Home » » Teman Baruku, Bandi si Psycho, Pengincar Gadis Jepang [057]

Teman Baruku, Bandi si Psycho, Pengincar Gadis Jepang [057]


Bandar Taruhan - Entah bagaimana kami menjadi akrab, nama Subandi, kami memanggilnya Bandi. Pemuda yang tumbuh penuh rasa dendam terhadap Jepang. Dia temannya Siti Fatimah, kata Siti sih Bandi pernah magang di mall ini, makanya dia kenal. Namun aku sedikit menemukan keakraban dengan nya. Jika malam tidak ada kegiatan dengan Siti, maka aku akan ngumpul dengan Bandi. Dia menjadi kawan baruku sekarang, orangnya asyik, sekarang duduk di semester sembilan dan menyusun skripsi, makanya dia sedikit longgar karena tidak ada mata pelajaran lagi di semester ini. Konon katanya, dia punya keluarga yang dibunuh saat penjajahan Jepang, tidak banyak yang ia ceritakan, namun dari kelakuannya aku yakin dia sangat membenci Jepang. Aku pernah main ke rumahnya, rumah yang ia tinggali sendirian itu sangat klasik, cukup menakutkan. Ia tidak suka dengan manga atau pun anime, tidak ada kata Naruto, Kamen Rider, Ultraman, One Piece, Fairy Tales, maupun kartun Jepang lainnya yang lagi tren sekarang ini. Bahkan yang paling menakutkan, ia pernah bercerita, setelah lulus, ia akan ke Jepang, dan mengacau di sana. Aku hanya menjadi pendengar yang baik saat itu, aku kira dia sedikit gila dengan ide nya. Namun hari ini, aku pun akhirnya tau apa yang telah ia rencanakan.

"Bro Satorman, ketemuan yuk, gue mau minta tolong", kata Bandi melalui hp.
Aku bingung apa yang ingin Bandi bicarakan denganku.
"Ok, tempat biasa", kataku lalu mematikan panggilan.
Entah penting atau tidak, namun untungnya aku sedang tidak ada janji dengan Siti. Aku pun memacu motorku meninggalkan kost untuk menuju sebuah cafe, tempat di mana kami sering berkumpul, bukan saja dengan Bandi, namun dahulu kala dengan teman-teman lamaku yang telah meninggalkan aku. Bandi duduk di sebuah meja, sendirian, ia terlihat galau, dengan ditemani sebungkus rokok LA dan bir Guinness, aku rasa ia sedang ada masalah.
"Hai bro, apa kabar?", tanyaku.
"Wew, cepat juga bro sudah sampai", sapanya.
"Malam ini ga ada janji dengan Siti kan?", tanya nya.
"Well, kebetulan Siti lagi malas keluar", jawabku ketika duduk dan mengambil sebatang rokok dari bungkusannya.
"Nampaknya kamu banyak masalah?", tanyaku penasaran.
Mukanya sedikit kusut, gerak-geriknya seperti sedang gemetaran.
"Gue... gue... gue pengen...", katanya sedikit terbata-bata.
"Ada apa bro? Ceritakanlah", kataku agar ia mengungkapkannya.
"Gue pengen melampiaskan sesuatu yang gue pendam", jawabnya sambil menatapku dengan wajah yang cukup serius.

Aku sedikit bingung, ku tarik alisku naik, seolah bingung apa yang ia bicarakan.
"Bro, bantu gue nyulik orang...", katanya sedikit pelan dan berbisik.
Kata-katanya itu membuatku tersentak kaget. Bandi mempunyai rencana gila.
"Jangan bilang lu ga bisa bantu gue...", katanya lagi untuk memaksaku.
"Tapi bro..", kataku sambil geleng-geleng.
Bandi lalu mengeluarkan selembar foto dari saku jaket yang ia pakai.
"Namanya Naomi Tatsuno, orang Jepang, mahasiswi baru, semester pertama", katanya sambil melihat reaksiku.
"Ini gila bro...", kataku.
Bandi terlihat kesal, ia menenggak bir lalu tertawa,
"Gila katamu? Hahaha...", ia lalu melihatku.
"Bro, pelan-pelan, di sini ramai", kataku agar Bandi tidak tertawa lebih keras, ia sedang mabuk sepertinya.
"Lucu lu bro... Lu bilang ini gila? Lu lupa apa yang lu ceritakan mengenai masa lalu lu?", katanya lalu kembali tertawa, "Hahaha".

Sial, aku mempercayakan orang yang salah, pikirku Bandi adalah teman yang baik, sehingga aku percaya dan terbuka padanya.
"Semester pertama Naomi sudah tebar pesona, banyak gadis lokal kita yang tidak suka dengannya", kata Bandi dengan serius menjelaskanku alasannya.
"Aku tidak mau ada pria kita yang jatuh di tangannya", lanjunya, "Gue harus memberinya pelajaran sebelum dia bertingkah lebih dari itu".
Aku mengambil foto itu dan memperhatikannya, gadis putih nan cantik, apa yang akan dilakukan Bandi terhadapnya? Singkat cerita kami pun deal, aku terpaksa membantunya. Naomi anak Jepang, ia terpaksa kuliah di sini karena ayahnya dimutasikan ke sini, sebuah perusahaan internasional yang cukup besar. Cuma dalam beberapa bulan saja, Naomi yang centil bisa beradaptasi dan mempelajari bahasa Indonesia dengan baik. Bandi sudah punya rencana matang dan malam ini kami harus beraksi.

Malam itu, Bandi sudah buat janji dengan Naomi, cuma ingin sekedar ngobrol-ngobrol katanya. Agar Naomi tidak curiga, Bandi pun mengajak bertemu di sebuah cafe. Naomi yang suka bergaul itu tidak sedikit pun curiga, kami menemukannya sampai terlebih dahulu di cafe, ia sendirian menunggu sambil menikmati minumannya yang berwarna hijau ke putihan, mungkin green soda namanya.
"Hai Naomi, ini teman saya namanya Satorman", Bandi memperkenalkanku kepada Naomi.
Memang cantik anak ini, wajahnya putih mulus seperti artis bokep Jepang yang membuat penisku mengaceng, kini aku tidak ragu lagi membantu rencana Bandi.
"Senang berkenalan", Naomi yang manis berjabat tangan denganku lalu mempersilahkan kami untuk duduk.
"Teman saya ini suka banget dengan budaya Jepang...", kata Bandi membuka pembicaraan.
Hahaha, dalam hatiku pun berceletuk, aku cuma suka bokep Jepang, sedangkan Bandi tidak ada satupun yang ia suka dari Jepang. Kami pun mulai berbincang ketika menu minuman kami pesan. Dari membahas kota-kota di sana, wisata, hingga mengenai manga atau cerita kartun di sana. Aku memang pernah membaca komik Jepang seperti Dragon Ball, Naruto dan One Piece. Ternyata Naomi juga sedikit tahu tentang itu.

"Saya ijin ke belakang ya", kata Naomi sedikit kebelet karena pembicaraan kami sedikit panjang. Aksi Bandi selanjutnya adalah memasukkan obat ke dalam minuman Naomi, entah obat apa, namun kata Bandi itu bisa membuat Naomi teler. Dengan hati-hati ia melihat sekitar, lalu memasukkannya dengan wajah tersenyum. Naomi kembali, dan kami meneruskan pembicaraan kita.
"Tunggu ketemu, Naomi kasih cindramata", kata Naomi yang ternyata ia membawa banyak pernak-pernik Jepang ke Indonesia.
Tak lama membahas cindramata, seperti bendera koinibori dan sebagainya, Naomi mulai terlihat lain,
"Saya tiba-tiba pusing", katanya.
"Ayo saya antar pulang", Bandi pura-pura menawarkan bantuan.
"Tidak usah repot-repot, sebentar lagi mungkin ayahku datang menjemput", katanya.
Karena takut ayah Naomi datang menjemput, Bandi terus-terusan memaksa untuk mengantar pulang,
"Kamu sakit Naomi, bahaya kalau menunggu lama di sini, takut ayahmu kelamaan ke sini", Bandi memaksa hingga Naomi tidak tahan dengan pusingnya. Ia pun mengikuti saran Bandi, Naomi ikut dengan kami.

Setelah membayar, kami segera meninggalkan lokasi. Karena takut Naomi pingsan, alasan kami, Naomi terpaksa kami letakkan duduk di tengah motor, Bandi membawa motor, dan aku memipit dari belakang. Naomi sudah nampak tak sadarkan diri, aku memeluknya dari belakang, sesekali aku memegangi paha dan dadanya ketika melewati jalan yang sepi. Sedangkan Bandi yang membawa motor, ia tahu ia harus membawa Naomi ke mana, ia pun sedikit risih karena susu Naomi menyentuh punggungnya. Sebuah gubuk di tengah sawah, kata Bandi dulu kakeknya pernah bercocok tanam di sini, di gubuk ini Bandi sering main bersama kakeknya ketika kecil. Naomi kami bopong masuk dan kami ikat di kursi kayu. Mulutnya kami tutup dengan lakban agar ia tidak berteriak. Bandi tidak sabar ingin menyiksanya.
"Lu tahu ga bro? Gue nih paling benci orang Jepang", katanya.
"Hahaha, biarpun kita kenal ga lama, gue dah tau sifat lu bro", jawabku mempersilahkan Bandi meluapkan emosinya.
Bandi mengambil ember yang berisi air, lalu menyiram Naomi hingga ia terbangun. Naomi kaget dengan keadaannya, namun ia sudah tidak bisa ngomong maupun berteriak, mulutnya tidak dapat terbuka karena tertutup lakban.
"Bangun juga lu", kata Bandi.

Aku mengambil sebuah kursi dan duduk di sudut sana sambil melihat aksi Bandi. Kunyalakan rokok yang ku bawa. Entah apa yang akan Bandi lakukan terhadap Naomi, namun aku yakin bakal sesuatu yang sadis.
"Dasar Jepang sialan!!!", teriak Bandi lalu menampar pipi Naomi.
'PLAK' ia menampar kiri dan kanan 'PLAK!' terus-terusan hingga pipi Naomi memerah. Naomi menangis karena kesakitan. Air matanya mengalir deras hingga ke pipi nya. Bandi menjambak rambut Naomi agar Naomi melihat dengan jelas,
"Gue bakal hancurin Jepang!!!", kata Bandi.
Bandi lalu mengambil pisau cutter yang ada dalam saku nya. Sial, jangan-jangan dia mau membunuh gadis Jepang itu.
"Bro!!", teriakku agar Bandi tidak melakukan hal lebih buruk.
Namun belum sempat bangkit, aku sudah melihat Bandi mengarahkan pisau cutternya ke arah Naomi. Bandi merobek-robek pakaian Noami dengan cutter itu secara kasar. Untunglah Bandi tidak begitu bringas, ia memotong semua baju dan rok Naomi. Naomi coba melawan namun ikatan begitu kuat sehingga ia tidak bisa melakukan apa-apa hingga pakaiannya tercabik-cabik dalam ukuran kecil. Naomi masih menangis karena perlakuan Bandi, kini Naomi sudah bugil, bra dan celana dalamnya tak luput dari sobekan pisau cutter Bandi.

Penisku mengaceng melihat keadaan Naomi yang bugil terikat. Susunya putih dan terlihat segar karena ranum. Tidak seperti bintang porno Jepang yang sering ku lihat di video, Naomi jelas masih muda, ia masih remaja, putingnya masih merah muda, tidak seperti artis bokep yang putingnya sudah menghitam. Jembutnya cukup lebat, aku tak sabar ingin menikmatinya. Namun aku biarkan Bandi meluapkan emosinya dahulu, setelah puas, aku yakin Bandi akan menyerahkannya padaku.
"Ini dia, Jepang yang dulu pernah menjajah kita!", kata Bandi sambil menampar-nampar pelan pipi Naomi.
"Jepang juga yang menguasai pasar elektronik dan kendaraan di sini", lanjutnya,
"Jepang itu iblis", Bandi marah lalu menampar buah dada Naomi.
"Jepang penuh dengan perjudian dan yakuza!!!", teriak Bandi yang tidak henti-hentinya menampar pipi dan payudara Naomi.
"Jepang juga yang merajalela industri bokep dan menghancurkan bangsa kita!!!", teriak Bandi lalu memberikan tinjuan keras di perut Naomi.
Memang kejam perlakuan Bandi, setidaknya Naomi tidak tahu menahu, ia tidak terlibat dalam semua kejahatan yang Bandi sebutkan itu. Namun aku cuma bisa diam menikmati penyiksaan ini, aku malah mengeluarkan penisku sambil ku raba-raba, menonton Naomi yang sedang bugil tak berdaya itu.

Suasana mulai dingin, air hujan mulai bertetesan di malam ini. Hanya sebuah lampu pijar yang remang-remang menyinari gubuk reot ini. Bandi masih melakukan penyiksaan dengan menampar pipi dan menjambak rambut Naomi.
"Man, lu mau siksa gimana?", tanya Bandi padaku.
"Lu aja dulu bro, gue tunggu lu puas aja nyiksanya", jawabku.
"Gue sih pengen banget bunuh orang Jepang", kata Bandi membuatku kaget.
Naomi yang mendengar demikian pun kaget, ia coba meronta-ronta, ia menggelengkan kepalanya agar Bandi tidak membunuhnya.
"Jangan sadis bro", kataku.
"Gue tahu sifat lu bro", kata Bandi, "Lu pasti pengen kan ngentot nih cewek?", tanya Bandi.
Aku pun tersenyum karena Bandi tahu dengan kemauanku.
"Lu perkosa saja dulu bro, daripada entar gue siksa dulu malah lu ga doyan dah", katanya sambil menyingkir, ia menyerahkan Naomi bugil yang terikat tak berdaya itu.

Kapan lagi aku bisa mengentot cewek Jepang? Ini waktunya, aku segera membuka pakaianku hingga bugil, cuaca dingin ini membuatku semakin bersemangat untuk menyetubuhi gadis Jepang itu. Naomi menggeleng-gelengkan kepalanya, ia seperti memohon agar aku tidak memperkosanya, namun itu malah membuatku semakin bergairah. Ku dekati Naomi dan langsung saja ku raba dadanya, seperti puding yang kenyal, aku meremas dada putih itu. Sungguh menarik, susu putihnya sangat menggodaku, puting pink nya pun ku cubit-cubit dan ku putar-putar hingga Naomi bergeliat seperti minta ampun. Aku mulai mendekatkan wajahku ke susunya, kujilati sekitaran dadanya, lalu memutar menjilati putingnya itu. Susu gadis Jepang itu membuatku semakin bernafsu. Lebih menarik dibanding aku menonton AVJapan, gadis ini masih loli, aku sangat suka. Kuremas susunya lalu kuciumi juga, aku pun menyedoti putingnya hingga Naomi meronta-ronta seperti kegelian.
"Kamu cantik sekali Naomi..", kubisiki di dekat telinganya.
Gadis muda Jepang ini sangatlah putih, dia juga harum. Aku sudah tidak sabar ingin merasakan tubuh cewek Jepang.

Ku buka pakaianku segera, penisku mengaceng kuat, ku perlihatkan ke wajah Naomi, ia ketakutan dan memalingkan wajahnya dengan mata tertutup. Sebenarnya aku ingin dia menyepong penisku, namun mulutnya terlanjur dilakban Bandi, kami takut ia berteriak sehingga terdengar orang, walaupun kami yakin gubuk ini aman. Aku pun selanjutnya menampar-namparkan penisku di wajah Naomi, pipinya yang merah karena tamparan Bandi terus ku gosok dengan penisku, basah juga karena air matanya.
"Hmmm... Hmmmm...", Naomi coba berteriak namun lakban tertutup erat di mulutnya.
Ku lihat Bandi entah sibuk apa, banyak yang ia bawa di dalam tasnya, bukan hanya tali untuk mengikat Naomi tapi beberapa benda memenuhi tasnya. Bandi masih memeriksa isi tasnya sendiri, seolah mencari sesuatu untuk digunakannya menyiksa Naomi. Aku tidak mau menghiraukannya, Bandi memberikan kesempatan ini kepadaku, aku harus memanfaatkannya dengan baik.
"Maaf Naomi, aku selalu menonton video Miyabi, Sora Aoi, Misa Kudo, dan teman-temannya, namun baru kali ini aku bertemu gadis Jepang asli depan mata...", kataku sambil membuka selangkangan Naomi dengan paksa.
Jembutnya ku belai-belai dengan tanganku, lalu kuciumi harum vaginanya. Ku buka lubangnya dan ku lihat, masih merah muda, sangat indah, aku pun kemudian menjilatinya. Naomi mencoba berontak, namun sia-sia, kujilati klitorisnya hingga ia merintih kegelian tidak bisa menahan. Puas menjilati Naomi hingga ia bergelinjang, aku pun menusukkan penisku segera, aku tidak mau otongku menunggu lama.

"Wah... Sempittt oi...", desahku kenikmatan saat menusukkan penisku ke liang vagina Naomi.
Kakinya ku angkat dan ku buka lebar, cukup sulit menerobos masuk vaginanya. Aku rasa Naomi masih perawan, vaginanya yang sempit sangat membuatku menikmatinya. Hangat terasa penisku masuk ke vaginanya, perlahan ku tarik keluar masuk,
"Oh......", aku merasakan nikmat tiada tara.
Sedangkan Naomi menangis terus-terusan, ia tak menyangka ini akan menimpanya. Sorry Naomi, aku bukan mau menyakitimu, aku hanya ingin menikmatimu. Dengan kondisi yang masih terikat di kursi, kaki yang terbuka lebar dengan dipegangi tangan ku, aku terus menggenjot Naomi. Kursi kayu yang sedikit reot itu pun bergerak-gerak seirama dengan genjotanku, seolah kursi ini akan segera rusak dan hancur. Aku tidak memperdulikannya, tubuh Naomi maju mundur karena genjotanku, nampak seperti dia sedang duduk di kursi goyang. Sesekali aku meremas buah dada kecil segarnya yang berwarna putih mulus itu, kiri dan kanan, puting merah mudanya pun tak luput dari jariku. Ku putar-putar puting kecilnya itu seperti mencari tuner radio. Naomi masih tidak bisa menerimanya. Ia terus meronta-ronta, hanya suara kecil yang terdengar, "Hm... Hmm... Hmmm... Hmm..". Cantiknya Naomi membuat aku sangat tertarik, dengan kulit yang putih, serta gerakannya menolak diperkosa, membuat aku semakin bernafsu.

Genjotan terus ku lakukan hingga aku merasakan klimak, penisku sudah tak tentu rudu menahan sperma yang akan tersemprot. Aku tak mampu menahannya, terlalu nikmat, aku tak bisa menahan ejakulasi hingga sperma pun tersemprot di dalam vagina Naomi.
"Ah... Nikmat sekali....", sedikit kecewa karena cepat sekali menyelesaikannya, namun apa daya, ini terlalu nikmat, aku tak mampu menahannya.
Penisku akhirnya ku tarik dari vagina Naomi secara perlahan. Kulihat arah vagina Naomi yang menetes sisa sperma yang keluar ketika ku tarik penisku, tampak pula ada warna merah yang tercampur dengan cairan putih itu. Sial, setelah selesai, kubalikkan badan, ternyata Bandi sedang merekam adegan aku memperkosa Naomi. Pikirku ia dari tadi sibuk menyiapkan bahan untuk menyiksa Naomi, ternyata ia mencari handycam untuk mengambil video ini.
"Pas banget bro... Gue dah siap nyiksa tuh bajingan", kata Bandi meletakkan handycam ketumpukan kayu sambil diarahkan ke arah Naomi sehingga tetap terekam. Bandi lalu mengambil tali dan beberapa potong bambu yang berada di sudut gubuk.

"Enak bro, lu ga mau ngentotin dia?", tanyaku pada Bandi.
"Enggak ah, najis penisku masuk ke memeknya!", jawab Bandi sedikit jijik terhadap Naomi.
Bandi kemudian mendekati Naomi, ia lalu melepaskan ikatan Naomi.
"Sudahku kira ini kursi ga bakal tahan dengan genjotan", kata Bandi lalu melempar jauh kursi reot itu.
Naomi nampak tak bertenaga, ia lunglai sehingga dengan mudah Bandi kembali mengikatnya. Kini Bandi mengikat Naomi dengan sebatang pucuk bambu, tangan Naomi direntangkan lebar kiri dan kanan dengan bambu membentang di belakang. Diikatnya tangan Naomi ke bambu yang berarah horizontal itu, lalu Bandi melempar tali itu ke atas dek di mana ada sebuah kayu lintang penyangga gubuk. Bandi menariknya, hingga Naomi tertarik ke atas dengan tangan terbuka. Naomi menangis kesakitan, tubuhnya terbuka lebar, dengan kaki yang hampir tidak berjejak ke lantai. Bandi pun bertanya sekali lagi padaku,
"Masih mau nikmati bro? Atau gue siksa nih?", tanya nya.
Tenagaku belum pulih, si otong baru saja melemah, sehingga aku harus sudahi sampai di sini,
"Lanjut aja bro", kataku.
Dengan tubuh masih bugil, aku kembali duduk dan menikmati rokokku, sambil melihat apa yang akan dilakukan Bandi terhadap gadis Jepang itu.

Bandi tersenyum sambil berkata, "Jangan nyesel ya..", lalu ia melepaskan ikat pinggangnya.
Aku pikir dia akan membuka celananya untuk memperkosa Naomi, namun sesuatu yang membuatku kaget, Bandi benar-benar tidak tertarik untuk menyetubuhi Naomi. Bandi mencambukkan ikat pinggangnya ke tubuh Naomi yang berkulit putih itu. Naomi tersentak karena sakitnya cambukan, kulihat kulit putihnya memerah segaris dengan bekas cambukan. Naomi tak bisa berteriak, hanya terdengar suara "Hmm! Hmm!!!", ketika Bandi mencambukkan ikat pinggangnya. Sadis memang, namun entah mengapa aku menjadi tertarik melihat penyiksaan itu. Penisku kembali mengeras seketika, namun aku tak mungkin meminta Bandi skip cambukannya. Aku terpaksa membiarkan Bandi meluapkan dendamnya, aku sudah terlanjur bilang lanjut padanya. Sambil merokok, aku menikmati penyiksaan Naomi, kuremas-remas pula penisku yang mengeras dan melihat Naomi terus dicambuk oleh Bandi. Naomi terus menggeliat kesakitan, matanya sudah sayup-sayup karena sedari tadi terus menangis. Badannya penuh garis merah karena bekas cambukan, putihnya kulit Naomi membuat luka cambukan terlihat kontras. Cukup lama hingga Bandi merasa puas, ia pun mengenakan kembali ikat pinggangnya. Entah apa yang akan ia lakukan lagi kali ini, namun ku lihat ia berbalik dan datang ke arahku. Semoga saja Bandi mempersilahkan ku kembali memperkosa Naomi.

"Pinjam korek bro", Bandi mengambil korek gas ku yang terletak di tumpukan kayu.
"Hahaha, ngaceng lagi? Entar ya...", ejek Bandi melihat penisku mengeras.
Aku sedikit bingung apa yang akan Bandi lakukan terhadap Naomi, apa dia akan membakarnya hidup-hidup? Bandi mulai mendekati Naomi lagi, tubuh Naomi yang tergantung seperti huruf T itu kemudian diraba Bandi. Ia sengaja memegangi daerah bekas cambukkannya sehingga Naomi kesakitan. Tak lama dari itu, Bandi pun menyalakan korek gas, diarahkannya ke vagina Naomi hingga jembutnya terbakar. Naomi bergelinjang kepanasan di arah vagina, Bandi tidak menghiraukannya, jembutnya terbakar, hingga kulit di sekitarnya ikut memerah karena panasnya api. Aku mencium bau rambut terbakar, sungguh kejam Bandi menyiksa Naomi. Aku hanya terus mengocokkan penisku menikmati penyiksaan keji itu.
"Hahahaha...", Bandi tertawa puas. Ia sangat menikmati rintihan kesakitan Naomi.
Tak hanya sampai di sana saja, kini Bandi mengambil benda yang ada di dalam tasnya lagi. Benda yang sama seperti milik almarhum Tono, itu adalah sextoy. Aku heran kenapa Bandi mengeluarkan itu, padahal dia tidak tertarik dengan tubuh Naomi. Mungkin ia ingin menyiksa dengan cara lain.

Bandi memegang benda yang panjang dengan kepala bulat, kepalanya seperti banyak bulatan dot dan berputar-putar.
"Kali ini lu bakal menikmatinya kok", kata Bandi menyentuhkan benda itu ke arah puting Naomi.
Benda itu berputar-putar dan bergetar-getar di puting susu Naomi. Itu membuat Naomi kegelian, ia terlihat bergetar karena ingin menghindari benda itu, namun Bandi terus saja menyentuhkannya ke puting Naomi yang merah muda itu. "Hmmm!!! Hmmm!!!", Naomi menahan geli yang luar biasa, putingnya kiri dan kanan terus dikerjai oleh Bandi, hingga ku lihat Naomi meregangkan kakinya karena menahan geli. Beberapa menit mengerjai Naomi, Bandi lalu menghentikannya sebentar. Ia mulai membuka selangkangan Naomi hingga terbuka lebar, dengan menggunakan benda tadi, Bandi kembali mengerjai Naomi, kali ini ia menggosokkan benda yang bergetar itu ke arah vagina Naomi. "Hmmm! Hmmm!!! Hmmmm!!!", kali ini terdengar suara yang lebih keras, Naomi benar-benar kegelian, Bandi memutarkan benda itu di klitoris Naomi hingga Naomi tidak bisa menahan kegeliannya.

"Enakkan penjajah?", tanya Bandi tak mau melepaskan bendanya di klitoris Naomi.
Tubuh Naomi bergetar-getar, hingga beberapa saat, kakinya kembali direnggangkan karena menahan geli. Dan kemudian kulihat Bandi tertawa, ia mendapatkan air yang menyucur deras dari vagina Naomi.
"Hahahaha, dasar pelacur!!!", kata Bandi yang belum saja puas mempermainkan klitoris Naomi, bendanya terus bergetar di vagina Naomi.
Sedangkan Naomi sudah mengelinjang tak tahan, air terus menyucur deras dari vaginanya, hingga membasahi tangan Bandi. Aku masih mengocok penisku sambil menonton adegan itu, rokok pun sudah habis beberapa batang. Bandi sudah cukup lama mengerjai Naomi, apakah dia belum puas? Aku sebenarnya masih ingin menikmati gadis cantik itu, namun Bandi belum menyerah, aku pun terpaksa menunggu giliran yang cukup lama. Bandi mulai membersihkan tangannya yang basah dengan menggunakan sisa baju Naomi yang tercabik-cabik tadi. Kini Bandi kembali mencari sesuatu di tasnya, ia terlihat mengambil sesuatu. Jepitan seperti jepit aki yang bergerigi, dua buah dia ambil, lalu ia jepitkan tepat di puting susu Naomi hingga Naomi tersentak kesakitan. Mungkin putingnya terluka, aku yakin benda itu akan menjepit kuat, apalagi terbuat dari logam dan berbentu gerigi, puting susu Naomi bakal putus kalau ditarik. Namun kulihat Bandi hanya membiarkan jepitan itu di puting susu Naomi, sedikit darah mengucur ke sekitaran susu putih Naomi.

Bandi kembali mencari perlengkapan, ia mengambil benda panjang berbentuk penis, besar sekali, lalu ia memencet tombolnya, dan penis itu pun mulai bergetar dan bergerak. Bandi menusukkan penis elektrik itu ke vagina Naomi yang basah, Naomi kembali bergelinjang karena Bandi menusuk paksa hingga penis itu hampir terbenam semua. Dengan beberapa tali rapiah, Bandi mengikatkan benda itu ke paha Naomi, hingga benda itu tak bisa lepas dari vagina Naomi.
"Hahaha, aku mau lihat cewek bokep Jepang bertahan", katanya membiarkan benda itu berputar-putar di dalam vagina Naomi.
Naomi terus saja meronta-ronta karena benda itu terus mengocok vaginanya, entah meronta kesakitan ataupun kenikmatan, namun kulihat Naomi terus menangis. Bandi berdiri tegak melihat Naomi yang terus meronta tak berdaya.
"Bro, lu masih mau pakai ga?", tanya Bandi.
"Mau lah, perek gratis siapa yang nolak", jawabku.
"Sabar ya, gue mau lihat dia kenikmatan hingga akhir", katanya dengan senyum yang mengerikan. Naomi masih berontak, kakinya diusahakan bertendang-tendangan agar benda itu lepas, namun percuma saja, ikatan Bandi cukup erat. Cukup lama Naomi meronta-ronta dengan mata yang termelek, hingga tenaganya habis, ia mulai lunglai dengan vagina yang masih tertancap penis elektrik. Kulihat banyak air yang membasahi lantai, air itu keluar menetes dari vagina Naomi.

Aku rasa sudah cukup karena Naomi sudah mulai tak sadarkan diri, namun Bandi masih membiarkan penis buatan itu berputar-putar di dalam vagina Naomi.
"Jangan ganggu dulu, biarkan dia tertidur pulas, hahahaha", kata Bandi.
Aku sudah mengocok penisku hingga hampir berejakulasi, aku tak sabar menunggu Bandi mengakhiri penyiksaannya terhadap Naomi. Bandi sepertinya belum puas, ia terus-terusan memandangi Naomi yang terlelap dengan penis buatan yang belum dilepaskannya, seolah Bandi masih mencari ide untuk mengerjai Naomi. Hujan masih deras di luar sana, cukup gelap, lampu pijar dalam gubuk ini hanya bisa menyinari seadanya tepat ke arah Naomi. Rokok pun sudah hampir sebungkus aku habiskan. Bandi mulai baring di lantai memandangi Naomi yang tak sadarkan diri. Kulihat beberapa kali Bandi menguap, hingga ia pun terlelap. Nafsuku sedari tadi mengocok penis sudah saatnya kembali kuluapkan. Bandi sudah tertidur, aku pun bangkit dan mendekati Naomi. Kulihat badannya penuh luka cambukan, kasihan memang, kulit putih mulusnya mungkin harus cacat. Aku pun kemudian melepaskan jepitan yang ada di puting susu Naomi, sedikit bekas darah di sana. Putingnya yang kecil itu terluka, aku coba membersihkan darah itu dengan lidahku. Ku sedoti susunya, ada sedikit bau amis karena darah. Penisku mengaceng kuat, aku tak sabar ingin sekali menyemprotkan lagi spermaku.

Ku rendahkan lagi gantungan tubuh Naomi sehingga aku mudah memeganginya. Penis buatan yang Bandi tusukkan kini telah ku lepaskan. Ku buka selangkangan Naomi yang tak sadarkan diri, kulanjutkan menggenjot vaginanya, sudah cukup gampang karena cukup basah. Aku menyetubuhi Naomi dengan posisi berdiri, sedangkan Naomi tergantung dengan tangan terbuka. Penisku tak tahan merasakan nikmat di dalam vagina Naomi. Aku pun menciumi wajah gadis cantik ini, sesekali menjilatinya dan memberikan cupangan di lehernya. Susunya tak luput juga dari ciumanku lagi, terus ku sedot walaupun sedikit mengeluarkan darah. Tubuh Naomi bergerak-gerak karena Naomi tergantung bebas, semakin asyik aku memaju mundurkan bokongku, penisku terasa terkocok-kocok vaginanya Naomi karena tubuhnya bisa bergerak maju mundur. Hingga beberapa jam aku pun kembali berejakulasi, aku menyemprotkan spermaku ke dalam vaginanya. Nikmat sekali, serasa belum puas untuk menyetubuhinya. Ingin sekali aku bisa memilikinya, andai bisa tiap hari menyetubuhinya secara gratis. Aku pun terlupa dengan gadis yang sedang dekat denganku, Siti Fatimah, dia gadis yang terlalu penakut, susah mengajaknya untuk bersetubuh, hanya beberapa kecupan dan rabaan bisa ku dapat darinya.

Ku tarik kembali tali yang menggantungkan Naomi ke arah semula. Ku jepitkan kembali jepitan logam yang menjepit putingnya, serta ku tusukkan kembali penis elektrik itu ke vagina Naomi, ku ikat kembali seperti semula agar Bandi tidak mengetahui bahwa aku mengambil kesempatan lagi.
Ku lihat Bandi tertidur nyenyak, aku kembali ke arah sudut, sedikit ngantuk, aku pun coba mengistirahatkan diri. Terbangun di dini hari, kulihat Bandi juga sudah bangun, entah dari jam berapa, namun kulihat Bandi masih melanjutkan penyiksaannya. Masih sedikit ngantuk, aku membiarkan Bandi menyiksa Naomi hingga kembali pagi. Bandi mengambil beberapa pakaian yang ada di dalam tasnya untuk dipakaian ke Naomi setelah melepaskan ikatannya. Naomi masih terlelah untuk berdiri, Bandi memaksanya memakai pakaian pria itu.
"Awas kalau lu lapor polisi, gue bakal sebar video lu, dan gue ga bakal takut untuk membunuhmu!!!", ancam Bandi.
Naomi kelelahan, ia mencoba menjelaskan bandi,
 "Tapi... Ortu gue bakal binggung...", katanya ketakutan apabila kembali ke rumah, suatu perasaan yang serba salah.
"Gue ga mau tau alasan lu ke ortu lu, yang jelas gue ga mau lu bertingkah lagi di kampus...", kata Bandi lalu memintaku untuk menemaninya mengembalikan Naomi.

Agen Bola - Bandar Taruhan - Bandar Bola - Taruhan Bola - Judi Bola - Agen Sbobet - Agen Maxbet - Agen 368bet - Agen Cbo855 - Agen Sabung Ayam
Share this article :

0 comments:

Post a Comment

Join Us on Facebook

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. hotceritasex - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger