Home » » Raped Story 3

Raped Story 3


Bandar Taruhan - Hari minggu pagi. Seperti minggu sebelumnya, dari kemarin sore Ella menginap dirumah Gino. Ella sebenarnya enggan karena harus mencari alasan yang tepat untuk orang tuanya, tapi karena paksaan Gino dengan mengancam menyebarkan foto dan video bugilnya, Ella terpaksa menurut. Dari semalam dia habis-habisan digarap oleh Gino, sampai pagi ini rasanya tak punya tenaga lagi untuk bangun, apalagi didaerah selangkangannya masih terasa ngilu. Gino memperlakukannya dengan kasar, meskipun berkali-kali Ella juga mendapat orgasme, tapi tetap saja vaginanya masih terasa sakit.

“El bangun, makan dulu”
“Eh iya pak”

Ella masih bersyukur karena meskipun Gino sudah berbuat sangat jahat kepadanya, tapi masih ada sisi baik Gino seperti perhatiannya itu. Sejak pertama kali diperkosa Gino memang sering menghubunginya, sekedar untuk mengingatkan makan atau tidur. Tentu saja Gino punya tujuan sendiri, dia tidak ingin budaknya itu kenapa kenapa sehingga jika sudah waktunya dia nikmati Ella dalam kondisi yang sehat dan segar. Bentuk perhatian itu membuat Ella sedikit bersimpati kepadanya, apalagi akhir-akhir ini pacarnya jarang menghubungi karena memang sibuk dengan persiapan ujiannya.

“Hmm pak Gino, kayaknya minggu depan saya nggak bisa kesini dulu pak”
“Loh emang kenapa?”
“Saya kan mau ikut lomba cerdas cermat, dan waktunya udah mepet. Terus terang saya masih kurang banget persiapan, jadi rencananya minggu depan mau privat sama guru pembimbing, gimana pak?”
“Oh itu ya? Hmm, baiklah. Kalo gitu, sampe kamu beres lomba nanti bapak kasih waktu, bapak nggak akan gangguin kamu. Tapi setelah beres, kamu harus datang lagi kesini, gimana?”
“Wah bener pak? Ya udah Ella mau pak, yang penting persiapan buat lomba nanti bisa lancar”

Ella tampak senang. Awalnya dia mengira Gino tidak akan peduli dengan permintaannya, tapi ternyata malah lebih dari apa yang diharapkannya, Gino memberinya waktu sampe urusannya beres, itu artinya sampai ujiannya sendiri juga beres. Ella sangat senang karena meskipun bisa melakukan apa pun padanya, tapi ternyata Gino masih sedikit memiliki kebaikan kepadanya.

Gino sendiri memberi ijin Ella bukan tanpa alasan. Dia sudah cukup puas sebenarnya dengan gadis itu, tapi masih terus memintanya datang dan menikmati tubuhnya karena sejauh ini belum ada korban yang baru lagi. Dan ijin yang diberikan kepada Ella itu sebenarnya agar dia punya waktu lebih untuk menjerat mangsanya yang kedua, yang sekarang sudah ada didalam kepalanya.

“Nanti abis makan kamu langsung mandi aja El, terus pulang aja, nggak usah sampe sore kayak kemarin-kemarin”
“Eh bener gpp pak?”
“Iya bener lah, bapak mau ngasih kamu waktu istirahat lebih, biar nggak kecapekan disekolah besok. Tapi pesen bapak, yang ini tetep punya bapak lho ya” ucap Gino sambil jarinya mengelus bibir vagina Ella, membuat gadis itu tertawa geli.
“Hehe iya pak iya, emangnya Ella apaan mau ngobral-ngobral memek, nggak lah” Ella sudah mulai terbiasa dengan ngomong mesum seperti itu sejak bersama Gino. Mantan guru olahraganya itu yang telah membuatnya seperti ini. Tapi untungnya sampe sekarang Ella masih bisa menahan diri dan hanya bersikap seperti itu waktu berduaan dengan Gino saja.

Sementara Gino terkekeh mendengar jawaban budaknya itu. Dia merasa senang karena itu artinya Ella sudah benar-benar takluk kepadanya. Padahal belum pernah Ella seberani ngomong sevulgar itu, bahkan dengan pacarnya sendiri, tapi dengan Gino sepertinya sisi liar yang ada didalam dirinya tidak pernah bisa disembunyikan.

Setelah makan pagi itu Ella mengikuti anjuran Gino untuk segera mandi dan pulang. Ada perasaan lega dihati Ella karena tak harus melayani mantan gurunya itu sampe sore. Karena minggu lalu waktu melayani Gino sampe sore, keesokan harinya Ella benar-benar kecapekan dan kurang fokus dengan pelajarannya.

Setelah Ella pergi, Gino mengambil handphonenya dan membuka album foto disitu. Dia masih bingung siapa yang akan dikerjai selanjutnya, dan bagaimana cara mengerjai mereka. Dia tidak seperti pemerkosa lain yang main datang langsung hajar, dia harus pake strategi, karena untuk saat ini, target-targetnya adalah keluarga dari polisi yang menangkapnya, entah itu istri ataupun anak mereka. Salah-salah kalo ceroboh bisa celaka sendiri nanti si Gino.

Akhirnya setelah berpikir beberapa saat, Gino sudah memutuskan siapa target berikutnya. Dia tersenyum melihat foto itu, tak sabar untuk bisa cepat bertemu dengan wanita itu, juga menikmati bagaimana rasanya tubuh indah dari wanita itu.

Gino memarkirkan motornya dihalaman rumah itu. Disitu sudah ada beberapa motor dan mobil juga. Hari sudah gelap, karena memang Gino bertujuan kerumah itu malam hari. Dia kemudian duduk dikursi yang sudah disediakan. Beberapa orang terlihat menunggu disitu dan terlihat wajah-wajahnya tampak pucat dan lemas. Tak lama kemudian seseorang keluar dari sebuah ruangan bersama dengan seorang suster. Suster itu lalu memanggil orang yang sudah mengantri untuk masuk bersama dengan dirinya.

Saat ini Gino sedang berada dirumah seorang dokter yang memang membuka praktek sore sampe malam hari. Dokter Sari Kusumawati namanya, seperti yang tertera dipapan depan rumahnya itu. Dokter Sari memang pada pagi sampe siang hari praktek dirumah sakit, sehingga baru membuka praktek dirumahnya sore hingga malam hari. Gino sudah mendaftar tadi, dan memang meminta giliran terakhir dengan alasan masih kerja sampe sore.

Saat ini masih ada 3 orang yang mengantri didepan Gino. Dia melihat jam dinding dan sudah pukul 8 malam. Dokter Sari memang biasanya tutup jam 9. Dia membatasi karena juga harus beristirahat setela siangnya dirumah sakit, dan besoknya harus ke rumah sakit lagi. Sedangkan asistenya yaitu suster Mita, kebiasaanya adalah waktu pasien terakhir masuk dia sudah langsung pulang. Hal itu sudah diamati cukup lama oleh Gino karena itulah dia meminta nomer terakhir malam ini.

Suami dokter Sari yaitu Gunawan, adalah salah seorang polisi yang dulu menangkap dan sering menyiksa Gino saat dipenjara. Sekarang ini Gunawan sedang piket malam dan baru akan pulang besok pagi, biasanya sampai rumah paling cepat jam 6 pagi, dan itu juga sudah diamati oleh Gino sehingga dia memutuskan untuk menjalankan rencananya malam ini.

Tak terasa sekarang cuma tinggal Gino saja dan jam sudah menunjukan pukul 9. Masih ada 1 orang lagi didalam ruang praktek dokter Sari. Sudah cukup lama orang itu didalam, mungkin penyakitnya cukup serius. Tapi tak lama berselang orang itu keluar, dipapah oleh seorang pemuda yang mungkin adalah anaknya.

“Pak Sugino, silahkan masuk”
“Iya sus makasih” Gino berdiri dan masuk mengikuti Mita.
“Dok, ini pak Sugino pasien terakhir. Saya sudah boleh pulang?” tanya Mita.
“Oh iya mbak Mita, terima kasih ya. Hati-hati dijalan”

Tak lama berselang Mitapun pulang. Sekarang tinggal Gino berdua dengan dokter Sari. Setahu Gino dirumah dokter sari ini masih ada anaknya yang masih balita dan pembantunya. Tapi kemungkinan jam segini pembantunya sudah tidur, atau sedang menemani anak dokter Sari.

“Silahkan duduk pak Sugino”
“Gino saja dok. Terima kasih”
“Baik pak Gino. Kalo boleh tahu keluhannya apa?”
“Ini dok, akhir-akhir ini saya sering sekali migrain, dan kalo sudah kumat rasanya sakit banget, tengkuk saya juga sampe kerasa tegang gitu”
“Sudah berapa lama terasa seperti itu pak?”
“Sebenernya dulu pernah dok. Tapi terus ilang sendiri. Sampe sekitar 3 hari yang lalu kok kambuh lagi. Dan ya gitu, kalo pas lagi kumat sakitnya minta ampun. Saya udah coba kasih obat yang beli di apotek. Ya emang sempet ilang sih, tapi beberapa jam kemudian sakit lagi. Kerjaan saya jadi keganggu dok”
“Oh gitu. Yaudah saya periksa dulu ya pak, silahkan rebahan diranjang”

Gino pun beranjak ke ranjang dan langsung tidur terlentang. Dokter Sari lalu menghampirinya dan memeriksa tekanan darah Gino. Setelah itu dengan stetoskopnya dia memeriksa detak jantung Gino. Dokter Sari merasa tidak ada yang salah dengan tekanan darah dan detak jantung Gino, semuanya normal. Sementara itu mata Gino sempat jelalatan kedaerah dada dokter Sari. Malam itu dokter Sari memakai kemeja lengan panjang dan rok panjang, serta jilbab yang menutupi kepalanya. Kemeja dokter Sari sebenarnya tidak begitu ketat, tapi waktu tadi agak membungkuk untuk memeriksa tekanan darahnya, Gino sempat melihat sediki buah dada dokter cantik itu tercetak di kemejanya. Cukup besar juga rupanya, batin Gino. Gino kemudian terduduk diranjang itu dengan dokter Sari berdiri disampingnya.

“Sepertinya tidak ada masalah pak, tekanan darahnya normal, detak jantungnya juga”
“Iya sih dok, kata dokter yang meriksa saya dulu juga gitu, tapi herannya masih suka kumat”
“Kalo boleh tau pekerjaan pak Gino apa? Mungkin pengaruh dari kerjaan juga pak”
“Saya ini guru olahraga, nggak banyak-banyak mikir sih dok, nggak capek-capek banget juga”
“Hmm, lalu pola makan bapak gimana?”
“Ya normal, 3 kali sehari. Makanannya juga biasa-biasa aja dok, masakan rumah, nggak beli-beli diluar”
“Kalo pola tidurnya?”
“Kalo itu, kayaknya sih normal ya dok. Jarang saya tidur lewat dari jam 12 malem, kecuali...”
“Kecuali apa pak?”
“Hmm, kecuali kalo istri saya minta jatah, biasanya bisa ngewe sampe subuh dok”
“Eehh” dokter Sari terkejut mendengar keterus terangan Gino, apalagi dia menggunakan bahasa yang vulgar.

Dokter Sari sebenarnya agak bingung juga karena semua yang dikatakan Gino itu normal, bagaimana dia bisa kena migrain seperti itu. Dokter Sari lalu berbalik hendak menuju mejanya kemudian diikuti oleh Gino yang turun dari ranjang.

“Aduhduh dok” tiba-tiba Gino terjatuh dan menubruk tubuh dokter Sari, beruntung dokter itu tidak terjatuh.
“Eh kenapa pak Gino?” dokter Sari jadi panik waktu melihat Gino memegangi kepalanya yang sebelah kanan. Dia tak sadar tubuhnya sedang dipeluk oleh tangan kiri Gino, bahkan posisi tubuh mereka sekarang dekat sekali.
“Migrain saya kumat dok” jawab Gino sambil terus memegangi kepalanya.
“Aduuh, hmm pak Gino rebahan lagi aja” dokter Sari kemudian memapah tubuh Gino ke ranjang lagi. Dia tampaknya tak peduli tubuhnya yang dipeluk Gino karena panik dengan kondisi pasiennya itu. Sampe disamping ranjang tiba-tiba Gino merengkuh tubuh dokter Sari dan justru memaksa dokter cantik itu yang berbaring. Secepat kilat Gino naik menindih tubuh dokter Sari.

“Eeh apa-apaan ini pak Gino? Lepaskan saya!”
“Sstt, saya minta dokter Sari diam, atau saya nggak segan-segan buat nyakitin dokter”
“Apa mau anda? Kenapa jadi gini?”
“Sekali lagi saya bilang diam. Apa perlu saya sakitin juga anak dokter yang lagi ada didalam?” Dokter Sari langsung terdiam. Dia tak mau anaknya kenapa-kenapa.

“Nah gitu kan manis, hehe. Saya ini sebenarnya nggak sakit. Saya memang sengaja kesini buat ketemu sama dokter”
“Apa maunya pak Gino?” tanya dokter Sari ketakutan.
“Aku mau tubuhmu Sari, aku mau ngentotin kamu, malam ini juga”
“Jangaaan. Apa salah saya?”
“Kamu nggak salah apa-apa, tapi suamimu yang punya salah”
“Su, suami saya? Kenapa suami saya?”
“Suamimu pernah nangkap aku, dan nyiksa aku didalem penjara. Padahal aku nggak ada salah sama sekali”
“Ja, jadi, kamu itu, pak Gino yang itu?”
“Ya, aku ditangkap karena dituduh masang kamera pengintip ditoilet, padahal itu bukan aku. Sebagai hukumannya, sekarang aku bakal ngentotin kamu, dan bakal aku rekam semua”
“Jangaaaaannhmmmppp” mulut dokter Sari yang mencoba berteriak langsung dibekap oleh Gino.
“Sudah kubilang diam. Kamu jangan sampe teriak, kalo sampe suara kamu terdengar keluar, aku pastiin kamu nggak akan pernah ketemu sama anakmu lagi, ngerti?”

Dokter Sari menangis mendengar ucapan Gino. Dia tentu tak mau anaknya sampe kenapa kenapa, tapi dia juga tak rela dijamah oleh lelaki asing itu. Suaminya memang pernah cerita kalo baru saja menangkap seorang guru cabul yang memasang kamera tersembunyi ditoilet wanita, tapi orang itu sama sekali tak mengakui perbuatannya. Tapi suaminya juga tak pernah cerita kalo ikut menyiksa Gino selama dipenjara. Tak disangkanya kini perbuatan suaminya harus dia yang menanggung.

“Jangaaan pak, tolong ampuni kami, jangaaaan” pinta dokter Sari dengan suara lirih saat tangan Gino meraba buah dada sekalnya. Dia mencoba meronta tanpa menimbulkan suara karena takut Gino benar-benar akan berbuat nekat.
“Hmmppphhh” tiba-tiba dokter Sari mendapat serangan dari bibir Gino. Dia tak sempat menutup bibirnya sehingga bibir bawahnya kini dilumat habis oleh lelaki itu. Tangis dokter Sari kian menjadi. Setelah menikah, belum pernah ada lagi orang yang mencium bibirnya kecuali suaminya sendiri.

Gino terus melumat bibir dokter Sari dengan penuh nafsu. Tubuhnya yang besar dan kekar itu menindih tubuh dokter Sari yang membuatnya tak bisa bergerak bebas. Rontaan dokter Saripun tidak begitu kuat karena memang dirinya sebenarnya sudah cukup lelah malam ini. Tapi meski begitu kedua tangannya terus bergerak-gerak memukul punggung Gino, kakinya juga ditendang-tendangkan meski tak menemui sasaran apapun. Bahkan karena gerakan itu membuat kedua kaki dokter Sari terbuka sehingga Gino dengan mudah menempatkan tubuhnya disana. Pukulan yang dilakukan dokter Sari sama sekali tak dirasakan oleh Gino, dia sedang semangat untuk menciumi bibir dokter cantik berusia 29 tahun itu.

Tangan Gino masih terus meraba-raba kedua buah dada dokter Sari, bahkan sesekali meremasnya kuat membuat dokter Sari menjerit tertahan. Lama-kelamaan Gino terganggu juga dengan pukulan-pukulan dokter Sari, akhirnya dia memegang kuat kedua tangan dokter Sari dan menariknya keatas. Gino mengambil stetoskop dokter Sari lalu digunakan untuk mengikat kedua tangan itu ke besi-besi dibagian atas ranjang. Dokter Sari tak bisa lagi menggerakan tangannya.

“Hiks hiks, lepasin saya pak, tolong kasihani saya” pinta dokter Sari sambil terus menangis.
“Kasihani? Aku juga ngomong gitu ke suamimu dulu, tapi terus saja dihajar sama dia. Dan sekarang, kamulah yang harus membayarnya. Kalo mau nyalahin orang, salahin aja suamimu”

Gino lalu bangkit dan turun dari ranjang. Dia membuka pintu ruangan itu lalu keluar sebentar, tak lama kemudian kembali dan membawa sebuah kamera. Gino masuk dan menutup pintu itu serta menguncinya. Dokter Sari masih terus menangis apalagi melihat Gino sedang mengatur letak kameranya. Dia merasa benar-benar takut sekarang karena semua ini akan direkam. Tapi dokter Sari masih tak berani untuk berteriak minta tolong, selain karena lingkungan sekitar rumahnya yang cukup sepi, dirumah hanya ada pembantunya yang sudah cukup berumur dan anaknya yang masih balita. Salah-salah malah Gino bisa berbuat nekat dengan menyakiti anaknya. Setelah memastikan posisi kameranya bisa merekam semua dia membuka bajunya satu persatu hingga telanjang bulat. Dokter Sari langsung memalingkan mukanya. Baru pertama kalinya dia seruangan dengan pria yang telanjang bulat selain suaminya.

Setelah itu Gino kembali naik ke ranjang, dia kembali berbisik kepada dokter Sari agar jangan sampe teriak atau dia akan berbuat nekat. Dokter Sari semakin ketakutan dengan ancaman itu dan terus terusan menangis. Gino kembali menindih dokter Sari. Tangannya meremas lagi kedua buah dada milik dokter Sari yang cukup sekal itu. Tak sabar, Gino membuka satu persatu kancing baju dokter Sari hingga terlihatlah kini buah dadanya yang hanya tertutup beha. Kulitnya begitu putih terawat dan halus. Gino mengelus kulit perut dokter Sari dan tanganya semakin naik keatas sampe ke payudaranya. Penutup dada dokter Sari itupun disingkapkan keatas hingga terlihatlah sepasang bukit indah yang berhiaskan puting susu berwarna kecoklatan.

“Wah wah bu dokter, toketnya montok bener, coba pasien-pasienmu dikasih ginian, bakal makin rame tempat praktekmu ini, haha”
“Jangan pak saya mohon, hiks hiks lepaskan sayaa, aaaahh jangaaaann” tak menghiraukan omongan dokter Sari, Gino langsung saja mencaplok payudara indah itu dengan mulutnya. Sementara payudara yang satunya dia mainkan dengan tangannya.

Gino melakukan itu dengan sangat lembut. Dia jilati puting susu dokter Sari, lidahnya berputar-putar dan menyentil-nyentilnya, lalu menghisapnya perlahan. Sedangkan yang satu lagi diremas dengan perlahan, dan putingnya dipilin dengan lembut. Rupanya Gino ingin membuat mangsanya itu kali ini takluk oleh nafsunya sendiri. Dokter Sari mencoba menahan diri sebisa mungkin. Dia terus berusaha meronta meski tangannya sekarang terikat kuat. Dia menggerakan badannya juga untuk menghindari rangsangan dari Gino, tapi tetap saja kedua payudaranya menjadi santapan mulut dan tangan Gino bergantian.

Gino telaten sekali merangsang dokter Sari, membuat kedua puting susu wanita berjilbab itu mulai mengeras. Nafas dokter Saripun mulai tidak teratur, entah karena tangisannya yang belum berhenti atau nafsunya yang mulai naik. Tapi Gino tak peduli dan terus merangsang wanita itu. Kali ini Gino memindahkan serangannya kearah leher. Jilbab yang masih terpakai itu disingkap hingga leher putih dokter Sari terlihat. Lidah Gino kembali menjilati bagian itu, sedangkan tangannya terus meremas kedua payudara dokter Sari dengan lembut. Dokter Sari terus menggeliatkan badannya, tidak rela dijamah oleh Gino, tapi cumbuan Gino yang lembut benar-benar membuatnya kewalahan. Tiba-tiba saja lidah Gino turun kebagian ketiak dokter Sari dan langsung menjilatinya.

“Aaahh paaakk jangaan disituu aahh gelii paakk udah udahh” dokter Sari langsung mendesah waktu ketiaknya dijilat Gino. Daerah itu memang salah satu titik sensitifnya. Selama ini dia selalu menolak jika suaminya menyentuh daerah itu karena benar-benar dirasa geli, tapi sekarang Gino melakukannya dan dokter Sari sama sekali tak bisa berbuat apa-apa.

“Paakk udaahh ssshhh aaahh gelliiiii, aduuuhh hikss geliii paak” dokter Sari terus menolak tapi Gino malah semakin menjadi, pindah dari ketiak kiri ke ketiak kanan. Dokter Sari terus menggelinjang, bahkan dirasakan daerah vaginanya sudah mulai basah gara-gara kelakuan Gino itu.

Penolakan demi penolakan terus keluar dari bibir dokter Sari, tubuhnya pun menggeliat seperti cacing kepanasan, tapi Gino masih belum mau menghentikannya. Bahkan kini terlihat wajah cantik dokter Sari semakin merona merah saking tak tahan dengan gelinya. Dia juga merasa celana dalamnya kini sudah semakin basah. Untungnya beberapa saat kemudian Gino berhenti dan melihat dokter Sari dengan senyum jahatnya.

“Hiks hiks udah paak, tolong lepaskan saya, kasihani saya, hiks hiks”
“Kita baru saja mulai dokter Sari, ini belum apa-apa lho”
“Hiks udah paak, aahh paak jangan, jangaan saya mohon jangaan” pekik dokter Sari waktu Gino bergerak turun dan dengan gerakan cepat menurunkan rok panjang dan celana dalam dokter Sari sekaligus.

“Walah, sempaknya kok udah basah banget ini bu? Memeknya udah banjir, udah nggak tahan saya entotin ya?” Gino tersenyum senang melihat celana dalam dokter Sari yang sudah basah. Tanpa merasa jijik dia mengendus-endus baunya. Dokter Sari langsung mengatupkan kedua kakinya untuk menutupi vaginanya yang terbuka, sayangnya Gino sudah menghalangi dengan kakinya. Dokter Sari teramat malu karena kewanitaannya yang selama ini dia rawat baik-baik hanya pernah dilihat oleh suaminya saja, dan kini lelaki yang memiliki dendam kepada suaminya bisa melihatnya dengan bebas, bukan cuma vaginanya tapi hampir seluruh tubuhnya karena beha dan bajunya sudah terbuka kemana-mana.

“Ck ck ck, bener-bener indah tubuhmu dok, nggak rugi aku selama ini ngintai kamu. Dan juga, kalo rekaman ini sampe ditonton sama orang lain, mereka pasti sependapat denganku” tiba-tiba dokter Sari tersentak. Dia baru ingat kalo semua ini sudah direkam oleh Gino. Gara-gara rangsangan yang diberikan Gino tadi dia sampe kelupaan bahwa disamping ranjang itu ada kamera yang menyala dan merekam semuanya. Karena panik dokter Sari jadi tak memperhatikan lagi kakinya, sehingga dengan sekali sentak gampang saja dibuka oleh Gino.

Kini Gino dapat dengan melihat dengan jelas belahan vagina dokter Sari yang selama ini hanya pernah dinikmati oleh suaminya saja. Segera Gino mendekatkan kepalanya, lalu ujung lidahnya disentil-sentilkan ke bibir vagina yang nampak sudah basah karena dokter Sari tadi kegelian ketiaknya dijilat Gino. Menyadari itu dokter Sari mencoba kembali menutup kakinya tapi sudah terlambat, kepala Gino sudah mengganjal disitu. Maka tak ada halangan lagi bagi Gino untuk menikmati vagina indah dokter cantik ibu 1 anak itu.

“Paaakk aahh jangaann.. udaaahh aaahh berhentiiii” lidah Gino langsung menyapu bibir vagina dokter Sari. Hal itu tentu bukan hal yang asing bagi dokter Sari karena dia sering diperlakukan seperti itu oleh suaminya, tapi yang melakukan sekarang adalah orang lain yang tak dikenalnya. Dan lagi Gino melakukannya dengan lembut, tidak ada kesan terburu-buru, seperti benar-benar menikmati malam ini bersama dokter Sari.

Dokter Sari hanya bisa menggelengkan kepalanya sampai jilbabnya kusut. Air matanya juga sudah membasahi jilbabnya. Sedangkan Gino masih menikmati suguhan didepan matanya. Kini bibir vagina dokter Sari dikuak oleh jari-jari Gino, terlihat liangnya yang berwarna merah muda sangat mengundang gairah lelaki itu. Lidahnya kembali langsung disapukan ke liang kewanitaan dokter Sari, membuat dokter cantik itu semakin menangis. Dia sebenarnya ingin teriak minta tolong, tapi percuma saja, paling yang datang adalah pembantunya yang bisa dengan mudah dibereskan oleh Gino. Belum lagi kalo Gino sampe benar-benar menyakiti anaknya.

Gino mulai beralih ke biji klitoris dokter Sari yang terlihat mulai membengkak. Ya, bagaimanapun juga dirangsang seperti itu lama-lama membuat birahi dokter Sari naik juga. Inilah yang membuatnya semakin menangis karena dia telah kalah oleh nafsunya sendiri. Vagina dokter Sari juga sudah semakin becek saat Gino memasukan satu jarinya dan mengocoknya pelan. Biji klitoris itu kemudian dijilati dan dihisap dengan lembut oleh Gino, membuat tubuh dokter Sari tiba-tiba menggelinjang.

Dokter Sari menutup bibirnya rapat-rapat berusaha mati-matian menahan erangannya. Tapi Gino sudah mengetahui kalo mangsanya kali ini sedikit lagi saja sudah berada dalam genggamannya. Beberapa saat bermain dengan klitoris dokter Sari, tiba-tiba tubuh wanita itu mengejang. Saat itu pula Gino mempercepat kocokanya didalam vagina dokter Sari, dan tak lama berselang tubuh itu kembali mengejang, lalu jari Gino merasa hangat oleh cairan orgasme dokter Sari.

Gino menarik jari dan lidahnya dari selangkangan dokter Sari. Dia tersenyum puas, sedangkan dokter Sari tampak terisak. Untuk pertama kalinya dokter Sari dibuat orgasme oleh lelaki yang bukan suaminya. Dia merasa sangat bersalah kepada suaminya karena tak bisa mempertahankan kehormatannya sendiri, dan sekarang sedang terbaring tak berdaya dengan tubuh nyaris telanjang bulat.

Gino bangkit dan beranjak naik, menduduki dada dokter Sari. Tiba-tiba dia meletakan penisnya yang sudah tegang itu dibelahan dada dokter Sari, lalu kedua tangannya memegang buah dada dokter Sari untuk menjepit penisnya. Setelah itu Gino bergerak memaju mundurkan penisnya. Dokter Sari langsung memalingkan wajahnya dan menutup bibir dan matanya rapat-rapat, tak ingin melihat dirinya dilecehkan lebih jauh.

“Uggh gila, toket dokter Sari kenyal banget, enak banget ngejepit kontol saya dok”

Gino mulai meracau dan dokter Sari tetap terdiam. Tapi wanita itu mulai bisa merasakan kalo penis lelaki yang sedang berada dijepitan payudaranya itu terasa lebih besar dari milik suaminya. Gino terus memompa penisnya hampir selama 5 menit dijepitan payudara dokter Sari, kemudian berhenti dan melepaskan kedua payudara itu. Dokter Sari membuka matanya menatap apa yang selanjutnya akan dilakukan oleh Gino, dia mengira Gino akan langsung memperkosanya. Tapi ternyata tidak, Gino malah mengarahkan penisnya ke wajah dokter Sari. Wanita itu tentu tau apa yang diinginkan Gino, dan tentu saja dia tak mau melakukannya sehingga dokter Sari kembali memalingkan wajahnya dan menutup erat bibirnya. Tapi tangan Gino memegangi kepala dokter Sari dan membuatnya menghadap kearahnya. Gino menggesek-gesekan penisnya dibibir dokter Sari yang memperlihatkan ekspresi jijik itu.

“Ayo dok buka mulutnya, sepong kontol saya. Dokter nggak mau kan anaknya kenapa napa” seketika dokter Sari membuka matanya dengan tatapan marah kepada Gino. Lagi-lagi pria itu mengingatkan soal posisinya yang tidak punya pilihan lain. Tapi dokter Sari masih berusaha mempertahankan sisa harga dirinya dengan terus menutup bibirnya. Melihat itu Gino tersenyum, lalu tangannya menjepit lubang hidung dokter Sari, sampe wanita itu kesulitan bernapas.

“Ayo buka dok, apa mau anakmu aku datangi sekarang juga?” kembali Gino memberi ancaman, dan kali ini membuat bibir dokter Sari sedikit terbuka, karena dia juga mulai kehabisan napas.

Hal itu langsung dimanfaatkan oleh Gino. Melihat bibir dokter cantik itu sedikit langsung saja Gino menekan ujung penisnya kebibir dokter Sari. Dokter Sari terkejut tapi dia tak bisa menutup bibirnya karena akan semakin sulit bernapas. Bibir dokter Sari akhirnya terbuka lebar karena tiba-tiba Gino mencubit puting susunya agak keras. Tapi belum sempat berteriak bibirnya yang terbuka lebar itu langsung disumpal oleh kemaluan Gino. Dokter Sari sampe terbelalak karena kaget, penis besar itu masuk begitu dalam dimulutnya, dia bahkan sampai tersedak dan kesulitan bernapas. Untung jepitan dilubang hidungnya sudah dilepaskan. Tapi dia tak bisa berlama-lama lega karena Gino mulai memaju mundurkan penisnya didalam mulut dokter Sari. Wanita itu sebenarnya merasa mual dengan bau penis Gino. Ini adalah penis ketiga yang pernah masuk kemulutnya, setelah milik suaminya dan juga mantan pacarnya dulu waktu kuliah.

“Edaaan, tadi toketnya udah enak, sekarang mulutnya juga enak, pasti memeknya nanti lebih enak. Benar-benar dokter idaman kamu Sar”

Sambil memaju mundurkan penisnya Gino terus meracau karena memang merasakan nikmat dipenisnya. Akhirnya setelah beberapa menit Gino menarik keluar penisnya dan itu langsung membuat dokter Sari terbatuk-batuk. Gino kemudian bergerak turun kembali menuju selangkangan dokter cantik itu. Dokter Sari yang menyadari hal itu berusaha menutup kedua kakinya, tapi lagi-lagi terlambat karena tubuh Gino sudah berada disana, bahkan sekarang kepala penis Gino sudah digesekan dibibir vaginanya.

“Udah siap dokter sayang?”
“Jangan pak Gino, saya mohon jangan yang itu. Biar saya layani bapak pake mulut saya aja pak”
“Kan tadi sama mulut kamu udah, sekarang mulut yang bawah dong, hehe”
“Jangan pak Gino aaaakkhh, udaaah pak, udaaahh, cabuut, keluarin”
“Uggh kok masih sempit aja sih dok, gila enak bener” Gino terus meracau saat kepala penisnya sudah merangsek masuk bibir vagina dokter Sari.
“Udaaaah paak jangaaaan aaaaakkkhhhhhhh” dokter Sari menjerit panjang saat penis Gino berhasil melesak sepenuhnya didalam vaginanya, apalagi vaginanya sudah sangat basah sehingga membuat penis itu mudah saja memasukinya. Gino mendiamkan dulu penisnya disana, dan tangis dokter Sari kembali meledak.
“Huuuft, bener-bener nikmat memekmu dok. Masih lumayan sempit, masih seret”

Dokter Sari hanya bisa menangis saja. Kemudian Gino menggerakan penisnya perlahan, benar-benar ingin merasakan pijatan dari dinding vagina dokter Sari. Dokter Sari terus memejamkan matanya tidak ingin melihat wajah pemerkosanya itu. Lama kelamaan Gino mulai meningkatkan tempo goyangannya, membuat tubuh dokter Sari ikut bergerak pasrah. Kedua tangan Gino meremas gundukan indah buah dada dokter Sari.

Dokter Sari sendiri mati-matian berusaha menahan desahannya agar tak keluar, karena sekarang nafsunya sudah benar-benar naik, bahkan dia juga ikut merasakan kenikmatan dari setiap sodokan penis Gino. Gino tahu mangsanya sudah dikuasai nafsu sehingga dia semakin cepat menggerakan penisnya. Lalu beberapa saat kemudian tubuh dokter Sari mengejang dan dia menggigit bibir bawahnya. Didalam vaginanya, Gino merasakan penisnya disembur oleh cairan hangat dari orgasme dokter Sari. Gino menghentikan dulu gerakannya memberi waktu kepada dokter Sari untuk menikmati orgasmenya. Setelah merasa cukup memberi istirahat, Gino kembali menyerang vagina dokter Sari kali ini langsung dengan kecepatan tinggi.

“Sshh aaakhh aakhh aakhh aakkhh” dokter Sari tak bisa lagi menahan desahanya, tapi matanya masih tertutup rapat. Dia merasakan penis Gino memenuhi rongga liang vaginanya. Sebenarnya penis suaminya tidak kecil-kecil amat, tapi memang jika dibanding punya Gino masih kalah sedikit. Untuk sedikit mengurangi rasa bersalahnya, saat ini dokter Sari sedang membayangkan kalo dia sedang disetubuhi oleh sumainya sendiri. Gerakan Gino yang cukup cepat ini benar-benar dirasa sangat nikmat oleh dokter Sari, hingga akhirnya lewat sebuah desahan yang panjang dia kembali mengeluarkan orgasmenya.

Kembali Gino memberi waktu kepada dokter cantik itu untuk menikmatinya. Gino mendiamkan penisnya didalam vagina dokter Sari yang terlihat mulai terengah-engah. Gino kemudian melepaskan ikatan pada tangan dokter Sari. Setelah lepas tidak ada usaha dari dokter Sari untuk melawan ataupun berontak. Dia merasa sudah pasrah karena sudah dua kali dibuat orgasme oleh penis Gino, dan sekali tadi dengan jarinya.

Setelah tangan dokter Sari tak terikat, Gino mengangkat tubuh dokter Sari hingga terduduk, lalu melepaskan baju dan beha yang masih tertempel ditubuhnya. Tadinya Gino juga ingin melepaskan jilbab dokter cantik itu, tapi melihat kondisi dokter Sari yang telanjang bulat dan penis tertancap divaginanya, dan dirinya masih memakai jilbab, Gino mengurungkan niatnya. Dia merasa semakin bernafsu dengan kondisi dokter Sari sekarang.

Gino kembali merebahkan tubuh dokter Sari dan langsung menggenjotnya lagi. Bibir Gino kali ini dengan rakus melumat bibir dokter Sari. Dan sekarang dokter Sari mulai membalas ciuman itu karena sudah semakin dikuasai oleh nafsunya. Dokter Sari masih dalam keadaan terpejam matanya dan masih membayangkan yang menyetubuhinya sekarang adalah suaminya. Gino tahu itu tapi dia membiarkan saja, yang penting sekarang adalah menguasai tubuh wanita itu dulu, baru nanti pikirannya.

Persetubuhan itu kian memanas saat dokter Sari mulai membalas gerakan dari pinggul Gino. Suara tumbukan kelamin mereka berdua terdengar cukup keras, bersama dengan suara decitan ranjang akibat gerakan mereka berdua. Dokter Sari yang sudah dikuasai oleh libidonya sendiri akhirnya bobol lagi pertahanannya dan kembali mengeluarkan orgasmenya, kali ini dengan memeluk erat tubuh Gino.

Gino kemudian mencabut penisnya lalu menyuruh dokter Sari untuk membalikan badannya. Dokter Sari yang sudah pasrah hanya menurut saja. Dia kini dalam posisi merangkak bertumpu pada kedua tangan dan lututnya. Mata Gino berbinar menatap bongkahan pantat dokter Sari yang indah dan montok itu. Dia segera memasukan lagi penisnya divagina dokter Sari. Kembali Gino menggerakan pinggulnya dengan cepat sambil kedua tangannya memegang, meremas dan sesekali memukul pantat montok dokter Sari sampe kini menjadi sedikit kemerahan. Kedua buah dada dokter Sari yang menggantung indah terlihat ikut bergerak seirama dengan genjotan Gino.

Wajah dokter Sari yang membelakangi Gino kini terlihat begitu bergairah. Tangisnya sudah berhenti, air matanya sudah tak mengalir, dan kini mulai sering terdengar desahan dari bibir dokter cantik ini. Birahinya benar-benar membuatnya lupa kalo persetubuhan ini direkam oleh kamera. Wajah yang penuh dari dokter cantik yang hanya tinggal memakai jilbabnya itu terekam jelas dikamera.

“aahhh aahh aahh aahh pak Ginooh, aahh akuuuhh aahhh aahh akuuu aaaaaahhh” badan dokter Sari kembali menegang. Dia kembali mendapatkan orgasmenya malam itu. Badan dokter Sari ambruk dengan penis Gino masih ada didalam vaginanya. Dalam posisi tengkurap itu kembali dia disetubuhi oleh Gino. Dengan posisi ini vagina dokter Sari terasa lebih menjepit. Gino hampir saja tak kuat menahan lahar panasnya, tapi dia punya ide lain. Dia ingin memberi kejutan lain kepada dokter Sari. Dia memelankan tempo genjotannya, lalu jari-jarinya dengan nakal menusuk-nusuk lubang pantat dokter Sari yang masih perawan itu.

“Aahh pak Gino, jangan disitu. Jangan dipantat, pake memek saya aja” dokter Sari coba meronta tapi posisinya sangat tidak menguntungkan. Gino masih membisu tapi penis dan jarinya terus bergerak. Dokter Sari yang tidak pernah dimasuki lubang pantatnya merasa sedikit sakit dengan tusukan dari jari Gino, yang sekarang mulai bergerak memutar agar lubang itu semakin terbuka lebar.

Setelah beberapa saat Gino kembali mengangkat pantat dokter Sari, membuatnya terpaksa meluruskan tangannya hingga posisinya kembali seperti orang merangkak. Penis Gino masih didalam vagina dokter Sari, tapi sekarang didiamkan. Sedangkan dia beberapa kali meludah ditangannya sendiri kemudian dioleskan dibibir lubang anus wanita itu. Setelah dirasa cukup Gino mencabut penisnya, lalu mengarahkan ujung penisnya keluang pantat dokter Sari. Sulit sekali memasukinya karena memang masih perawan, tapi Gino terus berusaha hingga kepala penisnya bisa masuk. Hal itu membuat dokter Sari benar-benar kesakitan. Dia membenamkan kepalanya kebantal agar jeritan kerasnya tak sampe terdengar keluar, meskipun Gino tak peduli lagi kalo suara dokter cantik itu terdengar orang.

Perlahan tapi pasti Gino menekan penisnya masuk semakin dalam dilubang anus dokter Sari. Semakin dalam penis itu masuk semakin sakit dirasakan oleh dokter Sari. Tapi pengetahuannya sebagai dokter kemudian membuatnya berusaha merilekskan lubang itu agar tak terlalu menjepit, yang malah membuat dirinya semakin kesakitan. Akhirnya setelah beberapa saat berusaha keras, penis besar itu berhasil juga masuk seluruhnya dilubang pantat dokter Sari.

Kembali dokter Sari menangis. Padahal dulu pernah suaminya meminta untuk memasuki lubang pantatnya itu tapi ditolaknya mentah-mentah. Dia bahkan marah dan bilang kalo permintaan suaminya itu menjijikan. Kini dia menyesal karena keperawanan lubang anusnya diambil oleh pemerkosanya ini. Harusnya dia dulu mengijinkan suaminya, tapi kini semua sudah terlambat.

Beberapa saat mendiamkan penisnya, akhirnya Gino menggerakan penisnya secara perlahan. Dia ingin korbanya itu ikut menikmati, dan gerakan yang langsung kasar justru akan membuat dokter Sari semakin kesakitan. Setelah hampir satu menit bergerak perlahan akhirnya dia mulai sedikit demi sedikit mempercepat gerakannya. Dokter Sari memang masih merasakan sakit dan juga ngilu, sehingga dia berinisiatif menggesekan jarinya dilubang vaginanya sendiri. Gino yang mengetahui itu membantu merangsang dokter Sari dengan meremas kedua payudaranya yang menggantung indah.

Akhirnya setelah beberapa menit dokter Sari mulai merasa sakit yang dia rasakan semakin berkurang. Jeritannya sudah berganti dengan desahan, karena itu Gino semakin mempercepat goyangannya. Saking sempitnya lubang anus dokter Sari membuat Gino merasa tak tahan juga. Akhirnya dia cabut penis itu dan dengan cepat membalik tubuh dokter Sari hingga terlentang lagi. Gino langsung menancapkan lagi penisnya dan bergerak dengan liar. Dokter Sari mengimbanginya dengan menggerakan pinggulnya. Gino dan dokter Sari berciuman dengan ganasnya. Kali ini dokter Sari membuka matanya dan sadar sepenuhnya yang menyetubuhinya bukan suaminya, tapi Gino, lelaki yang baru dikenalnya beberapa saat yang lalu.

Gerakan Gino yang semakin brutal itu akhirnya membuat keduanya tak tahan. Masih dalam kondisi saling melumat mereka berdua mengerang tertahan saat Gino menancapkan penisnya dalam-dalam dan mengeluarkan bermili-mili lahar panasnya. Mendapat semprotan hangat itu membuat dokter Sari merasakan orgasme yang luar biasa, yang belum pernah dia rasakan dengan suaminya. Kedua tubuh itu sesekali masih mengejang, menikmati sisa-sisa orgasme masing-masing. Setelah badai orgasmenya mereda, Gino mencium bibir dokter Sari dengan lembut, lalu melepaskannya dan menatap wajah dokter Sari dengan senyum kemenangan. Sementara dokter Sari memalingkan wajahnya dan air mata kembali keluar membasahi jilbabnya.

“Sungguh luar biasa Sar, tubuh kamu bener-bener nikmat, nggak akan bosan aku sama tubuh ini”
“Hiks, udah kan pak. Pak Gino udah ngerasain tubuh saya. Saya mohon pak Gino pulang pak”
“Pulang? Tentu saja nggak secepat itu manis. Malam masih panjang, suamimu baru akan pulang besok pagi. Sambil menunggu suamimu pulang, kita habiskan malam ini dengan saling memuaskan”

Dokter Sari kembali menangis. Dia sadar Gino tidak akan berhenti cuma dengan sekali menyetubuhinya. Diapun sudah pasrah karena tak ada lagi yang bisa dipertahankan dari lelaki itu. Lelaki yang bukan suaminya itu telah mengambil semua yang ada ditubuhnya, bahkan mengambil sesuatu yang dulu ditolak waktu diminta sama suaminya.

Akhirnya malam itu mereka mengulangi lagi persetubuhan itu sampai beberapa kali. Dokter Sari yang sudah pasrah melayani apa saja yang diminta oleh lelaki itu. Bahkan ketika mereka kelaparan, Gino memaksa dokter Sari untuk membuatkan mie instant, tentu saja dalam kondisi telanjang bulat kecuali jilbab yang tak boleh dilepas oleh Gino. Mereka mengulangi persetubuhan itu tidak saja diruang praktek dokter Sari, tapi juga diruang tamu bahkan dikamar pribadi dokter Sari dan suaminya. Setiap bersetubuh itu Gino selalu mengeluarkan spermanya didalam vagina dokter Sari. Untungnya wanita itu sedang memasang KB sehingga tak perlu takut akan perbuatan Gino.

Pagi harinya, ternyata suami dokter Sari baru pulang jam 7 pagi, dan saat itu Gino masih belum pulang. Suami dokter Sari heran mengetahui ada yang datang pagi-pagi, tapi kemudian dokter Sari menemuinya dan mengatakan kalo itu adalah pasiennya. Untung suaminya percaya dan tidak bertanya macam-macam lagi. Dokter Sari lega, karena entah apa jadinya kalo suaminya tahu yang datang adalah Gino. Dokter Sari juga lega karena kemudian suaminya langsung masuk kekamar dan tidur. Jika sampai suaminya meminta macam-macam, dokter Sari pasti kebingungan karena saat ini didalam vaginanya baru saja disembur oleh sperma Gino, bahkan sebagian mengalir dipahanya karena Gino melarang dokter Sari memakai celana dalam saat menemui suaminya.

Akhirnya tak lama kemudian Gino pulang. Dokter Saripun bergegas mandi dan bersiap berangkat kerumah sakit. Dia sempat membangunkan suaminya untuk minta ijin. Dalam perjalanan kerumah sakit, dokter Sari berpikir kalo saat ini dia lelah sekali, dan tidak ada mood untuk bekerja. Akhirnya dia menghubungi pihak rumah sakit dan meminta ijin absen karena sedang tidak enak badan. Karena sudah terlanjur berangkat dari rumah, akhirnya dokter Sari menuju kesebuah hotel dipinggiran kota, dan menyewa 1 kamar untuk beristirahat disana. Sebelum tidur ada sebuah sms masuk ke HPnya, dari Gino yang memberinya sebuah alamat. Gino berpesan agar hari sabtu nanti dokter Sari pergi ke alamat itu, sekaligus mencari alasan kepada suaminya agar bisa menginap. Gino juga mengancam dokter Sari kalo sampe tidak datang maka video rekaman persetubuhan mereka akan disebar. Dokter Sari hanya membalas iya, lalu dia beristirahat.

Tak terasa ternyata sudah sore, sudah jam 4 lewat dokter Sari baru bangun. Dia melihat HPnya ada beberapa pesan dari suaminya menanyakan kenapa belum pulang karena biasanya jam 3 sudah dirumah. Dia membalas kalo tadi ada pasien darurat, tapi sekarang sudah akan pulang.

Ketika sampe dirumah ternyata suster yang biasa membantunya, yaitu Mita sudah berada disana, karena memang dokter Sari buka praktek jam 5 sore, dan sekarang sudah jam 5 kurang seperempat, hanya seperempat jam waktu untuk dokter Sari bersiap-siap.

“Dok, tadi spreinya yang diruang praktek saya ganti ya, soalnya udah kelihatan kusut dan kotor”
“Eh, iya Mit, makasih ya” dokter Sari tiba-tiba teringat kalo sprei itu sangat mungkin ada bercak sperma Gino yang sudah mengering. Apakah Mita menyadarinya sehingga langsung menggantinya?

Dokter Sari tak tahu kalo Mita mengganti sprei itu karena memang ada bercak sperma disana, tapi bukan sperma Gino yang memang sudah mengering, melainkan sperma dari suaminya sendiri, yang sejak siang tadi sudah sempat 2 kali menyetubuhi Mita.

Agen Cbo855 - Bandar Taruhan - Agen bola - Bandar Bola - Taruhan Bola - Judi Bola - Agen Sbobet - Agen Maxbet - Agen 368bet - Agen Sabung Ayam


Bandar Taruhan
Share this article :

0 comments:

Post a Comment

Join Us on Facebook

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. hotceritasex - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger