Home » » Terang Menunggu Keindahan Phatong Beach [028]

Terang Menunggu Keindahan Phatong Beach [028]


Bandar Taruhan - GOOD MEN GO TO HEAVEN, BAD MEN GO TO PATONG tulisan yang tertera di baju kaos hitam yang baru aku beli barusan di salah satu toko pinggiran Bang La Road. Aku bersama 12 (dua belas) orang pria yang baru aku kenal kemarin, berjalan menelusuri Bang La Road yang ramai ini. Jam menunjukkan jam 10 malam, jalan penuh sesak, orang berjalan sana kemari, kiri kanan tempat makan, ada pub dan beberapa toko souvenir. Herannya kalau siang di sini cukup sepi, tapi malamnya jalan ditutup untuk kendaraan bermotor. mOh ya, namaku Tono, aku bekerja di sebuah tempat usaha pijat plus. Usaha itu milik teman baikku, tapi dia memang mempercayakan padaku dan beberapa temannya yang lain, sehingga kami mengelolanya bersama-sama. Aku sekarang berada di Thailand, acara reward dari salah satu perusahaan rokok besar di Indonesia. Sebenarnya reward itu untuk pemilik toko, tapi bos mempercayakan untukku, sehingga liburan ini aku manfaatkan untuk menyegarkan kembali pikiranku. Perusahaan rokok yang besar itu memberi reward karena penjualan kita cukup besar, karena bos selain buka usaha pijat plus, beliau juga sudah ada buka sebuah toko sembako besar, lambat laun katanya akan menutup usaha pijat plusnya untuk fokus di sembako.

"Selamat datang, saya Edward yang akan membimbing kalian berwisata ke Thailand", sapa seorang pria ganteng perwakilan dari Sampoerna.
Kami sudah berkumpul, total ada 13 orang termasuk saya dan Edward. Sebelas orang lainnya juga pemilik toko yang mendapat reward, semuanya sudah cukup tua, usia mungkin 35 tahun hingga 40an tahun. Bandara Sukarno Hatta, kami akan bertolak langsung ke Phuket (Thailand) dengan menggunakan Asia Air. Semua surat telah disiapkan oleh pihak penyelenggara acara, kami hanya tinggal mengikutinya. Termasuk dana untuk makan dan belanja, semua disediakan pihak perusahaan rokok itu. Jam masih siang, kami sudah sampai di Phuket, Edward minta kami mengenakan kaos merk rokoknya untuk pakai di pantai karena mau diambil foto.
"Siang kita jalani acara dulu, foto-foto dengan baju Sampoerna, malamnya baru bebas ya...", terang Erward.
"Wah, indah sekali pantai ini", aku tertegun di dalam hati, kata Edward ini adalah pantai Patong, salah satu pantai terkenal di Asia Tenggara.
Ramai dengan pengunjung baik lokal maupun internasional. Beberapa wanita bule berlalu lalang hanya menggunakan bikini, ada beberapa juga orang Arab dan orang China. Yang lain hanya orang-orang dengan wajah Asia Tenggara.

Skip skip, setelah main di pantai dan berfoto-foto, acara pun selesai, Edward pun mengajak kami jalan-jalan keliling Phuket sekalian berbelanja. Saya pikir membelikan souvenir untuk teman-teman di kampung halaman. Long Ra Road, saya beli beberapa baju dan souvenir lain seperti perhiasan imitasi dan gantungan kunci. Kami berkeliling hingga suasana gelap, hingga Long Ra Road disulap menjadi kawasan yang ramai. Banyak keramaian di sini, herannya sore menjelang malam pasti jalan ditutup, kendaraan bermotor dilarang lewat, sehingga jalan hanya digunakan untuk pejalan kaki.
Celingak celinguk aku memandangi kiri kanan, bukan hanya toko souvenir saja, tetapi banyak juga warung-warung makan bahkan pub. Lagu diputar dengan suara yang kencang, sehingga di jalanan pun terdengar jelas seperti discotik. Beberapa pub bahkan penuh disesaki pengunjung hingga tidak muat sehingga beberapa pengunjung rela berjoget di depan pintu pub tersebut. Beberapa gadis berjalan ke sana kemari, hanya menggunakan pakaian dalam, mungkin mereka adalah para PSK yang sedang mencari mangsa.

Aku dan rekan lainnya terus berjalan menelusuri jalan ini, sempat penisku terasa mengeras ketika aku berpapasan dengan beberapa gadis yang cuma menggunakan pakaian dalam, payudara mereka besar sehingga nampak seperti ingin menyembul keluar dari bra mereka.
"Huss, jangan dipandangi terus", kata Edward.
Salah satu rekan yang di dekat kami ternyata sudah sering jalan ke sini, dia pun mulai bercerita, "Hati-hati, di sini banyak wanita jadi-jadian", katanya.
Mendengar itu penis saya pun mulai loyo kembali. Bahkan ia bercerita bahwa waria-waria di sini rela operasi guna mempercantik tubuh sehingga mirip asli dengan wanita sungguhan. Aku mulai ngeri, tidak habis pikir akan apa yang dia lanjutkan cerita lagi, katanya bahkan kelamin pun sudah dioperasi mereka. Bayangkan saja kalau kita yang tidak tahu menahu, kemudian tertarik lalu melakukan hubungan badan, setelah semua dilakukan baru tahu kalau itu bukan wanita sungguhan, aduh betapa mengerikan dunia seperti ini.

Aku pun menjaga pandanganku agar tidak mudah terpancing dengan godaan.
"Tenang saja, tahan konak kalian, saya akan bawa kalian ke tempat yang aman", kata Edward karena melihat beberapa dari kami sedikit gelisah karena mendengar cerita itu.
Memang sangat mengerikan, beberapa wanita berlalu lalang hanya memakai bra dan celana dalam, entah waria atau bukan, aku tidak bisa membedakannya. Beberapa wanita yang diragukan gendernya itu pun ada yang sedang asyik joget di pub, ada yang sedang nongkrong dengan pria-pria, dan beberapa menggunakan aksesoris tambahan seperti topeng pesta sambil berfoto-foto dengan turis. Edward membawa kami ke sebuah lokasi di mana pintu masuknya dijaga ketat oleh beberapa security, kami diminta jangan merekam adegan, atau mereka akan mengenakan beberapa sangsi tegas. Bukan ruangan atau pun semacamnya, hanya seperti panggung terbuka layaknya tempat konser artis di sebuah halaman.
"Oh ini, saya pernah ke sini, tapi sudah lama", kata seseorang dari rombongan kami.
"Iya, ini namanya tiger show", potong Erward sambil menuntun kami masuk dikeramaian penonton.

Di atas panggung, kulihat ada 3 (tiga) gadis cantik sedang menari, hanya lantunan lagu disco, tubuh mereka bergerak sangat gemulai. Kemudian mereka melepaskan pakaian mereka hingga sisa bra dan celana dalam, terus menari, semua pengunjung bersorak kuat, entah apa, karena aku tidak mengerti bahasa mereka, namun seolah-olah maksud mereka adalah meminta para gadis itu untuk melepaskan semua kain yang menempel di tubuh mereka. Beberapa orang dari rombongan kami pun terlihat serius menyaksikan adegan itu, mata mereka melotot tanpa kedip, hanya Edward saja yang terlihat santai, sepertinya sudah biasa dia ke sini.
"Ayo, jangan lewatkan pemandangan bagus ini", ucap Erward kepadaku ketika ia melihat aku menoleh ke kiri dan kanan. Aku hanya tersenyum lalu kembali mandang ke arah panggung yang mana para gadis itu masih terus berjoget ria.

Beberapa menit kemudian ketiga gadis itu pun mulai melepas bra mereka, aduh, penisku langsung ngaceng melihatnya. Bra mereka pun dilempar ke arah penonton, dan direbut seperti pembagian raskin gratis. Ketiga gadis itu menampakkan payudara mereka ke arah penonton, sambil terus menari, susu mereka bergoyang kian kemari. Tapi ada satu gadis yang susunya tidak begitu besar, seperti gadis yang baru tumbuh payudaranya, terlihat sedikit merah muda. Penisku semakin mengeras, yang kupandangi hanya gadis muda itu yang membuatku sedikit tertarik, tak sabar aku menunggu ia membuka celana dalamnya. Beberapa penonton bersorak sambil melemparkan sesuatu ke atas panggung, kulihat dengan jelas kalau benda yang dilemparkan mereka adalah lembaran uang kertas yang dironyokkan, iya, itu uang bath. Beberapa pria dari rombongan kami pun bersorak, ikut berjoget serta melemparkan uang. Ku pandangi lagi ke arah panggung, ke tiga gadis itu masih menari. Gadis yang lebih muda itu meliuk-liuk mengeluskan tangannya ke sekujur tubuh, ingin rasanya aku menikmati tubuhnya. Penisku mengeras, rasanya ingin ku keluarkan lalu kukocok dan semprotkan ke arah gadis itu.

Beberapa saat kemudian acara klimaks pun dimulai, ketiga gadis itu pun mulai melepaskan celana dalam mereka. Penonton bersorak makin kuat, ada yang bersiul "suit suit", dan lemparan uang kertas pun makin banyak. Satu per satu gadis bergantian melepaskan celana dalam mereka. Yang kutunggu hanya gadis paling muda dari ketiganya itu, wajahnya yang ayu terlihat seperti gadis baik-baik, serta tubuhnya yang sedikit mungil dan payudaranya yang tidak begitu besar menunjukkan dia masih muda sepertinya umur belasan tahun. Aku suka memandanginya, puting pink nya yang merona sangat menggiurkan. Tak salah dugaanku, setelah ia buka celana dalamnnya ternyata jembutnya sangat jarang, seperti jembut ABG yang baru tumbuh. Sedangkan dua gadis lainnya sudah dicukur jembutnya, jelas aku rasa jembut gadis lainnya sudah sangat lebat makanya dicukur agar terlihat rapi, tubuh mereka memang langsing, namun susu besarnya membuatku kurang tertarik karena seolah-oleh mereka lebih tua dari gadis yang bersusu kecil ini. Kupandangi terus gadis itu yang menari bugil, sesekali mereka memungut uang kertas yang dilempar penonton. Semakin keras juga penisku melihat aksi para gadis itu menari centil di atas panggung. Sesekali aku memegang penisku dari luar celana sambil melihat goyangan striptise ala Thailand ini. Ingin rasanya aku melihat memek gadis muda itu, penasaran sekali apakah masih rapet.

Beberapa saat pun akhirnya acara segera ditutup, semua uang yang ada dipanggungpun sudah habis dipungut. Sebagai acara penutupan, seorang gadis keluar sambil membawa selang, kemudian menyemprotkan air dari selang itu ke arah tiga gadis yang sedang menari di panggung. Sambil menari di guyuran air, mereka sesekali membilas tubuhnya seperti mandi. Pandanganku masih fokus di gadis muda itu, dan akhirnya air dari selang habis, kemudian gadis pembawa selang itu memberikan handuk kepada ke tiga gadis itu untuk mengeringkan tubuh, dan acara malam ini pun resmi telah selesai. Jam menunjukkan pukul 02.45, aku mulai ngantuk, sepertinya rombongan kami pun memilih beristirahat, soalnya besok masih ada acara lain. Edward pun kemudian membawa kami ke penginapan, sebuah gedung kecil yang tertulis kata 'hotel' kemudian dilanjutkan dengan huruf Thailand. Bagiku ini tidak seperti hotel, melainkan losmen biasa seperti di kota-kota kita. Receptionis yang menyambut kami sangat cantik, namun aku tidak berani memandang lama, takut kalau resepsionis ini adalah ladyboy. Hahaha, gara-gara cerita mereka, aku malah jadi ngeri, apa jadinya kalau sampai berhubungan badan dengan ladyboy? Ih, geli sekali pikirku.

Kamar kami di lantai dua, Erward sengaja memilih sederet agar mudah dipantau. Kamarnya kecil seperti kamar kost di kota kita, namun banyak sekali kamarnya, sehingga Erward milih satu orang untuk satu kamar, katanya cukup murah, lagian tidak enak sama kita kalau harus ramai-ramai di kamar yang sama. Sebelum masuk kamar dan beristirahat, Edward sempat bertanya kepada kami apa perlu 'wanita' buat temani malam kami. Mendengar pertanyaan itu pun penisku langsung kembali mengeras. Lima di antara kami mau ditemani, sedangkan yang lainnya memilih tidur tanpa mau diganggu siapapun.

"Siap-siap saja ya ntar ada yang ngetuk pintu", pesan Erward sebelum mereka masuk kamar, saya sengaja request paling akhir karena ada sesuatu yang ingin saya sampaikan. Karena diberi bonus seperti ini, saya langsung terpikir sama gadis muda yang tadinya menari striptise.
"Wah, kalau request gitu agak susah, soalnya germonya random ambilnya, tapi yang jelas sih saya pesankan yang bagus kok", kata Edward sedikit keberatan dengan permintaanku. Sedikit kecewa sih, tapi tidak apa-apa, aku pun berpesan agak dikasih gadis yang muda saja.
Sedikit berpikir, lalu Edward mengajakku jalan ke depan, ruang tamu dekat resepsionis. Ternyata di sana sudah menunggu sang germo, dengan menggunakan bahasa Inggris, Edward pun berbincang dengan sang germo yang gendut seperti om-om hidung belang berperut buncit. Sedikit ku dengar kalau Edward memesan beberapa gadis untuk beberapa nomer kamar yang ia sebutkan, ya itu rombongan yang perlu 'teman'. Lalu Edward membicarakan masalah gadis yang ada di panggung, ya jelek-jelek gini aku juga sedikit bisa bahasa Inggris, jadi bisa aku ngerti pembicaraan mereka.

Wah, kalau itu bayarannya mahal, arti pembicaraan sang germo, lalu Edward meminta tolong untuk dibantu. Lalu germo itu menelpon dengan bahasa Thai, seperti menegokan sesuatu. Lalu ia tutup telepon kemudian menolak permintaan Edward.
"Gimana nih, gadis itu sudah banyak yang boking, jadi kita harus bayar mahal untuk mendahului bokingan yang lain", bisik Edward kepadaku.
"Ya uda, kurangnya berapa? Ntar aku bantu bayar", bisikku karena tahu Edward keberatan dengan biayanya.
Kemudian Edward kembali bernegosisasi dengan sang germo, pembicaraan yang alot dan akhirnya kesepakatanpun dibuat. Gadis itu bernama Nam, ia banyak diboking malam ini, jadi sang germo hanya memberikan paket short time, maksimal 2jam. Ya mau gak mau saya pun menyetujuinya, karena si Nam harus melayani tamu lain di pagi harinya, sepertinya dia memang primadona di sini, tidak heran kalau mendapat banyak pelanggan.

Kami pun kembali ke kamar, Edward pun berpesan untuk siap menunggu datangnya Nam. Tak sabar aku segera masuk kamar dan mandi agar badanku segar dan harum. Baru saja keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang hanya dibalut dengan handuk, tiba-tiba ada suara ketukan pintu. Aku sangat tidak sabar, cepat-cepat aku ke pintu dan mengintip, ya tidak salah, itu Nam, gadis muda yang tadinya menari striptise di panggung. Aku pun cepat-cepat membuka pintu agar Nam segera masuk kamar, aku tahu waktunya mepet, sehingga aku harus memanfaatkannya dengan baik. Nam masuk ke kamar sambil tersenyum ia pun menyapa dengan bahasa Thai. Senyumnya manis, penisku langsung ngaceng di balik handukku. Tanpa babibu aku langsung menarik tangannya, kutarik lalu ku rebahkan dia di ranjang. Lalu ku buka handukku dan terpampanglah penisku yang besar dan berdiri tegak siap tempur. Nam pun kemudian membuka kaos putihnya, sambil tiduran hanya terlihat bra hitamnya menutupi bukit kembarnya. Ku rebahkan tubuhku juga untuk menindihnya, lalu kulumat bibit manisnya. Permainan lidahnya hebat, sangat menggairahkan, sepertinya Nam seorang PSK yang profesional, ia terus mencumbui bibirku. Air liur kami terasa menyatu, harum sekali tubuhnya, keharmonisan kami bagai pasangan suami istri. Tubuhku yang telanjang bulat mendekap dirinya yang tubuh atasnya hanya tersisa bra hitam.

Permainan bibir segera aku selesaikan, kini ku arahkan ciumanku ke lehernya sambil membelai rambutnya yang panjang hitam lurus, kuciumi tengah dadanya, sangat harum, bukit kembarnya senakin membuat air liurku menetes kelaparan, ingin sekali kulahap. Kudorong bra nya ke atas sehingga kulihat susunya ranum, puting merah mudanya semakin menarik perhatianku. Kuremas susu yang tadi ku perhatikan di panggung ini, yang tadinya membuatku penasaran, kini telah menjadi milikku. Tak puas hanya meremas, aku segera mengenyot susunya itu, kuciumi sekitar puting, lalu ku sedot putingnya, kumainkan dengan lidahku, bau harum semerbak tubuhnya membuatku asik menikmatinya, kiri kanan bergantian ku sedoti.

Karena mengejar waktu, aku segera menghentikan lumatanku di susu nya, ciumanku beralih ke perutnya, menikmati harum tubuhnya, sambil ku buka kancing dan resleting celananya, lalu kutarik turun celananya. Nampaklah celana dalam merah muda dengan rinda bunga di sisinya. Penisku yang mengeras ini sudah tidak sabar untuk segera ditusukkan ke liang vaginanya Nam. Cepat-cepat ku tarik juga celana dalamnya hingga Nam tidak mengenakan sehelai benangpun. Seperti tadi yang aku lihat, jembutnya halus dan jarang, ku belai dan elus-elus dikisaran sana. Kemudian ku buka kakinya, kuperhatikan vaginanya, ya masih sedikit merah. Kuludahi jari telunjuku dengan air ludahku, lalu kucoba tusukkan ke lubang vaginanya, satu jari saja terasa banget masih rapat. Nam baring membiarkan aku menikmati vaginanya, namun aku tidak mau waktu habis hanya karena permainan jariku, tapi kuarahkan kepalaku dan kumaikan lidahku di vaginanya, Nam kemudian berdesah, ia merasakan geli di vaginanya yang sedang kujilati.

Setelah puas dengan permainan lidah, aku lalu bangkit dan mencari kondom, seharusnya kalau hotel plus-plus biasanya menyediakannya, kucari di laci dan lemari ternyata kosong. Nam kebingungan lalu bertanya sesuatu dengan bahasa Thai, tapi aku tahu maksudnya ia pasti menanyakan cari apa. Aku cuma bilang kondom, entah ia ngerti atau tidak, tapi ia tidak meresponku. Sedang sibuk cari kondom, tiba-tiba Nam menarik tanganku agar aku kembali ke ranjang, ia berkata sesuatu, mungkin maksudnya dia tidak bisa berlama-lama lagi. Aku dibaringkan di kasur, lalu ia pun mendekati penisku untuk dikocok dengan tangannya. Aku pun menyerahkan semua tugasnya dan mempercayakan pada semua servicenya. Dengan tangan kanan yang terdiri dari lima jari lentiknya ia kemudian terus menyocok penisku, asyik sekali, aku hanya cukup santai dan berbaring saja.

Kepegang kepalanya lalu ku tekan ke bawah, maksudku aku ingin dia menyepong penisku. Nam pun sadar permintaanku, dengan bibir manisnya kemudian diapun mengulum penisku dengan mulutnya. Oh hangat sekali, sepongan mautnya semakin membuat gairahku meningkat tajam. Permainan lidahnya untuk menjilati penisku pun semakin membuat penisku mengeras. Rambutnya yang lurus panjang mengenai selangkanganku, jembut rimbun penisku pun sesekali mengenai hidungnya karena sepongannya yang full ketika penisku masuk penuh ke dalam mulutnya. Cukup lama ia menyepong penisku, aku rasa ia sudah sedikit lelah, kemudian ia bangkit dan mencoba jongkok tepat di atas penisku, dipegangnya penisku sambil diarahkan masuk ke vaginanya. 'Bleps' suara yang timbul ketika penisku berhasil masuk di vaginanya Nam. Ia duduk sebentar di atas penisku, lalu baru digoyangkan bokongnya ke kiri dan ke kanan, maju dan mundur, kemudian diputar-putarnya seperti orang sedang mengulek sambal.

Ku naikkan tanganku untuk meremas susunya yang kecil itu, sambil di-WOT, aku pun meremas-remas susunya. Goyangan bokongnya membuat penisku nikmat di lubang hangat, terlihat Nam juga menikmatinya, raut wajahnya yang kegirangan dengan sekali-kali meram melek dan menggigit bibir bawahnya, aku yakin dia juga sudah merasa kenyamanan. Beberapa saat setelah menggerakkan bokongnya, ia pun mulai naik turun seperti gerakan memompa. Penisku ditarik keluar masuk di lubang vaginanya yang sedikit rapat. Oh nikmatnya, nafsuku sudah memuncak dan sampai di ubun-ubun. Memang biasanya aku cukup lama dalam bermain seks, tapi itu karena efek obat kuat yang aku konsumsi, namun kali ini aku tidak sempat membawanya ke sini, sehingga aku harus rela sedikit lebih cepat berejakulasi, lagian Nam tidak punya banyak waktu denganku, masih banyak pelanggan lain yang mengantrinya.

Genjotannya membuat penisku semakin tidak tahan, dan akhirnya ku tarik tubuhnya ke bawah, ku peluk tubuhnya, lalu ku semprotkan spermaku di dalam liang vaginanya. Terasa Nam sedikit memberontak ketika aku memeluknya dengan erat, sepertinya ia tidak setuju kalau aku menyemprotkan spermaku di dalam, namun apa boleh buat, usahanya gagal, pelukan erat ini semakin menambah nikmat, dadanya yang ranum menyentuh dadaku. Rambutnya yang panjang terurai menutupi wajahku. Terasa spermaku yelah habis meleleh di dalam vaginanya. Kurenggangkan pelukanku, lalu Nam segera bangkit, ia melepaskan vaginanya dari cengkraman penisku, masih terlihat sedikit sisa sperma meleleh di sekitar vaginanya. Lalu Nam mengambil tissue untuk membersihkan vaginanya, lalu tak lupa ia juga segera membersihkan penisku dengan tissue lainnya. Nam segera berpakaian kembali lalu meninggalkan aku.

Nikmat sesaat yang membuat tubuhku lemas, terkapar, dan dipikiranku hanya ingin beristirahat. Dengan badan masih bugil aku coba beristirahat, agar besok bisa fresh kembali. Tak sabar aku menunggu pagi, dan segera pulang ke kota ku untuk berbagi cerita ke teman-temanku lainnya.

Agen Bola - Bandar Taruhan - Bandar Bola - Taruhan Bola - Judi Bola - Agen Sbobet - Agen Maxbet - Agen 368bet - Agen Cbo855 - Agen Sabung Ayam
Share this article :

0 comments:

Post a Comment

Join Us on Facebook

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. hotceritasex - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger