Home » » Korbanku Dulu Kini Menjadi Kekasihku [039]

Korbanku Dulu Kini Menjadi Kekasihku [039]


Bandar Taruhan - “Sorry bro, aku sudah melanggar janjiku...”, sambil memandang foto almarhum Syamsul, aku berdoa.
Aku pernah berjanji tidak akan melakukan hal buruk lagi, namun semua itu telah aku langgar hari ini. Aku masih tidak bisa tidur memikirkan janjiku pada Syamsul yang telah aku langgar. Di sampingku terbaring seorang gadis remaja yang sangat cantik. Ku belai rambutnya yang lurus panjang, ia masih pulas tertidur. Tapi aku berjanji akan menikahinya, selain aku menyukainya, aku pernah berhutang padanya, sebuah dosa yang aku dan Syamsul perbuat padanya. Gadis ini bernama Dini, ia adalah seorang mahasiswi, hidup sebatang kara di sebuah rumah peninggalan orang tua nya. Aku dan Syamsul pernah memperkosanya, ceritanya panjang, saat itu Dini masih di bangku sekolah. Ceritanya Syamsul pernah berpacaran dengan kakaknya Dini yang bernama Rianti, cukup lama pengorbanan Syamsul mengantar jemput Rianti kuliah, namun tiba-tiba ibunya Rianti melarang hubungan mereka, mungkin karena status ekonomi yang jauh berbeda. Ibunya Rianti buka toko di rumah, sedangkan ayahnya bekerja di luar kota, ia seorang pejabat tinggi di pemerintahan.

Kami menyusun rencana balas dendam dengan merampok rumahnya pada malam hari, tidak heran, saat itu kami masih berandalan. Saat itu kami mendapatkan beberapa hasil curian, namun bersamaan itu kami menemukan seorang remaja yang sedang tertidur pulas, kami memanfaatkan kesempataan itu untuk sekalian memperkosanya, awalnya kami kira itu adalah Rianti, namun setelah kami sekap baru tahu itu adalah adik perempuannya yang bernama Dini. Kami baru mendapat kabar kalau ibunya dan Rianti telah meninggal di keesokan harinya, ceritanya di hari itu juga Rianti dan ibunya menuju luar kota untuk menemui seorang konglomerat untuk dijodohkan dengan Rianti, saat itu lah kenapa rumah Rianti kosong. Syamsul mendengar itu sedikit senang, ternyata ada yang membalas rasa dendamnya tersebut. Dini tidak mengalami trauma yang cukup keras, ia mulai menjalani hidupnya seperti biasa, yang membuatnya trauma adalah kepulangan ayahnya ketika ibunya dimakamkan, saat itu ternyata ayahnya membawa selingkuhan dan berkata pada Dini bahwa dia akan menikah lagi.

Aku mulai dekat dengan Dini di beberapa bulan yang lalu, setelah meninggalnya Syamsul, aku mulai fokus dengan usaha bengkel ku. Saat itu Dini datang untuk mengganti oli motor matic nya, aku mengenalnya dengan jelas, wajahnya tidak berubah, tetap cantik, hanya terlihat lebih dewasa dari sebelumnya. Ia tidak mengenaliku, kebetulan rumahnya tidak begitu jauh, ia pun mampir ke sini.
“Sudah lama mas buka di sini?”, tanya Dini kepadaku sambil menunggu aku menggantikan oli motornya.
“Wah, sudah lama mbak, sudah bertahun-tahun”, jawabku sambil meliriknya.
“Oh, saya kurang tahu mas, dari dulu saya service di bengkel resmi”, kata Dini.
“Lagian saya sibuk kerja sambil kuliah, ga sempat main-main dekat sini”, lanjut Dini.
“Wah, bagus mbak, bisa mandiri”, kataku mendengar Dini ternyata sudah bekerja.

Dari sana kami mulai banyak bercerita, ternyata ayah Dini sudah tidak pernah pulang lagi, hanya satu rumah sebagai tempat tinggal yang ayahnya sisakan untuk Dini. Kiriman uang pun hanya sampai Dini menyelesaikan bangku sekolah atas, lepas dari itu ayahnya sudah tidak pernah mengirimkan uang lagi, terpaksa Dini harus mencari kerjaan.
“Masih lama mas?”, tanya Dini.
“Ga mbak, ini tinggal tutup saja”, jawabku.
“Mau langsung ke kuliah lagi soalnya”, lanjut Dini.
“Wah, langit gelap mbak, hati-hati takut hujan”, kataku sambil mendorong motornya ke depan karena sudah selesai ku gantikan oli.
“Iya nih, mana pelajaran penting lagi, semoga gak hujan saja”, kata Dini.
Namun baru saja Dini men-starter motornya, tiba-tiba ‘BLAR’ hujan pun turun dengan derasnya.
“Haiz, hujan pula”, keluh Dini dengan wajah yang manyun.
“Gak bawa jas hujan mbak?”, tanyaku.
“Ga ada”, jawab Dini, ia terlihat cemberut sambil memandangi langit yang terus menitikkan air dengan derasnya.
“Nih pakai dulu”, tawarku sambil mengambil jas hujan yang aku jual.

Aku kasihan melihatnya, ia sangat sedih tidak bisa mengikuti kuliahnya, lagian karena dosa lama, aku pun merasa sedikit bersalah padanya.
“Gak apa-apa mas, saya tunggu reda saja”, jawab Dini, sepertinya ia tidak mempunyai uang untuk membayar jas hujanku, karena tadi sempat aku lihatnya membuka dompet hanya cukup membayar oli saja.
“Pakai saja mbak, kalau sempat baru kembalikan”, kataku.
“Benaran mas? Ini bukannya mas jual?”, tanya Dini menegaskan.
“Gak apa-apa, entar kalau gak laku bisa buat saya pakai sendiri kok”, jawabku.
Dini pun tersenyum lebar, ia berterima kasih padaku, dan berjanji akan mengembalikannya segera. Ia sepertinya buru-buru, setelah memakai jas hujannya, ia pun berangkat ke kampusnya. Mulai dari sana Dini mengenalku. Besoknya Dini mengembalikan jas hujan yang aku pinjamkan padanya, ia berterima kasih sekali atas bantuanku. Kami pun mulai dekat, hampir tiap hari Dini datang ke sini, kadang tidak untuk service saja namun hanya sekedar untuk bercerita. Bagus juga bagiku, paling enggak aku bisa nambah satu teman, Dini bisa menemaniku di sini untuk bercerita kalau bengkel sedang sepi. Aku mulai suka dengannya, semakin dekatnya kami memberanikan aku mengajaknya keluar untuk makan, jalan-jalan, dan pergi nonton bioskop.

Siang tadi aku pun menembaknya, aku menyatakan cintaku padanya, dan jawabannya cukup positif, Dini menerima cintaku, aku bahagia sekali. Aku pun ingin merayakannya segera, pulang kuliah langsung ku ajak Dini pergi makan di restoran, uang sudah kusiapkan untuk mentraktirnya makan mewah malam ini.
“Romantis sekali...”, puji Dini.
Kami duduk di meja yang hanya diterangi dengan cahaya lilin. Meja yang lain kosong, wajar saja, orang lain ogah makan di sini karena harganya cukup mahal. Sebelum makanan dibawa ke meja, aku segera memberikan setangkai bunga mawar kepada Dini,
“Satu mawar, artinya hatiku Cuma untuk satu orang, just only you..”, rayuku.
Dini tersipu malu, lalu ia mencubit pipiku,
“Ih, gombalnya sayangku...”, kata Dini.

Kami pun mulai dengan acara makan-makan kami, acara jadian yang sedikit mewah dan cukup menghabiskan kantongku. Makanan-makanan mahal tak habis kami makan, sudah cukup kenyang, sambil melihat ke arah taman restoran yang ada kolam renangnya lalu aku beranikan diri bicara dengan Dini,
“Suatu saat aku mau lamar kamu jadi istriku”, kataku.
“Benaran mas?”, jawab Dini dengan girang.
“Iya, aku akan tabung uang demi masa depan kita”, lanjutku yang lalu dibalas Dini,
“Iya mas, Dini kan juga masih mau selesaikan kuliah”, saat itu kami sudah banyak merencanakan masa depan kami dengan baik.
“Kenyang sekali...”, kata Dini saat dalam perjalanan pulang.
Aku memboncengnya untuk pulang ke rumahnya.
“Dini tidak takut tinggal sendirian?”, tanya ku ketika sampai di rumah Dini.
“Makanya, mas cepat lamar Dini dong, entar kita bisa tinggal berdua di sini”, kata Dini.
“Iya, sabar ya...”, kataku lalu mengecup keningnya, pas di depan pintu masuk.
“Mas pamit dulu ya”, aku minta ijin pulang karena sudah sangat larut.
“Yah, kok cepat mas? Temani Dini dong... Please, malam ini saja...”, pinta Dini sambil memegang tanganku.
Aku melihat kiri kanan, sepi, para tetangga sudah tidak terlihat, mungkin sudah tidur semua, aku pun beranikan diri masuk ke rumahnya di tengah malam begini.

“Mas tidur di bawah saja ya”, kataku setalah Dini melarangku tidur di ruang tamu.
“Loh kok gitu mas? Mas jijik tidur dengan Dini?”, tanya Dini.
“Bukan gitu Din, kita kan belum menikah..”, jawabku.
“Jadi mas gak mau menikah dengan Dini?”, tanyanya lagi.
Dini sepertinya ingin sekali tidur denganku, entah apa yang ada dipikirannya, aku mulai khawatir kalau Dini adalah gadis yang hyperseks. Atau jangan-jangan Dini menjadi kelainan setelah kejadian pemerkosaan dahulu. Aku pun terpaksa tidur di kasur, pas di samping Dini.
“Ih, mas bau...”, olok Dini sambil memelukku.
“Kamu juga bau”, balasku.
Aku merasa sedikit terangsang, bisa tidur di samping gadis cantik seperti Dini membuat nafsu birahiku meningkat. Apalagi sambil dipeluk begini, bagaimana bisa tidur, pikiranku melayang-layang, penisku pun sedikit mengeras.
“Mas cinta banget sama Dini...”, bisikku di telinganya sambil membalas pelukannya.
Kami pun mulai bringas seperti halnya pasangan suami istri, aku mulai meraba-raba tubuh Dini. “Mas genit...”, olok Dini.
Ia pun membalas meraba tubuhku.
“Ah”, aku berteriak kecil ketika Dini meremas penisku dari luar celana.
“Nakal...”, kataku lalu balas meremas dadanya yang tidak begitu besar.

Aku mulai berani, aku melepaskan kancing baju piyamanya satu per satu. Susunya terlihat putih sekali, hanya berbalut bra berwarna cream, membuat penisku semakin mengeras. Baju Dini sudah kulepas, kini tinggal celana piyamanya yang sangat mudah ku tarik turun hingga lepas. Dini kini hanya berpakaian bra dan celana dalam. Lalu giliran Dini yang membalas memploroti pakaianku. Aku hampir bugil, hanya mengenakan celana dalam yang menutup penisku yang mengaceng. Lalu ku peluk Dini sambil menciumi bibirnya, permainan lidah pun terus berlangsung di antara mulut kami. Sambil baring ku peluk, dan kujulurkan tangan ke belakang untuk membuka kaitan di branya. Nafsu ku sudah di ubun-ubun, seksinya tubuh Dini benar-benar membuatku mabuk kepayang. Branya ku buang ke lantai lalu ku hentikan ciumanku, dan ingin segera menikmati susunya, sungguh indah susu mulus putihnya, terlihat segar, walau tidak begitu besar, namun putingnya yang masih sedikit merah muda itu meruncing ke atas seperti seolah-olah menantangku untuk melumatnya. Aku pun segera menyedoti susunya itu, kenyal sekali, kuremas-remas dan kumainkan putingnya. Dini hanya berbisik, “Dini sayang sama mas...”. Kiri kanan ku sedoti dengan penuh nafsu, hingga penisku mengeras sekali sampai terasa celana dalamku tidak muat lagi menahannya, akhirnya aku harus segera melepaskan celana dalam ku itu.

Setelah membuka celana dalam ku, aku pun segera melapas celana dalam Dini yang berwarna pink dengan hiasan sebuah pita kecil di tengahnya. Ku tarik ke bawah hingga lepas, terlihatlah hutan belantara bulu jembutnya yang cukup lebat. Aku langsung mencicipinya, ku buka lebar kakinya, lalu kuciumi vaginanya itu, Dini terasa geli, namun ia tidak bisa melarangku, ia hanya mendesah kegelian sambil menjambak rambutku. Aku tidak menghentikan aksiku, aku terus menjilati vaginanya itu, lidahku pun masuk kerongga lubang vaginanya.
“Ahhh...”, rintih geli dari Dini.
Kami lalu berpelukan, Dini kembali menciumi bibirku, sungguh nikmat malam ini. Hari jadianku benar-benar indah, aku bisa menyalurkan cintaku kepada Dini bahkan sebelum kami menikah. Namun aku memang sudah berjanji akan menikahinya kelak, setelah Dini selesai kuliah, aku akan langsung melamarnya. Aku mengarahkan penisku ke wajah Dini, sambil ku tarik turun kepalanya agar Dini menyepong penisku. Dini tidak ragu, mungkin rasa cintanya sudah membuatnya hilang pikiran, ia langsung menyepong penis besarku. Nikmat, penisku merasakan hangat, berada di dalam mulut Dini sungguh membuatku seperti terbang, penisku dikulumnya lalu dijilatinya, sedikit geli namun asik. Dini menikmati penisku seperti menjilati es, ia menyedotnya, menarik nya keluar masuk di mulutnya, sungguh nyamannya.

Sejak fokus usaha, aku sudah tidak pernah berhubungan seks lagi. Sebelumnya aku sangat hancur, aku sering main dengan PSK, bahkan di masa-masa kelam terdahulu aku pernah memperkosa orang demi menyalurkan nafsu bejadku. Terakhir aku juga sering berpesta seks dengan teman-temanku yang membuka usaha prostitusi pijat plus-plus. Namun sejak kematian teman baikku Syamsul, aku pun sudah berjanji melepaskan itu semua, kios bengkelku adalah usaha kami berdua, kami yang merintisnya bersama-sama dari hasil jambret dan perbuatan kejahatan lainnya. Kulihat jam sudah cukup malam, sudah hampir masuk ke subuh, aku tidak mau lama, aku dan Dini masih perlu istirahat karena besoknya kami harus bekerja. Setelah aku puas di sepong oleh Dini, kini aku harus menikmati vaginanya. Aku kemudian menusukkan penisku ke vaginanya, lubangnya masih seret, agak sulit aku menembusnya dengan penis ku yang besar.
“Ah”, teriak Dini ketika aku berhasil menusukkan penisku.
Matanya terbelalak karena kaget dengan penisku yang besar menyumbat vaginanya, lalu ku lumat bibirnya sambil berkata,
“Mas sayang sekali sama Dini”, lalu aku pun mulai memompa penisku di vagina Dini.
JLEB JLEB JLEB suara kocokan di selangkangan kami, aku memeluk erat Dini, tubuh seksinya hangat, susunya erat di dadaku, bokongku kutarik naik turun sehingga penisku bermain di vaginanya masuk keluar.

Dini mendesah kenikmatan, aku sangat bahagia sekali melihat wajah Dini yang senang dengan keadaan seperti ini. Ku kocok terus tanpa henti, hingga semakin kencang, dan timbul bunyi derit ranjang yang bergerak akibat kuatnya gerakan kami. Dini membalas pelukan ku, kuat sekali ia memeluk ku, aku menciumi pipinya dan keningnya juga, tak lupa aku pun menggenjot sambil menyedoti susunya. Hingga akhirnya aku merasakan puncak, aku terpaksa menarik penisku segera karena aku tidak mau Dini hamil di luar nikah. Ku tarik penisku lalu ku kocok sendiri dengan tanganku, Dini mengerti, ia lalu bergerak mendekati penisku, ia berusaha membantuku mengocok dengan tangannya, lalu ia melumatnya pas sperma ku akan tersemprot keluar. Nikmat sekali, penisku menyemprotkan sperma di dalam mulut Dini, sungguh membuatku bahagia, Dini menelan habis sperma ku, ia juga menjilatinya hingga bersih. Aku kemudian memeluknya, lalu kami kembali melepas lelah, kutarik selimut untuk menutupi tubuh kami yang bugil. Akhirnya kami tertidur sambil berpelukan, rasa lelah membuat kami tidak sadar tertidur.

Aku terbangun ketika jam mendekati pukul empat pagi, kulihat Dini masih tertidur pulas, namun aku harus segera bangun, takut dipergoki tetangga dengan menginapnya aku di sini. Aku kembali berpakaian dan kemudian keluar dari kamar, menuju kios bengkel ku untuk kembali beristirahat di sana. Ku biarkan Dini menyelesaikan tidurnya yang nyenyak, mungkin ia sedang bermimpi indah, aku tidak mau membangunkannya, ku selimuti tubuhnya dengan selimut, lalu aku pun pergi meninggalkannya.

Agen Bola - Bandar Taruhan - Bandar Bola - Taruhan Bola - Judi Bola - Agen Sbobet - Agen Maxbet - Agen 368bet - Agen Cbo855 - Agen Sabung Ayam
Share this article :

0 comments:

Post a Comment

Join Us on Facebook

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. hotceritasex - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger