Home » » hidupku tak lagi sama [031]

hidupku tak lagi sama [031]


Bandar Taruhan - Namaku Viany, aku seorang manager di sebuah bank swasta, aku ingin menceritakan sedikit pengalamanku yang membuat hatiku sedikit remuk. Kejadian itu ku alami beberapa tahun yang lalu, yang membuatku harus pindah dari kota tempat ku bekerja, memilih untuk dimutasikan demi membuka lembaran baru. Singkat cerita saat itu aku menolak lamaran kerja beberapa calon karyawan, mereka tidak lolos di seleksi interview. Hingga dendam mereka terhadapku sangat besar, malamnya aku diperkosa oleh mereka, aku tidak memperhatikan ada berapa orang, mungkin hampir sepuluh orang, dan jelas aku tahu beberapa di antara mereka adalah orang yang aku interview paginya. Bukan aku saja yang menjadi korban, tapi anak perempuanku satu-satunya yang masih duduk di bangku SD pun tidak luput menjadi korban keganasan mereka.

Baru berselang satu hari saja dari kejadian itu, di mana aku masih trauma, hatiku masih terus bersedih karena tersiksa, namun cobaan itu tidak kunjung usai. Hari ini aku liburkan diri, rasa capek karena semalam diperkosa membuat badanku remuk. Anak perempuanku pun masih trauma, ia menangis terus karena kejadian semalam, sudah ku coba membujuk dia untuk tegar, membawanya masuk ke kamarnya yang penuh boneka agar ia bisa bermain dan melupakan kejadian laknat itu. Veronica namanya, ia baru berumur sembilan tahun, aku membaringkan dia ke kasurnya yang berwarna pink dan menina bobokannya, sambil memeluk boneka teddy bearnya yang besar, Veronica pun tertidur.

Suamiku masih di luar kota, pekerjaan sebagai kepala auditor membuat dia harus keliling se-Indonesia, sehingga jadwal dia ada di sini paling-paling cuma tiga hari untuk dua bulan. Aku coba melupakan hal semalam, setelah mandi aku agak segar, kuputar lagu untuk membiarkan ku rileks. Hari ini aku ijin tidak masuk, biar aku sedikit beristirahat, semoga kejadian semalam tidak ada yang tahu, karena akan menjadi aib bagi keluargaku jika terbeberkan keluar. 'Ting Tong', suara bel rumah berbunyi, jam menunjukkan pukul 18:35, entah siapa gerangan yang ke sini. Ku intip dari jendela terlihat seorang pria menggunakan jaket dan topi sedang membawa kotak pipih, dari jauh sepertinya itu adalah pengantar pizza. Aku pikir aku tidak memesan pizza, maka aku coba keluar untuk memberitahunya bahwa sudah salah alamat.

"Mas, tak ada yang pesan pizza di sini!", kataku saat membuka pagar.
"Tak usah judes-judes bu", balas pengantar pizza itu sambil membuka kotak pizzanya.
Orang itu aku kenal, dia adalah satu orang di rombongan yang semalam memperkosaku, melihatnya aku seperti disambar petir, badanku kaku, shock aku melihat tampangnya menyengir.
Dibalik kotak pizza itu tidak ada pizza nya, hanya secarik kertas besar bertuliskan JANGAN MACAM2, VIDEONYA ADA SAMAKU, aku menutup mulutku, tak terbayangkan apa yang diinginkan dia. Akhirnya aku menyuruhnya masuk untuk bernegosiasi. Jelas wajahnya, dia ini lah yang diolok-olok temannya sebagai pria hyperseks, dia juga yang memegang kamera untuk merekam adegan pemerkosaan semalam. Dan dia juga yang telah mengerjai anakku, aku masih bisa menebak namanya, kalau tidak salah teman-temannya memanggilnya Tono.

Aku tidak mau cari masalah lagi, kalau video itu beredar aku pasti bakal malu. Tak terpikir olehku apa yang bakal terjadi jika kasus ini mencuat, bakal ada koran dengan headline SEORANG MANAGER BANK DIPERKOSA RAMAI-RAMAI, aku tidak mau itu terjadi. Aku buatkan teh hangat lalu ku suguhkan pada orang itu yang sedang duduk di sofa ruang tamu. Kemudian aku duduk dan mulai membahas masalah video semalam.
"Saya beli video itu sepuluh juta", kataku menawarkan uang.
Namun pria itu hanya tersenyum, tidak berkata apa-apa.
"Seratus juta?", aku menaikkan tawaranku.
Dia masih terdiam sambil meneguk teh hangat yang aku buatkan. Apakah masih kurang? Apa aku harus meronggoh kocekku lebih dalam? "Lima ratus juta?", aku melipatkan lagi jumlah penawaranku. Pria itu lalu menyandarkan punggungnya ke sofa, duduk santai tak ingin bicara. Apa mau nya pikirku, apa harus hitungan miliar baru dia mau, itu sama saja ia merampokku. Tabunganku sudah tidak banyak,

"Jadi apa mau mu?!", tegasku agar dia memberi jawaban.
"Ga usah judes bu, saya tahu kamu kaya, tapi bukan itu kok mau ku", jawab pria itu sambil melirik ke arah dadaku. Astaga, sebenarnya apa yang dia inginkan dariku? Apa belum cukup ia mengerjaiku semalam?
"Ibu cukup melayaniku saja setiap aku mau, maka video itu akan aku simpan baik-baik, tapi jika ibu menolaknya, maka aku tidak segan-segan menyebarkannya", ancaman pria itu membuatku kaget.
Badanku terasa lemas, untung Veronica sudah tidur, jadi dia ga bakal shock melihat pria cabul ini di sini.
"Gimana bu? Sebelum saya berubah pikiran", katanya.
"Aku capek!", jawabku tegas.
"Yah sudah kalau itu maunya...", kata pria itu seperti marah, ia bangkit seperti mau meninggalkan sofa ini.
Aku bingung apa yang harus aku perbuat, terpaksa aku menuruti kemauannya, "Tunggu", seruku. Lalu ia membalikkan pandangan ke arahku, sambil tersenyum ia pun berkata,
"Aku sedang buru-buru, jadi jangan membuatku berubah pikiran", ia memastikan jawabanku.
Terpaksa aku membawanya ke kamarku, padahal vaginaku masih sakit, dindingnya mungkin sudah memar, tapi apa boleh buat, nasibku ada ditangannya. Aku tidak mau kejadian ini diketahui keluargaku, rekan-rekan kerjaku, anak buahku, teman-teman, dan semua orang yang mengenalku.

"Arghhh", teriakku ketika pria itu mendorongku dengan kasar ke kasur. Dia terlihat bringas, tidak salah teman-temannya menyebutnya hypersex. Bajuku lalu ditarik-tarik dengan kasar hingga robek, padahal ini baju kesayanganku. Seperti serigala yang mencabik-cabik buruannya, pakaianku pun habis dikoyak hingga tidak ada sisa satu helai benang pun. Kulihat bra dan celana dalamku pun telah berserakan di lantai, pakaian dalamku ditarik hingga talinya putus.
"Tubuhmu indah sekali bu", puji pria itu.
Kemudian ia mulai melepaskan semua pakaiannya hingga bugil. Tubuhnya sedikit cungkring, namun penisnya sedikit agak besar dan telah berdiri tegak.
"Tenang saja bu, saya hari ini ga pakai obat, soalnya buru-buru, ntar ada urusan", katanya.
Lalu ia menindihku, ingin sekali aku berontak namun apa daya, aku harus memenuhi nafsu bejadnya. Ia kemudian menciumi leherku, geli sekali. Kiri kanan diciumnya lalu dijilatinya.
 "Jangan dicupang...", pintaku karena bekas semalam saja masih tertinggal, aku akan malu ketemu orang jika bekas cupangan masih jelas dileherku, walaupun aku bisa sedikit menyembunyikannya dengan membiarkan rambut panjang lurus ku terurai hingga ke bawah bahu. Pria itu sepertinya menuruti permintaanku, ia kemudian berhenti menciumi leherku, tapi ia kini berusaha menciumi bibirku, kututup mulutku karena merasa sedikit jijik.

"Argh!", sakit sekali, ia meremas susuku dengan kuat. Putingku yang sedikit terluka gara-gara semalam dijepit menggunakan jepitan aki, kini dipilinnya, "Aduh, sakit", rintihku. Ia tidak menghiraukannya, bibirku yang kututup rapat terus diciuminya, lidahnya mencoba menerobos sela-sela bibirku. Air liurnya terasa membasahi bibirku, aku sedikit jijik, sesekali aku mencoba memalingkan wajahku agar ia berhenti menciumi bibirku.
"Tolong, putingku sakit", aku merintih berharap belas kasihannya, karena remasannya di susu dan cubitannya di putingku membuatku sakit dan menderita.
"Iya deh bu, terserah ibu aja asal ibu senang", katanya.
Lalu ia bangkit dan memegang penisnya, ia coba arahkan ke liang vaginaku. Tak terbayangkan dibenakku bagaimana sakitnya, semalam sudah diobok-obok gerombolan mereka, dan sekarang pria yang bernama Tono ini meminta jatah sendirian. Apa jadinya kalau besok dia datang lagi? Atau bahkan teman-temannya yang datang dan meminta giliran?

"ADUH!", penisnya masuk ke dalam vaginaku yang masih memar.
"Jangan kuat-kuat", aku memohon.
Pria itu langsung menusukkan penisnya hingga dalam sekali, penuh rongga vagina ku disumpal penisnya, sakit karena selangkangannya mengenai selangkanganku. Lalu dihempasnya sekali lagi ketika baru ditarik, "Argghhh", rintihku, karena keras sekali Tono menghantampak penisnya full ke dalam. Dilakukan begitu terus, tarik tusuk tarik tusuk dengan kuat. Aku hanya pasrah dengan keadaan vagina yang sakit dan puting susu yang sakit. Ia tidak hentinya menggenjot vaginaku juga meremas susuku. Aku sudah tidak bisa merasakan nikmatnya bercumbu, karena keadaan seperti ini hanya menyiksaku. Tono memelukku dengan erat, irama genjotannya semakin kencang, aku yakin dia sudah kenikmatan, mungkin sebentar lagi dia akan berejakulasi. Aku tidak mau dia semprot di dalam, "Tolong ja..", belum sempat bicara, ia pun lalu mengulum bibirku, lidahnya menerobos ke dalam bibirku, jijik sekali, liurnya bau, rasanya ingin muntah aku dicium olehnya.

Genjotannya semakin kencang dan tiba-tiba ia menarik penisnya cepat. Ia berdiri dan kemudian jongkok tepat di wajahku.
"Sedot!", perintahnya sambil menarik rambutku sehingga wajahku mengenai penisnya.
Aku sedikit jijik, penisnya basah, bau amis,
"Lu mau gue semprotkan di mulut, apa di memek?", tanya pria itu.
Karena takut, aku pun terpaksa mengulum penisnya itu, ku sedot seperti menyedot penis suamiku. "Bagus, sedot yang lebih nikmat", perintahnya sambil menampar kecil di pipiku.
"Sekarang buka mulutmu", perintahnya. Ia mengeluarkan penisnya dari mulutku, lalu ia kocok sendiri dengan tangannya, ia arahkan ke mulutku dan 'bleps', air spermanya tepat tersemprot ke dalam mulutku.
"Habisin", perintahnya.
Aku pun dengan sangat sangat terpaksa menelan habis spermanya. Bahkan sisa sperma yang tertinggal di penisnya pun diharuskan aku menjelitinya dengan bersih.

"Sorry ya bu, ga bisa lama-lama, soalnya ada urusan", dia pun segera berpakaian kembali.
Jijik sekali mendengar katanya barusan, seolah-olah aku ini senang banget berhubungan intim dengannya. Cuih, dalam hati aku bergumam, semoga orang ini cepat mendapatkan karmanya.
"Jangan masam dong mukanya bu, kapan-kapan Tono kawankan lagi kok", sambil senyum ia pun keluar dari kamar. Sialan benar orang ini, sepertinya ia akan kembali lagi. Mulai hari itu Tono pun sering kemari, di saat sore menjelang malam, kadang dua hari datang sekali, terutama kalau suamiku sedang keluar kota. Yang buat aku tidak bisa terima adalah, dia sering menggunakan Veronica sebagai objek pemuas nafsunya. Memang aku sudah memohon untuk tidak menggagahi anakku, namun Tono ingin menikmatinya. Aku disuruh memberikan obat tidur pada Veronica, saat Veronica tertidur pulas maka Tono bisa menciumi bibirnya, dadanya, dan vaginanya, namun aku bersyukur Tono tidak memperkosanya, ia hanya menggunakan tangan Veronica untuk mengocok penisnya saja. Aku selalu melayani percintaannya, ditemani Veronica yang tertidur pulas dengan tubuh telanjang.

Risih diperlakukan seperti itu, aku pun meminta mutasi dari kantorku untuk pindah ke kota lain, beberapa lama kemudian memang ada jabatan kosong di luar kota, aku pun segera mengambil kesempatan itu. Aku pun pindah dari kota besar ini, mencoba hidup lebih tenang, semoga tidak lagi mengalami keadaan buruk seperti ini.

Share this article :

0 comments:

Post a Comment

Join Us on Facebook

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. hotceritasex - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger