Home » » hostel [048]

hostel [048]


Bandar Taruhan - Namaku Tono, aku kali ini akan berangkat ke sebuah negara bernama Slovakia. Konon katanya di sana merupakan negara tanpa hukum, artinya kita boleh melanggar hukum seperti yang dilarang di negara kita tanpa harus takut ditangkap, misalnya mencuri, membunuh, ataupun memperkosa. Hehehe, kali ini ada sebuah tujuan diriku ke sana, sebuah kisah menarik yang akan aku bagikan bagi yang membaca. Aku tidak perlu menjelaskan rute ku, sebaiknya ku mulai dari aku pertama menjejakkan kaki ke negara itu. Seseorang berbadan tegap menjemputku, orangnya serius, tidak banyak bicara, bule besar ini sangat terlihat angkuh. Dia menggunakan mobil sedan hitam nya membawaku ke sebuah penginapan, lalu pria itu meninggalkanku di depan gerbang, dan hanya berpesan "Istirahatlah, kalau kami sudah siap, akan kami hubungi", katanya dalam bahasa Slovakia.

Tertera kata HOSTEL di atas pintu masuk penginapan. Aku membawa barang-barangku masuk hingga ke lobby, ruang tamu yang cukup besar, beberapa sofa terletak di sana untuk para tamu bersantai dan menunggu. Beberapa turis ku lihat sedang asyik bercengkrama di sana. Aku memerhatikan mereka, karena aku harus mendapatkan sebuah target, itulah tujuanku ke sini dan menghabiskan semua uangku. Dua gadis jepang sedang berbincang-bincang di sofa, mereka cantik dan seksi, entah urusan apa mereka ke negara ini. Aku memandangi dengan jelas, dua jepang itu bisa menjadi targetku, mereka putih, cantik, dan juga muda, seperti anggota AKB48 saja mereka, tak sanggup aku membayangkan tubuh bugil mereka. Di bangku lain hanya pria-pria bule, dan di ujung sana ada gadis bule, cukup cantik, namun aku kurang suka karena penampilannya yang sedikit 'alay' nampaknya, dengan dandanan menor membuatku tidak tertarik.

"Maaf, ada yang bisa dibantu?", tanya seorang pria yang berdiri di meja resepsionis membuatku kaget.
"Oh iya, saya ada urusan di sini, perlu kamar untuk beberapa hari", kataku.
"Oh, dari group?", tanyanya yang mengerti urusanku ke sini.
Ia memberikan kunci, "Lantai dua", katanya.
Aku pun kemudian naik tangga untuk menuju ke lantai dua, kulihat di kunci tertera nomor 203, itu adalah nomor kamarku.
"Oops, sorry", seseorang menyenggolku.
Kulihat kebelakang, seorang gadis bule berambut pirang sebahu berjalan menuruni tangga, ia tidak menatap ke belakang, namun tubuhnya terlihat seksi seperti gadis-gadis remaja di negara kita. Aku pun tidak menghiraukannya, aku segera ke kamar, ku taruh tas ku dan segera mandi agar segar. Langit terlihat sore, orang yang berjanji akan menghubungiku sampai sekarang belum memberi kabar, aku pun memutuskan untuk berjalan keluar. Di lobby, nampak beberapa bule masih asyik berbincang, mereka tidak menghiraukan aku di sini, aku berjalan keluar dan melihat sekitar. Berjalan sendiri di tepi jalan hingga sampai di sebuah pub, tempat ini seperti yang diceritakan bule yang tadi mengantarku, katanya tak jauh dari hostel ada sebuah pub untuk bersenang-senang. Aku pun masuk karena tidak ada penjagaan sama sekali.

Ramai sekali di dalam sana, hampir semua meja penuh, mereka semua bule, prrawakan mereka lebih mirip orang rusia. Aku pun duduk di kursi yang kosong, sambil memandang sekitar, semua orang di dalam sini seperti tidak menghiraukan orang asing sepertiku, mungkin bagi mereka sudah biasa turis datang bermain di sini. Di tengah sana dekat dengan meja bartender, terdapat show, seorang gadis bule hanya mengenakan bra dan celana dalam sedang asyik berjoget di sana. Tidak ada satu pun pelayan yang mendatangiku dan menawarkan menu, sungguh payah pelayanan di sini. Aku hanya dari tadi duduk manis melihat gadis hampir bugil menari-nari di sana. Untunglah aku membawa rokok dari negeri kita, kalau tidak, aku bagai orang bego di sini. Ku nyalakan rokok Sampoerna yang ku bawa dan aku duduk manis menikmati show itu. Sebuah pager yang diberikan sang bule belum berbunyi sama sekali, entah kapan mereka akan menghubungiku, aku harap tidak akan lama, karena nafsu ku sudah di ubun-ubun karena melihat adegan ini. Gadis penari itu sudah mulai melepaskan bra nya. Ia mendekati pria yang duduk di depan sana, sambil menari-nari di depannya, gadis itu memegangi dagu pria itu. Sial, agak jauh, aku sulit memperhatikan lebih jelas tubuhnya, padahal gadis itu sudah telanjang dada.

Susunya terlihat besar, gadis bule berambut pirang itu menari dengan sangat bergairah, sambil mengelilingi setiap tamu, ia biarkan tubuhnya di belai-belai. Wah, sebentar lagi gadis itu akan menari hingga ke arahku. Pria bule duduk di meja depan, terlihat meraba susu penari itu, penari itu pun membiarkannya, hanya terus menari. Bahkan kini ia sambil membuka celana dalamnya. Gadis itu menari dengan bugil, tanpa sehelai benang pun, ia menari-nari hingga akan ke arahku. Payudaranya besar padat, entahlah pakai silikon atau tidak, namun sangat menarik sekali, bagian vaginanya pun mulus tanpa bulu. Akhirnya gadis itu singgah di meja ku, ia terlihat menggodaku, membelai dagu ku sambil mendekatkan susunya yang besar padat itu. Dengan cepat aku pun membalas dengan meremas susu nya. Masih penasaran, aku pun segera meraba vaginanya sebelum dia menari pergi dari sini. Sebuah sensasi menarik. Belum sempat banyak meraba, gadis itu sudah singgah ke meja sebelah. Wah, jantungku berdegup kencang, sambil menarik kuat hisapan rokok ku, aku kemudian menghembuskannya agar lebih lega.

Asyik memperhatikan gadis itu menari di sebelah, tiba-tiba sebuah banyangan mendekatiku. Dia adalah pria bule yang tadi mengantarku ke hostel.
"Ayo ikut, kita beri tanda dulu", katanya.
Aku pun terpaksa meninggalkan pub itu dan kemudian masuk ke mobilnya. Sebuah gedung besar dan tak terawat, pria bule itu bawa aku masuk ke sebuah ruangan, dia memintaku menunjukkan lengan ke arah seorang pria lagi yang penuh tatto di wajahnya. Ini adalah prosedur dari acara liburanku. Pria bertatto itu adalah ahli tatto, aku harus membuat tanda di lenganku agar menjadi anggota group di sini. Tatto kepala anjing di lenganku dibuat, sakit sekali, berjam-jam aku menunggu, pria bertatto itu teliti sekali menusukkan jarumnya. Sebentar lagi aku resmi menjadi anggota group hunter di sini, nantinya aku akan lebih aman berada di negara tanpa hukum ini. Setelah selesai, pria bule itu pun mengantarku pulang ke hostel, katanya aku sudah resmi, aku boleh bersenang-senang di sini, hingga acara di mulai maka dia akan menghubungiku melalui pager yang ia berikan padaku.

Balik ke lobi hostel, padahal sudah cukup malam, tapi masih saja ramai di sini, para turis masih ada yang berbincang-bincang. Mereka entah asyik membicarakan apa. Masih ada dua gadis Jepang itu di sana, aku pun kembali memperhatikan mereka, aku harus dapat target ini. Namun aku hanya bisa menunggu waktu, aku pun kembali ke kamar. Pas di lorong kamar, aku ketemu seorang gadis bule, gadis ini adalah yang tadinya berdandan menor, namun kini lebih enakan dilihat, dia terlihat sedang mabuk, berjalan menghampirku lalu berkata,
"Hai pria Vietnam, pinjam uangmu dong", bicaranya dalam bahasa Inggris.
"Tunggu, kamu lagi mabuk, dan saya bukan dari Vietnam", kataku.
"Aku mau minum", katanya dengan badan sempoyongan dan matanya seperti terkantuk-kantuk. Pakaiannya kini seksi, dengan tank top hitam membuatku tertarik, apakah aku bisa memanfaatkan gadis ini.
Aku pun coba bernegosiasi dengannya,
"Aku punya minuman, mau kah kau menemaniku?", dan ku ajak dia masuk ke kamar.
Dengan pikiran setengah sadar itu, gadis bule itu pun sempoyongan ikut masuk ke kamarku.

Aku merebahkan dia di kasur, dia masih meminta minuman, terpaksa aku mengambil beberapa minuman yang ku bawa di dalam tas dan memberikannya. Gadis itu langsung saja meneguknya, seperti minum air putih saja dia menghabiskan sebotol bir dengan sebentar saja. Setelah itu, dia pun terkapar, gadis itu sudah tak mampu menahan mabuknya. Malam pertama di Slovakia yang begitu menyenangkan, aku mendapatkan mangsa di sini. Aku tidak akan melewatkannya, segera ku buka pakaian gadis bule itu, dan dompetnya terjatuh ketika ku tarik celananya turun. Ku buka dan ku temukan card identitasnya, mungkin seperti KTP di tempat kita. Namanya tertera atas nama Barbara Winchester, asal dari New York. Tidak mau berlama-lama, aku pun membuang dompetnya di lantai, dan segera lanjut menelanjanginya. Dilihat-lihat, gadis ini cukup cantik, ketika tanpa dandanan yang seronok malah terlihat wajahnya yang polos. Senang hatiku bisa meniduri gadis bule malam ini. Gadis ini sudah bugil, susunya sedikit besar, dengan puting yang sudah menghitam, bagian vaginanya pun rapi dan mulus tanpa sehelai jembutpun. Aku mulai menciumi wajahnya, putih, dan harum alkohol. Beberapa saat aku menikmati harum tubuhnya yang bercampur alkohol, sungguh menarik, bau badan gadis bule memang sangat berbeda dibanding dengan gadis di negara kita. Kulit mereka putih kemerah mudaan, ya, banyak yang bilang mirip dengan warna kulit babi. Aku tidak mau mempermasalahkannya, ku ciumi bau rambut pirangnya juga, sungguh harum, membuatku benar-benar termabuk kepayang.

Aku pun tidak sabar menikmatinya, ku tindih tubuhnya lalu kuciumi bibir mungilnya, sensasi yang berbeda. Aku menjulurkan lidahku, dan kumainkan di dalam mulutnya, sisa bau alkohol begitu pekat terasa. Sambil membelai rambutnya lalu ku arahkan ciumanku ke lehernya, dan kemudian menuju ke payudaranya. Sungguh nikmat, aku bisa mengenyot payudara gadis bule yang kira-kira masih remaja ini. Air liur ku penuh menempel di susu nya. Aku pun sudah mulai bosan dengan susunya, kini ku alihkan hingga ke perut dan bagian bawahnya. Di atas selangkannya yang bebas bulu sangat menarik perhatianku, kujilati hingga ke arah itu, sambil tanganku membelai-belai paha mulus nan putihnya itu. Pelan-pelan lalu kubuka selangkangannya, kulihat vaginanya, tidak ada yang beda dengan gadis lokal kita, hanya saja sepertinya milik gadis bule ini sudah cukup lebar, mungkin saja, tidak heran dengan negara mereka yang di mana-mana pemudanya melakukan freesex. Ku mulai menjilati vaginanya itu, hmm, sedikit bau pesing, gadis ini mungkin cukup jorok, walaupun dari tampilan sekarang sudah agak kalem dibanding kemarin-kemarin yang terlihat agak seronok. Lidahku bermain di klitorisnya, dan jariku mencoba masuk ke lubang vaginanya, perlahan tapi pasti. Tiga jari bisa masuk, cukup mengagetkan aku, entah sudah berapa penis yang pernah menjebol vagina gadis bule ini. Aku tidak tahu gadis ini menjadi pecandu alkohal karena frustasi atau apa, yang jelas aku rasa dia adalah gadis nakal.

Malam ini aku akan menghabiskannya bersama seorang gadis bule mabuk yang tidak ku kenal sama sekali. Aku sudah tidak tahan lagi, kami berdua sudah bugil, dan aku pun sudah puas menciumi bibirnya, susunya dan vaginanya. Kini penisku yang sudah mengaceng kuat sudah tidak tahan untuk segera masuk ke vagina gadis bule ini. Ku mulai membuka pahanya, ku arahkan penisku ke sana, tepat di lubang vaginanya, "Ah...", aku berhasil dengan mudah memasukkannya. Padahal penis ku sudah cukup besar namun tetap saja masih terasa tidak menggigit oleh vaginanya. Dasar bule cabul, vaginanya sudah sedikit kendor. Aku pun mulai memainkan penisku, dengan menarik keluar masuk, sedikit sensasi terasa, asli pertama kali aku bisa menikmati seorang gadis bule tak berdaya seperti ini. Ia masih tertidur pulas karena mabuknya. Wajahnya terlihat manis ketika ia pulas, namun kadang-kadang sedikit jijik ketika ia hampir terbangun karena mual, aku takut ia muntah, apalagi goyanganku menyodok vaginanya cukup kuat. Badannya bergoyang seirama dengan genjotanku, aku sangat menikmatinya, sambil menciumi bibirnya yang masih berbau alkohol, aku pun meremas-remas susunya yang putih. Rambut pirangnya ku belai-belai, dan tak lupa aku juga memberikan cupangan di susu nya hingga timbul bercak merah.

Beberapa lama aku pun merasa sedikit lelah, goyangan ku percepat agar aku segera berejakulasi. Ah, nikmatnya ketika mempercepat irama genjotanku hingga puncak klimaks, aku tidak mau mencabut penisku, aku biarkan spermaku mengalir deras di dalam vaginanya. Gadis ini masih belum sadarkan diri, dia sudah di bawah sadar, biar lah dia tertidur pulas di sini dan kaget dengan keadaannya di esok hari. Aku kecapekan setelah menggenjot gadis bule ini, aku pun merebahkan diri untuk beristirahat. Sangat pulas hingga tidak sadar sudah pagi, aku terbangun dengan keadaan bugil, bunyi pager beserta sinar mentari yang masuk melalui celah jendela telah membangunkanku. Aku bangkit dan melihat gadis bule yang semalam aku perkosa sudah tidak ada di tempat tidurku. Aku tak perduli, aku kemudian mengambil pager klub hunter itu dan memeriksanya, ternyata informasi dari boss bahwa acara akan di mulai, sebentar lagi aku akan dikirimkan foto para korban, setelah deal maka aku akan dijemput. Sambil menunggu kiriman foto, aku pun segera masuk ke kamar mandi dan membersihkan diri. Sambil mandi ku dengar pager ku bunyi terus, pasti serangkaian pesan masuk terus.

Tubuhku sudah segar, aku hanya mengenakan handuk dan segera mengecek pager. Beberapa foto dikirim dari klub, dua pria bule sudah deal oleh anggota lain. Aku memang tidak memerlukannya, buat apa membeli pria bule? Hahaha, di sini adalah klub hunter di mana kami bisa menyiksa manusia hingga mati, foto-foto yang dikirim adalah foto para korban yang diculik oleh geng hunter kemudian dijual kepada para anggota, siapa yang mampu membeli maka berhak membunuh korban itu. Rata-rata korban yang mereka culik adalah para turis lugu yang tidak mengetahui tentang klub ini. Jikalau aku datang tanpa mengetahuinya, aku sudah pasti juga akan jadi korban. Namun ke depan, dengan tatto anjing di lengan ku ini maka aku sudah bisa bebas berkeliaran di sini. Foto ke tiga masuk, ku lihat di pager ternyata adalah foto gadis bule yang semalam aku perkosa, sial, berarti semalam ketika aku tertidur, para anggota klub berhasil menculiknya. Kasihan sekali, aku ingin membelinya, namun semalam aku sudah puas memperkosanya, aku perlu hiburan lain, aku pun mengabaikannya walaupun harga yang ditawarkan cukup murah.

Foto ke empat adalah salah satu turis Jepang yang kemarin kulihat di lobi, wajahnya benar-benar cantik, seperti anggota girl band saja. Aku pun segera memasukkan harga di atas harga yang ditawarkan, ini adalah tipe ku, sebelum membunuhnya, akan aku perkosa terlebih dahulu. Prosedur di sini adalah jangan meninggalkan korban secara hidup-hidup, kita boleh menyiksanya dengan bagaimana pun caranya, asalkan ujungnya korban itu harus tidak bernyawa. Cukup sadis memang, namun ini negara tanpa hukum, semua anggota di sini bisa lenggak lenggok ke mana saja tanpa disadari bahwa mereka adalah seorang pembunuh. Sial, aku terlena, gara-gara kecantikan gadis Jepang yang ada di foto itu aku pun terlewat dari lelang, seseorang telah memenangkannya dengan harga cukup fantastis. Memang belum rejeki pikirku, aku pun menunggu foto berikutnya. Foto ke lima dan ke enam adalah foto pria bule, mereka juga tamu di hostel ini, turis lugu yang tidak tahu apa-apa telah diculik, aku tidak menghiraukan mereka, biar saja anggota lain yang membeli mereka. Foto ke tujuh adalah foto seorang gadis bule lagi, cukup cantik juga, kalau tidak salah dia adalah dia nginap di hostel ini bersama pacarnya, wajahnya imut, nampak masih remaja. Dengan rambut yang pendek berwarna pirang serta wajahnya manis, aku pun sedikit tertarik, kucoba masukkan hargaku. Dua kali memasukkan harga lelang, ternyata aku pun gagal bertarung lelang. Harga ku terus ditimpak oleh pelanggan lain, hingga aku berusaha semampuku dengan uang maksimal, aku kira aku yang akan memenangkannya, namun kalah sedikit saja, gadis itu bukan milikku. Terpaksa aku harus menunggu foto lain lagi.

Beberapa foto lanjutan tidak membuatku tertarik, ada foto pria bule, om om, orang india dengan kumis tebal, wanita bule gembrot dan sebagainya, tipe-tipe yang tidak mungkin aku mau. Aku ke sini bukan untuk membunuh, tapi aku lebih ingin memperkosa terlebih dahulu, sifat hyperseks ku membuatku berbuat apa saja untuk menyalurkan hasratku. Dan akhirnya di foto terakhir, foto gadis Jepang, dia adalah teman dari gadis sebelumnya, kali ini aku tidak boleh gagal, aku tidak mau sia-sia ke sini, aku pun meletakkan harga tertinggi, semua uangku, tanpa mau pelan-pelan menambah. Ah, sial lagi, ada yang berani lebih tinggi, dan aku pun tak mungkin menambah lagi. Lelang di tutup, aku tidak mendapatkan apapun. Info dari pager pun memberitahukan bahwa aku bisa menunggu untuk lelang dua hari berikutnya. Aku sedikit kecewa, segara ku pakai pakaianku, dan bergegas turun, biar aku lampiaskan saja di pub, tempat di mana ada gadis bule menari striptis.
"Nyenyak semalam bos?", tanya resepsionis dengan bahasa Inggris ketika aku turun tangga dan berlalu di depan mejanya.
Aku pun tersenyum, resepsionis ini pasti tahu apa yang telah aku lakukan semalam. Lobi sepi sekali, tidak nampak seorang pun di sini, wajar, semua pendatang telah diculik, dan sebentar lagi mereka akan dilenyapkan.

Belum sempat keluar dari pintu hostel, tiba-tiba pager ku berbunyi lagi, tertulis pesan bahwa aku akan dijemput segara. Gawat, aku tidak mendapatkan seorang korbanpun, kok mereka mau menjemputku, aku sedikit gelisah, klub ini sangat sadis, mereka berani membunuh siapa saja yang mengetahui kegiatan mereka. Aku takut mereka kesal karena aku tidak memenangkan lelang. Jangan-jangan mereka pikir aku bercanda dan tidak serius mengikuti lelang. Jantungku berdegub kencang, hingga seorang berpakaian jas rapi datang menghampiriku, ia menjemputku sambil berkata dalam bahasa Inggris bahwa bosnya telah menungguku. Sial, aku tidak tahu harus bagaimana, aku tidak mungkin bisa kabur dari sini, semua yang berurusan dengan mereka akan dilenyapkan jika mereka merasa tidak beres. Dengan gemetaran aku memasuki mobilnya dan di antar hingga ke sebuah gedung tua.

Di sana banyak pria berpakaian rapi telah menunggu. Pria yang menjemputku tadi pun kemudian mengajakku masuk, melalui lorong-lorong sedikit gelap dan bau apek. Sedikit kucium bau amis di sini, mungkin di sini lah tempat pembantaian. Dugaanku benar, sepanjang lorong terdapat kamar-kamar, di dalam sana mungkin para anggota menikmati hasil belanjaan mereka. Ada pintu yang tidak tertutup rapat, aku coba melirik ke dalam sana, astaga, ada pria bule sedang disiksa di sana, darah bercucuran di mana-mana. Kaki ku sedikit lemas untuk melangkah, bagaimana bisa kabur, kaki ku telah loyo tak bisa bergerak, hanya bisa berjalan pelan mengikuti pria yang menjemputku tadi. Pintu paling ujung, pria itu membukanya, ada seseorang di sana dan seseorang lagi sedang terikat di kursi.

"Masuklah, boss sudah menunggu", kata pria yang menuntunku.
Ada pria bule berhidup mancung berdiri di dalam, dengan jas mewah dia tersenyum dan bertepuk tangan ke arah ku. Di belakangnya ada seorang gadis bule dengan tubuh kecil dan bugil terikat di kursi, rambutnya pendek, wajahnya tertunduk dan aku tidak bisa melihatnya dengan jelas.
"Selamat, Anda memenangkannya", kata pria yang disebut boss itu.
"Loh, tidak ada satupun yang berhasil aku dapat", kataku.
Kami mulai berbincang dengan menggunakan bahasa Inggris, dan pria itu menjelaskan padaku bahwa pemenang tertinggi telah mengundurkan diri, sehingga harga tertinggi kedua lah yang menjadi pemenang berikutnya, dan aku adalah orangnya.
"Selamat menikmati", kata pria itu dengan berjabat tangan padaku, lalu ia meninggalkan ruangan. Aku memenangkan gadis itu, gadis pirang berambut pendek yang merupakan foto ke tujuh yang dikirim ke pager ku. Gadis itu tidak berani menatap ke arah ku. Dia datang ke sini bersama pacarnya, entah bagaimana keadaan pacarnya sekarang, mungkin juga sedang disiksa di ruangan lain.

Kuperhatikan tubuhnya mungil, susunya pun tidak begitu besar. Lalu ku lihat ke pinggir ruangan, semua perlengkapan terletak di sana, dari pisau, pistol, alat bedah, chainsaw, alat setrum, tongkat, hingga pemotong rumput ada di sana. Semua adalah perlengkapan untuk membunuh. Aku coba ke pintu, ada seorang pria yang berjaga di depan pintu, aku pun bertanya kepadanya apa bisa disediakan sextoys khusus untukku.
"Maaf, kita cuma menyediakan barang-barang itu, semua yang ada di dalam sana", jawabnya.
Aku pun kecewa dan masuk lagi, gadis itu mulai mengintip ke arahku, mulutnya tertutup kain, ia seperti ini memohon padaku, matanya memelas agar dia dilepaskan, ia menangis meminta ampun. Aku tidak mungkin melepaskannya, selain uang telah aku korbankan, namun nyawaku pun taruhannya. Aku menghampiri gadis itu, ia terus menatapku dengan wajah memelas, melihatnya begitu bukan membuatku iba, namun malah memancing nafsuku. Penisku sudah mengaceng, aku harus memperkosa gadis ini sebelum membunuhnya. Gadis itu menangis, air matanya bercucuran, ia pasti takut aku melakukan sesuatu hal yang buruk. Ya tentu saja, aku langsung saja menamparnya, menandakan aku ingin dia berhenti menangis sekarang juga. Dua kali tamparanku malah membuat gadis itu terus meneteskan air mata.

Ku buka resletingku, dan kukeluarkan penisku yang sangat keras itu, berdiri tegak seperti rudal. Gadis bule yang terikat itu tidak mau melihatku, ia ketakutan dengan badan yang gemetaran. Aku mendekatkan penisku ke arah wajahnya, lalu kupukul-pukulkan penisku ke kepalanya, gadis itu berusaha menghindar, mungkin ia jijik, tapi ia tidak bisa lari, ia terikat kuat di kursi yang terbuat dari besi ini.
"Nikmatilah, maka aku akan melepaskanmu", dalam bahasa Inggris aku bisikkan ke telinganya.
Gadis itu semakin ketakutan, ia tidak berani menoleh ke arahku. Aku ingin dia menyepong penisku, aku pun lalu membuka ikatan di mulutnya. Gadis itu langsung memelas, ia memohon untuk dilepaskan. Aku mencoba menenangkannya, aku bilang aku akan melepaskannya setelah ia mau menyepongku. Gadis itu menolak, ia berkata bahwa dia adalah gadis setia, pacarnya mungkin sedang menunggu di hostel sana. Aku pun kemudian menjelaskannya, pacarnya ada di tangan geng, hanya aku yang bisa membebaskannya, itu alasanku untuk mengancamnya agar ia mau menyepongkan penisku. Gadis itu semakin menangis, ia semakin takut dengan keadaannya. Aku masih coba menenangkannya,
 "Hisaplah, aku akan melepaskanmu", kataku dengan mendekatkan penisku ke arah wajahnya.

Dengan sangat terpaksa gadis itu pun kemudian mulai mengulum penisku, bibir mungilnya sangat sensual. Ku lihat tubuhnya bersih terawat, baunya pun harum, payudaranya berukuran sedang, tidak begitu besar juga tidak kecil. Penisku hangat di mulutnya. Gadis ini tidak berani memandang, ia menutup matanya, penisku pun hanya diletakkan saja di dalam mulutnya, tanpa mau disedot atau dijilatinya. Aku tidak puas hanya begini, lalu aku meremas susunya sehingga ia sedikit tersentak, itu artinya aku memintanya untuk lebih berusaha melayaniku. Air matanya cukup deras, menetes hingga mengenai penisku. Ku remas-remas susunya itu terus menerus, kanan dan kiri, sesekali kumainkan putingnya yang berwarna merah muda. Gadis itu mulai menggerakkan mulutnya perlahan-lahan, walaupun sedikit gerakan, namun dia mulai mengerti apa mau ku. Beberapa lama, aku tidak puas, aku kemudian menjambak rambut pendeknya, ia kaget dengan mata melotot, matanya sedikit merah karena akibat menangis tadi, lalu kutahan kepalanya dan kudorong penisku masuk hingga ke dalam tenggorokannya. Gadis itu tersentak, ia tersedak gara-gara penis besarku masuk hingga ke kerongkonganya. Lalu ku tarik dan ku tekan lagi, gadis itu menangis, ia dengan terpaksa menyedoti penisku agar aku tidak lagi menyodok lebih dalam.

Nikmat sekali, penisku diservice oleh seorang gadis bule remaja yang sedang terikat tak berdaya. Aku pun membantu dengan memaju mundurkan bokongku, gadis itu masih terus menangis, ini satu-satunya pilihan yang dapat ia ambil. Dengan tak berdaya ia terus menyepong penisku. Aku merasakan nikmat tiada tara. Sedikit puas aku merasakan pelayanan ini, namun lambat laun aku ingin lebih. Aku menghentikan sepongannya, gadis bule itu nampak lega, lalu ia memohon apakah bisa aku melepaskannya. Aku pun tidak bisa melepaskannya, aku belum meluapkan nafsu ku kataku. Gadis itu ketakutan, lalu ia coba bernegosiasi,
“Aku akan menyepongmu sampai ejakulasi”, kata gadis itu.
Sorry sorry saja, kataku dalam hati.
Niatku kini bukan mau disepong, melainkan ingin menancapkan penisku di vagina mungilnya. Gadis itu mulai berontak ketika aku kembali meraba dada nya. Tubuhnya terikat kuat di kursi, dia tak mampu melawan. Ku remas-remas ke dua buah dada nya itu, hmm, gadis ini manis juga, semakin ia melawan malah membuatku semakin nafsu.

Penisku sangat ngaceng, aku rasa sudah tidak tahan untuk mengeluarkan sperma ku. Aku pun kemudian segera membuka kakinya, lalu ku lebarkan selangkangannya, dan ‘SLEPPP’, penisku masuk ke vaginanya. “Ah...”, asyik sekali pikirku. Gadis itu meronta-ronta, ia coba menendang-nendangkan kakinya, namun perlawanannya sia-sia. Ku dengar hanya makian dari mulutnya, “Fuck you!!!”, yang kemudian semakin serak karena ia kehabisan suaranya untuk terus-terusan memakiku. Ku tampari pipinya untuk memberinya pelajaran, ia akhirnya menghentikan teriakan seraknya, dan hanya bisa kembali meneteskan air matanya. Beberapa menit terus ku genjoti dia, aku pikir sudah saatnya aku menyemprotkannya, karena penisku sudah dipuncak ubun-ubun kenikmatan. “Arghh...”, aku berhasil menyemprotkannya. Aku pun menarik kembali penisku. Misiku memperkosanya kini selesai, aku kemudian harus menutupnya dengan melenyapkannya, itu aturan main di sini. Kalau aku melanggarnya, maka aku yang akan dihabisi.

Itulah sepenggal cerita yang ku baca dari buku diary Tono, aku rasa dia tergila-gila dengan film Hostel, kemudian menuangkannya dalam sebuah cerita, karena aku tahu itu bukan cerita asli, Tono belum pernah sama sekali menjejakkan kakinya ke Slovakia. Ku buka halaman selanjutnya masih ada beberapa kisah yang ditulis Tono. Namun tiba-tiba di belakang banyak foto berjatuhan, foto itu diselipkan Tono di belakang lembaran. Foto-foto perempuan, mungkin itu semua adalah korban yang pernah ia tiduri. Tunggu, ada foto gadis remaja dengan tulisan di belakang foto ‘Astrid’, mungkin itu nama gadis yang pernah aku baca di cerita sebelumnya, gadis yang pernah Tono tiduri dengan membayar murah. Ku lihat ada nomor HP tertera di sana, suatu hari aku akan menelponnya.
Damn, kenapa ada foto bapak-bapak berkumis tebal di antara lembaran foto itu? Apakah Tono mengidap kelainan? Namanya Kartolo, juga tertera nomor HP di sana. Suatu saat aku juga harus mencari tahu tentang ini. Banyak rahasia mesum yang Tono sembunyikan dari kami.

“Man, tante mana?”, tanya Ayu tiba-tiba membuyarkan fokus ku dengan diary Tono. Aku lupa, tadi saking asyiknya membaca, aku lupa dengan tante Yully.
“Aku menyuruhnya membeli rokok, kok belum pulang ya?”, aku binggung, seharusnya tante Yully sudah seharusnya sampai di sini sedari tadi. Akhirnya ku tutup buku diary Tono, aku minta Ayu berjaga di depan, kemudian aku pun mulai mencari tante Yully.

Agen Bola - Bandar Taruhan - Bandar Bola - Taruhan Bola - Judi Bola - Agen Sbobet - Agen Maxbet - Agen 368bet - Agen Cbo855 - Agen Sabung Ayam
Share this article :

0 comments:

Post a Comment

Join Us on Facebook

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. hotceritasex - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger