Home » » cobalah mengerti keadaan herman [034]

cobalah mengerti keadaan herman [034]


Bandar Taruhan - Sudah lama kami tidak ke sini, cafe sederhana dengan bahan kayu di bawah pohon rindang yang terasa sejuk di siang hari. Dahulu kami sering santai di sini, bersama teman-teman hingga tengah malam, namun sejak mengurus usaha panti pijat plus, kami sudah tidak pernah nongkrong di sini lagi. Entah angin apa Herman mengajak aku dan Tono ke sini, padahal Herman belakangan sudah sibuk mengurus usaha barunya, bahkan sudah jarang sekali ia singgah ke usaha pijat plus nya untuk mengecek keadaan.

"Gimana liburannya Ton?", tanya Herman kepada Tono yang baru minggu lalu pulang dari Thailand. "Seru bos, di sana banyak ladyboy, hahahaha", jawab Tono sambil tertawa.
"Usaha masih lancar?", tanya Herman.
"Tuh tanya Satorman, dia lebih full ngurusnya", Tono mengarahkan padaku.
"Lancar bos, cuma belakangan, teman-teman lain dah jarang jaga", jawabku.
Memang belakangan ini teman-teman yang lain sudah jarang singgah ke tempat usaha.
Kembali seperti dulu lagi, entah Herman sedang galau atau ada masalah apa, ia memesan beberapa botol bir hitam dan beberapa bungkus rokok.
"Ga salah siang-siang gini minum bir, bos?", tanya Tono.
"Jadi, ga mau nih temani saya?", singgung Herman.
Tono pun terdiam dan sadar kalau Herman sedang ada masalah.

Pesanan pun datang, kami mulai menuang bir ke masing-masing gelas yang berisi es batu. Sambil menyalakan sebatang rokok, Herman pun mulai cerita dengan masalahnya.
"Belakangan ini hubungan kami kurang harmonis", kata Herman.
Sepertinya ada masalah keluarga, Herman sudah beristri dan punya seorang anak perempuan. Nama istrinya Agnes Monica dan anak perempuannya Chelsea Olivia, lucu kan? Seperti nama artis. Hermanpun melanjutkan ceritanya sambil menghisap rokoknya, ternyata masalah bukan dalam hubungan rumah tangga, namun di hubungan persetubuhan mereka. Herman mengakui belakangan ini entah kenapa dia kurang bergairah dengan hubungan seks mereka, selalu saja membayangkan Agnes diperkosa baru bisa memacu nafsunya. Mungkin Herman sudah terjangkit kelainan seks.

"Jadi aku perlu bantuan kalian", Herman memohon.
"Hanya kalian yang bisa aku andalkan", kata Herman lalu menceritakan rencananya.
Sungguh kaget aku mendengar ceritanya Herman, ia merencanakan pemerkosaan terhadap Agnes, istrinya sendiri.
"Mungkin dengan itu aku bisa lebih terpacu", kata Herman.
"Serius bos?", tanya Tono dengan raut wajah seperti kegirangan.
Wajar saja, Tono adalah seorang pria yang sangat hypersex.
"Kalian boleh ikut menyetubuhinya, aku ijinkan, asal pakai pelindung, hanya saya yang boleh semprot di dalam", ujar Herman kemudian mematikan rokoknya yang sudah hampir habis ke asbak rokok, kemudian ia mulai minum bir. Rencana pun mulai disusun, karena jam baru pukul 10:30, kami masih sempat melancarkan rencana Herman sebentar lagi, semoga berhasil, ini demi teman kami, Herman.

Kami sudah di depan komplek perumahan rumah tempat tinggal Herman.
"Tunggu dulu, aku telepon dulu", kata Herman setelah melihat arlojinya yang sudah menunjukkan pukul 11:30.
"Halo Jay, kamu sekarang tolong ke sekolah ya jemput Chelsea, bapak sedang sibuk jadi tak sempat ke sana", Herman menelepon security nya yang biasa menjaga rumah.
Herman sudah yakin di rumah hanya sisa Agnes sendiri, sehingga rencana kami akan mudah dilancarkan. Kami pun melihat security itu keluar dari pagar rumah menggunakan sepeda motor. Lalu Herman mengajak kami berjalan kaki masuk agar kendaraan kami tidak terlihat kami sembunyikan dekat rumah kosong depan komplek. Herman sudah menyiapkan penutup wajah di saku celananya, ia juga membagikan pada kami. Sampai depan pagar ternyata memang tidak di kunci. Sepi di rumahnya, mungkin Agnes sedang masak, atau sibuk dengan kegiatan lainnya. Masuk ke dalam membuat kami sudah agak aman, tanpa pengamanan apapun, Herman meminta kami menggunakan penutup wajah, dan kami dilarang berbicara agar suara kami tidak dicurigai.

Herman membawa kami mengendap-ngendap lewat pintu belakang, pintu belakang tidak terkunci, Herman membukanya lalu kami pun masuk. Karena ini rumah Herman, kami pun mudah memasukinya, tiap ruang sudah Herman hapal di luar kepala. Herman membuka pintu sebuah ruangan, dan kami intip ternyata itu ada kamar tidur mereka. Tapi tidak ada siapa-siapa di sini, Herman memberi isyarat padaku untuk mengacak-ngacak lemari sehingga seperti dirampok. Aku mulai membuka lemari, kulempar keluar semua isinya, sedangkan Tono diajak Herman ke ruangan lain untuk mencari keberadaan Agnes. Pakaian sudah berantakan di lantai, namun aku juga tidak menemukan apa-apa, padahal Herman berpesan kalau menemukan uang atau perhiasan boleh saya ambil biar seperti perampokan. Entah disembunyikan di mana oleh Agnes, semua baju dan perlengkapan make up sudah ku lempar keluar, baik dari laci lemari maupun laci meja hias.

Sedang sibuk mengacak-ngacak kamarnya tiba-tiba Herman dan Tono datang sambil membekap mulut Agnes yang hanya menggunakan handuk. Agnes sepertinya tidak mencurigai kami, penutup wajah ini full menutup wajah kami, hanya mata dan mulut saja yang nampak. Rambutnya masih basah, ternyata Agnes baru saja selesai mandi. Herman mendorongnya ke ranjang, Agnes jatuh terkapar di atas ranjang. Lalu Tono segera mengambil kain untuk menutupi matanya agar dia tidak curiga. Lalu tangan Agnes juga diikat Agnes, sehingga ia tidak berkutik di atas ranjang,
" Lepasin saya, ambil saja barang-barang di sini, tapi tolong jangan apa-apa kan saya", kata Agnes memohon.
Aku merubuhkan lemari yang tadi ku acak-acak isi nya agar makin seperti sebuah aksi perampokan.

Herman lalu menunjuk aku lalu menunjuk ke arah Agnes, artinya Herman mau kalau aku lah yang pertama memperkosa Agnes. Segera ku tinggalkan aksi mengacak-ngacak kamar yang kemudian dilanjutkan oleh Tono. Aku mendekati Agnes, lalu ku tarik handuk yang menutupi tubuhnya hingga lepas.
"Tolong lepaskan saya...", mohon Agnes sampai menangis.
Wow tubuhnya masih seksi, pujiku dalam hati. Tubuhnya masih sangat terawat, walaupun beranak satu tapi kemulusan tubuhnya bagaikan gadis ABG yang baru tumbuh remaja. Kulitnya pun putih, payudara nya tidak begitu besar, namun kulihat ke arah vaginanya, jembutnya rapi seperti dicukur tepiannya.

Herman pun duduk dekat Agnes lalu memperhatikan aksiku, ia membuka resleting celananya lalu mengeluarkan penisnya yang belum mengaceng. Ku remas-remas payudara Agnes, wuih, kesempatan untuk menikmati tubuh istri teman sendiri, dengan persetujuan sang suami lagi, sayang banget kalau tidak dinikmati. Setelah puas meremas payudaranya, aku pun mulai menyedoti putingnya, ku kulum-kulum, dan Agnes pun hanya bisa menangis memohon untuk dilepaskan. Selesai menyedoti susunya, aku pun berdiri dan mulai membuka pakaianku. Kulihat Herman dan Tono pun demikian, mereka pun mulai membuka pakaian mereka. Sesuai permintaan Herman, aku pun memasang kondom di penisku agar tidak menyemprotkan ke dalam rahim Agnes. Agnes masih menangis, namun dengan tangan terikat ia tidak bisa berbuat apa-apa. Sempat ia coba bangkit untuk kabur, tapi telah aku gagalkan dengan menariknya lalu ku hempaskan lagi ke kasur. Ku buka kakinya, ku lihat lubang vaginanya dengan seksama agar aku mudah mengarahkan penisku ke dalam sana. Herman tersenyum, penisnya pun sudah mulai mengeras, entah sensasi apa yang ada dalam pikirannya melihat kejadian seperti ini.

Aku mulai menggenjot Agnes, vaginanya masih sedikit rapat, masih menggigit dibanding PSK yang bekerja di panti pijat plus milik Herman yang aku jaga.
"Hiks hiks hiks...", isak tangis Agnes, tubuhnya bergoyang naik turun karena genjotanku.
Lalu ku rebahkan lagi tubuhku ke bawah. Sambil menggenjotnya, kuciumi pipinya, hmm, harum rambutnya yang baru selesai keramas masih sangat menyengat. Semakin membuatku bergairah, aku pun lalu menciumi bibirnya, Agnes menolaknya, ia selalu memalingkan wajahnya kiri kanan menghindari ciumanku. Kutahan dengan kedua tanganku sehingga ia tidak berkutik, bibirnya menutup, sehingga lidahku sangat sulit menjelahi mulutnya. Terus menggenjot, aku juga terus berusaha melumat bibir indahnya. Walaupun ia menutup rapat mulutnya, namun aku sudah cukup puas bisa menciumi bibirnya. Di sebelah Herman sudah mulai memainkan penisnya, nampaknya nafsunya dah timbul, ia juga memberi kode ke Tono bahwa setelah aku, Herman lah yang akan memperkosa Agnes.

Untuk menghormati Herman, aku mulai mempercepat iramaku, agar aku segera menyelasaikan ini dan Herman bisa menggantikanku. Kugenjot terus vagina Agnes, tubuh seksi putihnya semakin memacu birahiku, susunya juga bergetar karena goyanganku. Agnes masih terus menangis, entah ia tau atau tidak kalau kami adalah orang yang ia kenal. Ah, asyik, terasa sperma sudah keluar dari penisku, masih ku genjot agar sperma bisa habis tertampung dalam kondom. Kemudian ku tarik penisku dan kondom sudah penuh dengan spermaku, aku pun membiarkan Herman mengambil posisiku, dan aku mengambil pakaianku kemudian mencari kamar mandi untuk membersihkan penisku. Sebelum aku keluar dari kamar, aku melihat Herman sedang kesetanan memperkosa istrinya sendiri, genjotannya kencang sekali. Setelah menemukan kamar mandi, aku pun melepas kondom yang menyelimuti penisku, kubuang ke lubang kloset lalu ku siram. Kemudian kubersihkan penis yang masih sedikit tersisa lumeran sperma. Ah, sekalian mandi saja pikirku dari pada gerah siang begini cukup panas.

Selesai mandi, badanku pun segar, aku pun kembali berpakaian dan menuju kamar Herman. Kulihat Herman sudah selesai menggenjot istrinya, dan sudah giliran Tono. Seperti halnya aku tadi, Tono pun mengenakan kondom lalu menggantikan posisi Herman. Aku pun bosan tidak berbuat apa-apa, hanya duduk manis menunggu semua ini selesai. Herman sudah berpakaian kembali, ia sudah siap-siap kabur dari sini, hanya menunggu Tono menyelesaikan nafsunya. Kulihat Agnes sudah tidak berdaya, mungkin sudah pingsan, isak tangisnya sudah tidak terdengar. Aku rasa tidak perlu lama menunggu Tono, soalnya rencana Herman ini kan tiba-tiba, Tono sudah pasti tidak sempat mengkonsumsi obat kuat kebanggaannya. Seperti yang kupikirkan, Tono cepat sekali sudah berejakulasi, genjotannya mulai cepat, dan tingkah laku nya sudah menunjukkan bahwa spermanya sudah mulai keluar. Kulihat kondomnya penuh ketika penisnya ditarik dari vagina Agnes. Herman memberi kode agar kami segera beres-beres untuk meninggalkan rumah ini. Tono tidak sempat membersihkan penisnya, ia hanya membuka kondomnya lalu memasukkannya ke dalam saku celana nya, jorok sekali. Herman meminta kami pulang, sedangkan dia akan di sini menunggu Agnes siuman, seolah-olah baru pulang dan menemukan kondisi sudah begini apa adanya.

Perjalanan pulang, Tono pun terlihat senang bisa memperkosa istri temannya sendiri,
"Ternyata Agnes mantap man, masih sedikit rapet", kata Tono.
Sampai di usaha pijat-pijat, Herman pun menelepon, ia khawatir kami meninggalkan jejak-jejak yang bisa ditelusuri, sehingga ia minta aku mencari teman yang bisa diajak kerjasama untuk pura-pura menyelidiki kasus ini. Aku pun teringat dengan Wahyu, seorang polisi yang ditugaskan untuk menjaga lapas, aku sudah mengenalnya sejak Syamsul temanku di penjara. Setiap menjenguk Syamsul, tidak lupa aku menyapa Wahyu dan berbincang sedikit dengannya, dan aku tahu orangnya asyik untuk diajak kerjasama. Rencana Herman berjalan dengan lancar, waktu itu Wahyu pura-pura mengolah TKP, namun hingga kini kasus ini tidak terungkap karena laporan Herman adalah cuma sebuah kepalsuan yang sama sekali tidak diketahui oleh Agnes.

Share this article :

0 comments:

Post a Comment

Join Us on Facebook

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. hotceritasex - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger