan permukaannya yang berbulu lebat.

Aku membungkuk mencium bau memek Heny yang menyengat. Tapi aku tidak terganggu dengan baunya justru gairahku semakin bertambah. Kujulurkan lidahku menyapu memeknya yang sudah sangat basah. Pinggulnya terangkat naik menyambut lidahku. Lidahku menusuk masuk memeknya menari di dalamnya
"Ennnak Jang memek gue dijilat." Heny menjambak rambutku dan menekan kepalaku ke memeknya. Lidahku semakin liar menjilati lobangnya yang semakin basah. Kusedot itilnya yang menonjol.
"Aduh Jang. Gue kelllluarrrrr ennnak banget.!" pantatnya terangkat semakin tinggi mendapatkan orgasme pertamanya.
"Baru aku jilatin memeknya udah keluar. Apa lagi kalau aku entot." kataku menggoda Heny yang terkapar.
"Jangan banyak omong buruan entot memek gue!" Heny menyuruhku agar mulai proses selanjutnya.
Aku menindih Heny yang langsung mengarahkan kontolku ke lobang memeknya. Heny yang selama ini sering jadi bahan khayalan temanku sesama penjual mi ayam sekarang bisa kuentot. Harus kuakui wajah wanita yang sedang kuentot ini cantik. Apa lagi bentuk bibirnya yang tipis sangat sensual.
"Gla kontol kamu gede amat memek gue sampe mekar.." matanya mendelik merasakan kontolku yang menerobos masuk memeknya.

Memek Heny terasa hangat aku langsung menggenjotnya perlahan agar memeknya terbiasa dengan ukuran kontolku yang jumbo.
"Entot gue yang kencang Jang. Hamilin gue. Udah 5 tahun gue nikah belom juga hamil." kata Heny memohon.
Kupercepat kocokanku seperti keinginan Heny. Kucium bibir tipisnya yang sensual dengan bernafsu sementara kocokanku semakin cepat memompa memeknya yang semakin banjir sehingga menimbulkan bunyi keciplak yang terdengar merdu.
"Aduh Jang Gue kelllluarrrrr ennnnak banget?" Heny memelukku tubuhnya mengejang meraih orgasme keduanya.
Melihat Heny yang sedang orgasme aku malah semakin mempercepat kocokanku membuat wanita itu berteriak nikmat matanya menatapku binal.
"Iyaaaa gituuuuu entot terussss memek gueeeee ennnak banget." Heny menggerakkan pinggulnya naek turun menyambut hentakan kontolku yang bertenaga.
Pinggulku sudah mulai terasa pegal memompa memek Heny, sudah cukup lama aku memompa memeknya dengan posisi yang tidak berubah dan sudah dua kali Heny mendapatkan orgasme sementara aku belum juga mendapatkan orgasme.
"Heny gantian kamu yang di atas ya?" aku mengajak Heny berganti posisis.
"Gak mau Jang. Gue sama suami gue gak pernah ganti posisi." Heny keberatan kalo harus berganti posisi.

Mau tidak mau aku terima nasib memompa memek Heny semakin cepat agar pejuhku muncrat secepatnya. Belum pernah aku ngentot tanpa berganti posisi.
"Gueeee keluar lagi Jang....!" kembali Heny meraih orgasme. Tubuhnya mengejang nilmat.
Akupun mulai merasakan pejuhku hampir muncrat membuatku semakin bersemangat memompa memek Heny, bahkan pompaanku cenderung kasar. Tapi masa bodoh yang penting secepatnya aku ngecrot.
"Akuuuu kelllluarrrrr ampun ennnak banget....!" aku mengeram menembakkan pejuhku ke bagian terdalam memek Heny.
"Akuuuu kelllluarrrrr lagi Jang. " Heny menjerit tertahan.
"Makasih ya Jang. Kamu hebat bikin aku beberapa kali orgasme. Mudah mudahan pejuh kamu bisa bikin aku hamil. Biar aku gak dibilang mandul oleh mertuaku.
Ternyata aku tidak salah memilih Lastri jadi pegawaiku di toko. Dia begitu terampil menyusun barang barang dan juga menempatkannya pada posisi yang mudah diingat berdasarkan jenis barang. Dia juga yang menyusun daftar harga dan juga pembukuan.
"Mamah di rumah punya warung sembako, jadi Lastri tau cara nyusun barang dan bikin daftar harga." kata Lastri yang melihatku menatapnya kagum.

Sekarang aku bisa fokus Ritual di Gunung Kemukus. Masalah mistery kematian ayahku kadang kadang masih menggangguku. Tapi itu bisa aku tunda hingga ritual di Gunung Kemukus telah aku sempurnakan. Walau tidak mudah melupakan mimpiku tentang kematian Ayah dan juga cerita Mang Udin bekas anak buah ayahku. Bisa saja aku mengorek keterangan dari Bi Narsih tentang tragedi penyebab kematian ayahku pasti aku akan medapat jawaban yang sama yang sudah sering aku dengar dari Ibu, Bi Narsih dan orang orang di kampungku bahwa ayahku meninggal karna terjatuh di sungai yang sedang banjir. Mayatnya di temukan 2 hari kemudian tersangkut di batu. Hari ini aku akan berangkat ke Gunung Kemukus berempat dengan Bi Narsih, Mbak Wati dan Didin naik bis. Rencananya seminggu aku di Gunung Kemukus dengan Bi Narsih sesuai dengan saran Pak Budi. Berat sekali meninggalkan Ningsih selama 10 hari. Perlahan lahan aku mulai mencintainya. Mungkin karna caranya memperlakukanku yang begitu lembut dan sabar walau tidak menghilangkan sifat manjanya.

"Aa berangkat dulu ya Sayang.!" Ningsih mencium tanganku saat aku berpamitan.
Aku menunduk mencium bibirnya yang tipis dan mungil, kami berciuman cukup lama. Enggan rasanya meninggalkan istriku yang cantik ini.
"Iya A. Hati hati ya! Ingat ada Ningsih yang selalu nunggu A Ujang pulang dengan selamat.." aku bisa melihat kekhawatiran tergambar jelas di matanya yang bulat jernih begitu indah.
"Lis Ujang berangkat dulu, ya!" akupun berpamitan ke Lilis. Saat aku akan mencium tangannya Lilis menolaknya dia mencium tanganku lebih dahulu.
Lilis menarik leherku agar menunduk dan dia mencium bibirku dengan mesra lama dia seperti tidak rela melepasku pergi.
"Hati hati ya Jang ! Lilis akan selalu menunggu Ujang pulang dengan selamat." Lilis tersenyum berusaha menyembunyikan kekhawatirannya.
Sesampainya di terminal bis sudah ada Bi Narsih, Mbak Wati dan Didin di ruang tunggu. Berarti aku yang datang terakhir.

Sepanjang perjalanan aku tidur sehingga waktu 12 jam tidak terasa. Aku bangun ketika bis sudah masuk Solo. Di terminal berganti mobil jurusan Gunung Kemukus. Sampai di Gunung Kemukus Bi Narsih mengajakku berganti tempat penginapan yang berdekatan dengan Makam Pangeran Samudra. Kamarnya lebih bersih dan ada jendelanya sehingga sirkulasi udaranya lancar. Letaknya yang agak tinggi membuatku bisa melihat bangunan di bawahnya. Sampai kamar aku langsung memeluk Bi Narsih, kangen rasanya dengan pelukan hangat Bi Narsih yang lembut dan keibuan. Aku mencium pipinya dengan mesra.
"Kamu maen peluk aja. Mandi duli sana bau.!" kata Bi Narsih sambil mencubit pelan pipiku.
"Mandiin Bi!" kataku manja.
"Kita langsung ke Sendang Ontrowulan saja y ! Baru istirahat." kata Bi Narsih. Aku mengangguk setuju.
Bi narish mengetuk kamar sebelah yang bersekat triplek. Ternyata Mbak Wati langsung tidur kelelahan ahirnya kami berdua ke Sendang Ontrowulan.

Sesampainya di sendang Ontrowulan Bi Narsih bukannya langsung ke kamar mandi Sendang Ontrowulan, tapi mengajakku ke kamar sebelah Sendang Ontrowulan, aku sendiri belum pernah masuk ke dalamnya. Ternyata di dalamnya ada kuncen yang membakar menyan. Suasana mistik terasa sangat kental diperkuat oleh bau menyan. Seluruh tubuhku merinding, nafasku agak sesak oleh bau menyan. Setelah prosesi pembacaan mantra oleh kuncen, kami pindah ke bilik mandi sendang Ontrowulan. Bi Narsih segera membuka seluruh pakaiannya, aku melakukan hal yang sama. Lalu aku menimba air mengisi ember hingga penuh. Bi Narsih menaburkan bunga di atas air dan beberapa tetes minyak mawar yang dibawa dari rumah.
"Jang sini bibi bangunin kontol kamu dulu." kata bi Narsih berjongkok menghadap kontolku. Perlahan Bi Narsih mengelus elus kontolku agar tegak berdiri. Dengan lembut Bi Narsih menghisap kontolku agar bangkit dari tidur.
"Duduk Jang !" kata Bi Narsih setelah kontolku benar benar ngaceng.

Aku duduk dengan kaki selonjor di lantai kamar mandi. Bi Narsih meraih kontolku dan mengarahkan ke memeknya. Perlahan Bi Narsih menekan pinggulnya ke bawah. Memeknya masih kering sehingga agak kontolku agak sulit masuk. Akhirnya kontolku masuk seluruhnya ke dalam memek Bi Narsih yang belum basah. Lalu Bi Narsih menghitung sambil menaik turunkan pantatnya hingga 7x hitungan Bi Narsih bangkit dari pangkuanku. Kupikir Bi Narsih akan berganti posisi ternyata tidak. Bi Narsih menyuruhku berjongkok menghadap sendang Ontrowulan. Sebenarnya aku ingin bertanya, tapi Bi Narsih memberiku isyarat agar diam. Bi Narsih mulai menyiram kepalaku dengan air kembang dari ember. Kemudian Bi Narsih menyuruhku berdiri sedangkan Bi Narsih berjongkok menghadap sendang Ontrowulan menyuruhku menyiram kepalanya dengan air kembang sebanyak 7x. Setelah itu baru kami mandi sendiri sendiri.

Dari sendang kami berjalan lurus tidak melewati jalan yang kami lalui tadi. Jalan yang kami lalui tangganya lebih terjal dari pada warung tempat kami menginap. Sepanjang jalan Bi Narsih memegang tanganku tanpa bicara sepatah katapun. Sesampai di bangsal Sonyoyuri suasananya masih sepi. Hanya ada beberapa orang yang duduk di sisi tangga dan di samping bangunan Sonyoyuri. Maklum, baru besok malam Jum'at Pon. Bi Narsih membeli dua bungkus kembang dan menyan, lalu kami masuk bangsal memberikan menyan dan kembang ke kuncen. Kuncen membakar menyan dan bunganya diputar di atas asap menyan yang tebal. Setelah selesai, kuncen memberikan kembali kembang kepada kami untuk ditaburkan di atas makam Pangeran Samudra.

Di makam Pangeran Samudra kami berdoa sendiri sendiri dengan khusuk. Bahkan doaku lebih khusuk dari yang sudah sudah. Suasanananya terasa sangat berbeda. Seperti ada mata yang memperhatikan kami, mata yang tidak bisa aku lihat. Ada getaran aneh yang menusuk hatiku. Detak jantungku terasa berdetak lebih cepat dari biasanya. Seperti ada hawa dingin yang menyelimuti tubuhku. Aku berusaha semampuku untuk berdoa sekhusuk mungkin agar perasaan aneh yang kurasakan melebur dalam do'aku. Do'a yang akan menyempurnakan ritualku. Doa yang akan membuka sebuah rahasia besar tentang kematian Ayahku. Selesai berdoa'a kami menaburkan bunga di makam Pangeran Samudra. Setelah bunga tertabur, kami mengambi bunga kantil yang sudah kami taburkan dan memasukkanya ke dalam kantong. Bi Narsih mengajakku ke balik kelambu makam sehingga kami tidak terlihat dari depan. Hanya ada kami berdua di dalam bangunan makam.

Tangan Bi Narsih membuka resleting celanaku dan mengeluarkan kontolku yang setengah tegang. Bi Narsih mengocok kontolku perlahan hingga kembali tegang. Walaupun ketegangannya masih 90%. Bi Narsih mengangkat rok lebar yang dikenakannya, Bi Narsih ternyata tidak memakai celana dalam. Bi Narsih menungging di depanku menghadap makam Pangeran Samudra.
"Jang masukin kontol kamu sebanyak 7x seperti waktu di sendang Ontrowulan." bisik Bi Narsih.
Aku hanya mengangguk, lalu mengarahkan kontolku ke memek Bi Narsih yang menungging. Memek Bi Narsih masih kering. Perlahan kontolku terbenam di memek Bi Narsih. Perlahan aku menggerakkan kontolku maju mundur sebanyak 7x. Setelah 7x, Bi Narsih bangkit menjauh dari kontolku dan mengajak keluar dari bagunan makan Pangeran Samudra.

Tanpa bertanya, aku mengikuti Bi Narsih keluar dari bangunan makam. Untung tadi Bi Narsih menyuruh aku memakai celana panjang katun, sehingga kontolku tidak tertekuk. Coba kalau aku pake celana jeans, bisa dibayangkan kontolku akan tertekuk dan akan terasa sakit. Tapi karna aku memakai celana panjang katun, maka pas bagian kontolku yang tegang terlihat menggelembung. Untungnya dari area makam ke penginapan tidaklah jauh, jadi aku tidak terlalu lama menanggung malu kalau ada yang melihat celanaku menggelembung. Aku lega setelah sampai warung tempat kami menginap. Bi Narsih memesan sesajen lalu membawa masuk kamar.
"Hihihi kasian kontol ponakan Bibi udah tegang gitu." Bi Narsih tertawa kecil.
"Kok tadi di sendang dan makam pake acara ngentot cuma 7x celup Bi?" tanyaku penasaran.
"Ssst nanti bibi jelasin. Sekarang kamu sila, kita mulai membaca mantra agar permohonan kita terkabul." kata Bi Narsih menempelkan telunjuknya di bibirku.
Aku segera duduk bersila di atas kasur. Bi Narsih memegang kontolku dan kembali memasukkanya ke dalam memeknya. Bi Narsih duduk di pangkuanku dengan kontolku yang bersarang di memeknya.

"Ikutin Bibi baca mantranya ya !" Bi Narsih merangkul leherku dan mulai membaca mantra dengan pelan. Aku mengikuti setiap kata yang diucapkan Bi Narsih dengan khusuk, tidak ada satu katapun yang terlewat aku ucapkan.
Irama mantra yang kami ucapkan membaur dengan jiwa kami. Hembusan kami seirama dengan mantra yang semakin lancar aku ucapkan. Aku tidak lagi merasakan beban tubuh Bi Narsih di pangkuanku. Bahkan aku tidak merasakan tubuhku sendiri. Yang kurasakan hanyalah mantra yang mengalir dari bibirku. Semuanya sudah lebur menjadi mantra. Hingga ahirnya mantra selesai kubaca, Bi Narsih langsung memacu kontolku yang masih tertanam di memeknya. Bibirnya mencumbu leherku. Bukan,yang sedang memacu kontolku bukan Bi Narsih, dari sosok yang sudah beberapa kali hadir dalam mimpiku. Dan ini bukan lagi tubuhku yang sedang dipacu oleh wanita itu.

"Jang bangun sudah jam 5. Kamu gak lapar?" tanya Bi Narsih sambil menepuk nepuk pipiku.
Bi Narsih membelai pipiku, Bibirnya tersenyum melihatku yang membuka mata. Aku membalas senyumnya yang lembut.
"Ujang ketiduran ya Bi?" tanyaku. Perlahan kesadaranku pulih dan tubuhku terasa lebih segar. Perlahan aku bangkit dari ranjang kecil yang hanya cukup untuk berdua.
"Iya kamu tadi benar benar hebat. Bibi sampai kecapean dientot kamu. Ga keitung berapa kali Bibi orgasme. " kata Bi Narsih memelukku dan mencium pipiku.
Aku tidak tahu apa yang terjadi setelah ritual membaca mantra. Aku kehilangan kesadaran dan aku baru saja dibangunkan. Aku tidak mau menceritakan apa yang kualami tadi dan akan membuat Bi Narsih menjadi ketakutan. Aku harus menuntaskan ritual ini walau harus kehilangan kesadaran setiap kali ngentot dengan Bi Narsih. Aku baru sadar ternyata tubuhku masih telanjang begitu juga Bi Narsih. Untung saja aku tidak membuka pintu dan keluar kamar.

"Ujang mau mandi dulu Bi !" kataku sambil memakai celana training dan kaos bersih yang kuambil dari Tas.
"Bareng Jang. Bibi juga mau mandi badan Bibi lengket gara gara kamu entot sampe 3 ronde. Hihihi." kata Bi Narsih yang sudah memakai piyama mandi.
3 ronde? Dan selama itu aku kehilangan kesadaranku? Tubuhku terasa dingin dan merinding. Apa yang sebenarnya terjadi padaku? Tidak, aku harus menyelesaikan ritual ini. Aku tidak boleh kabur. Aku mengepalkan telapak tanganku dan menarik nafas panjang untuk membulatkan tekad yang masih tersisa. Selesai mandi kami memesan makanan tidak lupa segelas kopi hitam kesukaanku. Aku makan dengan lahap sekali. Bahkan sampai nambah.
"Jang kamu makan apa doyan? " tanya Bi Narsih menggodaku.
"Si Ujang kalau habis ngentot makannya banyak." kata Mbak Wati yang tiba tiba sudah ada di belakangku. Aku hanya tersenyum.
Selesai makan Bi Narsih mengajakku duduk di samping bangunan makam ada tembok besar untuk duduk bagi para peziarah. Bi Narsih menyenderkan kepalanya ke bahuku.

"Jang selama di sini kamu jangan manggil Bibi ya! Selama di sini kita suami istri." bisik Bi Narsih. Aku hanya mengannguk.
"Aku harus manggil apa?" tanyaku bingung.
"Narsih saja. Kan kita suami istri." kata Bi Narsih.
Udara mulai terasa dingin, aku melingkarkan tanganku di pundak Bi Narsih memberinya kehangatan. Kucium kepalanya dengan mesra. Suasananya romantis sekali, kami duduk sambil ngobrol seperti sepasang kekasih yang dimabuk asmara.
"Dingin Jang. Ke kamar lagi yuk!" ajak Bi Narsih.
Ahirnya kami kembali ke kamar. Ternyata Mbak Wati di kamar sebelah sudah mulai duluan. Terdengar rintihan Mbak Wati yang khas. Seperti inilah suasana penginapan di kemukus kita bisa mendengar suara suara orang yang sedang bercinta. Bi Narsih langsung memelukku. Kami berciuman sambil berdiri. Tanganku meremas pantat bi Narsih yang besar dan keras. Pantat Bi Narsih selalu membuatku horny.
"Kamu seneng amat ngeremes pantat Narsih!" kata Bi Narsih.

Aku menarik daster bi Narsih keatas melewati kepala, aku juga membuka BH dan celana dalam Bi Narsih. Mungkin aku adalah keponakan paling kurang ajar yang menelanjangi Bibi sendiri. Aku kagum dengan bentuk tubuh Bi Narsih yang terawat. Teteknya yang berukuran sedang walau sudah kendur namun masih terlihat indah. Perutnya yang rata tanpa lemak dan pinggulnya yang lebar dan besar, tampak sexy di mataku. Kuremas tetek Bi Narsih dengan gemas. Kuhisap putingnya dengan rakus. Bi Narsih menekan kepalaku ke dadanya seperti seorang ibu ke anaknya. Puas dengan teteknya, aku mendorong Bi Narsih ke atas ranjang, Bi Narsih merebahkan tubuhnya di pinggir ranjang sedangkan kakinya dikangkangkan seperti tahu maksudku. Aku langsung membenamkan wajahku di memek Bi Narsih. Aku menjilati itilnya yang mencuat imdah. Kugigit pelan sambil kuhisap.

"Iya sayang hisap memekku agar terhisap semua sari madu yang terkandung di dalamnya." sekali lagi bukan suara Bi Narsih yang aku dengar.
Suara yang datang dari masa lalu. Suara yang pernah aku dengar di dalam mimpiku dan saat aku ngentot dengan Anis. Aku tidak berusaha mengabaikan suara itu. Aku berusaha untuk tidak melawan. Aku pasrah membiarkan setiap bisikan itu menyatu dengan jiwaku.
"Buka bajumu entot aku. Puaskan dahagaku yang sudah ratusan tahun bergejolak. " kembali suara itu terdengar menyuruhku membuka baju. Aku menurutinya. Tidak ada lagi rasa takut dan ragu. Aku membuka seluruh pakaianku.
Kuarahkan kontolku ke lubang memek wanita dari masa lalu itu. Aku tidak lagi melihat wujud Bi Narsih, tapi wujud wanita dari masa lalu itu. Tanpa hambatan kontolku menerobos masuk wanita itu yang sudah sangat basah.
"Nikmat sekali kontolmu yang perkasa menusuk hingga mulut rahimku." erang wanita itu.
Aku mulai memompa kontolku dengan lembut dan cepat. Memeknya yang basah memperlancar gerakan kontolku dan rasanya bebar benar sangat nikmat. Cengkeram memeknya begitu terasa.
"Enak banget memek Narsih.!" kataku yang kembali melihat Bi Narsih mengerang nikmat oleh sodokan kontolku.
"Ennnnak banget Jang kontol kamu." Bi Narsih mengerang menerima sodokan kontolku.

Aku semakin mempercepat sodokan kontolku karna aku tahu Bi Narsih sangat suka dengan sodokan yang cepat dan bertenaga. Dan aku menarik nafas lega setelah sekian lama aku menyodok memek Bi Narsih, wajah Bi Narsih tidak berubah.
"Jang Narsih kelllluarrrrr...." Bi Narsih berteriak lirih mendapatkan orgasme pertamanya. Kudiamkan kontolku beberapa saat di dalam memek Bi Narsih hingga badai orgasmenya reda.
"Jang gantian Narsih pengen di atas." kata Bi Narsih mendorong tubuhku.
Aku segera merebahkan tubuh di ranjang. Bi Narsih langsung berjongkok di atas kontolku. Setelah tepat, Bi Narsih menurunkankan pinggulnya hingga kontolku terbenam di memeknya yang berdenyut denyut seperti meremas kontolku dengan lembut.
"Sih, memek kamu ennnak bisa empot empotan. " kataku kagum.
"Ini namanya empot ayam sayang." kata Bi Narsih tersenyum. Pinggulnya bergerak naik turun dengan cepat.
Gerakakan Bi Narsih semakin cepat, bibirnya mendesis nikmat. Tidak perlu waktu lama, Bi Narsih kembali meraih orgame ke duanya. Memeknya berkontraksi lebih kuat dari yang pertama.
"Kamu hebat Jang. Narsih udah dua kali keluar. Narsih di bawah lagi ya Sayang !" Bi Narsih bangkit dan berbaring di sampingku.

Aku merangkak di atas Bi Narsih, kontolku langsung menuju memek Bi Narsih tanpa perlu dituntun. Bles dengan mudah kontolku menusuk masuk memek Bi Narsih. Aku langsung memompanya dengan cepat dan bertenaga sehingga tumbukan kontolku dan memek Bi Narsih menimbulkan suara yang merdu.
"Gilllla Jang ennnnak banget dientot kamu." bi Narsih tersenyum menatapku. Aku mencium bibir Bi Narsih dengan mesra.
Ahirnya aku tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Kontolku mulai berdenyut akan menembakkan pejuhnya.
"Sih Ujang kelllluarrrrr....!" aku berteriak tertahan. Tubuhku mengejang dilanda kenikmatan yang sangat dahsyat.
"Narsih jugaaaaaa Jang....!" Bi Narsih memelukku dengan erat. Saking hebatnya orgasme yang dialaminya Bi Narsih sampai menggigit pundakku.

Di mana aku? Jalan yang kulalui sangat sepi seperti tidak ada kehidupan. Di kiri kananku hanya ada pohon jati. Tiba tiba ke dua tanganku ada yang memegang dengan keras. Mereka menarikku. Aku berteriak sekuat tenaga, tapi suaraku tidak keluar. Aku melihat ke kiri dan kanan. Siapa mereka yang menarikku? Salahku apa. Tenaga mereka begitu kuat sehingga aku tidak mampu berontak.
"Siapa kalian? Aku mau dibawa ke mana?" tanyaku ketakutan.
Bagaimana mungkin dua wanita yang terlihat lemah mampu membuatku tidak berkutik. Dua wanita itu memegang pangkal lenganku dengan sangat kuat, sangat kuat. Mereka hanya memakai kain yang menutup hingga dada, tapi kenapa mereka bisa bergerak lincah. Seolah olah kain yang mereka kenakan ditambah beban berat menyeret tubuhku bukanlah penghalang bagi mereka. Mereka terus berjalan tanpa memperdulikan diriku. Mereka membawaku ke tanah lapang yang terletak di sebuah bukit yang dipenuhi pohon pohon besar dan ada Makam di tengahnya. Makam siapa itu dan siapa yang membawaku ke sini. Sekarang aku baru bisa melihat wajah orang yang membawaku. Mereka berwajah cantik dan berpakaian seperti dayang dayang yang sering aku lihat di film film. Mereka sama sama cantik.

"Siapa kalian? Kenapa aku dibawa ke sini?" tanyaku. Perlahan rasa takutku mulai hilang.
"Kami adalah para dayang yang selalu melayani Kanjeng Dewi. " kata salah satu wanita itu.
"Dan makam itu adalah makam Kanjeng Pangeran dan Kanjeng Dewi." kata wanita yang satunya lagi.
"Lalu kenapa aku dibawa ke sini?" tanyaku heran.
"Kanjeng Pangeran dan Kanjeng Dewi telah berpesan kepada kami, apabila kami mau berhubungan badan dengan pria yang bukan suami kami, maka kami akan menerima hadiah. Yaitu kebebasan kami." ujar wanita yang lebih muda.
"Kami ingin kamulah yang menjadi pejantan kami. Menuntaskan birahi kami agar kami mendapatkan hadiah kebebasan kami." kata wanita yang lebih tua.
Lalu kedua wanita itu membawaku ke sebuah tempat tidak jauh dari makam. Betapa kagetnya aku melihat berpasang pasang pria dan wanita telanjang sedang berhubungan sex bersama sama tanpa ada perasaan risih di antara mereka. Tiba tiba datang dua orang pria tanpa busana menarik ke dua wanita yang membawaku. Wanita yang membawaku tertawa senang saat ke dua pria itu melucuti kain yang mereka pakai. Mereka mulai bercumbu dengan bernafsu tanpa memperdulikan kehadiranku.

Tiba tiba ada seseorang yang memelukku dari belakang dan menciumi leherku. Membuatku merinding oleh rasa nikmat. Aku berusaha menoleh, tapi aku tidak bisa melihat wanita yang memeluk dan menciumi leherku. Aku yakin dia seorang wanita karna bisa kurasakan teteknya yang lunak menekan punggungku. Tiba tiba seorang wanita menghampiriku dan menurunkan celanaku hingga mata kaki. Dia berjongkok dan mulai mengulum kontolku dengan bernafsu. Kulumannya begitu liar dan sangat ahli. Sementara tangannya mengocok batang kontolku dan mulutnya menghisap kepala kontolku dengan rakus.
"Aduh, sisisisapa kalllian ?" tanyaku kaget.
Ke dua wanita itu tidak menjawab, wanita yang memelukku dari belakang semakin garang menciumi leherku dan tangannya mempermainkan puting dadaku sedang wanita yang sedang mengulum kontolku terlihat semakin bernafsu mengcok kontolku. Tiba tiba wanita yang mengulum kontolku mendorong tubuhku hingga jatuh duduk menimpa wanita yang berada di belakangku. Reflek aku berusaha bangkit namun tubuhku di tahan oleh wanita yang berada di belakangku agar tetap dududk.

Wanita yang mendorongku berjongkok di pangkuanku. Tangannya memegang kontolku dan mengarahkannya ke memeknya yang sekilas kulihat tanpa bulu. Yang paling mencolok adalah ukuran dadanya yang jumbo. Wajahnya juga manis khas orang jawa. Blesss kontolku masuk memeknya yang sudah basah dan terasa sangat hangat.
"Och biyung kontol titsan Senapati Kebo Abang ternyata sangat besar Mbakyu " kata wanita yang duduk di pangkuanku.
"Tentu saja Tinuk Senapati Kebo Abang selain sakti, dia juga adalah pemetik bunga para gadis sehingga dia diusir dari keraton karna sudah kurang ajar meniduri salah satu selir Senapati Utama Majapahit. Itulah sebabnya dia bergabung dengan Kanjeng Pangeran Samudra yang sama sama diusir dari kraton." kata wanita yang dipanggil Mbakyu dan aku bisa menebak wanita yang sedang memacuku adalah Tinuk.
Aku tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan dua wanita itu. Aku tidak tahu tentang titisan atau apalah namanya. Yang aku tahu aku adalah Ujang.

Tinuk semakin liar memompa kontolku, memeknya yang basah ternyata mempunyai daya cengkeram yang kuat meremas kontolku. Tiba tiba wanita yang dipanggil Mbakyu bangkit dari duduknya membuatku kehilangan keseimbangan. Tanpa dapat kutahan, tubuhku jatuh terlentang. Tinuk tertawa kecil melihatku terlentang. Pinggulnya bergerak cepat memompa kontolku keluar masuk memeknya dengan cepat.
"Kakang Kebo Abang kontolmu besar sekali." kata Tinuk yang memompa kontolku semakin liar sehingga tetek jumbongnya bergerak gerak menggemaskan. Aku meremasnya dengan gemas.
Tiba tiba wanita yang dipanggil Mbakyu berjongkok di mukaku, pantatnya besar dan bulat seperti pantat Bi Narsih. Dengan berjongkok membelakangi Tinuk, aku bisa melihat memeknya tepat di wajahku. Warnanya hitam tanpa bulu. Baunya lembut. Aku menulurkan lidahku menusuk lobang memek yang agak terbuka sehingga aku dapat melihat bagian dalamnya yang basah. Cairan memeknya terasa asin, justru itu yang aku suka. Menurutku rasanya sangat nikmat.

"Biyung Kakang Senapati ternyata pintar menjilat memek." kata Mbakyu. Kenapa mereka memanggilku Senapati.
"Mbakyuuu ennnak benar kontol kakang Senapati besar, panjang dan keras. Aku gak kuat aku kelllluarrrrr Kakang....!" Tinuk menjerit nikmat. Memeknya berkontraksi meremas kontolku dengan kencang.
"Tinuk gantian aku juga mau merasakan keperkasaan kontol Kakang Senapati Kebo Abang." kata Mbakyu.
Tinuk bangkit berdiri sehingga kontolku terlepas dari memeknya. Mbakyu segera bangkit dan berpindah mengangkangi kontolku. Sekarang aku bisa melihat jelas wajah Mbakyu membuat jantungku seperti berhenti berdetak. Yang dipanggil Mbakyu adalah Bi Narsih. Mbakyu atau yang wajah dan tubuhnya sangat mirip Bi Narsih langsung memompa kontolku dengan cepat tanpa pemasan lagi. Pinggulnya yang besar bergerak dengan liar.

"Kakang kontol kamu benar benar perkasa." Mbakyu menindih tubuhku. Bibirnya mencium bibirku dengan bernafsu. Aku membalasnya dengan bergairah.
"Kakang aku kelllluarrrrr....!" Mbakyu berteriak nikmat.
Kemudian Bibirnya menghisap leherku dengan kuat meninggalkan tanda merah. Setelah badai orgasmenya reda, Mbakyu bangkit dari atas tubuhku, lalu membaringkan tubuhnya disampingku. Aku yang belum orgasme langsung menindih tubuhnya. Kuarahkan kontolku ke lobang memeknya yang basah. Bles, kontolku dengan mudah menerobis memeknya. Tapi ada yang aneh, Mbakyu seperti tidur dan suasana sekelilingku bukan lagi hutan tapi ini adalah kamar tempat kami menginap. Aku memandangi sekelilingku, dan benar ini adalah kamar tempat kani menginap dan wanita yang sedang aku tindih adalah benar benar Bi Narsih yang sedang tidur. Dan kontolku benar benar tertancap di memek Bi Narsih yang tertidur lelap.

Terlanjur aku mulai memompa memek Bi Narsih dengan pelan dan berhati hati agar Bi Narsih tidak terbangun dari tidurnya. Ternyata dalam keadaan tidur memek Bi Narsih terasa lebih sempit dan nikmat membuatku tidak mampu bertahan lama. Akhirnya pejuhku muncrat di memek Bi Narsih. Setelah badai orgasmeku reda, aku mencabut kontolku pelan pelan lalu membaringkan tubuhku di samping Bi Narsih. Aku melihat jam tanganku yang tergeletak di meja. Sudah jam 9. Pantesan sudah terang dan ada suara orang mengobrol di warung. Perlahan aku aku memiringkan badanku menghadap Bi Narsih.
"Bi jam 9...!" aku membangunkan bi Narsih dengan cara mengusap ngusap pipinya yang halus. Dalam keadaan tidur, Bi Narsih tetap terlihat cantik. Bi Narsih membuka matanya dan tersenyum menatapku.
"Peluk Narsih Jang.!" kata Bi Narsih manja. Aku berbaring miring memeluk Bi Narsih. Kami saling berpelukan.
"Narsih puas banget siang dientot 3x malamnya dientot sampe 5x jang. Memek Narsih jadi dower. Hihihi Tapi enak banget." kata Bi Narsih.
"Mandi yuk Ujang sudah lapar." aku mengajak Bi Narsih mandi. Bi Narsih mengangguk dan bangkit.
"Ujang, kok memek Narsih banyak pejuhnya dan agak ngilu kaya abis dientot? Kamu ngentot Narsih waktu Narsih tidur ya?" Bi Narsih memandang wajahku. Aku hanya tersenyum malu.
"Dasar nakal gak puas semalam? Kalo mau ngentot bangunin Narsih jangan langsung main entot." kata Bi Narsih mencubit pipiku dengan gemas.

Selesai mandi kami langsung makan. Perutku rasanya benar benar lapar. Di warung sudah ada 2 pasangan selain kami. Mataku melirik ke wanita yang ada di warung lalu membandingkannya dengan Bi Narsih dan Mbak Wati, ternyata Bi Narsih dan Mbak Wati lebih cantik dan sexy dibandingkan mereka. Malam Jumat Pon tinggal menunggu jam, suasana Gunung Kemukus akan berubah 180 derajat. Ribuan orang akan berkumpul di sini dengan alasan mencari pesugihan dan berbagai macam hajat lainnya. Dan sarat ritual yang harus dilakukan adalah berbuat mesum dengan pasangan yang bisa saja mereka temukan di Gunung Kemukus ini. Walau sangat sulit buat mengenal wanita sesama peziarah. Mayoritas wanita di sini adalah PSK yang berkedok ziarah. Ada juga yang membawa pasangan dari tempat asal mereka. Seperti aku yang awalnya karna diajak Mbak Wati dan tujuanku sendiri adalah ingin merasakan kenikmatan sex. Apa lagi yang mengajak aku wanita yang cukup cantik dan berbadan syemok seperti mbak Wati. Mumpung ada yang ngajak ngentot gratis tentu saja aku mau. Sangat mau malah.

Tetapi situasinya berubah 180 derajat. Justru di Gunung Kemukus aku menemukan istri dan di Gunung Kemukus aku secara tidak sengaja melihat Bi Narsih menjadi penganut ritual Gunung Kemukus. Dan di sinilah aku tau ternyata ayahku sering ke sini sebelum meninggal dan di sini pulalah aku harus menuntaskan semuanya hingga sempurna
"Jang jangan melamun terus." Bi Narsih menepuk pundakku hingga aku kaget.
"Gak kenapa kenapa Bi." kataku.
"Narsih bukan Bibi." Bi Narsih berbisik mengingatkanku.
"Eh iya Narsih." kataku.
Selesai makan Bi Narsih mengajakku berjalan jalan ke area makam Pangeran Samudra. Suasananya sudah mulai ramai, sepanjang jalan Bi Narsih memegang pangkal tanganku membuat para pria yang belum punya pasangan akan iri melihat kami. Walau Bi Narsih berusia lebih tua dariku tapi kecantikannya membuatku bangga.

"Jang memek Narsih agak linu gara gara kamu entot waktu tidur. Kamu gak boleh begutu lagi ya!" kata Bi Narsih berbisik.
"Maafin Ujang Narsih. Tadi Ujang gak tahan." kataku merasa bersalah.
Aku tidak berani menceritakan kejadian yang sebenarnya ke Bi Narsih.
"Iya udah Narsih maafin kok." Bi Narsih tersenyum. "Dulu waktu pertama kali Narsih ke sini dengan ayahmu suasananya beda." kata Bi Narsih membuatku terkejut.
"Narsih pernah ke sini dengan Ayah?" tanyaku kaget.
Bi Narsih mengangguk lemah. Matanya menerawang mengingat kejadian dulu.
"Ayah kamu itu bajingan Jang. Setiap melihat perempuan cantik dia akan berusaha mendapatkannya dengan cara apapun. Bahkan Narsih yang adik iparnya juga dirusak sampai rumah tangga Narsih berantakan." Narsih menarik nafas panjang.
Aku menunduk gelisah. Aku berusaha mengingat sosok ayahku. Tidak ada kenangan manis yang bisa aku ingat. Justru yang kuingat adalah kenangan manis dengan Mang Karta. Seminggu sekali atau paling lama dua minggu sekali Mang Karta pulang dan selalu membawakan oleh oleh untukku. Lalu Mang Karta akan menggendongku di pundaknya.

"Jang harusnya Narsih gak menghianati ibu kamu. Narsih sangat menyesal Jang." Bi Narsih memeluk pinggangku.
"Kita balik ke kamar yuk! " aku mengangguk.
Sepanjang perjalanan pulang Bi Narsih merangkul pinggangku dan aku merangkul pundak Bi Narsih. Kami benar benar seperti sepasang kekasih.
Sesampainya di warung kami langsung masuk kamar. Ternyata Mbak Wati sudah ada di kamar sebelah. Kami bisa mendengar suara Mbak Wati yang merintih keenakan.
"Jang Narsih hamil.!" Bi Narsih berbisik padaku.

Agen Bola - Bandar Taruhan - Bandar Bola - Taruhan Bola - Judi Bola - Agen Sbobet - Agen Maxbet - Agen 368bet - Agen Cbo855 - Agen Sabung Ayam
Share this article :

0 comments:

Post a Comment

Join Us on Facebook

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. hotceritasex - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger