Recent Movies

gairah & dendam yuni


Bandar Taruhan - Ini malam ketiga pernikahanku, dan malam keduaku di kota ini, dan kembali aku kecewa lagi, ketika sekali lagi suami dari perjodohan kedua orang tuaku, tak mampu menuntaskan hasrat birahiku. Aku menerima perjodohan ini karena aku tahu, dengan pernikahanku ini, aku bisa membantu kelangsungan bisnis hotel milik papaku di Bali, karena orangtua ko Andrew setuju memberikan modal usaha jika aku mau menikah dengan anaknya, yang saat ini sudah berusia 35 tahun. Tentu saja awalnya aku menolak keras perjodohan ini, namun kenyataan menghadapkan ku pada keadaan dimana usaha hotel papa yang terancam bangkrut, sangat membutuhkan suntikan modal, dan sebagai sumber penghasilan keluarga satu-satunya tentu aku juga tidak bisa bersikap masa bodoh, akhir nya dengan berat hati kuterima juga perjodohan dengan pria yang usianya 11tahun lebih tua dariku, pria yang secara fisik jauh dari bayangan pria impianku, bahkan jauh dari pria-pria yang selama ini sering menghabiskan malam bersamaku.

Sebagai gadis yang besar di tempat seperti Bali, dan ditunjang dengan penampilan fisik yang banyak orang bilang cantik dan seksi, serta wajahku yang oriental, aku sangat tidak kesulitan untuk mendapakan teman pria, dan seperti kehidupan remaja disini pada umumnya, keluar masuk diskotik dan seks bebas sudah jadi hal biasa buatku. Aku sangat menyukai seks, dan hampir tiap hari aku selalu menikmati disetubuhi oleh para pria yang menemani hari-hariku. Namun kini aku harus menikah dengan pria yang secara kemampuan seksual sangat payah sekali, aku benar-benar merasa kecewa, dua malam sudah disetubuhi, dua malam sudah memekku di siram cairan spermanya, tapi selama itu juga aku tidak pernah sekalipun mengalami orgasme. Entah apakah aku bisa bertahan dengan semua ini.
"pagi ci.." sapa si mbok, pembantu yang kerja dirumah ini, ketika aku baru saja keluar dari kamarku.
"yang lain sudah pada berangkat mbok..? Tanyaku, karena aku tinggal disini tidak hanya bersama suamiku tapi juga papa mertuaku,
''sudah ci, ci yuni mau sarapan.." tanyanya lagi.
"saya minta teh aja ya mbok, nanti saya tunggu diteras samping.."

Rumah ini cukup besar dengan halaman yang luas dan indah dimana halaman samping menghadap matahari terbit, mengingatkan akan keadaan ketika masih di Bali dulu. Kubuka forum semprot dari tab ku, sudah hampir lumayan lama aku bergabung disini, aku biasanya menuliskan pengalamanku bersama para bule, dalam bentuk cerita panas, namun kali ini aku ingin mencoba melihat-lihat thread tentang obat untuk ejakulasi dini, yang mungkin bisa kuberikan pada ko Andrew, tapi tulisan new pm mengalihkan tujuanku, kubuka pm baru itu, dan ada pesan dari seseorang yang selama ini suka ssi ke aku, isinya menanyakan apakah aku sudah dijakarta dan memintaku untuk menghubunginya
jika sudah dijakarta. Kubatalkan niat mencari obat untuk suamiku, karena tiba-tiba terbesit pikiran nakal untuk menemui orang itu. Kukirim pesan untuk mengabarkan kalo aku sudah di jakarta, dan tak lama langsung ada balasan yang menanyakan apakah bisa bertemu, dan kamipun janjian ketemu siang ini.
"permisi ci, ini teh manisnya dan ada goreng pisang untuk teman nya.." si mbok membuyarkan lamunanku,
"oh iya makasih mbok.."

Selesai sarapan dan mandi aku langsung berangkat ke tempat yang dijanjikan, karena memang aku disediakan mobil dan sopir, aku jadi tidak kesulitan menuju ke alamat janjian tadi. Beberapa pasang mata memandangku saat aku memasuki cafe ini. Karena aku memakai celana pendek ketat dan tanktop yang kupadukan dengan cardigan kuning, pakaian yang memang sehari-hari biasa kupakai waktu masih diBali. Belum sempat aku mencari tempat duduk seseorang sudah menyapaku dari belakang.
"yuni yah.." katanya, dan ketika berpaling kutahu.
Kalau ini adalah orang yang ku janji ketemuan, karena kami sudah sering bertukar foto, bahkan foto bugil. Untuk sesaat keakraban di email berubah menjadi kecanggungan dipertemuan pertama ini.
"silakan..." suara pelayan yang menyajikan pesanan kami, membuyarkan kecanggungan kami.
"kamu ga kerja, bisa ketemuan jam segini..?" tanyaku, pada pria didepanku,
"ga aku kerja shiff malam..!" jawab
"owh satpam kah.. Hihihi.." kataku menggoda nya, karena kalau dilihat dari postur tubuhnya, si cheverboyz ini, cocok jadi satpam.
"hehe.. Aku kerja di pabrik...!.." seru nya..

Sambil menikmati hangatnya cappucino, kami pun mulai larut dalam obrolan, ternyata si Cheverboyz ini nama asli nya Junno, entah bener atau tidak, karena untuk ukuran orang Indonesia nama Junno agak terkesan janggal, begitu juga ketika dia bercerita soal ayahnya yang Batak dan ibunya yang Jepang, jujur kalo diliat dari tampangnya, sulit menemukan bagian Jepang dari dirinya hihihi.. Dan seperti yang sudah kuduga pembicaraannya pun mulai mengarah ke arah seks, dan menggodaku untuk main ke kontrakan nya, siapa takut.
"yakin gak apa, kalo kamu diantar sopir ke tempatku Nanti kalo dia bilang ke suamimu..!?" tanya Junno ragu ketika aku mengajaknya ke mobil
"udah gak apa Sopirku nanti aku yang urus!.." kataku sambil menarik tangannya, toh kalaupun pak Sodik ngadu ke suamiku juga pastilah yang dicari si Junno ini pikirku enteng Hihihihi...
Pak Sodik terlihat terkejut ketika aku membawa seorang pria ke mobil.
"pak, tolong antar ke tempat teman saya.." Kataku pada pak Sodik, sambil mengedipkan mata memberinya kode untuk tidak banyak bicara.
" Dimana alamat nya Jun..?" tanyaku pada jun.
dan pak Sodikpun melajukan mobil ke alamat yang disebutkan Junno.

Kontrakannya tidak masuk mobil, terpaksa kusuruh pak Sodik untuk menunggu diparkiran minimarket dan kuberi uang untuk makan siang. Menyusuri gang kecil sekitar 100m dari jalan raya, akhirnya sampai juga dideretan rumah petak, dan Junno mengajak ku masuk ke salah satu yang berada disisi kiri.
"sorry yah, tempatnya cuma kaya gini.." katanya ketika aku sudah didalam.
"gak apa.." kataku sambil menuju ke kaca jendela belakang, ternyata dibelakang kontrakan ini, ada sungai, dan diseberang sungai ada banyak rumah-rumah kumuh.
Ketika pandanganku terpaku melihat sekelompok anak kecil berlarian diseberang sungai, kurasakan tangan Junno memelukku dari belakang dan sebelum sempat aku tersadar, tubuhku sudah dibalikan menghadapnya, ternyata dia sudah bugil. Bibirku dilumat habis, dan kubalas dengan lumatan yang tak kalah panas, tangannya menyelusup ke dalam bajuku, dan meremasi kedua payudaraku. Tak mau kalah tanganku juga memegang dan meremas kontolnya yang tergantung bebas. Ujung kontolnya terasa sudah berlendir, dilepas lumatannya dan diangkatnya kedua tanganku keatas, dilolosi semua pakaianku hingga payudaraku terpampang bebas, didorongnya tubuhku ke tembok, dan Junno berjongkok dikakiku, dipelorotkannya celana pendek beserta g-string hitamku, diangkatnya kaki kananku kepundaknya, dan kepalanya langsung terbenam dirimbunnya selangkanganku.

"akh.. Eahh.. Terus..akh...ah..!ku mendesah keenakan menikmati sentuhan lidahnya menjilati bibir memek yang sudah basah oleh cairan nafsu.
"akhhh...." aku kembali menjerit kecil ketika clit ku terasa disentuh oleh lidahnya, kugerakan pantatku, mengimbangi, setiap sentuhan lidahnya, sungguh nikmat sekali, hingga tanpa sadar aku meremas dadaku sendiri.
Dituntunnya aku untuk rebah di kasur tipis yang tergeletak dilantai itu, aku telentang dan ia mengangkangi wajahku, disodorkan batang berurat nya kemulutku, aku tahu apa yang dia mau, kulumat batangnya, kujilat dan kuhisap dan kunikmati batang itu, " arrghh.." suaranya mengerang keenakan, dan erangannya semakin jadi ketika dua bijinya ku kulum bergantian.
"masukin sekarang.. " Pintaku sambil meremas pantat nya, dan seperti nya juga dia pun ingin, diposisikan dirinya diantara kedua kakiku yang ditekuknya, dan mengarahkan kontolnya kememekku yang sudah terbuka dan basah, dan "bless.." batangnya terbenam kedalam lobangku, dan mulai begerak keluar masuk dengan irama yang terkadang cepat dan terkadang lambat sungguh nikmat rasanya, inilah rasa yang kuinginkan, kenikmatan persetubuhan yang tak kurasakan bersama suamiku. Dan selang beberapa menit akupun merasakan orgasme, disusul Junno tidak lama kemudian.

Seharian itu aku menuntaskan hasrat birahiku dengan Junno, dan bahkan akupun rela Junno memfoto tubuh bugilku, memfoto memekku yang berlumur sperma nya, untuk di post nya diforum gambar semprot. Sekitar jam 5 sore aku kembali ke rumah, ko Andrew dan papah mertuaku belum pulang, aman pikirku.
"pak Sodik tolong jangan cerita kemana kita tadi." kataku kepada pria paruh baya yang jadi sopirku itu.
"iya ci saya ngerti.." katanya.
Dan sebelum masuk rumah, kuberi dia dua lembar seratus ribuan untuk tutup mulut. Seperti malam-malam sebelumnya, Ko Andrew tidak mampu memuaskanku, dan seolah tanpa beban dia langsung tidur setiap kali habis menggauliku.
"koko.. Usaha kenapa, minum obat atau kedokter, aku juga butuh dipuaskan ko, aku bukan pelacur yang hanya dijadikan tempat buang sperma, aku istrimu.." kataku dengan emosi, ketika Ko Andrew hendak tidur sehabis menyetubuhiku.
" dengar ya, aku tahu kau menjadi istriku hanya untuk uang, agar usaha orangtua mu tetap berjalan, jadi jangan menuntut macam-macam, terima saja, aku juga menggaulimu hanya karena papa ingin punya cucu..." kata-kata yang sungguh tidak kuduga keluar dari mulut ko Andrew.
"kamu keterlaluan ko, bicara seperti itu.." entah kenapa aku merasa begitu sedih.
" setelah kamu hamil dan melahirkan, kamu bisa pergi, kembali menjadi pelacur di Bali, kamu pikir aku tidak tahu kelakuan kamu, perempuan sundal.."kata nya lagi, dan langsung pergi meninggalkan keluar kamar meninggalku yang menangis, aku sungguh sakit hati dengan kata-katanya itu, bahkan ketika paginya Ko Andrew meminta maaf atas perkataannya itu aku hanya diam dan tidak bisa memaafkannya.

Sejak kejadian malam itu, aku pun mulai tidak perduli lagi aku mulai mempunyai teman disini, sehari-hari yang kulakukan hanya ke salon, shoping, jalan-jalan, clubbing, atau menuntaskan gairah bersama orang yang ku kenal didumay. Dan setiap pulang aku pasti bertengkar dengan suamiku itu.
"mungkin kalo koko bisa menjadi lelaki sejati, aku bisa betah dirumah.." kataku suatu malam ketika aku baru saja pulang dan ko Andrew menegurku, entah apa yang terjadi belakangan ini ko Andrew selalu diam menanggapi perkataan ketus ku. Dia lebih memilih pergi dan tidur dikamar lain. Seperti kebiasaan ku selama ini, jika tidur aku selalu tanpa mengenakan sehelai pakaianpun, dan karena malam ini papa mertuaku di luarkota, aku cuek aja keluar dalam keadaan bugil, ketika hendak mengambil handphoneku yang tertinggal dimobil
" pak Sodik.." aku terperanjat ketika membuka pintu garasi ternyata sopirku itu, masih disana.
"ci yuni.." dan diapun terlihat gugup melihatku yang telanjang bulat didepanku.
"pak Sodik ga pulang?" tanyaku.
" eh anu eh besok kan mau jemput Bapa pagi-pagi, jadi saya tidur disini biar ga telat.." kata nya, sambil berdiri dan merapikan kain sarung nya, saat itu ia mengenakan kain sarung dan kaos singlet.
"hp saya ketinggalan di mobil, tolong ambilkan.." dan ia pun bergegas membuka pintu mobil.
Dan pandanganku tak bisa menghindari untuk tak melihat tonjolan dibalik sarungnya ketika ia berjalan menyerahku handphone kepadaku.
.
"ini ci..." katanya menyodorkan hp ku.
Tapi tanganku malah memegang tonjolan disarung nya.
"ci..." dia kaget dan berusaha mundur namun terlanjur kugenggam erat batang nya.
"udah keras gini, kasian kalo ga dilemesin pak..." kataku sambil menggerakan tanganku maju mundur.
Dan rupanya pak Sodikpun sudah terangsang, tangannya langsung menyentuh selangkanganku.
"jembut ci Yuni.. Lebat." katanya sambil menggosok rambut diselangkanganku itu..
" pak, ngewe yuk.." desahku pelan ditelinganya sambil lidahku menjilat daun telinganya.
Aku lalu berjalan untuk merebahkan diri dibangku sandar yang terbuat dari bambu itu dimana tadi pak Sodik tidur. Satu kakiku ku tekuk diatas sandaran samping mempertontonkan liang merekahku.
"ayo pak..! masukan kontol bapak.." sambil kupancing dengan mengusap lobangku menggunakan tangan yang sudah kubasahi ludahku sendiri.
Pak Sodik yang sudah telanjang itu langsung mengarahkan batang besarnya ke memekku dan menghujamkannya dengan penuh nafsu.
"ah..ah.. Terus pak.. Ah.." suaraku keenakan, dan gerakan pak Sodik yang mulai diluar kendali, menimbulkan suara derit yang lumayan kencang dari bangku bambu ini, ternyata usia tak mempengaruhi kemampuan seksual seseorang, pak Sodik yang paruh baya ini cukup tangguh menggenjotku.
"ayo.. Pak.. Ah ah.. Terus.. Kontolin aku ah.." sengaja ku teriak agak keras karena kumelihat ada bayangan dibalik pintu garasi yang terbuka separuh itu, aku yakin itu ko Andrew.

Selang 20menit pak Sodikpun mengalami ejakulasi dan menyemprotkan cairan spermanya dimemekku, sementara aku sudah sejak tadi mencapai puncak kenikmatan. Kutinggalkan pak Sodik yang masih terkapar dilantai, dan ketika ku memasuki rumah kulihat ko Andrew duduk diruang tengah.
"menjijikan.." katanya sinis.
Kubalas kesinisan nya dengan menyentuh memekku yang masih berlumuran sperma pak sodik, dan kujilat didepan nya dengan gaya seolah menikmati makanan lezat. Kejadian dengan pak Sodik malam itu, cukup membuat murka ko Andrew, aku disuruh pindah ke rumah yang lain. karena dia mengatakan, tidak ingin papanya melihat kelakuan bejadku. Tak masalah buatku, karena dengan begitu aku bisa semakin bebas.
"Tet..tet.." suara bel dipagar depan mengangguku yang baru saja selesai mandi, karena tidak memiliki pembantu dan pak Sodik juga belum datang, terpaksa dengan hanya masih mengenakan handuk melihat siapa yang memencet bel, ternyata papa mertuaku. Dengan sedikit bergegas aku menuju gerbang.
"maaf pah, lama, tadi Yuni lagi mandi.." kataku.
"iya ga apa.." jawabnya, sambil matanya melirik kedadaku, handuk yang melilit tubuhku ini tidak mampu menutupi seluruh payudaraku.

Setelah pamit sebentar untuk memakai baju kutemui kembali papa mertuaku itu. Ternyata kedatangannya untuk menanyakan masalah diantara aku dan anaknya, akhirnya akupun menceritakan semua dengan jujur termasuk kejadian dengan pak Sodik, aku sudah pasrah jika papah mertuaku ini juga memandang jijik padaku.
"maafin papah ya, karena menikah dengan Andrew Yuni jadi tersiksa.." katanya pelan, sambil menepuk pahaku, karena memang saat itu aku mengenakan celana pendek, sentuhan tangan nya yang langsung menyentuh kulit pahaku, menimbulkan sensasi berbeda didiriku, Untuk sesaat mata kami bertatapan.
"Yuni sabar aja dulu ya. Nanti papa yang coba bicara ke Andrew!" katanya sambil tangannya yang dipahaku bergerak mengelus pelan.
Aku tidak lagi fokus akan ucapannya, sentuhan tangannya dipahaku telah membuat birahiku terpancing.
"apa yang Yuni ingin papa lakukan..?" tanya lagi, dan kali ini tangannya membelai wajahku menyusuri leher dan bahuku.
"Yuni mau papa masukin tangan papa kebaju yuni.." kataku dengan nafas memburu.
"seperti ini.." katanya ketika tangannya sudah mengusap perutku..
"iya Remas dadaku pah..." kataku semakin tak bisa lagi mengontrol diri.

Tangannya meremas tetekku yang masih terbungkus bra itu. Merasa sudah kepalang tanggung, kuputuskan untuk melepas kaos juga bra yang kukenakan, dan kini kedua gunung kembar 34c miliku ini terpampang bebas dihadapan mertuaku yang duduk disampingku.
" akh.. Terus pah.." rintihku dengan mata terpejam menikmati setiap remasan tangannya.
"Yuni suka tetek nya papa remas..? Tanya nya.
"iya pah.. Yuni suka.." jawabku mendesah.
"sekarang apalagi yang Yuni mau papa lakukan..?" tanyanya lagi.
"Yuni mau disentuh didalam sini..!" ujarku mengarahkan tangannya ke selangkanganku dan menatapnya dengan tatapan memohon. Dan tangannya langung menyelusup ke dalam celanaku.
"wow.. Basah sekali disini..!"ucap nya ketika jemari nya sudah menyentuh bibir memekku.
''hu'um" desahku
"apa yang yuni pikirkan sampai bisa sebasah ini..?" tanyanya lagi sambil terus mempermainkan jarinya di celah basah selangkanganku.
"yuni memikirkan papah..!" jawabku sambil menatapnya..
"apa yang ada di pikiran Yuni...?"
"wajah tampan papah, berada diselangkangan Yuni..."jawabku sambil membelai mesra wajahnya.

Dan segera dia bangkit dari sampingku berjongkok didepanku, dan memelorotkan celana pendek dan juga celana dalamku bersamaan. Dilebarkannya kedua kaki.
"seperti ini..!" serunya menatapku sebentar lalu membenamkan wajahnya dimemekku.
" iya.. Pah.. Seperti itu.. Ah..ah.." jeritku ketika merasakan nikmatnya sentuhan lidah dibibir memekku.
"enak..?" tanya nya..
"enak banget pah..." jawabku sambil tanganku menekan kepala nya untuk kembali menjilat.
Dan memang permainan lidahnya sungguh hebat.
"papah enak banget jilatannya, belajar sama siapa.. ah..ah.. Ah.. Terus ah.." aku meracau keenakan.
" belajar sama gadis-gadis nakal.." jawabnya.
"Yuni mau jadi gadis nakalnya papah..."kataku sambil meremasi buah dadaku sendiri.
Semakin terbawa rangsangan birahi, akupun bangkit dari dudukku, dan papa mertuaku juga berdiri, sementara ia melepas bajunya, aku juga memelorotkan celananya.
"ini apa pah..?" tanyaku ketika melihat beberapa bulatan seperti kelereng kecil di ujung kontolnya yang sudah sangat tegang itu.
"itu yang akan memberi Yuni kepuasan yang selama ini Yuni cari..!" jawabnya sambil menelentangkan tubuhku diatas karpet lantai.
Digosok-gosokan ujung kontolnya yang bergerenjul itu dicelah rongga memekku..
"masukin pah.." pintaku.

Dan perlahan batang keras itu terbenam ditelan memekku, dan rasa dari ujung kontolnya benar-benar menimbulkan sensasi berbeda ketika menyentuh rongga bagian dalam memekku.
"ah..ah..ah.. Terus pah.. Akh.." suaraku disertai rintihan ketika batang kontol mertuaku itu mulai menggenjot memekku.
" akh..ah..ah.." suara desahan dan deru nafas mengiringi persetubuhan terlarang pagi itu. Dan tak sampai lama akupun mencapai orgasmeku, sementara papa mertuaku masih terus menggenjotku sampai beberapa menit kemudian juga ambruk menindih tubuhku. Dan sejak itulah aku seolah menemukan suami pengganti yang bisa selalu memuaskanku, dan imbasnya hubunganku dengan ko Andrew semakin jauh, apalagi ketika dia harus ke Singapura untuk urusan bisnis selama 3 bulan, kami totaly lost contact.
"ah.. Siapa sih.. Ganggu aja.." gerutuku ketika suara bel mengganggu niatku untuk makan siang.
" Astri.." aku sedikit berteriak ketika melihat siapa yang datang, sahabat karibku waktu di Bali.
"kenapa semalam ga bilang kalo mau kemari sekarang, aku kan bisa jemput..!" kataku setelah kuajak dia masuk.
"ga apa kok Yun,.. ! Jawabnya letih.
"Lo keliatan letih, ya udah istirahat dulu, gua udah siapin kamar buat lu.." kataku sambil mengajak nya untuk kekamar.

Senang juga ada Astri disini aku jadi ada teman mengobrol, cuma sejak kedatangan nya kunjungan birahi mertuaku jadi terhenti, dan ketika aku bilang sahabatku itu kesini untuk kerja, langsung saja ia memasukan kerja disalah satu hotel miliknya. Dan kembali hubungan terlarang kami berlanjut, karena Astri memilih. untuk kost didekat tempat kerjanya. Hubunganku dengan ko Andrew sudah tak bisa lagi dipertahankan, bahkan ketika dia kembali dari luar negeri, dan bekerja di Jakarta lagi, kami sudah tidak pernah saling ketemu, aku semakin larut dalam hura-hura dan berpetualang dalam nafsu birahi. Sejak papah mertuaku kerap meniduriku aku jadi semakin tidak masalah dengan kondisi keuanganku dan aku jadi semakin tidak memperdulikan ko Andrew, termasuk ketika aku mendengar tentang gosip dia ada main dengan pegawainya, bahkan ketika aku tahu ia sudah membelikan rumah untuk perempuan itu aku masih tidak perduli, namun emosi ku menjadi tidak terkendali ketika ku tahu kalau wanita itu Astri, teman baikku sendiri, teman yang sering kutolong sejak di Bali dan juga ketika ia mempunyai masalah lari dari Bali aku yang menampungnya dan kini balasannya ia merebut pria yang masih berstatus suamiku.

Dengan tanpa merasa malu, kulabrak Astri dicafe itu, ku tampar, kujambak rambutnya dan ia hanya diam menangis bertingkah seolah tak tahu apa yang terjadi, aku terus meradang memaki dan memukulinya hingga beberapa orang menarikku keluar dari cafe itu . Dengan emosi kutemui papa mertuaku, bermaksud meminta dukungannya, tapi yang kudapat sungguh diluar dugaan, setelah semua yang dia lakukan padaku dengan teganya ia berkata bahwa ia tidak keberatan hubungan mereka.
"kau pikir aku akan terus membiarkan anakku dengan wanita binal sepertimu, sudah jauhi keluarga ini, dan ini uang kurasa sangat cukup untuk hidupmu..!" sambil memberikan selembar cek yang entah berapa jumlahnya.
Aku hanya diam benar-benar tak bisa mengerti semua ini, dan aku hanya mengemudikan mobilku pergi dari rumah itu, dan tiba-tiba tanpa sadar aku merasakan benturan keras, dan rasa sakit diperutku..

"Anda sudah sadar..?" suara dari seorang perempuan yang terdengar disisiku,
"dimana aku..?" tanyaku sambil mengintari pandanganku ditempat yang penuh warna putih ini.
"anda mengalami kecelakaan, dan sudah 2 hari anda tidak sadar.." jelas suster itu.
Aku sungguh tidak ingat, ah iya aku ingat benturan itu dan sakit diperutku.
" akhh.." sakit sekali ketika tanganku menyentuh permukaan perut ku yang diperban itu.
" Anda terluka di bagian perut.. Nanti dokter akan menjelaskan secara rinci kondisi anda.." jelas suster itu lagi, sambil memeriksa infus di tanganku.
Satu persatu bagai rangkaian puzzle aku kembali mengingat semua yang terjadi, ya Astri lah yang menyebabkan semua ini..
"apaa..? Jadi.. Jadi.. Saya ga akan bisa hamil dok...!" aku setengah berteriak mendengar penjelasan dari dokter Bagas.
"maaf kami tidak punya pilihan lain untuk menyelamatkan anda, besi yang menusuk anda tembus kerahim dan membuat pendarahan yang sulit dihentikan, satu-satunya cara hanya mengangkat rahim anda, atau anda tidak tertolong.."jelas dokter itu.
"jangan salahkan dokter, saya yang menyetujui operasi itu, karena saya tidak bisa menghubungi keluargamu, dan waktu itu sangat dibutuhkan tindakan cepat,." suara seorang wanita paruh baya yang tak kusadari kehadirannya.

"siapa Anda...?" Tanyaku bingung.
"mobil yang terlibat kecelakaan dengan kamu adalah milik perusahaan saya. Hasil penyelidikan sementara, kecelakaan terjadi karena mobil truk yang membawa pipa besi itu berhenti mendadak, jadi dengan itu atas nama perusahaan dan saya pribadi, akan bertanggung jawab sepenuh nya.!" kata wanita yang dari penampilannya terlihat sangat elegan itu..
Aku juga menyadari kondisiku saat itu, jadi akupun tidak ingin memperpanjang lagi masalah, mungkin ini sudah takdirku yang ada dalam niatku sekarang adalah bagaimana membalas dendam terhadap Astri.
"jadi seperti itu, tante mengerti apa yang kamu rasa, tapi keinginan mu untuk membalas dendam tante tidak setuju.." kata tante Anna menasehatiku, ketika aku sudah dinyatakan sembuh dan bisa pulang. Tante Anna adalah pengusaha properti yang lumayan sukses, sejak kecelakaan itu, dan mungkin karena rasa tanggung jawabnya ia hampir setiap hari menjengukku, dan ketika aku dinyatakan sembuh ia memintaku untuk tinggal dengannya.

"Tante tahu, kamu tidak terima atas perlakuan keluarga suamimu, untuk itu kamu harus bisa menunjukan kepada mereka kalau kamu tidak serendah pandangan mereka..."
"lalu Yuni harus bagaimana tante..?"
"sudah nanti kita bicarakan dirumah, sekarang ayo pulang. Nah tuh dokter Bagas datang bisa sekalian pamitan.." kata tante Anna ketika dokter muda yang selama hampir sebulan ini merawatku masuk kekamarku.
"ingat seminggu sekali masih harus kontrol..!" kata nya mengingatkan sambil menjabat tanganku. "sudah.. Sudah nanti juga ketemu lagi.." tante Anna berkata menarik tanganku yang masih digenggam dokter Bagas, hal itu membuat kami berdua menjadi tersipu.
Tante Anna membawaku kerumahnya di kawasan Menteng Jakarta, rumah nya tidak terlalu besar namun kesan mewah tidak bisa dilepaskan.
"nah ini rumah tante, disini hanya ada tante dan pembantu.." katanya ketika kami sampai.
"siang bu, non..!" sambut seorang gadis muda seusiaku, yang keluar dari dalam rumah,
"ini Ratna, dia yang ngurus rumah ini, dia juga yang tadi ngambil barang2mu dirumahmu.." tante Anna mengenalkan kami. Memang kemarin tante Anna meminta ijin untuk memindahkan barang2ku kerumahnya.
"ya sudah kamu istirahat dulu, Ratna antarkan non Yuni ke kamarnya.." perintah tante Anna.
Dan akupun mengikuti, ternyata semua barang2ku sudah ditata rapi dikamar itu..
"makasih ya Rat.."
"iya sama-sama non, kalau perlu apa-apa bilang saya aja.." katanya lalu pamit meninggalkanku.

Selama dua hari dirumah itu, tante Anna belum menceritakan rencananya padaku, dan akupun tidak bertanya dulu, karena kulihat dia sangat sibuk.. Baru dihari ketiga ia memanggilku dan mengatakan aku harus kuliah bisnis diluar negeri selama 1tahun. Aku pikir tidak ada ruginya sekalian melupakan sedikit kenangan buruk disini, dengan kemampuan bahasa inggrisku tidak sulit buatku beradaptasi menempuh pendidikan singkat disalah satu kota di Inggris. Dan akupun benar-benar memfokuskan diri untuk belajar. Satu tahun kemudian, Sengaja aku tidak bilang kepulanganku pada tante Anna, karena ingin memberikan kejutan padanya karena hari ini ulang tahunnya. Saat hendak mencari taksi ada suara pria memanggil namaku.
"ci.. Ci Yuni..!"
"pak Sodik..!" teriakku ketika melihat pria paruh baya bekas sopirku itu,
"ayo ci, mau naik taksi kan.."
"pak Sodik jadi supir taksi sekarang?" tanyaku ketika sudah didalam taksinya,
"iya ci.. Maaf ya ci waktu itu saya ga datang lagi jadi sopir ci Yuni, karena pak Nugraha memecat saya. Saya dengar ci Yuni kecelakaan.. "
"iya lupain aja, dah berlalu, sekarang tolong antar saya ke menteng..!" kataku tidak ingin mengungkit lagi hal itu.

Ketika sampai dirumah tante Anna belum pulang, bersama Ratna kuatur pesta kejutan untuk tante Anna nanti.
"tinggal cari kue tartnya Rat, dimana yah yang dekat ?" tanyaku pada Ratna,
"didekat perempatan sana ada non, dekat kok, kalau non mau biar saya beli.." tawar Ratna,
"biar aku aja, kamu bersih-bersih aja.."
Toko kue itu memang tidak lah jauh, dan dengan jalan kaki pun aku bisa mencapainya dan ketika hendak kembali aku berpapasan dengan seseorang yang sudah lama tak bertemu.
"yuni.,!" sapanya,
"dokter Bagas..!"
"kapan pulang, kata bu Anna kamu di London..!"
"baru tadi siang dok..!"
"gimana kabarnya baik-baik aja kan.."
"iya baik.. Dokter gimana, kok ada disini..?" aku balik bertanya,
"sekarang saya tinggal dsekitar sini, dua blok dari rumah bu Anna.."
" owh.. Kalau gitu bisa dong nanti malam datang ke rumah, tante Anna ulang tahun hari ini.." upps aku tanpa pikir panjang mengundangnya apa nanti pikir tante Anna.
"oh ya, bisa bisa.." jawabnya, senang juga mendengar jawabannya, walau bingung juga gimana nanti jelasin ke tante.

Dan kejutan ultah serta kepulanganku benar-benar membuat tante terkejut dan terharu, ternyata ini adalah kali pertamanya ia merayakan ulang tahun setelah, kematian suaminya 5tahun lalu.
" siapa itu Rat, coba lihat..?" perintah tante pada Ratna.
"mungkin dokter Bagas.." ucapku
"dokter Bagas.." tante Anna memandangku dengan pandangan menyelidik.
"tadi Yuni ketemu pas beli kue, terus sekalian deh diundang kesini.." jawabku sedikit malu.
"ehm.. Ternyata ada yang bergerak cepat ya.." guman tante Anna sambil mencubit pipiku.
Malam itu kami rayakan ultah tante Anna dengan makan malam bersama, dan selesai makan malam tante Anna pamit untuk istirahat, sementara aku masih menemani dokter Bagas ngobrol.
"ga usah pakai dokter lah, Bagas saja." protesnya ketika aku terus menggunakan sebutan dok didepan namanya.
"nanti kalo panggil mas, ada yang marah lagi.." godaku.
"Bagas aja.. Lagipula kalo kamu yang panggil mas, nanti malah dikira aku tukang bakso.."
"masa ganteng gini.. tukang bakso.." ah kenapa aku berkata seperti itu..
"jadi aku ganteng ya.." kali ini dia yang balik menggodaku dengan tatapan nya.
"ga tau ah.." kataku bingung dan salah tingkah, tapi ia malah semakin mendekatkan wajahnya dan kamipun berciuman, bibir kami saling lumat dan lidah kami bertautan saling menjilat.

Tangannya mulai memelukku tubuh kami berpelukan semakin erat, dan kini ciumannya telah berpindah dari bibirku, jadi menyusuri leherku, menjilati daun telingaku dan bergerak kewajah, dan kembali bibir kami bertautan.
"dikamar aja yuk.." kataku menahan tangannya yang ingin melepas kancing bajuku.
Kutuntun tangan nya menuju kamarku, dia sedikit menghentikan langkahnya ketika melihat Ratna yang baru dari dapur. Kutempelkan telunjuk dibibir memberi kode pada Ratna untuk diam, dan Ia balas dengan senyum mengerti. Sesampainya dikamar kami saling melucuti pakaian hingga sama-sama bugil, dan kembali bergumul Bagas menindihku.
" ah..ah..eah.." aku mengerang menikmati sentuhan lidahnya diujung putingku dan juga remasan dipayudaraku.
"Akh..eah.." kedua tanganku turut menekan kepalanya.
"kamu cantik sekali yun..!" katanya lalu beringsut turun ke bawahku, dan menjadikan memekku sasaran kenakalan lidahnya.
Jilatan nya membelah liang itu, menyusuri bagian bergerenjul didalam nya, yang entah kenapa begitu cepat basah.
"yeah.. Terus... Jilat .. Akh...." setelah sekian lama tak ada yang menyentuhnya, kini hangatnya lidah Bagas terasa begitu nikmat dimemekku.

Mungkin kalau Bagas tak segera menghentikan jilatannya dan mengarahkan batangnya ke mulutku, aku sudah orgasme. Setelah hampir setahun tidak pernah merasakan lagi, kini aroma khas dari kontol itu, seolah menjadi pembangkit birahi yang luar biasa, kujilati dengan penuh kenikmatan batang berurat itu..
"ya ah.. Hisap.. Terus.. Ah.." Bagas meracau sambil menekan masuk kontolnya dimulutku.
Ku emut, kuhisap dan kujilati batang itu hingga erangan nya begitu terkesan memburu..
"aku masukin yah.." katanya ketika kontolnya ditarik dari mulutku,
"ya masukin ke memekku cepat.." bisikku.
Dan dalam hitungan detik kontolnya sudah bersarang di lubangku. Dan perlahan ia mulai bergerak naik turun, menggerakan kontolnya mengocok memekku.
"ah..ah..ah.. Yeah.. Ah.." suara erangan tertahan diantar beratnya dengusan nafas mengiringi setiap hentakannya yang selalu kusambut dengan goyangan.
"kamu tahu ga.. Waktu pertama kali melihat tubuh telanjang mu, di meja operasi dulu dan melihat bagian memekmu, aku yakin sangat nikmat untuk disetubuhi, dan ternyata emang nikmat sekali.."kata nya sambil menekan lebih.
"dasar dokter mesum.." kataku sambil memeluk lehernya dan langsung kugigit bahunya.
"akh.. Sakit.." protesnya
"biar hukuman untuk dokter mesum.." kataku sambil merajuk.

Gerakannya semakin lama semakin cepat, akupun juga semakin cepat menggerakan pinggulku dan aku merasakan sedikit lagi orgasme menggapaiku dan "akhhhh.." akupun mencapai klimaksku. Sementara nafas Bagas pun semakin memburu dan ku tahu ia juga sedang diambang klimaks, tiba-tiba Bagas menarik kontolnya, dan mengocoknya diatas perutku sebelum akhirnya cairan putih kental itu memuncrat dari ujung kontolnya, beberapa kali membasahi perutku. Ia lalu ambruk disisiku. Jujur aku memang lelah sehabis orgasme tadi, tapi kelakuannya itu benar-benar membuatku tak bisa menahan tawa.
"kenapa..?" Tanyanya bingung dengan nafas yang masih terlihat ngos-ngosan.
"kenapa dikeluarin diluar..?" tanyaku sambil tertawa.
"aku takut nanti kamu..." dan ia pun tidak meneruskan ucapannya, baru ingat rupanya kalau aku tak mungkin bisa hamil, lalu iapun turut tertawa menyadari kebodohannya itu.
Hari-hari berikutnya tante Anna mengajariku untuk berkerja dikantor, dan akupun sungguh-sungguh mempelajari setiap ilmu yang diberikannya, dalam 2bulan aku sudah cukup pandai untuk menangani proyek-proyek kecil, hingga akhirnya siang itu dikantor tante Anna memanggilku.

"ini proyek besar mu, mungkin secara nilai tidak terlalu besar, tapi tante tahu, ini yang kamu tunggu selama ini.." katanya sambil menyerahkan sebuah map kepadaku.
"ini proyek hotel milik ko Andrew..?" tanyaku ketika melihat isi berkas di map itu.
"ya, dan jika kita sepakat untuk mendanai proyek pengembangan hotel itu, secara otomatis 65% sahamnya, menjadi milik kita dan itu cukup untuk membuat mantan suamimu itu mengikuti segala perintah dan keputusanmu karena seluruh operasional manajemen akan berada dibawah kendalimu..!" jelas tante Anna.
"tante.. Makasih.." aku bangkit dan memeluk tante Anna, aku sangat terharu, ini jauh sekali melebihi apa yang kubayangkan.

"oah..ah..ah.." desahan disertai nafas memburu dr.Bagas, yang sedang menindih dan menggagahi tubuhku.
"terus...yeah..ah..ah.. Aku...aku... Udah mauu nyampee.. Ahh..!" desahku merasakan detik-detik puncak kenikmatan yang akan sebentar lagi menderaku akibat gesekan batang nikmat dr.Bagas, yang keluar masuk didalam rongga kelaminku.
"akhh..ahh.." aku menjerit dalam kepuasan ketika tubuhku, tak mampu lagi gelombang puncak kenikmatan dari pergesekan kelamin ini.
Tubuhku mengejang sesaat sebelum akhirnya tubuhku lemas tak berdaya, dan hanya bisa pasrah membiarkan ikut terbawa gerakan dari dr.Bagas yang semakin cepat memompa batangnya di memekku.
"jangan disitu.. Keluarin dimulutku..!" kataku sambil mendorong tubuh dr.Bagas ketika kulihat ia hampir sampai.
"aku ingin merasakan spermamu.." kataku, dan dia pun beranjak, mengangkangi tubuhku, sambil menggenggam batangnya, dikocok-kocoknya batang yang terlihat sudah sangat basah karena baru saja terbenam lama di memekku itu, lalu dimasukan kedalam mulutku yang sudah ternganga sejak tadi menanti.

"ahhh.." ia gerakan batang itu keluar masuk dimulutku beberapa kali sebelum akhirnya dibenamkan seluruhnya keadalam mulutku hingga menyentuh rongga tenggorokanku, dan memuncratkan beberapa kali cairan hangat kental yang langsung tertelan dan kuhisap serta kujilati hingga tiada tersisa, karena setelah malam ini entah kapan kami bisa melakukan hal ini lagi. Kami berbaring tanpa busana dalam lelah berbalut nikmat memandang kosong langit-langit kamar ini, entah apa yang ada dipikiran kami yang jelas untuk sesaat kami diam.
"setelah urusanmu disana selesai, apakah kau akan kembali kesini..?" tanya dr.Bagas memecah keheningan.
"entahlah.. Setelah semua selesai, aku juga tidak tahu apakah akan kembali kesini atau tetap disana, atau pergi memulai sesuatu yang baru ditempat baru.." jawabku datar.
"jika aku katakan aku akan menunggumu, apakah kamu akan kembali?.."
"jangan menungguku, aku bukanlah orang yang pantas kau tunggu, cari wanita lain, wanita baik yang bisa kau ajak untuk membangun sebuah keluarga yang sempurna, keluarga yang penuh tawa dan canda riang anak-anak.." ucapku lirih.
"apakah kau tidak ada perasaan padaku.?" tanya nya..
"perasaanku padamu biarlah menjadi rahasiaku, nanti jika kukatakan aku mencintaimu kau akan galau, jika ku katakan aku tidak ada perasaan apa-apa, kau patah hati, jadi karena aku tidak mau meninggalkanmu dalam kegalauan ya aku ga mau jawab.." kataku menggodanya, untuk menutup rasa sesungguhnya dihati ini.

Kurubah posisiku menyamping agar bisa menatap wajahnya, kami saling tatap, tangannya membelai wajah dan rambutku
"aku merasa nyaman jika bersamamu, andai saja ada yang bisa kulakukan untuk menahanmu agar tetap disini..!" ucapnya pelan disertai tatapan mata yang begitu tulus, dadaku terasa bergemuruh mendengarnya.
"hey katakan apa yang paling kau rindukan dari tubuhku nanti..?" tanyaku berusaha mengalihkan.
"aku akan merindukan bibirmu yang begitu manis saat dikulum, terasa begitu hangat saat mengulum.." ujarnya sambil jarinya menyentuh bibirku dan lalu masuk kemulutku.
"lalu apa lagi..? Tanyaku lagi.
"aku akan merindukan payudara ini, yang begitu hangat, dan lembut saat disentuh dan diremas juga puting ini yang terasa begitu menggelitik ketika dimainkan dengan lidah,." ucapnya sambil meremas pelan buah dadaku dan menarik puting..
"dokter kau benar-benar mesum. Lalu apalagi..?" kataku sambil meremas batangnya yang mulai mengeras lagi, namun entah kenapa suaraku terdengar parau dan mataku berkaca-kaca.
"dan yang akan paling kurindukan adalah ini.." katanya sambil menyentuh kemaluanku " benda ini selalu terasa lembut jika disentuh, begitu mudah basah, dan sangat rapat jika dimasuki.." lanjutnya sambil menyelipkan jemarinya kesela lubang selangkanganku.
'kau sangat mesum dokter.." kataku sambil memukul dadanya dan ia balas merangkulku membenamkan wajahku didada nya.
Aku tak kuasa lagi bertahan aku menangis dalam pelukannya, andai saja aku masih sempurna aku tidak akan pernah mau pergi darinya.

Ada seseorang disana yang harus membayar deritaku ini, orang yang telah membuatku tidak berani bertahan disisi orang yang kusayangi, orang yang telah membuatku tidak lagi bisa meneruskan garis keturunan keluargaku, mereka akan membayar semua ini, aku akan membuat mereka membayar dengan airmata dan darah. Akhirnya setelah sekian lama, aku kembali lagi kesini, Bali tempat sebagian besar hidupku kujalani.
"ibu Yuni.." tanya seorang pria yang membawa papan bertuliskan namaku ketika ku hampiri.
"iya " jawabku
Ia lalu mengambil tas yang kupegang.
"saya Giman bu, saya yang akan jadi sopir ibu.." katanya mengenalkan diri, usia nya mungkin sama denganku, kulitnya hitam, asalnya dari jogja. dari bandara aku langsung menuju rumahku, sudah sangat kangen dengan papa dan mama. Tangis haru mewarnai pertemuanku dengan kedua orangtua ku, mereka memang sudah tahu semua yang terjadi padaku, bahkan mama juga pernah melabrak ibunya Astri setelah tahu bahwa ko Andrew menceraikanku dan menikahi Astri, aku dapat merasakan betapa terpukulnya mereka.

Kuputuskan untuk menginap disini dulu melepas semua kangen dan sedikit belajar tentang manajemen hotel pada papa, hotel punya orangtuaku ini adalah hotel kecil namun posisinya, tepat ditepi hamparan pasir pantai, papa juga bercerita bahwa ko Andrew sempat berniat mengambil hotel ini, untung lah papa bisa mengembalikan bantuan modal yang pernah diberikan perusahaan ko Andrew dulu. Sungguh tak bisa diceritakan betapa nyamannya duduk dihamparan pasir ini, memandang laut yang luas..
"nak Yuni..." suara seorang wanita memanggilku dan aku sangat terkejut ketika melihat siapa wanita itu.
"ibu..!" ucapku setengah berteriak ketika melihat sosok paruh baya itu yang tak lain adalah ibunya Astri.
"maafkan Astri ya nak.. Ini semua salah ibu yang tidak bisa mendidiknya dengan benar, ibu tidak menyangka dia bisa seperti itu sama nak Yuni.." ucapnya dengan nada penuh penyesalan.
Aku sedikit heran mendengarnya, dan semakin heran ketika melihatnya masih membawa keranjang berisi sovenir.
"ibu masih jualan souvenir..?" tanyaku,
"iya nak" jawabnya pelan.
Aku sangat akrab dengan keluarga Astri, aku tahu bagaimana sifat ibunya,

"ibu gimana kabarnya sehat..?" tanyaku mengalihkan pembicaraan,
"sehat nak.." jawabnya, aku dekati dia, kupeluk tubuhnya,
"udah lama banget ya kita ga ketemu, Yuni kangen makan petis bikinan ibu.." kataku,
ia terdiam air mata menetes diwajahnya, kuusap dengan tanganku.
"Yuni udah ga apa-apa, ibu jangan banyak pikiran nanti sakit.." ucapku.
Ia hanya mengangguk
" terimakasih nak,." katanya terisak.
"ibu.." kami tersentak sejenak, ternyata seorang gadis muda " Diah.." aku mengenalinya, dia adiknya Astri, wajahnya terlihat ketakutan, aku yakin diusianya sekarang ia pasti sudah tahu dan mengerti apa yang terjadi antara aku dan kakaknya.
"Enggak kangen sama cici..? Kataku menyapa nya, ia memandang ibu nya, dan mendekatiku, kupeluk dia, dulu memang kami cukup dekat, ternyata Diah juga berjualan souvenir membantu ibunya seperti Astri dulu, Diah sudah lulus sma dan tidak kuliah, aku yakin jika ia mau kuliah Astri pasti akan membiayainya, kurasa ibunya lah yang melarang. ketika ku tawarkan akan mencarikan pekerjaan ia terlihat sangat senang. Bersiaplah Astri, pertama-tama akan kubuat kau kehilangan keluargamu.

Hari yang dinanti tiba. Semua staf yang akan membantuku sudah datang semua sebagian dari Jakarta dan sebagian dari Bali. Kubagi dua grup mereka. Satu fokus di bagian konstruksi dan satu lagi mempelajari manajemen hotel, setelah semua mengerti, kami berangkat beiringan dengan 5 mobil yang cukup mewah , Tante Anna benar-bener membuatku merasa begitu percaya diri dengan semua ini. Sesampai nya dihotel beberapa staf menyambutku, ada beberapa yang kukenal, salah satunya Niken temanku satu sekolah dulu, yang menatapku dengan pandangan bingung. Kami langsung menuju ruang meeting dimana staf dan direktur hotel sudah menunggu. Dan inilah setelah sekian lama, aku kembali bertemu ko Andrew, ia tampak tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.
"apa kabar pak Andrew..!" sapaku sambil menyodorkan tangan mengajak berjabat tangan, beberapa staf mamandang ke arah kami, ketika untuk sesaat ko Andrew diam tak menjabat tanganku. Namun menyadari tatapan dari semua ia pun menjabat tanganku.
Kendati masih tampak jelas kebingungan diwajah ko Andrew, namun meeting itu berakhir sukses dengan resmi ditandatangani nya perjanjian kerjasama antara dua perusahaan, dimana mulai hari ini, aku lah yang menjadi direktur utama dihotel ini.

Setelah itu akupun menuju ruanganku, karena letaknya satu lantai dengan ruang ko Andrew, kuputuskan untuk menyapanya, kumasuki ruangan nya tanpa mengetuk pintu, karena memang pintunya tidak tertutup rapat. Ia sedang duduk dibalik meja kerja nya, matanya menatapku dengan tatapan penuh amarah.
"apapun rencanamu, aku akan mengawasimu..!" katanya dengan nada bergetar.
"kenapa ko, kok berfikiran buruk ke aku..!" kataku sambil mendekatinya dan duduk di atas meja didepannya.
"aku tahu kamu punya rencana buruk. Jangan harap aku bisa mempercayaimu.." katanya lagi, aku dapat melihatnya begitu emosi, wajahnya begitu berkeringat.
Aku mendekat kesampingnya, kudekatkan wajahku ke telinganya.
"dengar baik-baik, aku hanya ingin mengembalikan apa yang pernah kalian berikan padaku.." bisikku ditelinganya, kujulurkan lidahku menjilat daun telinganya dan tanganku menyentuh depan celananya kugenggam tonjolan kelamin nya itu.
"bersiaplah ko.." kataku sambil meremas gundukan didepan celananya itu, lalu kutinggalkan, tapi sebelum keluar, kubalikan tubuhku dan berkata
"ternyata yang itu belum bisa tumbuh besar juga ya. Upps lupa kan sarangnya juga kualitas rendah, kurang gizi, mana ada vitamin nya..!" ejekku dan langsung meninggalkannya.

Hari-hari berikutnya aku sibuk dengan rutinitas baruku dikantor ini, sambil berusaha mencari hal yang bisa kugunakan untuk menjatuhkan ko Andrew, ternyata tidak butuh waktu lama untuk menemukannya, selang seminggu kemudian aku tahu, kalo ko.Andrew tertipu oleh kontraktor yang sebelumnya direncanakan menjadi pengembang di hotel ini, uang muka proyek sebesar 10milyar yang berasal dari orang yang diajak join sudah dibayarkan namun tidak jelas rimba nya, dan kini sipemilik modal hanya tahu kalau ko Andrew lah yang bertanggung jawab.
"apa maksud semua ini?. Ini hutang pribadi saya, dan jadi tanggung jawab saya..." ko Andrew berkata penuh emosi didepan rapat direksi, yang kuadakan untuk membahas masalah hutang nya.
"oleh sebab itu, sebelumnya kami telah memutuskan bahwa sebelum anda menyelesaikan hutang ini, sebaiknya anda non aktif dulu, dari posisi anda, karena kami tidak ingin nanti masalah hutang ini jadi membawa-bawa hotel ini.." kata salah seorang direksi pada ko Andrew.
"ini pasti rencana kamu perempuan sundal...!" katanya menunjukku geram, lalu menggebrak meja dan meninggalkan ruangan.

Akhirnya aku berhasil menyingkirkan ko Andrew dari hotel ini, namun itu tak cukup buatku, ini baru awalnya. Diam-diam ku kirim orang untuk menemui Astri, memintanya menemuiku dihotel.
"kamu tahu untuk apa aku meminta bertemu..?" tanyaku.
Dia hanya menggeleng.
"suamimu punya hutang, kamu pasti sudah tahu itu kan, dan kini sipemilik uang ingin melapor ke polisi.!" kataku padanya.
"tolong yun, kamu sudah mengeluarkannya dari hotel, apa masih kurang cukup.." Astri berkata dengan mata tampak menangis..
"untuk itu aku memintamu kesini, kesempatanmu untuk menolong suamimu ada ditanganmu sendiri sekarang.."
"apa yang kamu mau aku lakukan..?"
"datang lagi kehotel ini, nanti malam, tanpa sepengetahuan suamimu..!" perintahku.
"tapi Yun, aku tidak bisa keluar malam, aku punya anak yang masih kecil, trus bagaimana aku memberitahu ko Andrew..!" protes nya.
"nanti malam atau lupakan. Sudah aku banyak pekerjaan.." ucapku mengusir nya.

Sepeninggal Yuni kutemui pak Nyoman, orang yang memberi uang kepada ko Andrew, pak Nyoman ini pengusaha terkenal di Bali, memiliki beberapa klub malam dari kuta sampai legian, dan yang terpenting, pak Nyoman adalah seorang yang mata keranjang, sangat mudah dimanipulasi oleh paha dan dada seksi, untuk itulah kugunakan pakaian kantor yang seksi untuk menemuinya rok span mini nan ketat, blouse putih dan blazer.
"ibu yakin ga perlu saya temani..?" tanya pak Giman ketika sudah sampai didepan rumahnya.
"bapak tunggu saja disini, saya bisa sendiri.." ucapku.
Rumah pak Nyoman lumayan besar dengan taman luas dan dekorasi khas Bali, menunggu sejenak akhirnya pria paruh baya berkumis tebal itu keluar. Setelah berkenalan dan ku jelaskan tawaranku untuk mengubah hutang ko.Andrew menjadi kepemilikan saham, iapun menyetujuinya.
"tapi dengan satu syarat.'' katanya, sebetulnya tanpa ia katakan pun aku sudah tahu apa yang ada di otaknya, karena sejak tadi pandangan mata nya menatapku dengan mesum.
"saya mengerti pak.. .!".
"hahaha.. Pintar, ayo.." ia bangkit dan menuntun tanganku masuk kedalam rumah, menuju kekamar yang ada disudut ruang utama.

Kamar ini hanya berisi sebuah ranjang besi dengan sprei bermotif batik berwarna coklat, sebuah meja kecil dan kursi, dan pintu yang mungkin kamar mandi. Pak Nyoman memelukku dari belakang ketika aku masih berdiri terpaku memandang kamar ini, tangannya langsung melingkar diperutku, dengusan nafasnya terasa dileher belakangku.
"kau seksi sekali.." katanya sambil melepas satu persatu kancingku. "kenyal dan lembut.." ucapnya lagi ketika semua kancingku sudah terbuka dan dia meremas dadaku yang masih terbungkus bra, sementara hidungnya ditempelkan dieherku menikmati aroma tubuhku.
"akhhh." desahku ketika bra yang menutup dadaku itu ditarik kebawah, dan kedua gundukan daging kembarku itu langsung terekspos bebas, yang lalu diremas oleh tangan kasarnya dan ditarik-tarik putingnya, "ahh.." desahku, sambil meremas dan sesekali menarik putingku lidah pak Nyoman juga menjilati leherku, dan tak mau hanya diam akupun menggerakan tanganku kebelakang berusaha menyentuh tonjolan dicelana nya yang sedari tadi sudah sangat terasa begitu keras menggesek pantatku.

"bagaimana.. Cukup besar untukmu.?"tanyanya ketika tanganku berhasil menggenggam tonjolan dibalik celana nya.
"hu..um.." jawabku sambil meremas benda itu.
Sambil menjilati daun telingaku tangannya menyusuri perutku. Menyelinap masuk kedalam rok, terus menyelusup kedalam celana dalamku, menyetuh bulu-bulu halus disana.
"basah sekali. Sudah tidak sabar ingin dimasuki ya.." ia berkata ketika ujung jemarinya sampai dicelah kemaluanku.
"iyahhh,." rintihku pelan, ia menarik lagi tangannya, melepas rok itu, lalu membalikan tubuhku menghadapnya, dilepasnya juga baju dan bra yang sedari tadi sudah tidak pada tempat seharusnya.
Aku juga turut melepas bajunya, karena tingginya lebih dari aku, aku terpaksa mendongak ketika ia ingin mengecup bibirku, memainkan lidah nya didalam rongga mulutku. Sementara kedua tangannya begitu aktif meremasi kedua gumpalan daging didadaku. Sambil membalas lumatannya tanganku melepas kancing celananya, menurunkan resletingnya dan celananya pun langsung melorot kebawah, ternyata Pak Nyoman tidak memakai celana dalam, pantas tadi juga ketika masih bercelana begitu terasa ketika dipegang, tanganku langsung meremas benda bulat panjang berurat itu. Ia melepas lumatannya.

"kau menyukai kontol ku.." tanyanya
"iya..besar dan berurat..!" jawabku dengan suara mendesah karena ia bertanya tanpa menghentikan remasan tanganya dipayudaraku.
"apa yang akan kau lakukan pada kontolku..?"
"aku ingin melumatnya. Aku ingin menghisapnya..!"
"apakah kau sangat menyukai ketika mulutmu dimasuki kontol..?" tanyanya lagi sambil menarik putingku.
"akhhh.. Iyah.." jawabku pelan merintih karena sakit.
"hisaplah sepuasmu.." ia melepas tangannya dari dadaku, dan menyentuh bahu lalu menekan agar aku berlutut, batang itu kini mengacung tepat didepanku, kedua tanganku memegang pahanya, lidahku menjulur menggapai batang itu, menjilati ujungnya , memainkan lidah dilubang kencingnya dan mengulas keatas kebawah.
"akhh.. Yeah.. Akh.." teriaknya menikmati, dari diujung kontolnya, lidahku bergerak menyelusuri urat-urat yang menghiasi batang itu, membasahinya dengan liurku, terus berulang hingga batang itu semua basah, lalu kedua bola kembarnya pun tak luput dari jelajahan lidahku, kumasukan kedalam mulut, ku kulum bergantian satu persatu, hingga sipemiliknya mengerang "akhhh yeahaa .." kulakukan semua dengan lidah tanpa tanganku menyentuh sedikitpun. Selesai dengan bola-bola kenyal itu, kembali lidahku menjilati batang kontolnya menuju ujung kepalanya, menjilat cairan yang keluar dari ujungnya, lalu kumasukan semua batangnya kedalam mulutku, aku menyukai ukurannya yang tidak terlalu besar, dan tidak juga terlalu panjang, terasa begitu pas dimulutku.

Kepalaku bergerak maju mundur, sesekali kudiamkan batang itu didalam mulut dan kubelai dengan lidah, atau kugigit-gigit kecil, lalu kembali kugerakan kontol itu keluar masuk dimulut.
"akh..akh..arrgh.. Hisap teruuss.. Owhh akh.." suara nya bergemuruh diantara dengusan nafas nya, kini tangannya juga sudah menjambak rambutku dan turut menggerakan kepalaku mengatur irama mulutku yang bergerak keluar masuk dikontolnya,
"akh..akh.. Luaar biasaa mulutmu.." erangnya, terdengar begitu menikmatinya, sambil terus menggerakan kepalaku menumbuk dirimbunnya bulu jembut itu, membenamkan batangnya didalam mulutku.
"plak..plak..plah." suara dari kepalaku yang menyentuh dinding atas kemaluannya, juga dari daguku yang bertumbu dengan kedua biji kembarnya, akibat dari tangannya yang menggerakan kepalaku begitu cepat.
"ah..ahkh..akh,.. Makan nih kontol akh.. Akh.." suaranya begitu dalam, mengiringi gerakannya menikmati kocokan mulutku dikontolnya, aku pun terbawa birahi, tanganku memainkan memekku sendiri dari luar celana dalam yang sudah sangat basah ini, kuelus-elus pelan sambil menikmati kerasnya kontol yang keluar masuk dimuluku.

Tak lama kemudian pak Nyoman menarikku berdiri, dengan menjambak rambutku, kontolnya lepas dari mulutku.
"sekarang gantian aku yang ingin menikmati kelaminmu.." katanya sambil meremas memekku dari balik cd ku yang basah.
"nikmatilah pak.. Akhh.." ucapku, ia melumat bibirku kubalas lumatannya, untuk sesaat kami saling melumat sampai kemudian, tangan satunya memegang pipiku, menekannya agar mulutku terbuka, lalu ia melepas kulumannya mengambil jarak sedikit, lalu "cuih..cuih ..cuih..!" ia meludah kedalam mulutku yang terbuka Dan dengan menggoda kutelan ludahnya itu sambil menatap matanya. Kutatap matanya, kupegang kontolnya dan menariknya agar ia mengikuti, aku berbaring diranjang telentang "lihatlah sudah begitu basah, tak inginkah untuk segera membukanya.." godaku sambil menyentuh celana dalamku yang basah, mengelus dengan jariku "ehmm nikmat.." desahku sambil menjilat jemariku yang basah oleh cairan memekku..
"betul..betul binal.. " ucapnya sambil memelorotkan cdku, lalu ditariknya tubuhku, satu kaki dibiarkan terjuntai disisi ranjang, satu lagi ditekuk diatas ranjang dengan posisi dikuakan, sementara dia sendiri berlutut tepat didepan memekku. Langsung dibenamkan kepalanya, dan lidahnya langsung menerobos celah basah diselangkanganku itu. Ia mengangkat kepalanya sebentar menunjukan mulutnya yang belepotan cairanku.
"sedaapp.." ucapnya sambil menjilat bibir,
"jilat lagi.." kataku sambil berusaha menggapai kepalanya dan menekannya lagi agar terbenam dilembah kenikmatanku.

" makan memekku..ouggh,." erangku, ketika benda lengket itu kembali menjilati bibir sensitif kemaluanku,
"ah..ah..yeah..akh." aku mengerang menikmatinya, sambil meremasi payudaraku sendiri.. "eakhh..terusss.. akhh.. " nikmat sekali rasanya, dan semakin nikmat ketika daging kecil dicelah nya juga ikut tersapu oleh jilatan lidah.
Aku menggelinjang, sambil sesekali mengangkat pantatku agar sentuhan lidahnya terasa lebih dalam. Sedang asyik-asyiknya menimati jilatannya, pak Nyoman menghentikan kegiatannya itu, ia membalikan tubuhku.
"nungging..." katanya, tanpa protes akupun menungging diatas ranjang, ia menyusul naik. "plak..plak..'' dipukul-pukulnya pantatku.
"akhh." erangku.
"rasakan ini anak nakal." katanya.
Sambil menyelipkan jari tengahnya kedalam memeku, dan mengocok-ngocoknya.
"Ah..ah..ah.." aku mendesah, dan iapun menambah jadi dua jari yang mengaduk memekku. "Akh..yeah..aowh akh.." irama jari yang begitu cepat membuatku tidak tahan dan menggelinjang. "ahh.. Akh..." ia menghentikan kocokan jemarinya, dan mulai menempelkan ujung kontol nya didepan bibir memekku, diusapnya belahan basah itu dengan kepala kontolnya, sebelum akhirnya didorongnya masuk mengisi rongga diselangkanganku itu.. "akhh.." erangku.

Kontol itu terasa begitu pas dimemekku setelah diam untuk sesaat iapun mulai menggerakannya perlahan keluar masuk menggesek memekku.
"akh..akh.. Iya terus akh.. Enak ak.." erangku sambil menggoyangkan pinggul, ia mempercepat gerakannya keluar masuk, sambil kedua tangannya mencengkram pantat ku.
"Akh.. Akh.." suara desahan bercampur dengan suara kecipak dari cairan akibat beradunya kelamin kami.
"akh..ah..ah.. Memekmu benar-benar nikmat.." katanya sambil terus menggenjot.
"akh..ah.. Kontol bapak juga enaak... Akh.." balasku, sambil terus menikmati genjotannya, aku merasakan tangannya yang sedari tadi mencengkram pantatku mulai membuka belahan pantatku, dan tiba-tiba.
"arrrggh" aku terperanjat ketika lubang anus dimasuki jempolnya. Sambil mempercepat gerakannya, ia juga menekan dan menusuk-nusuk duburku dengan jempolnya, sensasinya sungguh luar biasa, rasa sakit dan gesekan kenikmatan itu bercampur aduk menghantarkan aku lebih dekat kepuncak kenikmatan.
"akh..akh... Terus.. Pak.. Akh.. " teriakku dalam desah menjelang puncak birahi.
''ah..ah..ah.." pak Nyoman juga terlihat mulai mencapai titik orgasme, ia bergerak semakin cepat, dan aku yang sudah diujung kenikmatan tak mampu bertahan lagi.
"akkkkk.hh" teriakku bersamaan dengan orgasmeku.
Dengan sigap pak Nyoman menahan pantat ku agar tetap nungging, dan ia terus mengocokku hingga kurasakan tubuhnya menegang, dan batang didalam memekku itu terasa membesar sebelum akhirnya kembali mengecil bersamaan dengan menyemprotnya cairan hangat didalam memekku. Tubuhnya ambruk menindihku.
"akhhh..nikmat..sekali.." desahnya dan bergulir kesampingku.


Kami terbaring kelelahan.
"jika kau memberi servis seperti ini pada setiap partner bisnismu, aku yakin tak akan ada kontrak yang gagal.." ucap pak Nyoman sambil membelai tubuhku.
"memang semua pebisnis seperti bapak, yang deal kalo ada memek.." balasku.
"hahaha.. Aku sepertinya menyukaimu nona manis. Tak pernah ada yang berani bicara seperti itu padaku hahaha.." ia berkata sambil tertawa.
"tapi benarkan memang seperti itu?.." tanyaku lagi.
"hahaha.. Antara benar dan tidak,.." jawabnya sambil tertawa
"maksudnya ?."
"mungkin benar aku selalu meminta wanita sebagai imbalan, tapi tidak benar kalau aku yang pakai wanita-wanita itu..." jelasnya.
"kenapa ?" tanyaku lagi.. Sambil tanganku memegang kontolnya.
"kamu lihat sendiri, aku baru sekali ngecrotin kamu sudah terkapar tak berdaya seperti ini. Padahal aku masih penasaran dengan jepitan lubang anusmu..." jelasnya
"lalu untuk siapa cewe2 bonus itu..."
"sebentar..." ia membuka laci dimeja kecil disamping ranjang itu, mengambil handphone ..
"suruh Dodo kesini.." ucapnya ditelepon.
"siapa Dodo..?" tanyaku
"orang yang selalu kusuruh menikmati wanita wanita hasil deal bisnis. Dan aku hanya menikmati pertunjukannya saja." jawabnya
"kalau begitu kenapa repot-repot, selalu minta dicarikan wanita, nonton bf aja.." ucapku.
"hahaha.. Sensasinya beda sayang..." ucapnya sambil menarik pentilku,
"aww." teriakku.
"tok..tok.." suara ketukan dipintu.
"Masuk.." perintah pak Nyoman.

Pintupun terbuka aku, seorang pria bertubuh kurus hitam dan hanya mengenakan sarung bermotif kotak, tanpa baju.
"inilah dodo, namanya alfredo asli timor, biar gampang aku panggil dodo. Dodo coba lepas sarungmu dan tunjukan pada nona cantik ini senjata khas timor..." perintahnya.
Dan pria itu langsung melepas sarung.
" W0000WW GILA.." tanpa sadar aku berteriak, dan beringsut duduk sambil refleks. menutup selangkanganku.
"hahahaha.. Tidak perlu sepanik itu, aku tidak akan menyuruh dodo mengerjaimu.." ucap pak Nyoman.
Gila ukuran kontol nya panjang menjuntai nyaris sampai dengkul, dengan diameter yang tidak bisa dibilang kecil juga.
"apakah sepanjang itu bisa masuk semua ke memek..?" gumanku masih terpana.
Aku pernah tidur dengan bule bahkan negro, tapi tidak ada yang seperti ini.

"hahaha.. Kalo kamu penasaran nanti bisa mencoba nya, setelah dia sembuh..." ujar pak Nyoman.
"memang dia sakit...?"
"dia terkena herpes, entah tertular darimana..."
"apakah bisa menular..?" tanyaku.
"tentu saja.." jawabnya
"bolehkah aku pinjam dia malam ini...?" tanyaku, tiba-tiba terbesit ide dipikiranku, awalnya aku ingin menawarkan Astri pada pak Nyoman. tapi orang ini lebih pantas kayanya
"jangan gila kamu, berbahaya.." kata pak Nyoman.
"bukan untukku. Tenang saja. Dia tidak sakitpun aku belum tentu berani dimasuki kontol nya.." ujarku.
Sambil duduk mengangkangi pak Nyoman. "ayolah..." pintaku merengek manja sambil kugenggam batang kontolnya yang mulai kembali mengeras.
Kuusap-usapkan batangnya dimemekku dan sebentar saja batang itu kembali keras.
"pak.. Boleh ya.." pintaku dengan nada manja.
"ya ya boleh.." jawabnya.
"Makasi, dan sebagai tanda terima kasih nikmati lubang spesialku,.." ujarku sambil merubah posisi membelakangi pak Nyoman, sidodo rupanya masih diam berdiri disitu.
"sini.." panggilku dan iapun mendekat.

Sementara aku memasukan kontol Pak Nyoman dilubang anusku agak susah, namun setelah dibaluri cairan ludah akhirnya berhasil juga.
"ajhkkhh.." erangku sedikht sakit.
"aku pengen liat kamu ngocok..." kataku mendesah.
Dan diapun langsung memegang tongkatnya itu, dan mulai bergerak mengocok, bersamaan dengan pantatku yang bergerak naik turun.
"akh..akh.. Terus kocok, bayangkan kontol itu sedang terbenam dimemekku..." ucapku sambil mengelus memekku didepan dodo yang berdiri tepat disisi tempat tidur.
"akh..akh.." kuterus bergerak naik turun.
Sambil sesekali kudiamkan sebentar dan kugunakan otot anusku menjepit kontol pak Nyoman. Sementara itu Dodo juga nampak mulai semakin cepat mengocok kontoln yang panjang itu.
"ah..ah..ah.. Terus do ah.. Kocok terus bayangkan lagi ngewein aku,.." desahku sambil merojoki memekku dengan tanganku sendiri, dan terus bergerak naik turun.

Terpana dengan kemaluan Dodo, aku tak sadar kalau pak Nyoman sudah hampir mencapai puncak nya.
"akhhhhh..." teriak nya berbarengan dengan keluarnya cairan kontol yang kental hangat itu memenuhi duburku.
Aku berhenti bergerak. Tapi tetap membiarkan kontol Pak Nyoman terjepit di anusku.
"ah..ah.. Ah.." aku terus mengocok dan memainkan jemariku dimemekku sendiri. Sambil membayangkan kontol panjang didepanku itu.
"akh..ah.. Gila.. Baru bayangin aja bikin lemes akhhh.." dan akupun akhirnya terhempas dalam orgasme, tak berapa lama dodo juga mempercepat kocokannya sebelum akhir cairan putih menyemprot dari ujung kontolnya membasahi lantai kamar itu.

Jam 8 malam, Astri belum juga datang awas saja kalau berani tidak datang.
"tok..tok..!"
"masuk.,." kataku sedikit keras.
"permisi bu, ada yang mau ketemu..!" kata belboy itu.
"ya suruh kesini.." jawabku
"akhirnya datang juga, tapi apa-apa'an ini, bawa anak segala, mau minta belas kasihan..." bentakku ketika kulihat Astri datang sambil menggendong anaknya.
"Enggak bisa tinggalin anakku dirumah, ko Andrew ga akan ijinin aku keluar sendiri..." jawabnya
"tak berguna, ayo " kataku sambil menarik tangan nya,
" tidurkan anakmu disini.. Setelah itu temui aku.." ucapku menyuruh nya menidurkan anaknya dikamar yang biasa kupakai istirahat.
Kutemui Dodo yang sejak tadi menunggu di salah satu kamar yang ada dihotel ini.
"ingat kerjai semua lubangnya, kalau perlu masukan semua kontolmu sampai hancur memeknya.." kataku berpesan pada Dodo.
"iya bu.." jawabnya.
"awas kalau ga beres kulaporkan pak Nyoman.." ancamku sambil meninggalkannya.

Ketika kukembali diruangku Astri sudah menunggu.
"apa yang harus kulakukan...?" tanya nya.
"layani seseorang.." jawabku.
"apa.. Tolong Yun, jangan seperti ini, aku punya suami.."
"ya suami yang kau dapat dari menikam aku.." kataku.
"kalau tidak ingin suami itu masuk penjara. Lakukan perintahku, karena kalau tidak suamimu akan dilaporkan kepolisi..." lanjutku sedikit memberi tekanan.
Astri masih terdiam kutarik tangannya, ia berjalan mengikutiku, kubawa dia kedepan kamar dimana Dodo sudah menunggu.
"masuk kekamar itu, dan layani pria didalam sana, jika kau ingin menyelamatkan suamimu.." perintahku..
"tolong Yun jangan seperti ini..." Astri menangis sambil memohon.
"dengar ya, ini yang bisa kulakukan untuk menolongmu, lagipula kau ini pelacur apa susah melayani satu orang demi menyelamatkan suamimu..." kataku sambil membentak..
Astri diam sejenak lalu melangkah menuju pintu, ia membalikan badan menatapku dengan pandangan sayu. Kugerakan tanganku menyuruhnya masuk..
Rasakan tri , sakit yang kualami karena penghianatanmu, akan kau bayar mahal malam ini, tapi jangan kuatir ini baru awal, hari masih terlalu pagi. hutangmu kepadaku. masih jauh dari lunas.

Agen Bola - Bandar Taruhan - Bandar Bola - Taruhan Bola - Judi Bola - Agen Sbobet - Agen Maxbet - Agen 368bet - Agen Cbo855 - Agen Sabung Ayam

Aku Rela Jadi Wanita Simpanan


Bandar Taruhan - Memang hidup terasa hampa, bila dilalui dengan rasa kekhawatiran dan kegalauan hati. Kadang aku merasa iri bila melihat seorang wanita bercanda dengan orang yang dicintainya. Tapi harus bagaimana lagi mungkin ini sudah nasibku dan kucoba untuk tetap tabah menjalaninya. Sebenarnya namaku Sulastri tapi orang lebih senang memanggilku Astri agak keren kedengarannya. Aku dilahirkan disebuah desa terpencil dikawasan Singaraja, Bali. Hidup yang keras dan penuh liku-liku, sudah jadi santapanku sehari-hari. Kami bukanlah dari keluarga yang mampu, ayahku yang malas kerja selalu saja sibuk dengan ayam jago aduan nya, ibu yang harus membanting tulang siang malam. Meskipun aku dari keluarga kurang mampu, tapi aku mempunyai semangat belajar yang tinggi, aku tidak mau diremehkan orang lain hanya karena aku tidak berpendidikan, untuk mencukupi biaya sekolahku aku membantu ibu berjualan dipantai, menawarkan aksesoris pada para wisatawan.

Penguasaan bahasa inggrisku membantu memperlaris daganganku, walau kadang aku suka malu ketika ada yang menggoda dan mengatakan aku tidak pantas berjualan dipantai, lebih pantas jadi wanita karier. Mendengar godaan itu setiap malam aku sering melamun dan membayangkan bagaimana seandainya jadi kenyataan, alangkah senang nya aku dan keluargaku, ketika usaha kerasku untuk sekolah membuahkan hasil.
"kamu jangan menghayal. Tri... Ibu gak mau kamu terbuai, dan malah terjebak ke jalan yang ga benar, bersyukur saja kamu diberi wajah cantik dan tubuh sempurna, jangan hiraukan godaan orang..." kata ibu suatu malam, ketika aku ceritakan soal godaan para turis dipantai.
Setelah tamat sekolah menengah, seperti kebanyakan remaja lainnya, aku ingin bekerja dan memiliki penghasilan sendiri, Berbagai perusahaan telah aku masuki. Tapi belum juga ada panggilan, dan ini sempat membuatku frustasi, sehingga aku agak ogah-ogahan membantu ibu berjualan. Kerjaku hanya melamun dan menghayal tentang gemerlap duniawi, yang ada dalam pikiranku hanya seandainya.

Melihat kelakuanku itu, ibu selalu menasehati aku dan membantu mencarikan pekerjaan, akhirnya lewat bantuan dari tetanggaku aku mendapatkan pekerjaan sebagai pelayan restoran, disebuah hotel berbintang dikawasan Kuta. Aku yang sejak lama mendambakan pekerjaan, sangat gembira, hari-hari kulalui dengan semangat, apalagi pengawas kerjaku juga sangat baik orangnya, memperlakukan semua karyawan yang bekerja sebagai teman. Ketika menerima gaji pertama kali, aku merasa seperti seorang bos, ketika ibu meminta sebagian uang gajiku
"kamu harus bisa menabung Tri. Biar kalau ada perlu apa-apa, punya pegangan." ibu memang tidak pernah bosan menasehatiku, sebab tidak ingin aku menjalani hidup sengsara seperti dirinya.
Seperti layaknya godaan yang dilontarkan dipantai dulu, teman-teman kerjaku juga mengatakan bahwa aku tidak cocok bekerja jadi pelayan restoran, aku yang sudah melupakan hal itu menjadi agak sensi juga. Sebab menurut mereka tubuhku yang lebih tinggi, dari gadis-gadis lain, juga kulitku yang coklat tapi bersih, sangat tidak pantas bila memegang peralatan makan, menurut mereka aku lebih pantas menjadi seorang model, mendengar semua itu, aku menjadi agak besar kepala juga.

Diantara mereka aku memang yang paling menonjol, tak jarang para customer memintaku langsung untuk melayani mereka. Bahkan manager tempatku bekerja sering menyuruhku untuk menggunakan pakaian adat, menyambut tamu istimewa yang kebetulan menyewa restoran kami. Dalam setiap acara penyambutan aku berpasangan dengan Made, temanku yang juga satu sekolah dulu, karena seringnya berpasangan dan berjumpa tiap hari, akhirnya kami berpacaran. Hubunganku dengan Made sudah diketahui oleh ibuku,
"semua ibu serahkan kepadamu, kalau ingin menikah bilang sama ibu, jangan berbuat diluar batas" ujarnya ketika kuminta pendapat tentang hubunganku dengan Made.
Sebagaimana dua sejoli yang sedang dimabuk cinta aku dan Made selalu terlihat mesra, dan teman-teman jg mengatakan kalau kami sangat serasi. Pada suatu ketika setelah pulang dari acara malam mingguan bersama teman-teman, kami memutuskan untuk menghabiskan malam disebuah diskotik ternama. Kini pergaulanku telah berubah, aku yang dulu masih kampungan kini telah mengenal gemerlapnya kehidupan kota, didalam diskotik kami hanya menari mengikuti irama musik dan minum softdrink. Tapi seorang teman berkata masuk diskotik tanpa minuman keras kurang lengkap.

Awal nya aku menolak untuk menenggak minuman itu tapi, atas bujukan mereka akhirnya kuminum juga, rasanya seperti terbakar tenggorokanku, namun kuterus meminun setiap gelas yang disodorkan, malam semakin larut, akhirnya kami pulang, aku pulang bersama Made, tapi Made mengatakan bahwa ibu pasti marah jika aku pulang dalam keadaan agak mabuk, Made menawarkan untuk menginap dihotel dan sewa 2 kamar, aku pun hanya menurut saja. Ketika sampai hotel, aku yang sudah sangat pusing hanya bisa bergelayut manja dipundak Made. Dan aku tidak mengetahui apa saja yang dibicarakan Made dengan recepsionis, sambil tetap bergelayuk kami berjalan menuju kamar, dan ketika kami memasuki kamar, aku yang sudah dipengaruhi alkohol, tanpa kusadari memiliki keberanian untuk memeluk Made, dan sambil berbisik pelan mengatakan bahwa aku jangan ditinggal sendirian, Made yang kupeluk hanya tersenyum kecil, sambil tangan nya menutup pintu, Made mebopongku ke tempat tidur, mata kami bertatapan dekat sekali, kurasakan nafas Made agak memburu, pelan tapi pasti dia mencium bibirku, lembut sekali kurasakan kecupan nya, dan akupun membalas nya, kami saling melumat.

Dan kurasakan tangan nya, mebelai seluruh tubuhku, melucuti kancing bajuku satu persatu, aku yang merasakan belaian Made hanya memejamkan mata menikmati setiap sentuhan nya, setelah semua kancing terbuka Made membuja Bh ku dan dengan lincah tangannya meremas tetekku.
"ahhh... Uhh..." desahku.
Sambil terus berpanggutan akupun mulai berusaha melepas celana Made, dan ketika hanya tersisa cd nya, aku memasukan tanganku, menyentuh benda panjang yang sudah cukup keras itu.. Kuremas dengan lembut batang kontol itu. Made hanya terpejam dan mendesah
"akhh.. Ya.. Ah terus ti mainkan kontolku.."
sambil tangannya mulai memainkan putingku, ditarik, dipilin dan diremas buah dada 34bku itu, kubalas dengan remasan dikontol nya. Made menelusuri leher ku hingga dadaku dengan lidah nya, dilumat nya putingku, dan disedotnya pelan,
"aahh... Geliii.." erangku, namun Made justru semakin beringas mengemut putingku, sambil tangannya terus merayap melepas celana dalamku, aku yang belum pernah disentuh sejauh itu oleh seorang pria hanya bisa mendesah dan mengerang, apalagi ketika ujung jari Made menari dibibir memekku, sambil mempermaikan bulu-bulu halus disekitarnya. Puas beramain di tetek, Made mulai menelusuri perutku dan akhir nya berhenti dilobang memekku, lidah nya bermain lembut, menjilati lubang memek yang kurasakan sudah basah, aku menggeliat keenakan.

Melihat aku yang sudah sangat terangsang Made, berdiri dengan batang kontol yang juga sudah berdiri tegak menantang, diarahkan kontol nya kedepan wajahku.
"masukin mulutmu say' katanya.
Kuraih batang itu, sambil kupilin kucoba untuk menjilat ujung nya, dan kumasukan perlahan kedalam mulutku, dan kupermainkan dengan lidahku.
"ahhh.. Terus ti.. Ya.. Ah.." desisnya pelan sambil menjambak rambutku, dan menggerakan pinggulnya.
Aku yang sudah tak kuat menahan gejolak nafsu, melepas kontol Made dan mengarahkannya untuk menindihku.
"perawani aku.." bisikku, dan tanpa menunggu lagi, Made langsung menempatkan ujung kontolnya, didepan memekku digesek-geseknya di sekitar bibir memekku, dan mendorong perlahan batang keras itu untuk menembus lubangku.

"arghhhh..." jeritku pelan ketika batang itu amblas semua kedalam memekku, dan rasa nikmat mulai menjalariku ketika Made mulai menggoyang pinggulnya, menggerakan batangnya dimemekku, kudengar nafas Made semakin memburu, sambil menggoyang ia terus meremasi kedua tetekku dan setelah berapa lama ia berbisik tak tahan lagi, ia menekanku kuat-kuat, dan akupun mendekapnya, cairan hangat membasahi memekku. Dan akupun merasakan kenikmatan yang luarbiasa. Made mengecupku dan berkata akan bertanggung jawab. Setelah kejadian itu kami jadi semakin sering mengulang nya, entah itu dihotel atau digubuk tengah sawah. Dan akhirnya aku hamil, mengetahui hal itu Made justru tidak mau peduli dan mulai menjauhiku, dan malah pergi entah kemana, ditengah rasa bingung, atas bantuan seorang teman aku menggugurkan kandunganku, dan dengan tabungan yang kupunya aku memutuskan pergi ke Jakarta, setelah susah payah meminta ijin ibu.

Akhirnya sampai juga aku di Jakarta, dan setelah berputar-putar lumayan lama, kutemukan juga rumah sahabatku Yuni. Dia sedikit kaget ketika melihatku datang tiba-tiba, namun setelah kuceritakan semua dia menerimaku dengan tangan terbuka dan juga mencarikan aku pekerjaan sebagai staf admin disebuah hotel. Mendapat pekerjaan ini aku merasa sangat gembira, kendati harus melalui training selama dua bulan, namun semangatku untuk kerja tak pernah surut, fasihnya aku berbahasa inggris membuatku tak lama kemudian di pindah ketempat kebagian customer service, ternyata disini aku dapat beradaptasi dengan cepat. Sama seperti di Bali disinipun aku kerap mendapat godaan nakal, akan tetapi aku tidak pernah menanggapi godaan itu, kerja dihotel memang pulang nya tidak tentu, tapi karena jika pulang malam ada antar jemput maka aku merasa tetap aman.
Belum genap 6 bulan aku kembali dipindah keposisi lain, aku diangkat menjadi staff kantor, dan pekerjaannya hanya membuat jadwal rapat atau membuat surat2 dan notulen, dipekerjaan ini sesekali aku juga harus memakai pakaian adat, ketika menyambut tamu peserta rapat yg membooking hotel kami.

Aku merasa cita-citaku untuk menjadi wanita karier dan bisa membantu keluarga hampir terwujud, aku selalu memberi kabar tentang kondisiku, dan aku juga merasa bahagia karena dengan uang kirimanku adikku sebentar lagi lulus sekolah. Suatu hari aku dipanggil atasanku pak Robby namanya, usianya hampir sama dengan usia ayahku dikampung. Sebenarnya aku agak malas menemuinya karena ia orang nya agak genit, pengalaman pahit dengan Made membuatku masih selalu menjaga jarak dengan pria. Termasuk dengan atasanku ini. Pak Robby pernah terang-terangan memintaku untuk jadi simpanannya. Setelah aku mengetuk pintu dan masuk keruangan pak Robby, ia tampak sedang membaca file, di mejanya ada botol minuman keras yang hampir habis.
"ada apa pak?.. Memanggil saya?" tanyaku sambil duduk di sofa tamu yang ada diruangan itu.
"Enggak ada apa2 kok.. Saya cuma tanya bagaimana soal tawaranku yang dulu,.." jawabnya sambil berdiri dan menghampiriku.
Astaga!... Ternyata pak Robby masih mengejarku untuk dijadikan simpanan nya. Dengan sikap halus ku tolak tawaran nya. Tak kusangka dengan jawabanku ini pak Robby mengeluarkan secarik kertas yang berisi pemecatanku.

Ketika melihat kertas itu, langsung terlintas dibenakku akan impianku menjadi wanita karier, akan kelanjutan sekolah adikku, dan betapa sedihnya ibuku nanti.
"kalau kau mau melayaniku dan menjadi simpananku. Aku akan memberimu sebuah jabatan tinggi. Bagaimana Kamu setuju?" kata pak Robby sambil memandangku dekat-dekat.
Aku yang telah bertekad akan memperbaiki ekonomi keluargaku, hanya bisa mengangguk pelan menerima tawaran itu. Melihat persetujuanku, pak Robby langsung memelukku dan melumat bibirku, aku hanya diam tak membalas, namun pak Robby yang sudah terbakar nafsu itu, seakan tak mau peduli.
"aku sudah lama menanti saat ini. Cepat lepaskan bajumu.." perintah dia, sambil dia sendiri melepas pakaiannya, dengan perasaan teriris kulucuti semua pakaianku, setelah tubuhku bugil, pak Robby mendorong tubuhku hingga terbaring disofa itu.

Bagaikan kesetanan dia mendekapku dan menjilati seluruh tubuhku. Tangannya dengan liar meremas buah dadaku. Aku hanya terpejam merasakan lumatan nya itu. Puas dengan dadaku, pak Robby menyuruhku nungging, dan tanpa menunggu lama batang kontol yang sudah keras itu, dibenamkan kelubang memekku, aku yang sama sekali belum terangsang hanya bisa menggigit bibir ketika pak Robby menggoyangku.
"akh akh.. Memek udah jebol aja, masih sok jual mahal kamu ..." katanya sambil terus menggoyangku, aku hanya meringis perih sekali,.
"ah..ah.. Ayo goyang pantatmu lonte.. Ah.." teriaknya dengan nafas memburu penuh nafsu..
Selang beberapa menit kemudian kurasakan goyangan pak Robby semakin cepat, akhirnya aku merasakan kontol nya mengeluarkan cairan kental membasahi lubangku. Aku diam saja ketika bibirku dikecupnya dan ia mengatakan akan memberi jabatan dan fasilitas sesuai janjinya, tapi surat yang berisi pemecatan tetang diriku disimpannya sebagai jaminan.

Pak Robby menepati janjinya, aku diangkat menjadi manager personalia, dan fasilitas rumah mewah serta kendaraan pribadi kudapatkan. Memang kini impianku sudah terwujud merubah derajat ekonomi keluargaku, tapi dilain pihak aku merasa sakit, aku kini tak lebih dari perempuan pemuas seks. Setiap hari aku harus melayani nafsu pak Robby. Mungkin aku masih bisa menahan diri jika itu dilakukan dirumah, tapi pak Robby kerap mempunyai ide yang nyeleneh, seperti memaksa bercinta di toilet hotel, atau memintaku ke tempat kerja dengan pakaian seksi tapi tanpa mengenakan underwear. Entah sampai kapan aku harus menjalani ini. Tombol telpon menyala di mejaku, dari kode no nya aku tahu itu dari pak Robby. Mau apalagi si maniak ini pikirku.

"ya ada apa pak..? Jawabku
"segera keruanganku" jawabnya,
"aku masih banyak pekerjaan pak" kataku sambil mengarahkan pandanganku dan menunjukan tumpukan file ke arah kamera cctv yg memang sengaja dipasang pak Robby untuk mengawasiku.
" sudah lakukan saja, atau kau ingin kehilangan pekerjaan.." kata nya di ujung telpon.
"oh ya kamu harus sudah bugil begitu keluar ruanganmu.." lanjutnya dan langsung menutup telpon.
Ah semakin gila saja orang ini, namun aku sudah terlanjur jauh. Kuturuti mau nya, ruang kerja kami satu lantai aku hanya perlu melewati lorong hotel yang biasanya juga sepi, dengan perasaan berdebar aku keluar dari ruanganku dengan telanjang bulat, ah untunglah lorong ini sepi, segera aku berjalan, dan baru beberapa langkah pintu salah satu kamar terbuka, seorang cleaning service keluar dari kamar, dan tak ada waktu bagiku untuk sembunyi, tubuh bugilku langsung jadi santapan matanya, untuk sesaat kami sama-sama terpaku dalam kegugupan.

"ting..." suara dari pintu lift di ujung lorong dibelakang menyadarkan kerterpakuan kami, dan si bapa cleaning service itu pun menggerakan tangannya memberi isyarat untukku segera pergi, seolah tahu aku hendak kemana. Kuanggukan kepala sebagai ucapan trimakasih ku ketika tepat melintas disamping nya, dan aku setengah berlari menuju ruang Pak Robby sebelum pintu lift itu terbuka.
"lama sekali.. Mulai belajar membangkang ya..." suara pak Robby begitu ku masuk ruangannya.
Tak kuhiraukan kata-katanya karena saat itu aku melihat ia sedang duduk dikursinya dengan celana melorot dan kontol yg sudah tegak berdiri. Aku segera bersimpuh dikakinya, kupegang kontol nya dan kukocok-kocok, sambil tanganku yang satunya meremas buah pelirnya.
"arrghh.. Akh.." suara erangannya menikmati blowjobku.
Kujilati ujung kontol yang mulai basah diujungnya, menyusuri batang ber-urat itu dengan lidahku, mengulum kedua bola kembar nya.
"akhhh.." aku sedikit terperanjat ketika kurasakan ujung sepatunya menyentuh memekku, namun pak Robby menekan kepalaku agar tetap mengulum kontolnya.

Tangan nya memegang kepalaku menggerakan mulutku dikontol nya. Sementara kakinya yang masih bersepatu itu. Terus menggesek selangkanganku, mulutku selalu nyaris tersedak setiap kali batang itu menyentuh rongga dalam tenggorokanku, memekku sedikit terasa perih setiap kali tergesek ujung sepatunya, tapi aku juga terangsang, memekku terasa begitu basah, dan aku jadi semakin liar melahap batangnya. Pak Robby menarikku bangkit, dan menyuruhku naik kepangkuannya, kupegang kontol yang sudah basah berlumur ludahku itu dan kuarahkan tepat dicelah lubang memekku, dan "jleeebss...." tanpa hambatan batang itu menembus memek ku yang sudah basah itu, aku mulai bergerak naik turun, dan pak Robby juga menggerakan tangannya untuk meremas kedua buah dadaku yang tergantung tepat didepan nya.
"ahh...ah..ah..ah.." aku terus bergerak naik turun birahi telah membuatku lupa akan dimana aku sekarang, aku sedang mengejar hasrat untuk sebuah kepuasan, aku bahkan membenamkan kepala pak Robby didadaku, dan disambutnya dengan lumatan rakus dikedua putingku bergantian.

Ketika rangsangan birahi akan membawaku kepuncak kenikmatan, pak Robby juga rupa nya merasakan hal yg sama, diangkatnya tubuhku dari pangkuan nya. Dan ditelungkupkan nya tubuhku diatas meja, lalu kembali batangnya dimasukan di memekku..
"ah..ah.. Akh.. Rasakan kontol ku... " Kata-kata nya disela gerakan nya yg semakin cepat.
"iya.. Paaa.. Ahggh. Teruus....ah..ah.." aku menyahut diserati desah penuh nafsu.
Dan bebarengan dengan itu kurasakan puncak orgasme menerpaku, lemas, lelah, dan nikmat. Tak berapa lama pak Robby jg menyemprotkan cairan hangat nya dilubang ku. Aku terkulai lemas di atas meja, sementara pak Robby duduk dikursinya sambil tersenyum penuh kepuasaan.
Aku sadar tak bisa selamanya hidup sebagai simpanan pak Robby, aku harus bisa keluar dari semua ini.

"permisi bu.." suara seorang pria membuyarkan lamunanku.
"ah iya..." aku menjawab sambil melihat ke arah sumber suara itu, ternyata cleaning service yang pernah memergoki bugil dilorong..
"saya mau ambil sampah bu.." katanya.
"ya silahkan.." ijinku.
"sudah bu permisi.." pamit pria setengah baya.
"tunggu sebentar pak, .." Kataku menahan kepergiannya. "duduk dulu.." sambil kutunjuk kursi didepanku, dan tanpa banyak bicara dia duduk.
"ehm.. Soal kejadian waktu itu.. Saya mohon bapak untuk merahasiakan nya.." kataku langsung.
"iya bu saya mengerti.. Saya sudah 10tahun kerja disini, saya tau gmana kelakuan pak Robby.." jawabnya.

Aku sedikit penasaran dari jawaban nya ini, dan akhir nya pria bernama pak Kirman ini tahu kalau aku bukan pegawai perempuan pertama yang jadi budak seks nya. Jika ada pegawai yg disuka maka ia akan memberikan jabatan yang bagus, dan memindahkan ruang kantornya 1 lantai dengan ruangannya. Akhir nya ini juga menjawab kebingunganku selama ini kenapa dilantai ini hanya ada ruanganku dan ruangan pak Robby. Pagi ini aku sedikit terlambat datang karena terjebak macet.
"bu Astri ada tamu diruangan ibu.." kata Inne, receptionist dihotel ini.
"siapa..? Tanyaku
"pak Nugraha bu.." jawab Inne
"apa.. Pemilik hotel ini.." tanyaku memastikan dan dijawab dengan anggukan dari Inne.
Aku segera bergegas menuju ruanganku, sejak aku bekerja disini aku belum pernah bertemu dengan orang ini, tapi aku tahu namanya, karena memang ia pemilik dari hotel ini. Sampai diruangan ku pintu ruanganku terbuka, disana tampak seorang pria tua dengan rambut sudah putih namun terlihat perlente. Duduk dikursiku, sementara di depannya ada seorang pemuda dan pak Kirman mereka tampak akrab berbicara, dan terhenti ketika menyadari kehadiranku.

"permisi.." sapaku
"nah ini ibu Astri nya pak.." pak kirman mengenalkan aku.
"ah ini toh orang nya.." pak Nugraha berkata dengan logat jawa nya.
"ayo silahkan duduk.." kata pak Nugraha menyadari kebingunganku, aku duduk dikursi yang tadi diduduki pak Kirman, setelah Pak Kirman memohon diri pergi, pak Nugraha kembali berkata.
"Astri tau siapa saya.. Tidak apa kan saya panggil Astri..?" tanya nya sopan,
"iya pak.."jawabku singkat..
"oke langsung saja.. Ini anak saya Andrew.. Dan mulai sekarang dia yang akan menggantikan posisi pak Robby,." kata-kata pak Nugraha sungguh mengejutkanku.
Apakah doaku untuk lepas dari pak Robby dikabulkan.
"karena cuma kamu yang ada satu lantai dengannya, jadi saya harap untuk sementara kamu dapat membantunya beradaptasi.."
"baik pak.." jawabku tegas, mungkin tugasku akan bertambah berat di kantor, tapi paling tidak aku bisa lepas dari pak Robby.

Pak Andrew usianya sekitar 35 tahun, bertubuh agak gemuk dengan kulit putih, dan kacamata yang selalu menempel menambah ciri khas chinese nya. Dari cerita teman kerja yang lain, pak Andrew sudah menikah, tapi hingga saat ini hampir 1 bulan aku kerja dengannya belum pernah aku bertemu dengan istrinya. Kerja sebagai kepala personalia dan juga sekretaris pak Andrew membuatku kerap pulang malam.
"belum pulang bu..?" tanya pak Kirman didepan pintu ruanganku.
Aku memang jarang sekali menutup pintu ruanganku.
"sebentar lagi pak, kalo bapak mau bersih-bersih silahkan pak,..'' kataku karena memang itu jam kerja nya bersih-bersih.
"maaf ya bu.." katanya sambil masuk keruanganku dan mulai membersihkan lantai..
"pak Andrew juga belum pulang bu,.." katanya lagi.
"oh ya.." aku sedikit terkejut jg karena aku tahu hari ini dia tidak perlu pulang malam.

Selesai semua pekerjaanku aku pun segera berkemas, jam sudah menunjukan pukul 9 malam, sebenar nya aku hendak melangkah ke lift, tapi kenapa tiba-tiba ku putuskan berbalik arah untuk mengecek keruangan pak Andrew. Dari bayangan cahaya dibawah pintu kulihat lampu ruangannya masih menyala.
"masuk..." sahut suara pak Andrew dari dalam. Setelah ku ketuk pintu.
"oh Astri.. Saya kira pak Kirman, ada apa, kenapa belum pulang.." tanyanya ketika melihat aku yang datang.
" saya sudah mau pulang pak. Bapak sendiri belum pulang, ada yg bisa saya bantu.." aku balik bertanya.
"saya sedang memeriksa beberapa file yg ditinggalkan pak Robby. Kamu pulang saja duluan.." jawabnya.
"baiklah pak. Saya permisi..."
"oh.. Ya tunggu sebentar. Mungkin kamu harus lihat ini nanti dirumah. Ini flashdisk milik pak Robby tp saya rasa kamu perlu melihat ini.." pak Andrew berkata sambil menyerahkan sebuah flashdisk.

Sejak pak Robby tak lagi menjadi atasanku, ia mengambil kembali rumah yg pernah diberikan nya kepadaku, namun ia tetap memberikan mobil, aku kini tinggal di sebuah kos-kos'an. Selesai mandi dan makan, aku ambil flashdisk dari pak Andrew dan kubuka dilaptopku. "file video.." gumanku ketika kubuka salah satu foldernya ternyata isi nya rekaman cctv diruanganku. Dan ruangan Pak Robby, tak perlu kuragukan lagi isi dari folder-folder lain nya, pasti rekaman akan kelakuan nyeleneh pak Robby dan aku, seketika kepalaku terasa pening, berat, bingung, aku yakin kalo pak Andrew sudah melihat isi flashdisk ini. Dan akupun menangis tak bisakah aku hidup dengan tenang. Kenapa selalu ada masalah di jalan hidupku.
"Ibu.. aku ingin pulang, aku ingin menangis dipangkuanmu.."

Aku sudah lewati banyak rintangan dan cobaan tapi sampai hari ini aku masih bisa bertahan, aku tak boleh menyerah, apapun yang terjadi harus kuhadapi. Pagi ini begitu sampai kantor, aku langsung menemui pak Andrew, sejak awal pak Andrew memang selalu datang lebih pagi dari jam resmi masuk kerja.
"tok..tok.."... Ku ketuk pintu ruangannya dan tanpa menunggu jawaban kubuka pintu itu.
"permisi pak.." ucapku..
"ya.. Astri ada apa...? Tanya nya melirikku sebentar lalu kembali mengetik dikomputernya.
Aku langsung duduk dikursi di depan meja kerja nya.
"saya mau bicara soal flash disk yg kemarin bapa kasih ke saya.." kataku
"ya.." jawabnya
"Bapak sudah liat isi nya.." tanyaku dengan suara agak pelan, gugup juga.

Pak Andrew menghentikan kegiatan mengetiknya, ditatapnya aku.
"kalau saya belum lihat, bagaimana mungkin saya bisa tahu kalo isi filenya tentang kamu.."
Sungguh merasa bodoh aku dengan pertanyaanku itu.
"kamu ga usah pikir macam-macam, selama hal itu tidak mempengaruhi kinerja kamu, saya tidak akan mempermasalahkannya.." pak andrew berkata datar.
"tapi kalau kamu merasa perlu menjelaskan nya kepada saya, kita bicara nanti selesai jam kantor.." lanjutnya.
Seharian itu aku benar-benar tidak bisa fokus kerja, pak Andrew memang sama sekali tidak menyinggung hal itu, tapi aku tetap merasa ada sesuatu yang mengganjal dihatiku. Selepas jam kerja, kutemui lagi pak andrew, aku merasa harus menjelaskan semua, kenapa sampai aku bisa jadi seperti itu. Pak andrew menolak berbicara dihotel, aku pun menurut saja ketika ia mengajakku dengan mobilnya, pak andrew membawaku ke kawasan pantai ancol.

"bicara disini lebih enak. Dan kalau kamu penat bisa teriak melepaskan nya kelaut.."
pak Andrew berkata, sambil turun dari mobil aku mengikutinya, jam sudah sekitar 7malam, ini bukan malam libur jadi suasana pantai terasa agak sepi. Kami duduk di tumpukan batu di pinggir pantai.
"oke jadi, gimana cerita nya..?" pak Andrew bertanya dengan lembut.
Semula aku bingung bagaimana aku menceritakannya, tapi entah kenapa melihat pak Andrew yang tampak santai itu, akupun dengan mudah menceritakan semua ceritaku hingga berakhir jadi budak seks pak Robby.
"bagaimana, sudah merasa lega, setelah cerita?" tanyanya.
Aku hanya mengangguk sambil menyeka airmata yang tidak bisa kutahan sejak bercerita tadi.
"saya malu pak.." kataku..
"ya sudahlah, kenapa mesti malu, kan kamu juga ceritanya cuma sama saya.."
"terimakasih pak, Bapak ga pecat saya..."
"ya saya ga pecat kamu, tp mungkin akan potong gaji kamu"..

Aku memandang nya bingung, ia tersenyum melihat kebingunganku.
"gaji kamu dipotong untuk mengganti rugi kerusakan kursi diruang kerja saya, yang rusak karena sering kelebihan beban.." ucapnya.
Ah, aku benar-benar salah tingkah atas ucapannya , jika saja ada lampu pasti muka ku sudah terlihat jelas merah. Sementara pak Andrew tampak tertawa begitu lepas, beda jauh dengan dikantor yang selalu tampak serius dan menjaga jarak dengan bawahan.
"becanda.." katanya sambil tangannya mengusap-ngusap rambutku.
"makasih pak, dan maaf bapak jadi pulang telat ke rumah.." kataku setelah kami terdiam sejenak.
"ga apa tri, pulang juga malas,.." ucap nya datar.
Kupalingkan wajahku, menatapnya penuh heran.

Pak Andrew tersenyum kecil, dan berkata "bukan cuma kamu yg punya masalah"
"boleh aku tanya sesuatu.. Tapi jangan tersinggung..?" pak Andrew berkata pelan.
"iya pak.." jawabku sambil mengangguk.
"apakah kamu selalu puas ketika bermain dengan pak Robby..?"
Aku tersentak dengan pertanyaan ini, tapi aku tetap menjawab, "iya pak.." jawabku.
"apa yang membuatmu puas, karena kelamin yg besar panjang atau karena permainannya atau ketahanannya..?" aku benar-benar bingung akan maksud pertanyaan pak Andrew ini, tapi aku tetap memberi jawaban,
"semuanya pak.." jawabku..
Pak Andrew menganggukan kepala. Beberapa saat ia terdiam, aku pun tak berani memulai pembicaraan.

"kamu mau ga, bercinta dengan saya..? Perkataan yang sungguh mengejutkan keluar dari mulut pak Andrew
"maksud bapak apa..? Tanyaku dengan suara bergetar, aku tidak menyangka akan hal ini, apakah karena ceritaku pak Andrew jadi menganggap aku cewe murahan.
"saya cuma ingin tahu apakah saya bisa memuaskan seorang wanita, karena istri saya selalu kecewa dengan saya, dan masalah ini yang membuat kami sering ribut,.." pak Andrew berkata pelan namun terlihat ada kejujuran dinada nya.
"maaf, kalau saya membuatmu tersinggung, mari kita pulang saja, saya antar kamu" lanjutnya sambil berdiri, sementara aku masih duduk terdiam ia memandangku.
"aku mau..." entah kenapa aku berbicara seperti itu. Dia pun tampak sedikit terkejut.
Malam itu pak Andrew mengantarku pulang, aku sendiri masih seakan tidak yakin akan, kata-kata yang diucapkan pak Andrew dan respon akan jawabanku..

Sejak kejadian malam itu hubunganku dengan pak Andrew jadi semakin akrab, tak jarang sepulang kerja pak Andrew mampir ke kost ku, untuk sekedar bercerita akan masalah rumah tangganya.
" bapak mau nginep..?" tanyaku ketika sudah jam 10 malam ia masih dikostku, karena biasa nya paling malam jam 9 ia sudah pamit pulang.
"kalau saya nginep memang ga apa...? Tanya nya.
"ga apa pak, bebas disini"
Aku berkata sambil mengunci pintu, kudekati pak Andrew yang masih duduk bersandar didinding di atas kasurku yang memang tergelar dilantai. Aku duduk diatas paha nya, kuambil remote tv yg dipegangnya dan kubesarkan volume nya.
"aku mau beri, apa yang dulu, pernah bapak pinta dipantai.." bisikku di telinga nya, lalu ku buka semua kancing kemeja dan kulemparkan, pak Andrew melakukan hal yang sama, melepas tanktop ku, dan juga bra yg ku kenakan.

Kepala nya langsung terbenam di dada ku, menjilati putingku, meremasnya. Dan sesekali berhenti untuk melumat bibirku. Tubuhku ditelentangkan nya celanaku dilepas, iapun melucuti celana nya. Ternyata kontol pak Andrew tidaklah terlalu besar, dan ketika disodorkan kemulutku, aku cukup mudah untuk melumat nya.
"ah..ah.. Argh.." suara nafas menderu keluar dari mulutnya, kupermainkan batangnya dimulutku, sementara ia pun sesekali menyodok-nyodokan nya.
Tak berapa lama ia menarik kontol nya, dan pindah ke bawahku, jemarinya mengorek-ngorek lubang memekku.
"akh.. Paa.. Akh.. Terus.. Enak.." aku mendesis keenakan ketika dua jarinya menjepit itilku.
Puas dengan tangan pak Andrew mulai mengarahkan batangnya ke memekku, dan karena memek ku sudah cukup basah serta ukuran kontol nya yang tidak terlalu besar, tak ada hambatan bagi batang itu untuk masuk.

"ah.. Ah.. Ah.." suara nya sambil bergerak mempompa aku. Kuimbangi setiap sodokannya dengan goyangan, dan tiba-tiba pak Andrew berteriak.
" Tri.. Akhhhhgh" bersamaan dengan itu cairan sperma nya pun menyemprot dimemekku. Tubuhnya ambruk disisiku, nafas nya tersenggal.
"maafkan aku tri, aku keluar terlalu cepat.." katanya.
"ga apa pak.. Nanti kita coba lagi.." jawabku sambil tersenyum.
Malam itu beberapa kali kami bersetubuh, tapi tetap saja kemampuan pak Andrew paling hanya beberapa menit saja, dapat kulihat rasa frustasi diwajah nya, kucoba untuk tersenyum menyemangati nya. Entah kenapa kendati aku jarang sekali mendapat orgasme ketika berhubungan dengan pak Andrew, tapi aku tidak pernah merasakan kecewa. Aku justru semakin ada rasa dengan dia, dan akhirnya kamipun tinggal bersama, pak Andrew sudah tidak pernah lagi pulang kerumah nya, ia membeli rumah untuk ditempati kami berdua, aku tidak lagi bekerja dihotel, karena untuk menjaga kerahasiaan hubungan kami.

Dua bulan kami tinggal bersama aku hamil, pak Andrew senang sekali, ia bahkan memindahkan Pak Kirman untuk kerja dirumah, agar aku ada yang menemani. Pagi itu selepas pak Andrew pergi, aku mendapat sms dari Yuni yang mengajakku untuk ketemu, aku senang sekali, karena sudah lama tidak pernah ketemu lagi. Sesuai janji aku sudah menunggu dicafe yang disebutkan Yuni, Yuni belum datang ketika ku sampai, namun tak berapa lama menunggu kulihat ia datang. Aku bermaksud berdiri untuk memeluknya karena rasa kangen, tapi belum sempat ku memeluk nya Yuni sudah menamparku..
"plak.. Plak.. Plak.."
aku yang kaget tak mampu berbuat apa-apa.
"Enggak tau terima kasih udah di tolong juga.." teriak Yuni yang langsung memancing perhatian pengunjung lain.
"ada apa ini yun..?" tanyaku bingung.
"jangan pura-pura bego lu, anjing.." kembali Yuni menyerangku dengan tamparan dan tendangan. Tentu saja aku kesakitan dan juga malu, aku mulai menangis..
"aku salah apa yun..?" tanyaku.
" salah apa.. Hah.. Lu ngambil laki gua, Andrew laki gua tau.." Yuni berteriak kalap dan bermaksud kembali menyerangku, namun keburu dilerai dan dibawa keluar.

Sementara aku masih bersimpuh, tak mampu untuk berdiri, hanya menangis, meratapi kenapa. Kenapa semua ini terjadi. Tanpa memperdulikan lagi pandangan orang-orang dicafe itu aku segera berlari, tujuanku hanya satu menemui pak Andrew dan meminta penjelasannya.
"iya, Yuni memang istriku, tapi seperti yang aku bilang, hubungan kami tidak baik bahkan nyaris hancur..." pak Andrew berusaha menjelaskan.
"tapi, Yuni itu teman baikku, dia yang menolongku ketika aku baru sampai disini..." aku berkata sambil menangis.
"aku tahu, maka dari itu aku tidak bisa mengatakan kalau Yuni adalah istriku..."
"apa.. Jadi selama ini bapak sengaja menutupinya dari aku..." aku semakin terpukul dengan pengakuan nya.
"aku akan menceraikan Yuni, aku akan menikahimu Astri, kau sedang mengandung sekarang..." pak Andrew berkata sambil memegang kedua bahuku..
"ngga pak.. Aku ga bisa.. Yuni temanku.. Aku ga boleh.." aku berkata sambil, melepaskan tangannya dari pundakku, aku berbalik, pergi meninggalkan nya.
"Astri kamu mau kemana...?" tak kuhiraukan panggilannya.
.
Jika sedang dibutuhkan entah kemana taksi yang sedang kutunggu ini, tiba- tiba sebuah sedan berwarna silver berhenti didepanku. Dan ketika kaca samping nya terbuka, ternyata orang nya pak Robby, pria yang menyebalkan itu tambah terlihat makin menyebalkan dengan kepala plontosnya.
"mau kemana sayang... Lagi jualan ya.." ejek nya padaku.
" astri..." belum sempat aku menjawab, suara pak Andrew terdengar memanggilku.
Tanpa pikir panjang segera kubuka pintu mobil pak Robby.
"cepat jalan pak.." kataku setelah duduk disamping nya, melihat pak Andrew yang sedang mengejarku, pak Robby langsung tancap gas.
"mau kemana kita, sayang...?"tanya nya ditengah perjalanan.
"terserah.." jawabku singkat.
Dan kupejamkan mataku, berusaha melupakan beban ini, aku benar-benar merasa bersalah terhadap Yuni, teman baik ku. Aku memang perempuan tidak tahu terimakasih, perusak rumah tangga orang.

"kenapa kita kesini pak?'' tanyaku, karena ketika kubuka mata aku sadar kami sudah berada dijalur keluarkota.
"lho tadi, kamu sendiri yang bilang teserah. Sudahlah aku mau refreshing sama teman-temanku dipuncak. Kamu ikut saja nanti juga disana kamu bisa lupain si Andrew itu.." katanya dengan arogan dan menyebalkan.
Aku sudah bisa menduga apa yang akan alami nanti dengan pak Robby, tapi aku juga tidak punya tujuan jadi aku diam saja. Setengah jam kemudian kami sampai disebuah villa kecil yang ada ditengah-tengah indahnya hamparan pohon teh, belum sempat aku merasakan segarnya udara disini, pak Robby langsung menyeretku masuk.
"ayo masuk aku ingin menikmati tubuhmu sebelum teman-temanku datang.
Begitu sampai didalam villa pak Robby langsung memelukku dari belakang menciumi leherku dan tangan nya meremasi kedua belah tetekku, dengan diiringi dengusan nafasnya yang memburu, pak Robby melucuti semua bajuku hingga bugil, di tariknya aku menuju kamar, didorong nya tubuhku telentang dikasur, sementara ia melucuti pakaiannya sendiri. aku sudah pasrah, aku sudah tahu ini semua akan terjadi,.

Pak Robby membenamkan mukanya diselangkanganku lidahnya menari liar, membelah celah bibir memek ku.
"arhh..akhhh.." aku tak dapat menahan gairah rangsangan birahi.
"ternyata memek mu, masih enak seperti dulu.." ucap pak Robby dan kembali membenakan kepalanya, menjilatiku hingga ku mendesah, bergelinjang, aku tidak ingin lagi menahan birahi, aku ingin memuaskan diriku, agar aku dapat melupakan semua yang terjadi. Pak Robby mengangkat kepalanya, ia bangkit mengangkangi tubuhku, menyodorkan kontol besarnya kewajah ku, ku jilati kontolnya, kulumuri batang nya, dan pak Robby mendorong kontolnya untuk masuk semua kemulutku..
"nikmati kontolku lonte... Ahhh..ah.." teriaknya sambil menggerakan kontolnya maju mundur.
"wah pak Robby, pesta sendirian saja..."tiba-tiba sebuah suara mengejukan dari arah pintu yang memang tidak tertutup.
"tenang pak Ilham, tar juga bapak kebagian..." jawab Pak Robby cuek sambil terus memompa kontol nya dimulutku.

Sementara aku melirik kearah pintu ternyata ada dua orang, dan usianya hampir sama dengan pak Robby. Orang yang dipanggil pak Ilham tadi mendekati ranjang kami, dan pak Robby tidak terpengaruh sama sekali,
"akkh..." ketika kurasakan ada jemari yang menyentuh lobang memekku.
"masih lumayan rapat memek nya, ayo pak segera tuntaskan saya jadi ga sabar mencicipinya..." katanya sambil tangan nya menggerayangi memekku, tanpa menganggap diriku sama sekali, tak lama kemudian orang itu keluar kamar, dan pak Robby juga tampak nya sudah tak sabar untuk permainan utama, ditekuk nya kedua pahaku, dibukanya lebar, dan kontol besar nya dipaksa masuk menembus memekku..
"arrghhh..." aku mengerang ketika batang itu benar-benar memenuhi seluruh rongga kosong dimemekku.
"ahh..ahh...ah..ah." dengan nafas berat pak Robby terus memompaku "gimana lonte.. Ah.. Enak ga kontolku..?" tanya nya sambil meremas tetekku.
"iya pa..ah..ah.."
"iya apa.. Yang jelas...?"tanya nya sambil memperkuat cengkramannya ditetekku..
"akh..ah.. Iyaa.. Kontol..bapaa.. Enaakhh.." jawabku,
"hahaha..kamu memang lonte,.." ia tertawa penuh kepuasan, dan terus bergerak memompaku, sesekali aku imbangi dengan goyangan menyambut setiap sodokan nya, dan selang beberapa menit aku merasakan orgasme dan disusul dengan pak Robby, yang berteriak penuh kepuasan bersamaan dengan menyemburnya cairan sperma dirahimku, dirahim yang ada anak dari pak Andrew.

Untuk beberapa saat kami tak ada yang bergerak, tubuh pak Robby masih menindihku, aku kembali teringat kejadian dengan Yuni, tak terasa air mata menetes dipipiku.
"kenapa menangis, mikirin si Andrew..?" tanya pak Robby, sambil mengangkat tubuhnya dari aku, dan bebaring disamping..
"jadi lonteku saja, semua kebutuhan mu akan kupenuhi, kamu cuma perlu memuaskan aku dan teman-temanku.." katanya tanpa peduli perasaanku.
"sudah hentikan mimpimu untuk jadi istri si andrew. Sana keluar, biarkan teman-temanku menikmati memek mu..'' pak Andrew berkata sambil mendorong tubuhku dengan kasar, untuk bangkit dari kasur.
Dengan masih terhuyung-huyung aku ke kamar mandi, kunyalakan shower, untuk membasuh badanku, membasuh semua kenanganku dengan pak Andrew. Mungkin memang takdirku harus menjadi seperti ini. Dengan hanya berbalut handuk ku keluar kamar, kuhampiri 2 orang yang usia nya sudah hampir paruhbaya itu.
"wah akhir nya tiba juga giliran kita, pak Asep.." kata pak Ilham pada pria satu nya yang ternyata bernama Asep.
"sini cantik.." katanya sambil menyuruhku duduk didekat nya, aku mendekatinya,
"wah handuknya dilepas aja, basah nanti masuk angin" pak Asep berkata, sambil melepas nya tanpa persetujuanku, aku duduk telanjang bulat diantara 2 pria paruh baya yang memandang nanar tubuhku dengan penuh nafsu.

Seketika terbesit kebencian akan para pria ini. Aku pergi jauh dari orangtuaku karena penghianatan seorang pria, aku juga merusak persahabatanku karena seorang pria. Akan ku balas semua ini, dan 3 pria bajingan yang ada disini akan menjadi korban pembalasan pertamaku, akan kuhancurkan kebahagiannya, akan kubuat mereka semua terlena akan tubuhku, akan kujerat mereka dengan birahi. Biar hancur semuaa. Pak Ilham dan pak Asep duduk di kanan kiriku, tangan-tangan mereka merabai tubuh bugil, kedua kaki ku diangkat ke paha mereka.
"arrghh..." aku mendesah saat jemari pak Asep menyentuh ujung klitorisku.
Sementara pak Ilham sibuk mencucup puting kiriku. Tak mau kalah akupun memancing birahi mereka, kedua tanganku menyentuh, Meremas kontol mereka dari luar celananya.
"ahh.. Lonte ini sudah tak sabar ingin merasakan kontol rupa nya" ucap pak Asep sambil membuka celana dan mengeluarkan batang kontolnya yang sudah tegang.
Tanganku langsung meremas dan mengocoknya, tak mau kalah Pak Ilham juga melepas pakaian, menelanjangi tubuhnya.
"ayo cantik aku sudah tidak sabar untuk menikmati memekmu ini.." pak Ilham berkata sambil tangannya mengorek memek ku dengan kasar.

Ditariknya tanganku untuk mengikutinya, disuruhnya aku berbaring dilantai, pak Ilham menindihku, mulutnya melumat bibirku, kubalas lumatannya, sementara tanganku aktif mengocok kontol nya, puas melumat bibirku, pak Ilham mulai mengarahkan ujung kontolnya kememekku..
"ahhh..ahh..." desahku saat batangnya perlahan menembusku.
"ah.. Ah.. Terusss paa.. Ah.. Enak.. Ah.." kukeluarkan semua erangan nafsuku tanpa ada perasaan malu lagi.
"dasar lonte.. Ahh makan nih..." kata pak Ilham sambil mempercepat sodokannya.
"ah terus paa.. Ahh..entot aku ... Ahh.." kupancing dia dengan kata-kata birahi.
Tak mau ketinggalan pak Asep yang juga sudah telanjang bulat, menyerang kedua payudaraku, diremas dan di hisapnya bergantian. Sesekali dikulum juga bibirku.
"ah.. Ah...ah.. Gila nih lonte memek nya sempit banget.." pak Ilham berkata sambil mempercepat gerakan nya, sodokan kontol dimemek dan hisapan dikedua buah dadaku, membuatku semakin cepat terbang ke puncak orgasme.
"aaaahhhhh..." aku menjerit lepas..
"ha ah ah.." aku terengah-engah tubuhku bergoyang disodok pak Ilham, untuk sesaat, aku merasa lemas terlena puas karena baru orgasme.

Namun batang kontol pak Asep yang ditempelkan dimulutku menyadarkanku, ada dua orang yang harus kutaklukan. Kubuka mulutku mempersilahkan batang itu memasukinya, sambil mengimbangi setiap gerakan pak Ilham, kupermainkan batang kontol dimulutku dengan ujung lidah,
"aah.. Akhh.. Sial.. Enak banget nih memek,. Akhh..." pak Ilham berteriak sambil menyentakan dengan kuat kontol nya dan banjirlah memekku oleh cairan sperma nya. Setelah pak Ilham mencabut batang kontolnya, pak Asep mencabut, kontolnya dari mulutku, dan memintaku nungging, dan tanpa banyak bicara batangnya dibenamkan ke memeku yang sudah banjir oleh sperma pak Ilham tadi.
"ah..ah..ah.." suara nya, berbarengan dengan gerakan nya, bersamaan dengan keluar masuknya batang kontol itu, kurasakan cairan sperma menetes dari celah memek ku dan mulai membasahi kedua pahaku.
" iya sikat terus.. Pak asep, bikin robek memek nya.." teriak pak Robby yang entah sejak kapan sudah berdiri di samping kami.
" iya.. Akhh.. Ah.. Ah.." suara pak Asep memompa ku, pak Robby menyodorkan kontolnya kedepan mulutku, dan langsung kulahap,
"yeah hisap kontolku..." teriaknya sambil menenggak botol minuman ditangan nya.
.
Selang beberapa menit kemudian kurasakan gerakan pak Asep mulai berubah, menunjukan tanda-tanda akan keluar dan akhirnya bersamaan dengan teriakan nya kontolnya menyemburkan sperma nya menambah basah memekku. Dan kontol pak Robby juga terasa mulai berdenyut didalam mulutku tangannya menekan kepalaku dan akhirnya iapun keluar dimulutku.
Pak Robby jatuh duduk didepanku, dengan masih posisi nungging aku merangkak, mendekatinya.
"Enggak pengen bikin memekku robek.." bisikku ditelinga nya.
"plak.." ia menamparku, namun ku semakin mempermainkan nya, kutunjukan lidahku yang masih ada sperma nya dan kumainkan didepan wajahnya.
"kurang ajar, cari mati kau lonte..." ia berkata sambil bangkit ke kamar dan kembali dengan menggenggam dua butir obat berwarna biru ditangannya, ditelan nya obat itu dengan bantuan minuman keras.

"Rasakan apa yang kau minta pelacur..." katanya sambil menjambak rambutku dan menyeretku ke atas meja.
Aku berlutut dengan badan diatas meja, pak Robby mengguyurku pantatku dengan minuman,
"rasakan ini..." dengan tanpa pemanasan pak Robby membenamkan batangnya ke anusku.
'akh.. Waaa.. Ah.. Sakiiittt..." aku berteriak kesakitan dan pak Robby tanpa ampun terus menghujami lubang anusku.
"terus pak hajar.." suara pak Ilham menyemangati pak Robby..
Namun tiba-tiba gerakan pak Robby berhenti, dan "bruuuk.." tubuhnya jatuh ambruk kelantai. Aku hanya termenung memandangi kedua orang itu, berusaha menyadarkan pak Robby, mereka terlihat panik, sementara aku hanya diam berdiri mematung.
"hey kau..." pak Asep berteriak sambil menunjuk keselangkangan ku, aku menunduk ternyata ada banyak darah keluar dari memekku, tiba-tiba aku merasakan sakit yang teramat sangat diperutku, mataku berkunang-kunang dan akhirnya gelap.

Bau khas rumah sakit menyadarkanku, aku tidak tahu bagaimana aku bisa ada disini, terbaring entah dirumah sakit mana.
"kamu sudah sadar...!" suara yang sudah amat kukenal.
"pak Andrew..?" aku berkata seolah tak percaya.
"jangan banyak bicara dulu istirahatlah.." katanya.
"maafin aku pak.." kataku sambil menangis..
"sudah-sudah, istirahatlah" pak Andrew berkata sambil membelai rambutku.
Seminggu aku dirawat dirumah sakit karena keguguran, dan pak Andrew setia menemaniku, dari dia aku tahu kalau pak Robby meninggal karena overdosis obat kuat. Setelah aku benar-benar sehat, Pak Andrew membawaku ke Bali, dia memutuskan mengelola cabang hotel yang disana, dan sebulan kemudian ia bercerai dengan Yuni, lalu menikahiku. Aku tidak tahu apakah kebahagiaan ini akan berlangsung selama nya atau tidak, tapi yang jelas kini aku bahagia bersama orang-orang yang kucintai, suami, ibu, serta adik-adikku, dan semakin lengkap karena kini aku sudah kembali hamil, mengandung anak pak Andrew.

Agen Bola - Bandar Taruhan - Bandar Bola - Taruhan Bola - Judi Bola - Agen Sbobet - Agen Maxbet - Agen 368bet - Agen Cbo855 - Agen Sabung Ayam

Join Us on Facebook

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. hotceritasex - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger