Home » » Dendam Pegawai Senior 4

Dendam Pegawai Senior 4


Bandar Taruhan - Sudah seminggu lamanya Anggi sekarang menjadi budak seks Pak Reman dan Agus. Tidak hanya dirumah, dikantorpun dia beberapa kali dipaksa melayani mereka berdua. Eva yang pertama kali melihatnya tentu saja terkejut, tak menyangka sama sekali Pak Reman akan melakukan itu kepada Anggi juga. Apalagi setahu Eva suami Anggi ini masih saudara dengan Pak Reman. Tapi dia tak bisa melakukan apa-apa, toh waktu Eva melihatnya Anggi nampak dengan rela melayani kedua lelaki itu.

Kini Eva dan Anggi sering bersama dengan Pak Reman dan Agus diruangan Anggi. Apalagi yang mereka lakukan kalau bukan menyalurkan nafsu birahi mereka. Usia kandungan Eva yang sudah melewati trimester pertama membuat Pak Reman dan Agus lebih leluasa untuk terus menyetubuhi Eva. Kegiatan mereka ini sampai sekarang ini belum sampai tercium oleh pegawai yang lain, karena mereka melakukan waktu kantor sepi, entah itu jam makan siang atau malam hari sekalian waktu semua pegawai sudah pada pulang.

Anggi memang meminta kedua lelaki itu untuk bisa menahan dirinya ketika dikantor, karena posisinya sebagai pimpinan utama kantor ini dia tidak mau sampai ada orang lain yang mengetahui hal itu. Pak Reman dan Agus menurut saja karena mereka juga tidak ingin terkena masalah. Mereka memang memiliki video para wanita yang kini menjadi budak seksnya dan menjamin kalau mereka semua tidak akan melawannya. Tapi jika ada orang lain yang tahu mereka tidak bisa memperkirakan apa yang akan terjadi. Kalau orang lain itu seperti Agus maka tidak jadi soal, tinggal diajak untuk menikmati para wanita itu, beres. Masalahnya adalah setahu mereka para pegawai pria lain yang berada dikantor ini bukanlah pria-pria seperti mereka berdua, karena itulah mereka memutuskan untuk melakukan semua ini dengan diam-diam saja.

Sementara itu Citra yang telah diperawani dan juga kini menjadi budak nafsu Pak Reman baru saja memutuskan untuk membatalkan pernikahannya dengan alasan yang dia buat-buat. Tentu saja calon suaminya tidak terima tapi Citra tak mau tahu dan bersikeras untuk tetap membatalkannya. Citra tak tahu bagaimana nanti harus menjelaskan ke calon suaminya itu tentang keperawanannya yang telah direnggut oleh Pak Reman jika nantinya jadi menikah. Karena itulah Citra mengambil jalan pintas untuk membatalkan pernikahannya. Tentu saja keluarganya sendiri juga bertanya-tanya, tapi keputusan Citra ini dibela oleh kedua kakaknya. Anggi dan Bella membela bukan karena mereka sekarang sama-sama menjadi budak Pak Reman dan Agus, tapi karena kasihan melihat Citra yang terus menerus dimintai penjelasan itu.

Lain halnya dengan Bella. Dia sebenarnya tinggal dikota sebelah dan jarang sekali mengunjungi Anggi dikota ini. Tapi sudah seminggu ini sejak dia diperkosa oleh Pak Reman dan Agus, dia minta ijin suaminya untuk sementara menginap dirumah Anggi dengan alasan menemani Anggi selama suaminya pergi. Suami Bellapun mengijinkannya tanpa menaruh curiga sedikitpun kepada istrinya itu. Padahal selama seminggu itu Bella terus dipaksa untuk melayani nafsu Agus yang nampaknya sudah jatuh hati pada wanita beranak 2 itu. Bella yang sebenarnya tak membawa baju gantipun tak masalah karena selama berada dirumah Anggi dia tak pernah diperbolehkan memakai baju sehelaipun.

Pak Reman yang kini memiliki 6 orang budak itu mulai berpikir bagaimana caranya mencari keuntungan dari para wanita cantik itu. Melihat kecantikan mereka pastinya banyak pria hidung belang yang rela mengeluarkan uang banyak untuk bisa menikmati tubuh mereka. Tapi sekarang Eva, Shinta dan Fika sedang dalam kondisi hamil muda, dia tak mau mengambil resiko untuk itu. Sedangkan Citra dia masih belum rela. Dia masih ingin menguasai Citra sendirian. Jadi sekarang pilihannya cuma tinggal Anggi dan Bella. Meskipun usia mereka sudah tidak muda lagi, tapi wajah dan tubuh mereka seperti berusia 10 tahun lebih muda dari umur sebenarnya, pasti masih banyak pria yang menginginkan mereka. Apalagi dia tahu Anggi pernah cerita tidak sedikit rekan kerjanya ataupun rekan suaminya yang menggodanya.

Salah satu yang sampai sekarang masih gencar mendekati dan menggoda Anggi adalah Soni. Soni ini adalah salah satu rekan suaminya yang memiliki perusahaan percetakan terbesar dikota ini. Sudah lama dia membujuk Anggi untuk mau dijadikan modelnya, entah itu dimajalah ataupun dikalender, tapi sampai sekarang Anggi masih selalu menolaknya. Soni juga sudah berusaha membujuk suami Anggi juga agar mau ikutan membujuk Anggi tapi suami Anggi lebih menyerahkan keputusan itu kepada Anggi dan tidak mau memaksanya. Mengetahui hal itu Pak Reman lalu menyuruh Anggi untuk menyanggupi permintaan Soni jika suatu saat menghubunginya lagi. Sebenarnya Anggi berat untuk melakukan itu, tapi dia tak bisa menolak permintaan, atau lebih tepatnya perintah dari Pak Reman.

Akhirnya keesokan harinya si bebal Soni kembali menghubungi Anggi, memintanya untuk bertemu. Kali ini Anggi menyanggupinya karena memang sudah diperintah oleh Pak Reman. Anggi juga sempat menghubungi suaminya untuk meminta ijin makan siang dengan Soni, dan suaminya mengijinkan. Akhirnya siang itu Anggi pergi kesebuah restoran yang sudah dipesan oleh Soni. Sampai disana ternyata Soni sudah menunggunya. Soni terlihat senang sekali karena akhirnya wanita pujaannya itu mau diajak makan siang olehnya.

Sambil makan siang Sonipun mencoba ngobrol dengan Anggi meskipun hanya dijawab seperlunya oleh Anggi. Apalagi Anggi merasa risih dengan tatapan Soni yang terus tertuju pada dadanya, padahal sudah tertutup oleh jilbab lebarnya. Soni berkali-kali memuji kecantikan Anggi yang seumuran dengannya itu. Soni bilang meskipun usia 40 tapi Anggi terlihat seperti perempuan berumur 30an. Anggi cukup tersanjung sebenarnya tapi tak cukup senang karena tahu maksud Soni yang sebenarnya. Dia sebenarnya sama sekali tidak tertarik dengan Soni, tapi dia tak bisa berbuat apa-apa karena dia tahu Pak Reman sedang memperhatikan mereka dari jauh.

“Nggi, tawaranku ke kamu masih berlaku lho. Kamu mau ya jadi modelku?” tanya Soni.
“Model apa sih Son? Aku kan udah tua, emang nggak ada cewek-cewek muda yang bisa kamu jadiin model?” tanya Anggi.
“Kalo yang muda ya banyak lah, tapi kan aku nyari yang seumuran kamu. Buat majalah ibu dan anak kok, mau ya?” tanya Soni lagi.
“Majalah ibu dan anak? Sejak kapan kamu nerbitin majalah seperti itu?”
“Emang belum terbit sih, tapi ini udah siap naik cetak kok. Tinggal 1 aja yang belum beres, modelnya. Makanya aku minta kamu jadi modelnya. Tenang aja, nggak bakal gratisan kok, aku mau bayar kamu kalo mau”
“Emang berani bayar berapa kamu?” tanya Anggi menantang.
“Kamu maunya dibayar berapa?” tanya balik Soni.
“Nggak kurang dari 25 juta” jawab Anggi.
“Waduh Nggi, model profesional aja nggak segitu lho” balas Soni.
“Yaudah kalo kamu nggak mau, aku nggak maksa kok” ucap Anggi.
“Hmm, oke kalo gitu. Deal 25 juta. Aku bayar setelah selesai foto, gimana?” tanya Soni.
“Nggak. Kalo kamu beneran mau, aku minta DP dulu sekarang” tantang Anggi.
“Oke bentar”

Soni mengeluarkan HPnya lalu terlihat sibuk mengotak atik HP itu. Anggi tak percaya Soni akan menyetujuinya secepat itu. Dia berpikir apakah terlalu murah dia memberikan harga, tapi itu adalah harga yang diminta oleh Pak Reman. Harga itu memang pancingan saja untuk foto, kalau nanti Soni minta lebih lelaki itu harus membayar lagi.

“Nih udah aku transfer 10 juta ke rekeningmu. Bener ini kan?” tanya Soni sambil menunjukan HPnya kepada Anggi.
“Loh kok kamu tahu nomer rekeningku?” tanya Anggi bingung.
“Ah udah nggak penting itu. Sisanya 15 juta aku tansfer lagi setelah selesai pemotretan. Gimana?”
“Yaudah. Maunya kapan dan dimana?”
“Besok, dirumahku” jawab Soni.
“Loh kok dirumah? Kenapa nggak distudio?” tanya Anggi.
“Kan studionya ada dirumahku Nggi. Entar kamu nggak usah bawa baju macem-macem, aku yang nyediain” jawab Soni.
“Kamu yang nyediain? Baju apaan?” tanya Anggi.
“Ya baju kayak yang kamu pake sekarang. Busana kantoran cewek berjilbab” jawab Soni.
“Yaudah kalo gitu”

Setelah perjanjian itu merekapun menyudahi makan siangnya. Waktu berpamitan tiba-tiba saja tanpa permisi Soni mencium pipi Anggi dan sedikit meremas pantatnya. Anggi terkejut dan ingin marah, tapi Soni bilang itu ucapan terima kasih sebagai tanda jadi Anggi mau menjadi modelnya. Akhirnya Anggipun pergi dari tempat itu dengan muka masam menuju kemobil yang ada Pak Reman didalamnya. Pak Reman yang melihat wajah Anggi itu hanya terkekeh saja. Dia membayangkan besok akan seperti apa pemotretan yang dilakukan oleh Anggi. Sebenarnya tujuan utama Pak Reman bukan sekedar uang karena dia bisa saja minta pada para budaknya, terutama Anggi yang berasal dari keluarga kaya, tapi dia justru ingin membuat budak-budaknya itu benar-benar berubah dari wanita alim istri yang setia menjadi wanita yang bersedia menyerahkan kehangatan tubuhnya kepada siapapun yang mau membayar mahal.

Keesokan harinya, Anggi yang sudah ijin kepada suaminya untuk pemotretan menuju kerumah Soni yang jaraknya cukup jauh itu. Anggi tidak sendiri karena ada Pak Reman yang mengikutinya, memastikan budaknya itu melakukan perintahnya dengan benar. Sesampainya dirumah Soni yang tak kalah besar dari rumah Anggi itu Pak Reman langsung menyusup mencari jalan masuk dengan diam-diam agar tak diketahui oleh Soni. Berbeda dari yang dibayangkan oleh Anggi kalau rumah itu akan ramai, ternyatan rumah itu sepi sekali. Anggi tak tahu kalau Soni sudah menyuruh semua anak buahnya, termasuk para pembantunya untuk tidak berada dirumah itu sampai dia memanggilnya sendiri. Anak buahnya itu sudah paham kalau Soni meminta seperti itu berarti akan ada cewek yang menemaninya, karena ini bukan pertama kali Soni meminta seperti itu. Kondisi rumah yang sepi ini juga memudahkan Pak Reman untuk bisa menyusup masuk kerumah Soni.

Ternyata Soni sudah menunggu kedatangan Anggi. Dia terlihat santai karena hanya memakai kaos polo dan celana pendek selutut, sambil menenteng sebuah kamera. Mereka berbasa-basi sejenak sebelum Soni mengajak Anggi untuk masuk kerumahnya. Soni langsung mengajak Anggi keruang kostum, dan disana ternyata memang sudah disiapkan beberapa setel pakaian kerja lengkap dengan kerudungnya. Soni mempersilahkan Anggi untuk memilih baju mana dulu yang ingin dia pakai, karena nanti semua baju yang jumlahnya ada 5 pasang itu harus dia pakai semua.

Setelah berganti baju Anggi keluar dari ruangan itu. Didepan Soni yang sudah menunggu nampak terkesima dengan penampilan Anggi. Sebuah kemeja putih tipis dibalut dengan blazer berwarna hitam dan celana panjang kain hitam, dilengkapi dengan sepatu kerja. Sebuah jilbab hitam yang membungkus kepalanya menambah kesan cantik dan elegan dari Anggi. Tak perlu terlalu banyak make up karena dengan begitu saja Anggi sudah kelihatan sangat cantik.

“Son, ini apa nggak terlalu ketat? Kok semuanya seukuran ini?” tanya Anggi.
“Ya nggak lah Nggi. Kan emang konsepnya ibu-ibu kantoran yang modis. Ini udah pas banget. Ayok kita kesana, kita ambil fotonya” jawab Soni.

Soni mengajak Anggi masuk kesebuah ruangan yang cukup luas. Ada 2 set studio disana, dimana 1 set adalah sebuah ruangan kerja, dan 1 set lagi hanya sebuah ruang kosong dengan sebuah springbed saja disana. Anggi mengikuti Soni ke ruangan yang diset menjadi ruang kerja itu. Disana Soni mengarahkan gaya Anggi layaknya seperti fotografer profesional. Beberapa kali jepretan awal terpaksa harus diulang-ulang karena Anggi terlihat masih kaku. Sampai kemudian dia mulai enjoy dan terlihat luwes dengan gaya yang diarahkan oleh Soni. Setelah selesai Soni meminta Anggi berganti pakaian lagi sedangkan dia tetap menunggu disitu.

Akhirnya sampai 4 kali ganti baju dengan model yang mirip-mirip Anggi menghabiskan waktunya didepan kamera Soni. Dia sudah terlihat sangat enjoy dan Soni tak lagi harus mengulangi pengambilan fotonya. Sampai disini Soni terlihat masih seperti fotografer profesional, tidak sedikitpun dia meminta pose yang macam-macam kepada Anggi. Anggi mulai berpikir bahwa lelaki itu memang hanya berniat menjadikannya model tanpa menginginkan yang lebih. Tapi tentu saja Anggi tidak tahu apa yang sebenarnya ada dalam benak lelaki itu.

Sekarang mereka sampai di sesi foto terakhir. Entah sudah berapa lama Anggi berada disitu tapi yang jelas dia sudah mulai nyaman dan menikmati difoto seperti ini. Ini adalah seragam kerja terakhir yang dipersiapkan oleh Soni. Kembali dia mengarahkan pose-pose Anggi, tapi kali ini beberapa kali dia meminta Anggi untuk berpose dengan sedikit genit. Anggi yang sudah mulai nyamanpun tak menyadari perubahan dari Soni itu. Sampai akhirnya Soni meminta Anggi untuk membuka kancing blazernya.

“Lho kok dibuka Son?” tanya Anggi.
“Ya nggak papa Nggi, kan emang konsepnya gitu” jawab Soni.

Anggipun tak ingin membantah lagi karena ingin cepet selesai. Diapun membuka semua kancing blazernya itu sehingga kemeja tipis warna putih yang ada didalamnya terlihat jelas. Kemeja itu sangat ketat sehingga membentuk dada Anggi, apalagi karena tipisnya kemeja itu membuat beha hitam yang dipakai Anggi terlihat membayang, apalagi jilbab yang dipakai Anggi modelnya dililitkan keleher sehingga bentuk dadanya terlihat jelas. Anggi sebenarnya risih rapi dia ingin segera sesi foto itu berakhir.

Anggi kembali memprotes saat Soni memintanya untuk melepaskan blazer itu dari tubuhnya, tapi sekali lagi Soni meyakinkan kalau memang konsep fotonya seperti itu. Kembali Soni mengarahkan pose Anggi yang dirasa olehnya sedikit lebih menantang kali ini. Wajah Anggi yang tadinya tenang kini mulai tegang, dan mulai keringatan.

“Nggi, jilbabnya dibuka ya” pinta Soni.
“Lho kok dibuka? Nggak ah, aku nggak pernah buka jilbab selain sama suamiku” jawab Anggi berbohong.
“Ayolah Nggi, plis. Aku tambahin 5 juta deh. Aku juga nggak akan muat foto-foto yang setelah ini, cuma buat koleksi pribadi aja” bujuk Soni.
“Nggak, aku nggak mau. Gini aja” tolak Anggi.
“10 juta Nggi, buka jilbabnya yaa” bujuk Soni lagi.

Sebenarnya Anggi tetap tidak mau, tapi karena ini sudah perintah dari Pak Reman yang dia tahu sudah berada didalam rumah ini dan memperhatikannya, maka mau tak mau dia menyetujui permintaan dari Soni. Perlahan dia buka jilbabnya hingga rambut hitamnya terurai indah. Kembali Soni mengarahkan pose Anggi yang kini menurutnya sudah mulai nakal. Bahkan tidak hanya di set ruang kerja itu saja, tapi Soni mengajak Anggi ke set sebelahnya yang hanya ada sebuah ranjang springbed disitu. Kembali Soni meminta Anggi untuk melakukan bermaca pose yang menantang. Anggi sendiri mukanya sudah semakin merah karena belum pernah dia seperti ini sebelumnya, tapi Soni tidak peduli.

“Hmm Nggi, bajunya juga dilepas yaa?” pinta Soni.
“Kamu apa-apaan sih Son? Kok makin lama makin ngelunjak?”
“Ayolah Nggi, aku bayar. 15 juta untuk kemeja dan 15 juta untuk celana. Aku belum pernah membayar semahal ini untuk memotret telanjang seorang model profesional sekalipun. Ayolah” bujuk Soni. Dia tak memikirkan uang karena sudah sangat ingin melihat tubuh indah wanita pujaannya itu.
“20 dan 20, kalo nggak mau aku pulang” tawar Anggi.
“Oke deal. Buruan buka bajunya” pinta Soni.
“Mana dulu uangnya?” tanya Anggi.
“Aahh sialaan” Soni memaki tapi langsung mengeluarkan HPnya. Dia langsung mentransfer sejumlah uang ke rekening Anggi.

“Ini udah aku transfer 65 juta, sama kekurangan kemarin” Soni menunjukan HPnya kepada Anggi.
“Ayo buka bajunya” pinta Soni.

Dengan perlahan Anggi membuka kemeja dan celana panjangnya hingga kini dia hanya memakai beha dan celana dalam saja. Saat melepaskan pakaiannya itu Soni terus mengambil fotonya. Sebenarnya Anggi risih jika harus diambil fotonya seperti itu, dia takut sekali nantinya akan tersebar. Tapi sekali lagi dia tak bisa menolak perintah dari Pak Reman yang sekarang sedang terkekeh mengawasinya.

Setelah sekarang cuma memakai beha dan celana dalam saja Anggi terus diminta berpose sensual oleh Soni. Lelaki itu bahkan sudah memburu nafasnya, melihat bagaimana bentuk tubuh wanita yang selama ini hanya bisa dibayangkanya itu. Soni tak menyangka diumurnya yang sudah kepala 4 itu ternyata tubuh Anggi masih benar-benar indah. Dia semakin tak tahan dan langsung melayangkan tawaran kepada wanita itu.

“Nggi, sesi fotonya udahan. Tapi aku belum kelar” ucap Soni.
“Lho mau apalagi Son?” tanya Anggi.
“Aku mau tidur sama kamu” jawab Soni.
“Apa? Jangan main-main kamu Son. Aku nggak mau. Segini aja udah kelewatan kamu malah minta lebih” tolak Anggi yang berusaha menutupi bagian dadanya.
“Aku bayar kamu Nggi, aku berani bayar mahal” jawab Soni.
“Kamu pikir aku ini wanita apaan? Bisa dibayar cuma buat kamu tiduri?” bentak Anggi.
“100 juta Nggi, aku pengen tidur sama kamu” jawab Soni.

Anggi terdiam. Sebenarnya itu adalah jumlah uang yang diminta oleh Pak Reman agar Soni bisa menikmati tubuhnya. Tapi Anggi berpikir dia tidak ingin terlihat murahan didepan lelaki yang merupakan rekan dari suaminya itu. Karena itulah dia berpikir untuk menaikan harganya.

“200. Kalo kamu memang mau” tawar Anggi yang membuat Soni terdiam. Dia memang pernah mengeluarkan uang sebanyak itu untuk kencan dengan seorang artis ibukota. Tapi wanita ini meminta jumlah uang yang sama. Akhirnya diapun mencoba untuk menawarnya.
“150, dan semua foto tadi boleh kamu hapus” tawar Soni.
“Nggak mau. 200. Kalo kamu nggak mau yaudah aku pulang sekarang” ternyata Anggi tak mau menurunkan harganya.
“180 Nggi, kamu boleh hapus semua foto-foto itu” tawar Soni lagi.
“Hmm, oke, tapi aku minta ditransfer sekarang”

Soni langsung mengambil HPnya dan langsung mentransfer sejumlah uang yang diminta Anggi. Dia langsung memperlihatkan HP itu kepada Anggi. Dia juga menyerahkan memori kamera yang sedari tadi dipakainya untuk memotret Anggi. Setelah Anggi membaca pesan transaksi di HP Soni dan dia menerima memori itu, tiba-tiba Soni dengan beringas langsung menyergapnya, ternyata lelaki itu sudah tidak tahan lagi. Dengan kasar Soni menyentak beha Anggi hingga terputus dan dia lempar begitu saja.

“Aaaahh Soon pelaan pelaaan” pekik Anggi waktu Soni langsung menyusu di buah dadanya.

Soni begitu kasar memperlakukan Anggi saking tidak sabarnya. Dia memang sudah menunggu sangat lama untuk bisa menikmati tubuh istri rekannya yang alim itu. Dengan buas Soni menjilat dan menghisap buah dada Anggi, tapi dia masih cukup sadar untuk tidak meninggalkan bekas cupangan dikulit putih mulus wanita itu agar nantinya tidak dicurigai oleh suaminya.

Karena sudah sangat bernafsu Soni langsung menelanjangi dirinya sendiri. Terlihat tubuhnya yang sedikit gempal dengan perut yang membuncit. Penisnya juga sudah tegak mengacung. Panjangnya hampir sama seperti milik Agus meskipun tidak sebesar penis Agus. Tangan Anggi langsung meraih penis itu dan mengocoknya perlahan sementara Soni memelorotkan celana dalam Anggi sampai lepas. Jadilah mereka berdua kini telanjang bulat. Anggi segera mengambil alih dengan mengulum dan menghisap penis milik Soni itu. Dia keluarkan semua teknik oralnya seperti yang selama ini dia lakukan kepada Pak Reman dan Agus.

“Sshhh aaahh gilaa, mulut kamu enak banget Nggi. Nggak rugi aku bayar mahal. Ayo puasin aku lonteku”

Mendengar kata-kata itu bukannya membuat Anggi tersinggung tapi malah semakin bernafsu. Dia sudah terbiasa dengan kata-kata itu sejak menjadi budak seksnya Pak Reman dan Agus. Dia semakin lahap menjilati dan mengulum penis Soni itu, membuat Soni merem melek keenakan. Diperlakukan seperti itu lama-lama Soni tak tahan juga, sampai akhirnya dia mencabut penisnya dari dalam mulut Anggi. Dia tak mau keluar secepat itu. Dia sudah membayar mahal Anggi ingin menikmati tubuh Anggi sepuasnya.

Tapi Soni tak ingin buru-buru mengingat jumlah uang yang dia kasih untuk Anggi sudah mencapai lebih dari 250 juta. Dia ingin benar-benar puas menikmati tubuh Anggi. Dia mulai menjilati sekujur tubuh Anggi mulai dari wajah hingga ke ujung dari kakinya. Kelakuan Soni ini membuat bulu kuduk Anggi berdiri. Apalagi saat bagian-bagian sensitifnya tersentuh, dia menggelinjang tak karuan.

Soni ternyata pintar juga memainkan birahi wanita sehingga dengan mudah vagina Anggi sudah membanjir. Sambil menjilat dan menghisap klitorisnya jari Soni juga mencolok-colok vagina Anggi hingga wanita itu mendesah tak karuan. Tubuh mereka berdua sudah begitu basah oleh keringat masing-masing. Ruangan itu mulai ramai dengan suara desahan dari Anggi, terlebih saat dia melenguh panjang menyambut orgasmenya akibat perbuatan jari dan lidah Soni.

Setelah itu Soni langsung memposisikan tubuhnya ditengah-tengah paha Anggi yang terbuka. Dia gesek-gesekan kepala penisnya sebelum kemudian memasukan seluruhnya. Bless. Soni menggeram keenakan sedangkan Anggi mendesah tak tertahan waktu penis Soni masuk menancap seluruhnya divaginanya. Soni mendiamkan sejenak penis itu menikmati pijatan-pijatan dari dinding kemaluan Anggi. Akhirnya penantian panjangnya selesai juga dengan keberhasilannya menikmati tubuh wanita yang selama ini selalu dikhayalkannya itu.

“Uuuuhhh Nggi, memek kamu enaak, masih sereet”
“Aaahh kontolmu juga enak Son. Buruan gerakin, entotin aku”

Soni tak percaya wanita yang sudah sering menolaknya itu mengucapkan kata-kata sevulgar itu. Dia melihat selama ini Anggi adalah wanita alim yang selalu menjaga sikap dan penampilannya. Karena itulah semakin besar rasa penasaran Soni kepadanya. Tak disangka perempuan alim itu ternyata binal juga. Mulutnya tak segan mengucapkan kata-kata sevulgar itu. Semua itu membuat Soni menjadi semangat untuk langsung menggenjot vagina Anggi.

Soni sudah sangat berpengalaman dengan wanita. Dia mengatur tempo genjotannya, kadang pelan kadang cepat, membuata Anggi blingsatan. Memang tak senikmat saat dirinya disetubuhi oleh Pak Reman ataupun Agus. Tapi sensasi bercinta dengan lelaki yang bukan suaminya itu membuat adrenalinnya terus terpacu dan semakin menginginkan lebih.

“Aahhh aahh teruss Son, enaakk aahh aahh”
“Aaahh ouuhh enaak, memek kamu juga enak Nggiih”

Keduanya saling mendesah tanpa tertahan. Ruangan studio yang sudah sering digunakan Soni untuk meniduri model-modelnya itu kini dipenuhi oleh suara mereka berdua. Anggipun tak malu untuk mengeluarkan lenguhan manja dan desahan nikmatnya. Semua itu terdengar begitu indah ditelinga Soni, membuat lelaki itu main semangat menggenjotnya. Sambil menghujamkan penisnya tangan Soni juga terus meremasi kedua payudara Anggi. Bibirnya juga dengan rakus melumati bibir Anggi yang juga membalasnya tak kalah panas.

Persetubuhan sepasang lelaki dan perempuan yang bukan suami istri itu terus berlanjut hingga Anggi melenguh panjang tanda dia sudah sampai di puncak kenikmatannya. Anggi memeluk erat tubuh Soni yang gempal itu. Setelah beberapa saat mendiamkan penisnya, Soni menarik Anggi hingga dia berposisi merangkak sekarang. Soni lalu kembali memasukan penisnya dari belakang.

Blesss
“Aahh aahh aahh, terus Son, aahh aahh entotin aku”
“Uuhh iyaah Nggi, aahh memek kamu beneran enak banget”

Soni terus menggenjot dengan kasar tubuh Anggi yang ditopang oleh kedua tangan dan lututnya. Soni menjambak rambut Anggi hingga kepala wanita itu terangkat. Anggi menoleh karena tahu lelaki itu ingin menciumnya. Dalam posisi ini keduanya berciuman dengan panas sambil penis Soni masih mengaduk-aduk vagina Anggi. Permainan kedua orang ini sangat panas. Hingga beberapa menit kemudian Soni kembali merasakan tubuh Anggi bergetar dan cairan hangat menyirami penisnya. Anggi kembali orgasme.

Soni sudah ingin mencabut penisnya dan berganti posisi saat dilihatnya lubang anus Anggi yang sedikit terbuka. Soni berpikir apakah lubang ini pernah dipakai sama suaminya sehingga kelihatannya tidak sesempit orang yang belum pernah melakukan anal. Tiba-tiba Soni jadi tergoda untuk mencoba lubang Anggi yang satu ini.

“Nggi, aku masukin ke pantat kamu yaa?” tanya Soni.
“Iya Son, terserah kamu aja” jawab Anggi.

Jawaban Anggi itu sedikit mengagetkan Soni. Sebenarnya kalau tadi Anggi menolak dia tidak akan memaksanya, tapi ternyata malah Anggi mau. Sonipun segera mencabut penisnya yang basah oleh cairan Anggi, dan berusaha memasukannya kelubang pantat wanita itu. Lubang itu masih kering sehingga masih agak sulit bagi penisnya untuk masuk, tapi setelah dicoba beberapa kali akhirnya penis itu bisa masuk seluruhnya.

“Uooghhh enak banget Nggi, sempit bangeet aahh”
“Aaahhhh kontol kamu Son, aahhh enaknyaaa”

Sonipun menggoyangkan pinggulnya lagi. Dia menyodomi Anggi dengan semangat 45. Dia benar-benar tak menyangka Anggi yang dia kenal sebagai wanita alim itu ternyata bisa sebinal ini waktu bercinta. Bahkan lubang pantatnyapun akhirnya berhasil dia masuki. Jarang-jarang Soni bisa mendapatkan servis seperti ini, meskipun dia harus membayar sangat mahal untuk itu. Dia merasa tak terlalu rugi mengeluarkan lebih dari 250 juta untuk menikmati Anggi, karena dulu waktu membayar 200 juta untuk artis ibukota itu dia tidak mau dianal seperti saat ini.

Beberapa menit sudah Soni mengerjai Anggi dari belakang. Ternyata stamina Soni lumayan juga bisa bertahan lama. Bahkan sekarang Anggi yang sedang digenjot lubang pantatnya itu malah keenakan sendiri. Dia ikut menggoyangkan pinggulnya menyambut setiap sodokan dari penis Soni. Saking nikmatnya hingga kembali vagina wanita itu membanjur lagi.

“Aaaaahhhhhh Soniiiiiihhh”

Tubuh Anggi kembali mengejang. Dia kembali orgasme. Soni semakin tak percaya apa yang dia lihat itu. Seorang wanita alim istri yang selama ini setia kepada suaminya, bisa orgasme karena sedang digenjot oleh Soni, dilubang pantatnya? Soni menggelengkan kepalanya, dia tak mengira wanita yang selama ini dia kagumi itu begitu binal. Tahu begitu sudah dari dulu dia berusaha lebih keras lagi untuk bisa mendapatkan wanita ini.

Soni langsung menarik penisnya dari lubang anus Anggi, lalu membalik badan wanita itu sampai terbaring lemas kembali. Dia dengan cekatan memasukan lagi penisnya ke vagina Anggi yang sudah sangat becek. Kembali dia memompakan penisnya dengan sangat cepat sambil menciumi bibir Anggi dengan sangat rakus. Anggi yang agak lemas tak begitu membalasnya, dia hanya membiarkan saja lelaki itu menikmati tubuhnya. Dia merasa sebentar lagi lelaki itu akan mendapatkan klimaksnya. Beruntung dia sudah memasang alat KB dalam rahimnya sehingga dia tak peduli lelaki itu mau mengeluarkan spermanya dimanapun.

Dan benar saja, tak lama kemudian Soni menggeram keras dan menusukan penisnya dalam-dalam dengan kasar dilubang vagina Anggi, membuat Anggi sedikit kesakitan. Bersamaan dengan itu keluarlah cairan kental milik Soni yang cukup banyak memenuhi rahim Anggi, membuat Anggi mau tak mau orgasme lagi untuk yang kesekian kalinya. Kedua orang itu berpelukan erat menikmati puncak yang baru saja mereka dapatkan. Dengan lembut Soni melumat bibir Anggi yang juga dibalas dengan lembut oleh Anggi.

Tak lama kemudian Soni mencabut penisnya dari vagina Anggi, dia merebahkan tubuhnya disamping tubuh telanjang Anggi. Dia menatap tubuh wanita itu. Tampak dadanya naik turun sedang mengatur nafasnya. Badannya cukup letih melayani Soni selama hampir 1 jam itu. Melihat tubuh telanjang Anggi rupanya birahi Soni naik lagi. Diapun mengajak Anggi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Anggi pikir Soni sudah puas dan berniat untuk membantunya membersihkan diri, atau seburuk-buruknya Soni akan menggarapnya lagi dikamar mandi. Anggi pikir tak masalah itung-itung memberi lelaki itu bonus karena sudah memberikan uang yang cukup banyak padanya.

Tapi ternyata Soni hanya memandikan Anggi saja tanpa menggarapnya lagi. Anggi pikir Soni sudah cukup puas dengan dirinya. Tapi ternyata salah. Soni tentu saja belum puas hanya dengan sekali menyetubuhi tubuh Anggi yang sudah dia nantikan begitu lama itu. Ternyata Soni meyuruh Anggi untuk memakai lagi pakaian yang dia siapkan untuk sesi pemotretan tadi lengkap dengan jilbabnya. Setelah itu kembali Soni menggarap Anggi dengan berbagai posisi lagi, dengan baju yang masih lengkap. Hanya celana panjang dan celana dalamnya saja diturunkan, kemudian kancing blazer dan kancing kemejanya dia buka sebagian, lalu behanya disingkapkan keatas.

Soni memang memiliki fantasi untuk menyetubuhi Anggi dengan menggunakan seragam kerja seperti ini. Hampir 1 jam lamanya Soni menggarap tubuh Anggi lagi hingga wanita itu benar-benar lemas. Anggi terbaring lemas diranjang dikamar Soni dengan wajah dan jilbab belepotan sperma karena Soni memang sangat ingin berejakulasi diwajah Anggi. Setelah itu Anggi kembali dimandikan oleh Soni. Setelah selesai mandi baru Anggi memakai kembali pakaiannya saat berangkat kesini tadi, yaitu sebuah gaun terusan longgar berwarna merah marun dengan jilbab lebar yang senada. Didalamnya Anggi sudah tidak memakai apa-apa karena Soni meminta beha dan celana dalamnya sebagai kenang-kenangan.

Anggi sudah mau pulang saat kembali Soni mendekapnya dari belakang. Soni yang melihat Anggi dengan pakaiannya itu rupanya horni lagi dan sekali lagi menggarap tubuh Anggi. Anggi sudah menolaknya dengan berbagai alasan sampai Soni berusaha keras membujuknya sampai-sampai dia harus mentransfer uang lagi 100 juta ke rekening Anggi agar wanita itu mau melayaninya. Akhirnya tanpa melepaskan pakaiannya sama sekali Anggi kembali digarap oleh Soni diteras rumahnya. Anggi mati-matian menahan suaranya agar tak sampai keluar karena takut terdengar oleh tetangga ataupun siapapun yang lewat didepan rumah Soni.

Sebenarnya Anggi merasa tak enak dengan Pak Reman, khawatir lelaki itu terlalu lama menunggunya. Tanpa Anggi tahu kalau setelah ronde pertama persetubuhannya dengan Soni tadi Pak Reman sudah pergi meninggalkan rumah ini, karena dia ada janji dengan Bella. Tak perlu waktu lama bagi Soni untuk kembali mengeluarkan spermanya kali ini ditelan habis oleh Anggi. Setelah berpamitan dengan sedikit remasan Soni dipantatnya yang semok, Anggi masuk kedalam mobil. Sebelum dia menyalakan mobil sempat dia melihat SMS dari Pak Reman yang memintanya datang ke kantor jika sudah selesai. Ternyata hari sudah beranjak sore, entah sudah berapa jam Anggi berada dirumah Soni, melayaninya habis-habisan seharian ini demi uang 350 juta.

Sesampainya dikantor tenyata suasananya sudah sangat sepi. Semua pegawai sudah pulang. Tapi Anggi cukup terkejut waktu masuk keruangannya ternyata didalam terlihat Eva dengan pakaian kerja yang sudah terbuka disana sini sedang menungging dengan berpegangan dimeja, sedang digenjot dari belakang oleh Agus.

“Pak Reman mana Gus?” tanya Anggi.
“Lha bukannya tadi sama ibu?” tanya balik Agus.
“Iya berangkatnya, tapi dia pulang duluan. Katanya aku suruh kekantor dulu sebelum pulang” jawab Anggi.
“Wah saya nggak tahu bu, saya sama Eva juga disms Pak Reman suruh nunggu disini, kirain dia sama ibu” jawab Agus.

Aguspun kembali melanjutkan genjotannya pada Eva. Wanita muda itu hanya bisa diam tanpa banyak bergerak karena memang dirinya sedang hamil dan kondisi perutnya sudah semakin membesar. Anggi baru saja mau menghubungi Pak Reman waktu dia dengar suara mobil berhenti didepan kantornya. Terlihat Pak Reman masuk memapah tubuh Bella yang terlihat sangat letih itu.

“Loh Pak Reman darimana? Ini Bella kenapa kok lemes gini?” tanya Anggi.
“Dari jemput Bella. Dapet duit berapa kamu hari ini Nggi?” tanya balik Pak Reman.
“Hmm, 350 juta kayaknya pak” jawab Anggi.
“Wah banyak juga ya, berapa ronde?” tanya Pak Reman.
“3 pak, sebenarnya tadi cuma 2, tapi pas mau balik dia minta nambah ya saya juga minta nambah lagi” jawab Anggi.
“Haha pinter kamu Nggi. Tuh Bel dengerin kakakmu. Lain kali kamu juga harus lebih pinter lagi ya biar dapet duit lebih banyak lagi”
“Loh maksud Pak Reman apa?” tanya Anggi bingung.
“Jadi hari ini selain kamu, adikmu ini juga nyari duit dengan ngejual tubuhnya Nggi. Tapi si kokoh-kokoh tua itu cuma mau bayar 250 juta aja, yaudah aku kasih. Kirain cuma main sendiri, ternyata dia keroyokan ngajak 2 orang temennya lagi, makanya si Bella sampai kecapekan gini kan. Tau gitu aku minta lebih tadi duitnya” jawab Pak Reman dengan entengnya.
“Pak Reman ngejual Bella juga?” tanya Anggi terkejut.
“Bukan cuma Bella, nantinya adik kamu si Citra, terus itu si Eva, sama Shinta dan Fika juga bakalan gitu. Tinggal nunggu Citra lebih jago dan mereka bertiga melahirkan aja. Kalian itu udah jadi budakku, dan mulai sekarang kalian harus pake tubuh kalian itu untuk nyariin duit buatku” jawab Pak Reman.

Anggi hanya terdiam lesu mendengar jawaban dari Pak Reman. Dia tak menyangka lelaki itu akan memperlakukan mereka seperti ini. Padahal dia pikir Pak Reman dan Agus hanya akan menggunakan mereka sebagai alat pemuas nafsu saja, ternyata lebih dari itu mereka berdua ingin memanfaatkan tubuh-tubuh indah para wanita itu untuk keuntungan mereka sendiri. Eva yang mendengarnya juga tertuntuk lesu. Masih ada beberapa bulan lagi sebelum melahirkan, dan setelah itu dia juga harus menjual tubuhnya untuk Pak Reman dan Agus. Dia tak dapat membayangkan lagi bagaimana nasib kehidupannya kedepan. Juga teman-temannya jika mengetahui apa yang direncanakan oleh Pak Reman itu.

“Lho pak terus kalo semuanya dijual kita gimana dong?” tanya Agus.
“Gampang itu Gus. Temen-temennya Eva kan masih banyak yang cantik-cantik. Karyawan sini yang cantik juga ada kan. Terus anaknya Anggi si Anissa yang masih perawan itu juga masih ada. Tenang aja kita nggak bakalan kehabisa stok kok, haha” jawab Pak Reman tertawa.
“Pak, saya mohon pak, anak saya Anissa jangan dibawa-bawa. Bapak boleh minta apa aja asal jangan Anissa pak, saya mohon” pinta Anggi memelas begitu mendengar Pak Reman berencana untuk menyeret anaknya juga.
“Apa aja?” tanya Pak Reman.
“Iya pak apa aja, asal jangan Anissa” jawab Anggi.
“Oke, boleh aja. Aku nggak akan nyentuh Anissa selama kamu bisa nyediain pengganti buat dia. Dan kamu tahu kan seleraku seperti apa? Gimana? Sanggup?” tanya Pak Reman.
“Iya pak, saya sanggup” jawab Anggi terpaksa.

Anggi tak tahu nantinya harus bagaimana mencarikan mangsa untuk Pak Reman. Dia tahu selera Pak Reman adalah wanita mudah berjilbab, seperti halnya Citra dan Eva beserta teman-temannya itu. Tidak masalah kalaupun sudah menikah, tapi akan lebih baik dan lebih aman lagi jika Anggi berhasil mencarikan Pak Reman yang masih perawan. Ada beberapa nama yang muncul diotaknya meskipun dia masih ragu-ragu untuk menjerumuskan para wanita baik-baik itu kelembah nista seperti dirinya.

“Hahaha bagus, itu yang aku suka dari kamu Nggi. Sekarang kamu jongkok, isep kontolku. Aku udah ngaceng dari tadi, mau ngentotin Bella tapi udah lemes kayak gitu” perintah Pak Reman.
“Pak, saya join ya? Eva juga udah lemes ini, kecapekan kayaknya. Mungkin bawaan oroknya” pinta Agus.
“Yaudah kamu sodok aja dulu memeknya, aku nanti aja” jawab Pak Reman.
“Walah, kok nggak pake sempak bu? Diminta sama pelanggannya ya? Haha” ejek Agus.
“Iya paling Gus, orang tadi pas berangkat masih lengkap kok” Pak Reman menimpali.

Kini Agus beralih menggerap vagina Anggi dari belakang, sedangkan bibir wanita itu mengulum dan menghisap penis Pak Reman. Sedangkan Eva yang sudah lemas bergabung dengan Bella yang duduk tak terdaya dikursi tamu diruangan itu. Kedua wanita itu terlihat mulai menutup matanya saking lelahnya menjalani hari ini. Bella harus dipaksa melayani 3 orang pria sekaligus yang mempermainkan tubuhnya dengan sangat kasar, sedangkan Eva sudah sejak tadi siang dipaksa melayani Agus diruangan ini karena Anggi dan Pak Reman sedang tidak ada.

Tanpa mereka semua sadari, seseorang rupanya kembali kekantor ini. Pria itu berniat mengambil barangnya yang tertinggal. Dia heran waktu didepan melihat ada mobil Anggi dan 1 lagi mobil yang tidak dia kenali. Padahal setahunya dia tadi pulang terakhir. Dengan mengendap-ngendap pria itu masuk kedalam kantor. dia terkejut melihat apa yang terjadi diruangan bosnya, Anggi. Terlihat bosnya itu sedang dipaksa untuk melayani 2 orang pria sekaligus yang tak lain adalah Pak Reman dan Agus. Sedangkan disampingnya terlihat Eva yang pakaiannya sudah terbuka disana sini menunjukan perutnya yang membesar terlihat seperti sedang pingsan, bersama dengan seorang wanita lagi yang tidak dikenal oleh pria itu.

Pria itu segera berinisiatif mengambil beberapa foto perkosaan yang dilakukan oleh Pak Reman dan Agus kepada Anggi. Kebetulan sekali saat itu Anggi terlihat cukup kesakitan sehingga pria itu yakin kalau kedua pria itu sedang memperkosa bosnya. Setelah mengambil beberapa foto itu diapun pergi dan batal mengambil barangnya yang tertinggal. Bukannya pulang, dia segera menghubungi suami Anggi, yang kebetulan dia juga mengenalnya. Pria itu meminta untuk bertemu dengan suami Anggi karena ada hal penting yang harus diberitahukan.

Malam itu juga mereka bertemu disebuah kedai kopi yang cukup sepi kondisinya malam itu. Pria itu sengaja mengajak suami Anggi untuk bertemu disana agar saat dia menunjukan foto pemerkosaan istrinya, suami Anggi tidak sampai ribut dan mengundang perhatian banyak orang. Setelah basa basi sebentar, pria itupun menunjukan foto itu kepada suami Anggi yang bernama Erwin itu. Betapa terkejutnya Erwin melihat foto bagaimana istrinya sedang diperkosa oleh Pak Reman dan Agus. Tentu saja Erwin mengenal kedua pria itu, karena Agus pernah beberapa kali bertemu dengannya dikantor Anggi, dan Pak Reman tak lain adalah masih saudara jauhnya sendiri.

Erwin sama sekali tak mengira saudaranya itu berani berbuat seperti itu, setelah semua yang dilakukan oleh Erwin untuk membantu kehidupan Pak Reman dan keluarganya. Erwin lebih terkejut lagi ketika melihat foto yang lain dimana ada Bella disitu dan seorang pegawai wanita yang dia tidak kenal. Erwin mulai mengira-ngira kalau selain Anggi dan Bella, jangan-jangan Pak Reman sudah memperkosa Citra juga.

Kemarahan Erwin meledak seketika itu, namun dia masih cukup sadar kalau sedang berada ditempat umum. Dia sangat berterimakasih kepada pria yang telah memberinya informasi itu dan berjanji suatu saat akan memberikan balasan yang setimpal. Dari kedai kopi itu Erwin langsung beranjak menuju ketempat temannya yang seorang rekannya. Dia berkonsultasi dengan rekannya itu tentang masalah yang sedang dihadapinya. Rekannya yang merupakan teman dekatnya dari jaman dulu itu ikutan marah besar. Dia menyarankan Erwin agar tidak membawa ini ke pihak kepolisian karena akan semakin mempermalukan dirinya, apalagi Erwin termasuk pengusaha yang cukup disegani dikota ini. Temannya itu menyarankan untuk mengambil tindakan tegas sendiri. Dia bahkan bersedia menghubungi beberapa orang yang bisa membantunya. Dia hanya perlu tahu apa yang diinginkan oleh Erwin, apakah menghabisi kedua orang itu, atau membuat mereka berdua menderita.

Setelah berpikir sejenak akhirnya Erwin memutuskan untuk menghabisi Agus. Tapi untuk Pak Reman karena masih ada hubungan saudara, dia hanya ingin orang-orang dari temannya ini membuat Pak Reman cacat seumur hidup, tapi tidak sampai dihabisi. Akhirnya rekan Erwin itu menghubungi beberapa orang yang selama ini dipercaya menjadi tukang pukulnya. Erwin sama sekali tidak keberatan dengan harga yang diminta para tukang pukul itu yang penting kehormatannya bisa diselamatkan. Setelah mendapat bayaran separuh dari yang diminta, para tukang pukul itupun pergi.

Erwin diminta pulang oleh rekannya itu dan tinggal menunggu kabar darinya esok hari. Dia juga meminta Erwin untuk tidak frontal kepada istrinya Anggi, dan mencoba untuk mengorek siapa saja yang terlibat dalam pemerkosaan itu, agar sekalian dibereskan oleh para tukang pukul itu. Kemudian Erwin pulang mengikuti saran dari rekannya itu. Sesampainya dirumah ternyata sudah ada Anggi dan Bella yang malam ini akan menginap dirumahnya. Setelah mandi dan makan, Erwinpun memanggil Anggi dan Bella. Dia dengan blak-blakan mengatakan bahwa sudah tahu apa yang terjadi pada mereka berdua.

Anggi tentu saja terkejut dan langsung menangis bersimpuh dikaki Erwin. Tapi kemudian Erwin memintanya untuk menceritakan semua sedetail-detailnya. Erwin berjanji akan memaafkan semuanya bila Anggi bersedia untuk menceritakannya. Akhirnya dengan tangis sesenggukan, Anggi menceritakan perihal pemerkosaan yang dilakukan Pak Reman kepada dirinya, juga Bella dan Citra. Juga semua peristiwa setelah itu, bagaimana dia dipaksa untuk terus melayani nafsu kedua pria itu, bahkan sampai memaksanya menjual diri kepada Soni.

Bellapun akhirnya ikut menceritakan semuanya. Setelah pemerkosaan malam itu dia selalu dimintai jatah oleh Agus setiap ada kesempatan. Dan hari ini dia juga dipaksa untuk melayani seorang pemilik sebuah toko emas terbesar dikota ini bersama 2 orang temannya. Sedangkan untuk nasib Citra setahu mereka masih lebih beruntung dari mereka berdua, karena 2 hari setelah pemerkosaan itu Citra harus kembali kekota tempatnya bekerja dan belum sempat dipanggil lagi oleh Pak Reman.

Sekarang Erwin mengerti alasan kenapa Citra membatalkan pernikahannya. Bukan karena alasan yang dia bilang kepada seluruh keluarganya, tapi karena peristiwa pemerkosaan itu. Erwin kemudian bertanya lagi apakah ada hal lain, karena dia tadi juga melihat foto salah satu karyawan Anggi. Akhirnya Anggi menceritakan juga tentang Eva yang diperkosa oleh Pak Reman hingga dia hamil. Dan bukan hanya Eva, tapi juga Shinta teman kontrakannya juga seorang wanita lagi bernama Fika yang dia sendiri belum tahu yang mana orangnya.

Erwin sekarang sudah semakin mantap dengan keputusannya memberi balasan kepada kedua orang pria itu. Tindakan mereka memang sudah kelewatan, dan sudah sepantasnya mereka dihukum. Erwin mengatakan kepada kedua wanita itu untuk tidak takut, karena mulai malam ini mereka akan aman. Tidak ada lagi yang akan mengganggunya. Anggi dan Bella paham dengan maksud dari Erwin ini. Mereka berdua sudah cukup mengenal seperti apa Erwin itu, dan pasti Erwin sedang merencanakan sesuatu.

Akhirnya malam ini Anggi dan Bella tidur seranjang sedangkan Erwin tidur dikamar lainnya. Dia masih belum bisa tidur. Dia juga baru saja memberitahu kepada rekannya tentang lelaki lain yang sudah ikut memperkosa istrinya dan juga Bella, dan rekannya itu mengatakan tukang pukulnya itu sanggup untuk menghabisi mereka, tentunya dengan tambahan biaya, dan Erwin sama sekali tak keberatan.

Akhirnya keesokan harinya kantor Anggi heboh dengan sebuah berita yang menyiarkan bahwa Agus ditemukan tewas dengan badan penuh luka bacokan. Polisi menduga Agus adalah korban penganiayaan dari para pemuda mabuk, karena kebetulan lokasi ditemukannya mayat Agus sering kali digunakan para pemuda pengangguran untuk menggelar pesta minuman keras disana. Selain itu terdengar kabar juga kalau Pak Reman mengalami kecelakaan fatal hingga kedua tangan dan kakinya patah dan harus diamputasi.

Eva dan Anggi yang mendengar kabar itu cukup lega. Anggi segera menghubungi suaminya, Bella dan juga Citra untuk mengabarkan hal itu. Bahkan dari suaminya Anggi juga mendapat kabar kalau Soni pagi ini juga ditemukan tewas karena over dosis sabu-sabu, sedangkan pemilik toko emas yang memperkosa Bella kemarin meninggal karena perampokan dirumahnya. Tentu saja Anggi tahu kalau semua itu adalah ulah dari Erwin, suaminya. Eva juga mengabarkan hal itu kepada Shinta dan Fika, yang disambut dengan tangis haru oleh kedua sahabatnya itu. Mereka lega karena akhirnya bisa lepas dari cengkraman Pak Reman dan Agus. Mereka kini bisa menjalani kehidupan mereka dengan tenang dan damai.

Setahun sudah peristiwa itu berlalu. Anggi sudah tidak lagi menjabat sebagai pimpinan dikantornya. Sebulan sejak peristiwa itu Anggi mengatakan kepada suaminya kalau dia ingin dirumah saja, karena kebetulan mulai tahun ini anak mereka Anissa sudah mulai kuliah dikota ini, jadi Anggi ingin fokus mengurus Anissa. Karena itulah Erwin mempercayakan perusahaannya itu kepada orang yang dia percaya, yang tak lain adalah pria yang memberinya informasi tentang pemerkosaan istrinya.

Sedangkan Bella kembali ke kehidupan normalnya. Dia kembali ke suami dan anak-anaknya. Dia bersyukur Erwin bersedia untuk merahasiakan semua yang terjadi terhadap suaminya, meskipun sebagai imbalan sampai sekarang beberapa kali Erwin meminta Bella untuk mau tidur dengannya. Tapi itu tak menjadi masalah bagi Bella, yang penting keluarganya masih utuh terselamatkan. Hubungan gelapnya dengan Erwin seperti mengulang beberapa tahun yang lalu, dan dia masih tetap tak keberatan.

Sedangkan Citra saat ini sudah memiliki anak hasil dari perkosaan Pak Reman dulu. Beberapa minggu setelah Agus ditemukan tewas dan Pak Reman yang kecelakaan parah itu, Citra akhirnya menikah untuk menyelematkan harga diri dan kehormatan keluarganya. Tapi dia menikah dengan Erwin, suami dari Anggi. Jadilah kini Anggi dan Citra berbagi suami. Semua ini memang usul dari Anggi sendiri, yang lebih rela adiknya dinikahi suaminya daripada pria lain. Citra yang tak punya pilihanpun akhirnya menyetujuinya, dan sekarang dia sudah mulai bisa mencintai suaminya itu, yang dulunya adalah kakak iparnya. Erwin sendiri pastinya mau mau saja menikah dengan gadis secantik Citra, meskipun wanita itu sudah diperkosa oleh Pak Reman. Salah satu sebab maunya Erwin menikah dengan Citra adalah karena dia mengincar lubang perawan yang tersisa dari Citra, yang dia tahu belum sempat diapa-apakan oleh Pak Reman.

Sementara itu, kini Eva, Shinta dan Fika sudah memiliki seorang bayi yang lucu. Meskipun dalam batin mereka menangis karena bayi itu adalah anak dari Pak Reman, namun mereka bersyukur karena secara fisik bayi mereka sepenuhnya mirip dengan mereka, sama sekali tidak ada kemiripan dengan Pak Reman sedikitpun, sehingga tak sampai membuat suami ataupun keluarga mereka curiga.

Fika masih berada dikota ini dan masih bekerja sebagai PNS. Waktu dia dan suaminya pergi bekerja maka anak bayinya diurus oleh kakek neneknya. Sampai saat ini Fika masih menyimpan rapat-rapat peristiwa pemerkosaan yang terjadi kepadanya terhadap suami dan keluarganya. Dia tidak ingin suaminya tahu, dan lagi mereka sudah hidup dengan bahagia sekarang, karena suaminya benar-benar menganggap anak itu sebagai anaknya sendiri. Biarlah semua luka itu Fika sendiri yang menyimpan, dia yakin suatu saat luka itu akan hilang.

Sedangkan Shinta saat ini sudah keluar dari pekerjaannya dan memutuskan untuk mengikuti suaminya yang bekerja diluar pulau. Shinta ingin lebih banyak waktu bersama dengan suaminya serta mengurus anaknya. Shinta juga sama seperti Fika, masih menutup rapat kejadian buruk yang menimpanya dari suaminya. Yang penting sekarang suaminya semakin bahagia dengan kehadiran anaknya meskipun anak itu sebenarnya adalah hasil hubungan Shinta dengan orang lain.

Eva sampai sekarang masih bekerja dikantor milik Anggi itu. Dia juga sebenarnya sudah mau keluar tapi kemudian ibunya, yang juga nenek dari anaknya itu bersedia untuk tinggal bersamanya mengurus bayi itu. Dan suaminya juga tidak keberatan kalau Eva terus melanjutkan bekerja disana. Sekarang suaminya lebih rutin mengunjungi Eva dan anaknya. Seminggu sekali pasti suaminya datang. Dia selalu menomer satukan keluarganya, sehingga kalau ada tugas dari kantor dengan sopan dia tolak kalau waktunya bersamaan dengan jadwalnya mengunjungi anak dan istrinya.

Sayangnya Eva belum sepenuhnya terbebas. Setelah melahirkan, dia mulai didekati oleh seorang rekan kerjanya dikantor, yang tak lain adalah bosnya sekarang yang menggantikan Anggi, yang juga melaporkan tindak pemerkosaan Pak Reman dan Agus kepada suami Anggi. Pria itu ternyata menyimpan hasrat tersembunyi kepada Eva. Dengan ancaman akan memberitahu suaminya kalau Eva juga merupakan salah satu korban perkosaan, akhirnya terpaksa Eva menjalani perselingkuhan dengan pria yang sekarang menjadi bosnya itu. Sampai sekarang sudah beberapa kali Eva terlibat affair dengan pria itu. Mereka melakukannya dikantor atau kadang dihotel. Sampai sekarang Eva belum tahu bagaimana caranya bisa lepas dari jeratan bosnya itu. Tapi paling tidak dia masih bersyukur karena pria itu tak pernah memperlakukannya dengan kasar, seperti yang dilakukan Pak Reman dan Agus dulu.

Namun satu hal yang kini dirasakan oleh para wanita itu adalah sebuah kerinduan akan kepuasan ketika disetubuhi oleh Pak Reman dan Agus, yang tak pernah bisa mereka dapatkan dari pasangan sahnya masing-masing. Beberapa kali mereka bermimpi bercinta gila-gilaan dengan kedua pemerkosanya itu. Sampai sekarang mereka masih berusaha keras menahan nafsu liarnya yang sempat berhasil dikeluarkan oleh Pak Reman dan Agus, tapi entah sampai kapan. Mereka juga tidak tahu, apa yang akan terjadi nantinya jika mereka tak kuat lagi menahan nafsu mereka yang besar itu, mereka tak akan pernah tahu.

Agen Cbo855 - Bandar Taruhan - Agen Bola - Bandar Bola - Taruhan Bola - Judi Bola - Agen Sbobet - Agen Maxbet - Agen 368bet - Agen Sabung Ayam


Bandar Taruhan
Share this article :

0 comments:

Post a Comment

Join Us on Facebook

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. hotceritasex - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger