Home » » Akhirnya Aku Bertemu Artis Pujaanku [050]

Akhirnya Aku Bertemu Artis Pujaanku [050]


Bandar Taruhan - Dua hari aku ijin dari dinas, demi membantu temanku Herman mencari seseorang kenalannya. Namanya Yully, seorang wanita yang bekerja di usahanya Herman. Dua hari berturut-turut aku menemani Fenny anaknya Yully berkeliling mencari, namun tiada hasil. Kami juga sudah membuat laporan, semoga pihak kepolisian dapat membantu. Aku baru mengenal mereka tidak lama, sejak mereka sering ke rutan untuk menjenguk temannya. Sejak itu Herman sering menghubungiku, aku pun dibayar sebagai backingan usaha pijat plus-plus nya, ya aku terima demi sesuap nasi.
Malam ini aku harus kembali berdinas, pulang ke rutan untuk bertugas. Pekerjaan yang membosankan bila tanpa hiburan.
"Dua hari ke mana? Liburan ya?", tanya Pak Gunawan kepala sipir di sini.
Orangnya asyik, dia suka bercerita denganku
. "Ada kerjaan pak, bantu kawan cari temannya yang hilang", kataku.
Pak Gunawan kadang-kadang juga singgah ke usaha pijat plus-plusnya Herman, makanya dia sedikit tahu, itu pun karena aku yang mengenalkannya tempat itu.
"Si Yully hilang pak", kataku bercerita di ruangannya.
Sambil meminum kopi, Pak Gunawan geleng-geleng,
"Korban penculikan kali? Mana ada manusia hilang tanpa jejak begitu", katanya.
Kami pun mulai bercerita. Dan Pak Gunawan ada sedikit surprize buat aku katanya.

Mengingat kembali masa bersama Pak Gunawan, baru sekitar beberapa bulan lalu, kami mengerjai seorang artis yang ditahan di sini, kini Pak Gunawan punya surprize lagi yang membuatku penasaran. Apalagi dahulu kala sebelum aku berdinas di sini, Pak Gunawan juga pernah mengerjai seorang artis juga yang berinisial SM karena tersandung kasus narkoba. Betapa beruntungnya Pak Gunawan, posisinya sebagai kepala sipir setidaknya sedikit berguna.
"Ingat ga yu artis JP yang pernah kita kerjain itu?", tanya Pak Gunawan.
"Iya pak, kenapa emangnya?", balasku bertanya penasaran.
"Dia pernah request, minta tolong bantu dia", jawab Pak Gunawan.
"Saya minta teman bantu dia menjebloskan musuhnya", kata Pak Gunawan.
"Mereka bagai anjing dan kucing, ga bisa akur, hahahaha", lanjutnya.
"Jadi, semuanya berhasil?", tanyaku.
Aku tahu perselisihan antara kedua artis itu, namun sejak JP dibebaskan, aku sudah jarang mendengar beritanya.
"Yup, DP sekarang ada di sini", jawab Pak Gunawan dengan senyumnya yang lebar.

Astaga, apa benar artis itu ada di sini, selama ini aku ngefans sekali dengan artis itu, tubuhnya yang seksi dan senyum nya yang manis memang menggodaku.
"Mau bersenang-senang?", tanya Pak Gunawan.
Aku diam namun tersenyum, sepertinya Pak Gunawan sudah tahu apa jawabanku.
"Hahaha, dari kemarin sudah saya kerjai, kamunya saja yang ga di sini, hahahaha", kata Pak Gunawan.
Membayangkan artis itu saja sudah membuat penisku mengeras, apalagi sampai bisa mengerjainya.
"Cepat kamu jemput dan bawa ke sini", perintah Pak Gunawan.
Aku segera menuju arah sel, seperti biasa, sel khusus wanita dijaga wanita, namun di sini tidak ada yang tahu adanya kelonggaran, para sipir wanita tidak bisa melawan perintah Pak Gunawan, apalagi di sini aku sebagai pengawas dari kepolisian, bisa dengan mudah aku meminta narapida untuk dibawa guna interogasi. Banyak wanita yang dijebloskan di sini, namun kebanyakan bukan seleraku, soalnya pada tuwir-tuwir. Ada sih beberapa yang muda, namun tanpa ijin Pak Gunawan, aku tidaklah berani macam-macam. Aku sudah seharusnya berterima kasih, setidaknya pernah mengerjai artis di rutan ini.

"Hei, bangun, ayo ikut saya!", perintahku setelah membuka pintu sel.
Wanita itu pun berdiri, tadinya ia berjongkok dan menangis.
"Apa saya bebas?", tanya nya mendekatiku.
Iya, dia artis yang selama ini aku idolakan, suaranya merdu sedikit serak. Bibirnya sensual, kulitnya putih, aku sangat tertarik untuk bisa melihat tubuhnya.
"Kepala sipir ada urusan denganmu!", kataku lalu memborgol tangannya dan menyeretnya.
"Tung.. tunggu...", narapidana ini coba menahan. "Aku tak mau ke sana...", katanya.
Sepertinya ia telah trauma untuk masuk ke ruangan Pak Gunawan lagi. Entah apa yang mereka lakukan di hari sebelumnya, namun melihat dia meronta malah membuatku bergairah.

'Tok tok tok', aku mengetuk pintu ketika sampai di depan ruangan Pak Gunawan.
"Iya, silahkan masuk", kata Pak Gunawan dari dalam ruangan mengizinkan kami masuk.
Aku langsung mendorong artis itu masuk, "Aduh..", teriaknya ketika ku dorong hingga mendekati meja Pak Gunawan.
"Mau apa lagi kamu?!", bentak artis itu secara kasar.
Pak Gunawan tersenyum, lalu ia memandangiku sambil berkata, "Seperti biasa..".
Ia memberi aba-aba, aku boleh mengerjai napi di sana, namun jangan sampai bersetubuh, boleh disepong, boleh meraba-raba, asal kami bermain halus, tanpa menyakitinya.
"Lupa kemarin kamu di sel mana? Apa enak di sana?", ancam Pak Gunawan.
Sepertinya kemarin sang artis dimasukkan satu sel dengan napi bringas yang lain. Artis itu terdiam,
"Ayo, cepatlah, saya sudah mengantuk", katanya dengan pasrah, sepertinya kemarin sudah dijelaskan dengan seksama oleh Pak Gunawan.
"Kamu duluan saja yu, saya kemarin sudah", kata Pak Gunawan mempersilahkan aku mendahuluinya. Aku pun mendekati artis itu, ia berdiri tegap tak melawan, kubuka seragam napinya, tidak terbuka semua, karena tangannya tetap ku borgol. Sengaja aku hanya ingin melihat dadanya. "Hmmm, harum...", kataku ketika kulihat payudaranya yang masih tertutup bra berwarna cream nya. Artis itu terlihat judes, ia melototiku seperti ingin membunuhku,
"Aku sudah lama ngefans sama anda", kataku sambil mencolek-colek bagian susunya yang tak tertutup bra. Bagian itu seperti ingin menjembul keluar.

Tidak mau berlama-lama, aku langsung menarik cup BH nya ke atas, dan tersembullah buah dadanya yang montok.
"Wow...", aku terkesima melihat buah dada putih mulus itu.
Pemandangan yang sungguh indah, kapan lagi bisa menikmatinya.
"Cepetan!", marah sang artis karena tidak mau lama-lama diperlakukan seperti itu.
Aku pun segera meraba buah dadanya itu, wah, luar biasa, buah dada artis kini ada di tanganku. Penisku mengaceng kuat sekali, seperti tidak muat lagi di dalam celanaku. Aku terus meremas-remas dengan kedua tanganku, kiri dan kanan. Kuperhatikan dengan seksama buah dadanya yang istimewa itu, tak akan aku lewatkan malam ini. Pak Gunawan mengacuhkan kami, ia tidak peduli apa yang aku lakukan. Ia menaikkan kakinya ke atas meja dan membaca koran, sambil menunggu giliran, sesekali ia meminum kopinya yang sudah mulai mendingin.
"Maaf ya, aku emut bentar", aku meminta ijin untuk menciumi dadanya itu.
Aduh, bagai melayang-layang, bau harum buah dadanya membuat aku mabuk kepayang. Aku menjilati susunya itu. Karena tidak tahan lagi, sambil membuka resleting celanaku, aku lalu menyedoti susunya. Putingnya sudah menghitam dan sedikit meruncing, kusedoti kiri dan kanan, lalu penisku sudah keluar dari resleting celana yang terbuka, aku mulai meremas penisku, nikmat.

Ingin semua cepat selesai, artis itu mengarahkan kedua tangannya yang terborgol ke bawah, ia memegangi penisku dan mulai mengocoknya. Hebat sekali, penisku dikocok oleh sang artis pujaan, aku pun meneruskan kenyotanku di dadanya. Penisku keras sekali, mengaceng tiada tara, rasanya ingin segera menyemprotkan air kenikmatan itu segera. Kutahan kenyotanku, aku ingin sekali menikmati bibirnya. Ku arahkan wajahku ke mukanya, cantik, bibirnya merahnya sangat sensual. Aku mencoba menciuminya, namun artis itu menolak, ia memalingkan wajahnya seperti jijik denganku.
"Hei, ini sudah kelewatan!!!", katanya.
"Saya tuntut kamu!!!", ancamnya lalu melepaskan tangannya dari penisku.
Artis itu mundur beberapa langkah sambil marah-marah.
"Kemarin cuma minta dikocok, sekarang malah sampai cium susu, bahkan mau cium bibir!!!", artis itu teriak-teriak,
"Besok apalagi? Mau perkosa saya?!!!", penuh emosi artis itu meneteskan air mata.
Ia tidak terima perlakuanku terhadapnya.
"Perlakukan dengan baik yu!!!", Pak Gunawan ikut marah padaku.
Ia menurunkan korannya sambil melototiku.
"Maaf Pak", kataku.
Sial, aku tidak bisa berbuat lebih terhadap artis pujaanku. Aku kemudian berjalan mendekati artis itu, lalu aku mulai meminta maaf.
"Maaf mbak, saya terlalu tergila-gila sama mbak", kataku dengan pelan seperti orang merayu.
"Sudah lama aku mengidolakan mbak", sambungku.

Artis itu masih meneteskan air matanya, sambil melototiku lalu ia turun berjongkok, ia kembali mengocok penisku. Aku tidak bisa berbuat apa-apa, tidak berani bertindak lebih, aku membiarkan dia mengocokkan penisku. Aku hanya menutup mataku dan menggigit bibirku merasakan nikmat sambil membayangkan bersetubuh dengan artis ini. Beberapa saat kemudian, aku sudah merasakan gejolak tiada tara. Artis itu hanya memainkan jemarinya, sama sekali ia tidak mau menyepongku dengan mulutnya. Namun permainan jarinya sudah cukup membuatku terbang kelangit. Penisku kejang-kejang dan akhirnya menyemprotkan sperma. Tangan artis itu belepotan sperma ku. Ia merasa jijik lalu melepaskan penisku. "Argh...", nikmat sekali. Artis itu berdiri, aku masih sempat melihat bajunya yang terbuka dengan bra yang tersingkap ke atas, terlihat buah dadanya yang montok menggoda selera.

"Sudah cukup, kamu jaga luar yu!", perintah Pak Gunawan menyuruhku keluar dari ruangannya.
Aku pun memasukkan kembali penisku dan ku tutup kembali resleting celanaku. Artis itu mendekati meja Pak Gunawan untuk mengambil tissue, ia melap sisa-sisa spermaku yang nempel di tangannya. Aku tidak bisa melihat banyak, aku kemudian menutup pintu dan berjaga, tanpa bisa tahu apa yang Pak Gunawan lakukan pada artis itu selanjutnya.

Share this article :

0 comments:

Post a Comment

Join Us on Facebook

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. hotceritasex - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger