Home » » Kembalinya Alex [036]

Kembalinya Alex [036]


Bandar Taruhan - ‘SAYA JEMPUT CHELSEA’, sebuah pesan yang ku tulis di secarik kertas dan kutaruh di atas meja dekat kasur, di mana suamiku Herman sedang tertidur nyenyak di sana. Baru saja kami melakukan hubungan seks, Herman kelelahan, ia terlelap dengan keadaan bugil, aku pun mengenakan selimut padanya lalu meninggalkannya sendirian di kamar. Jam menunjukkan pukul 14:00 seharusnya anakku Chelsea Olivia sudah pulang sedari tadi, aku takut dia sendirian menunggu di sekolah. Biasanya Herman yang menjemputnya, namun melihatnya pulas aku pun tidak enak membangunkannya.

“Loh kok sepi?”, gumam ku dalam hati ketika sampai di depan gerbang sekolah, biasanya jam segini masih ada beberapa anak menunggu orang tua nya di depan gerbang.
“Pak, ada lihat Chelsea?”, tanyaku kepada seorang security yang berjaga di depan gerbang.
“Wah, dari tadi sudah ga ada siswa bu, anak-anak sudah pulang semua, tadi saya kirain anak ibu jalan kaki bersama teman-temannya”, jawab security itu.
Perasaanku tidak enak, sepertinya ada yang tidak beres. Kulihat sekitar memang sangat sepi, hatiku semakin gundah, ku keluarkan handphone untuk menelepon Herman, tapi sebelum kutelpon ternyata ada panggilan masuk sedari tadi yang aku tidak sadari.

Aku tidak mengenal nomor itu, namun sudah tiga panggilan tak terjawab, sepertinya sangat penting, apakah ini telpon dari Chelsea? Tiba-tiba nomor itu menelpon kembali, aku segera mengangkatnya karena khawatir dengan keadaan Chelsea yang entah di mana keberadaannya.
“Hallo”, jawabku.
“Kamu sendirian?”, tanya orang yang menelponku.
“Maksudnya? Siapa ini?”, tanyaku karena aneh dengan pertanyaannya.
“Apa di sekitarmu ada orang? Chelsea ada bersamaku”, kata orang itu di dalam handphone.
“Tidak, saya sendiri, ini siapa ya? Chelsea sekarang di mana? Biar saya jemput ke sana”, jawabku.
“Bagus, kalau mau Chelsea selamat, kamu sendirian harus ke penginapan melati sekarang, jangan kasih tahu siapa-siapa, atau Chelsea kubunuh”, ancam orang itu sontak membuatku kaget.
“HEY SIAPA INI?!”, teriakku namun panggilan pun langsung ditutupnya.
Aku pun segera mengendarai mobil ku ke alamat yang dia berikan, penginapan melati tak jauh dari sini, aku tahu penginapan kecil ini sangat tidak bagus, biasanya digunakan para buruh pelabuhan untuk berhubungan seks dengan para PSK. Sepanjang jalan aku terus berpikir, aku sangat khawatir dengan keadaan Chelsea, ingin ku beritahu Herman, namun aku juga takut dengan ancaman orang itu. Kupercepat laju mobilku karena curiga dengan suara kasar orang itu yang sepertinya aku mengenal suara itu.

PENGINAPAN MELATI tertulis di plang sebuah gedung kecil yang baru saja aku lihat ini, ku parkir mobilku pas di depan pintu masuk, segera aku berlari masuk, kulihat kiri kanan namun tidak nampak Chelsea, hanya beberapa pria berkulit gelap yang sedang duduk santai. Ku cepat-cepat ambil handphone ku lagi lalu menelpon orang itu.
“Bagus, sekarang naiklah ke lantai dua, aku akan menjemputmu di atas tangga”, kata orang itu.
Aku semakin takut dengan keadaan Chelsea, apakah benar orang ini telah menculik anakku.
“Alex!”, aku kaget melihat sosok yang berdiri di ujung tangga menuju lantai dua.
“Hahaha, aku sudah sangat kangen sama kamu sayangku...”, olok Alex dengan senyum sinisnya.
Jantungku langsung berdegup kencang, kakiku pun terasa berat untuk melangkah, orang ini dulu telah memperkosaku, aku heran kena ia bisa di sini, seharusnya ia masih mendekam di penjara. Tubuhku gemetaran, ingin sekali aku berlari turun lagi dan kabur dari sini, tapi ‘tidak’, Chelsea dalam keadaan berbahaya, aku terpaksa melangkahkan kakiku yang sudah kaku untuk mendekati Alex.

“Apa mau mu?! Mana anakku!”, tanyaku dengan wajah pucat.
Lalu Alex menarik tanganku agar aku lebih dekat dengannya.
“Anakmu aman kok say”, bisik Herman di telingaku, ia lalu menarikku agar aku mengikutinya.
Aku ditariknya menuju sebuah kamar, ia membukanya lalu ku lihat ada dua springbed di sana, spring bed paling ujung ada Chelsea.
“Chelsea!”, teriakku.
“Ssst...”, Alex menahanku ketika aku ingin berlari menghampiri Chelsea.
“Jangan berisik, dia lagi pulas”, bisik Alex di telingaku.
“Apa yang kau lakukan pada anakku?!”, tanyaku dengan sedikit emosi pada Alex.
“Hihihi, hanya sedikit obat bius saja kok”, Alex senyum dengan sinis sekali, sepertinya ia sangat senang melakukan ini.
Alex lalu menutup pintu kamar dan menguncinya,
“Layani aku atau kubunuh anakmu!”, ancam Alex kepadaku.
Aku tidak bisa kabur lagi, kakiku semakin tidak bisa bergerak, tenagaku terasa hilang, seperti akan segera pingsan, kenapa ini harus terjadi kepadaku.

Tubuhku sudah kaku, Alex langsung mendorong tubuhku jatuh ke kasur, aku tidak bisa melawan, aku hanya memandangi Chelsea yang tengah terpengaruh obat bius dan tidak sadarkan diri. Pakaianku dilepaskan oleh Alex satu persatu, aku hanya terbaring dan menangisi nasib malang ku ini. Pakaianku dilempar ke bawah, ku lihat suasana kamar ini kurang nyaman, sebuah penginapan murahan yang sering dijadikan tempat prostitusi, kain kasurnya pun sedikit bau apek, aku sebenarnya jijik sekali dengan keadaan ini.
“Hari ini kau milikku say”, kata Alex kemudian menciumi bibirku.
Ia menindihku, berat sekali tubuhnya. Aku tidak bisa menolak, hanya menutup bibir saja usahaku pun sia-sia. Lidahnya menelusuri bibirku, bau air liurnya sungguh menggelikan, bau sekali, ingin muntah rasanya. Bibirku digigitnya, disedotnya hingga penuh dengan air liurnya.
“Kau cantik sekali nes”, puji Alex.
Ia kemudian bangkit berdiri dan segera melepaskan semua pakaiannya. Tubuh Alex berotot namun kulitnya gelap, padahal dahulu pertama aku mengenalnya Alex orang yang rapi, kulit putih bersih terawat dan belum begitu berotot, namun kini sudah berbeda 180 derajat, tubuhnya tidak terawat alias hitam gelap dan bau, namun sedikit berotot seperti otot kuli bangunan atau kuli angkut pelabuhan, beberapa tatto menghiasi tubuhnya itu dan banyak bekas-bekas luka di tubuhnya, seperti goresan pisau ataupun jahitan-jahitan yang membekas.

Alex lalu kembali menindihku, penis panjang besar nya pun tidak sabar ia arahkan ke vagina ku. Aku tidak dapat membayangkan lagi bagaimana rasanya diperkosa kembali oleh orang yang dulu telah menyakitiku.
“Argh!”, sakit sekali, sepertinya penis Alex semakin besar, vaginaku terasa seperti robek dipaksa masuk dengan penis besarnya.
“Enakkan say”, ejek Alex yang lalu menggenjot vagina ku.
“Jangan nangis dong, kan nikmat”, Alex kembali mengejekku.
Aku hanya bisa menutupi mataku yang terus-terusan mengeluarkan air mata. Kugigit bibir bawahku untuk menahan sakit di vagina ku. Kurasakan payudaraku sedang disedot oleh Alex, sebelah kanan disedotnya dengan kuat dan yang kiri diremas-remas nya dengan kasar. Aku hanya bisa menahan sakit, mencoba bertahan semoga ini cepat berlalu. Kurasakan penisnya merobek-robek isi vaginaku, panjang sekali hingga tembus semakin dalam.

Suara gesekan dan pertemuan antar kulit terdengar kuat, hantaman penisnya yang membuat selangkangannya mengenai selangkanganku sungguh keras. Tubuhku masih lemah, tidak bisa melawan, jantungku masih berdetak kencang, aku masih terus menangis meratapi nasib ku ini. Putingku terasa digigit-gigit oleh Alex,
“Harum...”, rayu Alex,
“Tubuhmu seperti seorang artis nes, andai setiap hari aku bisa terus-terusan menggenjotimu”, kata Alex. Mendengar kata-kata Alex seperti itu, aku pun semakin ketakutan.
Stamina Alex bagus sekali, sudah beberapa lama ia memperkosaku namun belum juga ia berejakulasi, apakah ia menggunakan obat kuat? Entahlah, namun aku capek sekali melayaninya, vaginaku terasa panas karena gesekan penisnya yang tidak berhenti-henti. Tiba-tiba terdengar suara dering dari handphone ku, suara getarnya kencang sekali, kulihat handphone ada di saku baju ku yang tergeletak di bawah lantai. Alex mengacuhkannya, ia terus-terusan menggenjotiku tanpa ampun. Entah itu telepon dari siapa, namun sepertinya penting karena sudah tiga kali menelepon.

“Berisik!”, ngomel Alex lalu menjulurkan tangannya yang panjang untuk meraih handphone ku, ia sepertinya tak ingin melepaskan cengkraman penisnya di vagina ku.
“Wah, telpon dari suami mu nih nes”, kata Alex ketika melihat panggilan dari handphone ku.
“Angkat dan alasan apapun asal jangan bilang tentang ini!”, ancam Alex.
“Kamu di mana? Kok lama jemput Chelsea?”, tanya Herman ketika ku terima teleponnya.
“Akuu... Ah... Akuuu...”, bicara ku gugup dan tak bisa lancar menjawabnya, karena tubuhku masih terus digenjot oleh Alex.
“Ada apa nes?”, tanya Herman mungkin curiga dengan suaraku.
“Aku... ah... aku... sedang mengantar... ah... antar Chelsea ke rumah temannya... ah...”, lalu kusegera mematikan handphone ku takut Herman bertanya lebih banyak lagi.
“Bagus, kamu memang pintar...”, kata Alex kemudian mengambil handphone ku lalu ia membuka tutup battery nya dan mencabutnya.
“Kini kita bisa meneruskan percintaan kita tanpa gangguan”, kata Alex yang tidak henti-hentinya memompa penisnya di vaginaku, aku masih tidak berkutik, terus menangis hanya bisa menunggu ini segera berakhir.

“Ah, nikmatnya...”, desah Alex sepertinya telah menyemprotkan spermanya di dalam vaginaku. Sial pikirku, aku tidak bisa menolaknya, cairan hangat itu masuk ke liang vaginaku tanpa perlawanan. Alex kemudian mencabut penisnya, dan kurasakan cairan hangat itu sedikit ikut mengalir keluar ketika penisnya tercabut.
“Hiks hiks hiks...”, aku masih menangis.
“Sudah lah, buat apa kamu tangisi, soalnya kamu akan kebiasaan kok entar”, kata Alex. Apa maksudnya?
“Pulang lah, bawa Chelsea, tapi besok aku harap kamu bisa ke sini lagi”, pinta Alex.
 Aku geleng-geleng menolak permintaannya.
“Eits, aku selalu mengintai keluargamu, kalau ingin mereka aman, aku harap kamu mengikuti permainanku, aku tidak segan-segan membunuh”, ancam Alex sambil mengeluarkan sebuah senjata api dari laci di dekat kasur.
Aku kaget dan tidak bisa berkata apa-apa, aku segera bangkit dan mengenakan kembali pakaianku, segera ku gendong Chelsea yang masih tertidur turun ke bawah menuju mobil.
“Aku tunggu”, pesan Alex ketika aku meninggalkan kamarnya.

Sepanjang perjalanan aku terus merapikan rambutku dan pakaianku, semoga Herman tidak curiga, aku juga terus memikirkan alasan apa yang bisa aku katakan, sengaja aku perlambat laju mobil ku sambil menunggu Chelsea terbangun agar aku bisa menyusun alasan yang lebih tepat setelah kordinasi dengan Chelsea. Entah Herman mau percaya atau enggak, namun aku hanya minta Chelsea berbohong bahwa ia tertidur di rumah temannya ketika mengerjakan tugas.

Agen Bola - Bandar Taruhan - Bandar Bola - Taruhan Bola - Judi Bola - Agen Sbobet - Agen Maxbet - Agen 368bet - Agen Cbo855 - Agen Sabung Ayam
Share this article :

0 comments:

Post a Comment

Join Us on Facebook

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. hotceritasex - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger