Home » » Derita Ayu Sang Kupu-kupu Malam [060]

Derita Ayu Sang Kupu-kupu Malam [060]


Bandar Taruhan - "Tolong lepasin gue... Ini gak sesuai perjanjian!", teriakku ketika beberapa pria berkulit hitam mulai menggerayangiku.
"Gue gak mau diginiin!", teriakku lagi sambil mendorong pria-pria itu.
"Pak Aji!", teriak ku pada seorang bapak tua yang sebelumnya telah membokingku, namun dia diam saja lalu pergi dari ruangan ini.
Ruangan ini bergoyang-goyang, kepalaku sedikit pusing, pakaianku mulai dipeloroti oleh para pria di sini, malam ini aku bakal menjadi pelampiasan nafsu birahi para tukang angkut ini.
Aku sekarang berada di dalam sebuah kapal, ini semacam ruang tamu, ada televisi yang sedang memutar video bokep melalui dvd player, ada meja dan kursi di ujung sana, dan kasur di tengah. Ruangan ini biasanya dipakai awak-awak dan nahkoda kapal untuk beristirahat. Pekerjaan mereka adalah mengirim barang hingga ke pelosok melalui perairan.

Nasibku cukup malang, pagi itu kuterima tawaran Bang Solihin untuk ikut bersama Pak Aji Saidi. Karena bayaran yang cukup besar, aku rasa aku bisa menerimanya, cuma menemaninya selama seminggu, perjalanan dari kota kami ke kampungnya butuh sekitar dua hari, sampai sana akan bongkar muat barang, lalu balik lagi ke kota ini dan pekerjaanku selesai. Pagi itu aku diantar anak buahnya Bang Solihin ke dermaga yang lebih sering kami sebut seteher, di sana transaksi dilakukan. Aku mencari kapal kecil yang bernama Matahari Pagi, kapal yang lebih sering kita sebut motor air itu adalah milik Pak Aji Saidi. Katanya dia punya tiga buah kapal untuk mengangkut barang hingga ke hulu. Selain itu, di kampungnya Pak Aji Saidi terkenal sebagai juragan kaya, punya peternakan sapi dan kebun karet.

Awalnya aku tidak curiga, ku ikuti pria berbadan kurus kecil dan berkumil tebal itu hingga masuk ke kapalnya. Masuk ke dalam sana baru membuat pikiranku berubah, tatapan seperti serigala kelaparan yang nampak dari wajah-wajah anak buah Pak Aji membuatku sedikit curiga bahwa aku bukan saja akan dipakai Pak Aji melainkan juga anak buahnya. Pengalaman pahit itu membuatku harus mengubah hidupku, aku harus kembali ke jalan yang benar. Teman-temanku bisa melakukannya, kenapa aku tidak? Namaku Ayu, sekian lama aku telah menggeluti profesi sebagai pekerja seks komersial, pekerjaan yang merusak masa depanku, juga menghancurkan hidup remaja dan masa gadisku. Setelah berpisah dari teman-temanku yang terdahulu, hanya aku, Widya dan Lisa yang masih menerima panggilan jika dirasa memerlukan uang. Herman sudah tidak menjalankan bisnis itu, dia sudah menjadi toke sekarang, dia fokus dengan usaha berasnya uang besar itu. Satorman beralih profesi, ku dengar dia menjadi cleaning service di sebuah mall besar. Fenny dan ibunya, tante Yully juga sudah berubah, mereka menyewa kios kecil untuk membuka warung sembako kecil-kecilan untuk membina hidup mereka yang lebih baik lagi. Beberapa lagi sudah tak terdengar informasinya. Aku ingin seperti mereka, bisa menjauhi bisnis haram ini.

"Pak Aji... Tolong, ini tidak sesuai perjanjian kita...", kataku.
Pak Aji sudah tidak ada di ruangan ini, aku hanya bisa menangis. Tidak sesuai dengan perjanjian sebelumnya, Pak Aji sama sekali tidak menjamahku, malahan ia memberikan ku kepada anak buahnya.
"Pak Aji tahu apa yang kita mau...", kata satu pria yang berusaha menarik pakaianku.
"Iya... Kita butuh hiburan selama perjalanan ini...", jawab temannya yang satu lagi.
Aku tidak bisa melawan, badan mereka sedikit kekar, karena kebiasaan mereka menjadi kuli angkut, otot terlihat di badan mereka yang hitam. Aku juga tak mungkin lari, kini kapal sudah di tengah perairan, bahkan aku tidak sempat tanya ke mana kapal ini akan berlabuh. Tiga orang pria sedang mengerumuniku, dua lagi nonton bokep, duanya lagi sedang asyik meminum minuman keras. Disudut ruangan yang penuh dengan kotak-kotak yang akan dikirim, duduk sekitar lima orang yang sedang sibuk main gaplek. Aku juga tahu masih ada beberapa pria di luar ruangan, ada yang sedang mengemudikan kapal, ada yang berjaga, ada yang masih merapikan barang-barang bawaan di kabin, ada pula yang masih beristirahat di ruangan lain. Mungkin awak kapal ini ada sekitar belasan hingga dua puluhan, dan mungkin sepanjang perjalanan ini mereka semua akan menikmati tubuhku.

"Wah, pecun yang ini cantik ya, baik banget Pak Aji traktir kita yang macam ini...", olok satu pria yang sudah menelanjangiku.
Kawannya pun segera menyaut, "Kata Pak Aji pecun ini mahal, wajarlah...".
Beberapa pria yang lagi minum minuman keraspun memotong, "Oi oi oi, cepat, kita nanti juga mau!", kata mereka yang ternyata juga menunggu giliran.
"Sabar cong, kita beresin dulu..", jawab pria yang sedang memelukku.
Ada tiga orang pria yang sedang menjamah tubuhku, tangan mereka kasar sekali, badan mereka juga bau, seperti campuran antara keringat dan bau matahari. Aku sangat jijik, walaupun aku bekerja sebagai PSK namun tubuhku selalu terawat.
"Susunya macam punya anak sma nih...", kata satu pria yang sedang meremas-remas payudaraku.
Aku dibaringkan di kasur yang tergeletak di lantai, mereka bertiga mengerayangiku, menciumi bibirku, meremas-remas dadaku, dan juga meraba-raba bagian vaginaku.

Tidak banyak yang bisa aku lakukan, hanya bisa membiarkan mereka menikmati tubuhku, dan berharap semua segera usai. Dalam pikiranku setelah semua ini selesai, aku akan melangkah ke jalan yang benar, dengan hasil jerih payahku aku akan mencari usaha yang lebih halal.
"Cantik, sini abang cium...", kata satu pria langsung melumat bibirku, sambil memegangi ke dua tanganku, ia memaksa menciumi bibirku.
Satu prianya berada di tengah dan sedang asyik menyedoti buah dadaku. Dan satunya lagi, sudah pasti ada di bawah perutku, terasa geli di daerah sana, pria itu sedang tepat mengarahkan kepalanya di antara pahaku, dia memainkan lidahnya di vagina ku hingga aku menggelinjang kegelian. Sangat kasar sekali, aku tidak bisanya diperlakukan begini oleh langgananku, bahkan ini oleh banyak pria secara sekaligus. Mereka meraba semua bagian tubuhku.
"Tak tahan gue...", kata seorang pria yang segera bangkit dan melepaskan pakaiannya.
Pria itu membuka semuanya hingga tampak penisnya yang hitam besar mengacung kuat.
"Sama boi", sambut kedua kawannya juga yang segera melepaskan pakaian mereka.
Sama halnya dengan pria tadi, kedua pria itu juga menunjukkan penis mereka yang besar hitam itu.

"Cantik, sepongin dong...", pinta pria yang pertama kali membuka baju.
Lalu disusul dua pria lagi yang sambil berkata, "Kita juga mau...".
Lalu ke tiga pria itu mengarahkan penis mereka ke arah ku. Astaga, bau sekali, penis mereka bau pesing dan mengenai wajahku.
"Cepat lah diemut...", kata satu pria lalu menjambak rambutku, dia memaksaku untuk membiarkan mulutku dimasuki penis bau nya itu.
Aku tidak bisa berbuat apa-apa, dengan perasaan jijik aku pun mulai menyepong ketiga penis bau busuk itu.
"Oh yesss....", seru pria itu merasakan nikmat seponganku.
Bergantian dari satu penis ke penis yang lain, membuat rahangku sedikit lelah.
"Asyik...", desah satu pria nya lagi.
Belum selesai kusedoti penis tiga orang ini, kulihat beberapa pria sudah mendekat sambil membuka baju juga, mereka adalah yang tadinya sedang main gaplek. Wajah mereka sedikit kusut, kurasa permainan mereka membuat mereka sedikit kesal.

Dua pria yang sedang mabuk minuman keras bergabung dengan dua pria yang sedang nonton bokep. Mereka tidak perduli pergelutan kami di sini. Empat pria itu lebih tertarik menonton film bokep buatan Jepang itu, sambil mengelus-ngelus penis mereka. Kini ada delapan pria yang minta aku bergiliran menyepongi penis mereka. Hampir sama semuanya, penis mereka hitam, besar, penuh urat, dan bau pesing. Sial, seharusnya aku tidak mengambil pekerjaan ini. Hampir muntah aku mencium bau penis mereka. Aku terpaksa sesikit menahan nafas ketika menyepongi penis mereka.
"Ayo... Sampai keluar ya...", seru mereka.
Satu persatu aku sepong bergiliran hingga mereka berejakulasi, dan mereka memaksaku untuk menelan peju mereka. Aku menuruti semua itu, tidak ada yang bisa kulakukan selain melayani mereka. Delapan pria itu sudah puas dengan seponganku, mereka hanya membersihan penis mereka, lalu meraba-raba tubuhku kemudian mereka meninggalkanku terbaring di kasur ini. Mereka masih bugil, mereka mengambil botol bir dan mereka berpesta sambil nonton video porno. Dua pria masuk ke ruangan sambil membawa beberapa dus karton.
"Malam ini pop mie dulu ya...", kata satu pria lalu membagi-bagikan mie instan yang ada dalam kardus yang ia bawa.
"Mayan lah buat ganjel perut...", kata pria lain kemudian mereka menyeduh mie dalam gelas steroform itu dengan air panas dari dispenser.

Aku capek sekali setelah harus menyepong beberapa penis para pria itu. Satu pria datang menghampiriku,
"Ini mau Popmie?", ia menawarkan segelas mie cup yang memang lebih karena untuk ku.
Aku memang sedikit lapar, sehingga aku langsung menerimanya dan melahapnya. Malam yang cukup dingin, aku yang bugil terasa hangat oleh mie instan yang aku makan ini. Beberapa pria sudah menyelesaikan makanannya, mereka kemudian berpakaian kembali. Sambil menggerutu mereka pun meninggalkan ruangan ini menyisakan beberapa pria yang mulai tidur, dan aku sendiri di sini. Lalu pintu mulai terbuka lagi, beberapa pria masuk ke ruangan, wajah baru, sepertinya mereka dari luar sana.
"Wuih, bete jaga luar teeus...", kata orang-orang itu kemudian memandangku.
Mungkin mereka bergiliran bertugas menjaga kapal dan mengendarainya.
"Pengen hiburan dulu...", kata seseorang lalu melepaskan pakaiannya, disusul teman-temannya yang sekitar lima orang.

Mereka lalu menghampiriku, aku yakin mereka mau meminta jatah. Aku masih tidak bisa berbuat apa-apa, bisnis jahat ini terlanjut aku jalani. Ku simpan cup sisa makanan tadi di pinggir lalu aku rebahkan badan lagi ke kasur, dengan rela aku membiarkan mereka menggilirku. Satu pria sudah mulai menindihku, sama seperti pria-pria sebelumnya, mereka hitam, dan bau campuran antara keringat dan bau matahari. Pria itu mulai menciumi bibirku. Pria lain memegangi tanganku dan mengarahkan ke penis mereka. Pria-pria lainnya lagi mencoba meremas-remas buah dadaku. Aku sebenarnya risih harus bercinta seramai ini. Pria yang menindihku sudah mulai mengarahkan penisnya ke vaginaku, tanpa pelindung, atau biasa kita sebut kondom. Aku takut mereka tidak bersih, namun apa boleh buat, ini jalan yang harus aku ambil. Teringat aku dengan almarhum Tono, teman kami yang mempunyai sifat hyperseks, dia harus meninggalkan dunia ini karena mengidap penyakit AIDS. Aku berharap aku tidak sepertinya, semoga setelah ini aku bisa menjalani kehidupan yang lebih baik.

Pria itu mulai menggoyangkan pinggangnya ketika penisnya berhasil masuk ke vaginaku. Aku tidak bisa melawan. Dia juga menyedoti susu ku sesekali, bergantian kiri dan kanan. Teman-temannya sedang asyik menahan tanganku di penis mereka, sambil digenjot, aku harus mengocok penis teman-temannya dengan tanganku. Perjalananku masih panjang, ini baru malam pertama perjalanan, sedangkan aku sudah sepakat untuk menemani mereka selama seminggu hingga kapal berbalik ke kota ku lagi. Memang derita bekerja seperti ini sangat besar, aku harus sanggup sampai waktunya tiba.
"Aaahhhh.....", desah pria itu ketika lima belas menit berlalu, ia mempercepat irama genjotannya, dan berhasil berejakulasi di dalam vaginaku.
"Cepat gantian, ga tahan nih...", seru temannya sambil menarik pria itu sehingga penisnya tercabut keluar dari vaginaku.
Pria lain segera mengambil posisi, ia membalikkan aku, sehingga ia akan menggagahiku dari belakang. Dengan gaya doggie, ia langsung menancapkan penisnya dari belakang, teman-temannya pun mengambil kesempatan dengan berlutut di depanku dan mengarahkan penisnya untuk ku sepong. "Ah...", desah temannya itu ketika aku menjilati ujung penisnya.

Beberapa menit berlalu, pria itu menggerakkan tubuhnya kencang sekali hingga aku bergetar tak karuan ke depan dan ke belakang.
"Yes! Pecun asyikkk...", serunya menyodok lebih dalam sambil meremas susuku dari bawah.
"Gue mau keluar...", deaahnya mempercepat irama.
"Ah ah ah...", aku sedikit kesakitan ketika ia meremas lebih kuat buah dadaku, terus hingga ia berejakulasi.
"Nyaman...", katanya sambil mulai lelah dan menarik penisnya keluar.
Pria selanjutnya masih memilih gaya yang sama, ia langsung saja menyodok vaginaku dari belakang. Aku bagaikan piala bergilir bagi mereka. Yang lainnya masih dengan gaya yang sama, mereka meraba buah dadaku, memegangi tanganku untuk mengocokkan penis mereka, dan satu berdiri di depan memintaku untuk mengulum penisnya.

Setengah jam berlalu, pria itu mulai berejakulasi di vaginaku, ia mengejang dengan kuat dan mendesah kenikmatan. Segera digantikan pria lain yang sudah tidak sabar. Mereka mulai mengangkatku, kali ini satu pria berbaring, sedangkan pria yang lain mengangkat tubuhku agar berjengkok tepat di atas selangkangan pria yang berbaring itu. Mereka ingin aku bergaya Women In Top, dengan mudahnya vaginaku dimasuki penis yang sudah mengeras itu, 'BLEPS..'. Para pria yang tadi menarikku naik mulai mendorong ringan tubuhku, dan diangkat, sehingga penis pria yang terbaring itu bergoyang di vaginaku. Aku mengikuti gerakannya, kubantu dengan goyangan pinggulku, maju mundur, kiri kanan, dan naik turun. Pria lain mengambil posisi di samping, kiri dan kanan, memintaku sambil menyepongi penis mereka. Dalam satu aksi, aku melayani beberapa pria secara sekaligus. Bibirku mulai tak terasa, bagai terbius, gesekan-gesekan penis mereka membuatku terbiasa menyepong penis besar hitam dan bau itu. Aku merasa nikmat juga menggoyangkan bokongku, berputar-putar hingga seperti penis pria itu bergejolak di dalam liang vaginaku. "Ah....", desahku merasakan hasrat tiada tara. Ingin sekali aku hanya berkonsen di vaginaku, namun pria-pria yang memintaku menyepong memaksaku untuk terus melanjutkan sepongan. Aku terpaksa menjilati dengan cepat, kusedot-sedot terus hingga salah satu pria mulai berejakulasi, ia menahan wajahku dan berkata, "Ditelan dong...". Ia menyemprotkan spermanya di dalam mulutku dan memaksaku untuk menelan semua sperma yang ada di dalam mulutku itu.

Memang sedikit jijik, namun inilah pekerjaanku. Aku kemudian melanjutkan sepongan terhadap pria yang lainnya. Ku kerahkan kemampuanku agar mereka segera berejakulasi, ini sedikit membantu agar mereka tidak berlama-lama mengerjaiku. Satu persatu pria jatuh, mereka mulai berejakulasi karena seponganku. Hanya pria yang berbaring di bawah ini yang belum sekali pun mengejang, nampak ia masih penuh semangat. Ia bahkan meremas dadaku dengan kuat. Aku masih menggerakkan pinggulku, enak terasa, bahkan nikmatnya hingga ke ubun-ubun. Para pria yang tadi ku sepong sudah mundur setelah aku menelan semua sperma mereka, mereka pun akhirnya lelah dan beristirahat. Aku rasa tinggal pria di bawah ini, setelah ia terpuasi, mungkin aku bisa beristirahat sejenak. Pinggulku sedikit capek, aku memaksanya bergoyang agar segera selesai.
"Ah ah ah...", desahku merasakan penis pria ini mengobok-ngobok liang vaginaku.
Oh yes, rasanya seperti aku yang merasakan nikmat tak terkira. Pria itu membantu dengan memegangi bagian paha ku. Ku lihat wajahnya juga penuh nikmat, ia tersenyum hingga nampak giginya yang sedikit kuning.
"Dikit lagi sayang...", katanya memintaku mempercepat irama.
"Oooooooo......", desahnya pertanda ia telah berejakulasi, wajahnya terlihat bangga telah menyemprotkan spermanya di vaginaku.

Ia mulai lelah dan menutup matanya. Demikian juga aku, aku segera bangkit, dan tentu saja, cairan kental mengguyur keluar dari vaginaku seiring aku menarik vaginaku lepas dari tusukan penisnya. Aku mencari bidang untuk merebahkan badanku sebentar, pinggulku terasa lemas, aku butuh istirahat sejenak. Sial, belum sempat aku merenggangkan pinggangku untuk beristirahat, aku kembali di dekati beberapa pria. Pria ini yang tadinya sedang menonton bokep, mereka mulai membuka baju dan ingin menggagahiku. Bukan cuma mereka, masuk lagi dua pria dari arah luar, mereka pun langsung berjalan ke arah ku. Aku tidak kuat lagi, aku coba memohon,
"Tolong, aku capek... Aku butuh istirahat...", namun tidak ada gunanya.
Mereka sudah membugili diri sendiri dan siap memperkosaku bergiliran.

Para pria itu saling berbagi tugas, dua memegangi tanganku hingga badanku terbuka lebar, duanya lagi memegangi kakiku hingga selangkanganku terbuka, satu prianya mengkobel vaginaku, dan satunya lagi sedang berjongkok mengarahkan penisnya ke mulutku. Sakit, vaginaku perih gara-gara tadi sudah melayani banyak pria, kini harus dikobel secara kasar oleh pria ini. Aku tidak bisa memohon lagi, mulutku tersumpal sebuah penis besar, jembutnya lebat hingga nampak seperti kribo, dan mengenai hidungku. Ku lihat jam dinding yang berada di atas televisi itu menunjukkan jam 00:37, aku belum bisa beristirahat, entah sampai besok pagi aku harus melayani mereka. Tubuhku terasa lemas, hanya bisa mengikuti irama genjotan pria yang menusukkan penisnya di vaginaku. Pria lain memegangi tanganku dan diarahkan ke penis mereka, seperti tadi, mereka ingin aku mengocokkan penis mereka. Lelah, aku tidak mampu mengikuti kemampuan mereka hingga pandanganku gelap, aku rasa aku terlelap.

Agen Bola - Bandar Taruhan - Bandar Bola - Taruhan Bola - Judi Bola - Agen Sbobet - Agen Maxbet - Agen 368bet - Agen Cbo855 - Agen Sabung Ayam
Share this article :

0 comments:

Post a Comment

Join Us on Facebook

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. hotceritasex - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger