Home » » Terjebak perang

Terjebak perang


Bandar Taruhan - Liburan panjang kali ini di manfaatkan Desi bersama Suaminya untuk berbulan madu yang kedua, mereka memutuskan berlibur ke Negara Turki. Sesampainya di sana mereka menginap di kota Acakale, kota perbatasan antara Turki dan Suriah yang sebelumnya di kuasai kelompok militan REG.

Tapi setahun yang lalu, pasukan keamanan Turki yang di bantu Amerika berhasil menduduki kota Tel Abyad. Sehingga wilayah tersebut kini di nyatakan aman oleh pihak Turki. Karena merasa aman, Desi meminta Suaminya untuk berlibur kekota Acakale. Tentu saja Heri ragu dengan keputusan Istrinya, bagaimanapun juga wilayah perbatasan sangat berbahaya buat di kunjungi, tapi Istrinya yang memang menyukai tantangan, dan ingin melihat langsung keadaan kota yang dulunya di porak porandakan militan REG membuat Suaminya akhirnya menyetujui keinginan Istrinya.

"Sekarang kotanya tenang ya Mas? Padahal setahun yang lalu kota ini menjadi bulan-bulanan serangan udara Amerika!"
"Iya... tapi tetap saja kota ini mengerikan!" Jawab Heri ketus.
"Mas..."
"Tapi kenyataannya memang seperti itukan sayang, lihatlah, walaupun sudah satu tahun yang lalu, kota ini masih porak poranda, banyak bangunan yang sampai detik ini belum di bangun kembali, bahkan isunya masih banyak mayat terkubur di bawah runtuhan gedung." Heri memandang jauh keluar dari balkon hotel yang saat ini mereka tempati.
"Di situlah letak keindahannya Mas!"
"Oh ya?"

Desi tersenyum manis. "Aku tau Mas tidak menyukai kota ini, tapi...." Desi menarik tangan Suaminya untuk memeluk dirinya. "Untuk kali ini Mas, biarlah aku yang memilih tempatnya." Sambung Desi. Belum sempat Heri menjawab, Desi langsung menyosor bibir Suaminya, memanggut bibir Heri agar pria itu tidak lagi berkomentar. Heri yang mengerti keinginan Istrinya, hanya diam sambil membalas lumatan Istrinya, sambil berpelukan Herri membawa masuk Istrinya kedalam kamarnya. Satu persatu pakaian piyama Heri di lepas hingga pria itu telanjang bulat, kemudian Desi mendorong tubuh Heri hingga terjatuh diatas tempat tidur, kemudian dengan perlahan Desi mulai membuka satu persatu piyamanya, menyisakan pakaian dalamnya yang seksi. Tapi pakaian dalam itu tidak bertahan lama, dengan gerakan perlahan ia menanggalkan pakaian dalamnya hingga telanjang bulat.

"Mas sudah siap bertempurkan?" Goda Desi.
"Tentu sayang, amunisi Mas sudah terisi penuh." Girang Heri, sembari tersenyum menyambut kedatangan Istrinya yang sudah lebih dulu telanjang bulat.

Desi segera melompat keatas tempat tidur yang langsung di sambut oleh Suaminya. Mereka kembali berpagutan dengan sangat panas, tangan Heri tak henti-hentinya bergerilya diatas tubuh Istrinya yang indah. Dia memainkan payudarahnya Istrinya, memilintir puttingnya yang kecoklatan, membuat kepala Desi mendongak keatas sanking nikmatnya. Heri yang berada di atas tubuh Desi, merenggangkan kedua kaki Istrinya, lalu dengan perlahan ia mendorong pinggulnya hingga penisnya masuk kedalam vagina sang Istri.

"Oughk... Mas, aku mencintaimu!"
"Aku juga sayang!" Heri mengecup mesrah kening Istrinya.

Sementara itu pinggulnya bergerak cepat keluar masuk kedalam vagina Istrinya, membuat sang Istri merem melek keenakan. Dan dua puluh menit kemudian, ketika sepasang Suami Istri itu hampir saja mendapatkan puncaknya, tiba-tiba terdengar suara gaduh, tapi karena mereka masi asyik memadu cinta, mereka tak memperdulikan suara tersebut hingga akhirnya.

Braaaak....

Pintu kamar mereka di dobrak seseorang, dan alangkah kagetnya Heri dan Desi ketika melihat lima orang pria bersenjata mendobrak kamar mereka, buru-buru Heri menyingkir dari tubuh Istrinya dan bersiap dengan kemungkinan terburuk. Sementara Desi dengan cepat mengenakan kerudung lalu memakainya. Tak lupa ia menarik selimut untuk menutupi tubuh telanjangnya yang indah.

"Kita mendapatkan hadiah yang menarik." Ujar salah satu dari mereka seraya tersenyum kemandangi Desi yang ketakuttan.
Kita mendapatkan hadiah yang menarik." Ujar salah satu dari mereka seraya tersenyum memandangi Desi yang ketakuttan.

Suasana kamar yang tadinya nampak tenang dan penuh gairah, kini berganti tegang dan sangat mencekam, siapapun yang berada di kondisi saat ini pasti akan merasa sangat ketakutan. Dan itulah yang di rasakan Desi berserta Suami. Lima orang pria bersenjata lengkap kini sedang menodongkan senjatanya kearah mereka.

"Gimana Ndan?" Tanya salah satu dari mereka.
"Tunggu, kita jangan gegabah, pastikan semua dalam kondisi aman." Jelas orang yang di panggil Komandan barusan, sepertinya dia adalah salah satu pimpinan mereka.
"Siap!" Jawab mereka berempat.

Dradadadadadadadat.... Dorrrr... Doorrr... Duaaaaarrrr....

Uiiiiiiiiiiing..... Duaaaaaaasrrrrr....... Duuuaaar.....

Dradaadadadadadadadadad.... draradadadadadad...

Suara tembakan, desingan peluru maupun mortal terdengar saling sahut menyahut memekakan telinga, pertempuran di luar sepertinya sangat dahsyat hingga ledakannya terdengar begitu keras, selain itu tampak terlihat beberapa pesawat tempur F16 mengudara di langit Turki. Si Komandan seolah tak menghiraukan suara kegaduhan di luar. Dengan santainya dia naik keatas tempat tidur Desi dengan senyuman yang menjijikan, membuat Heri panik dan hendak menyerang sang Komandan, tapi dengan santainya, sang Komandan menangkis dan mengunci tangan Heri yang tadi hendak memukul dirinya, lalu dengan satu dorongan di dada Heri, membuat pria itu langsung terpental. Heri hendak bangun dan kembali menyerang, tapi dua orang pasukan dengan mudah membekuk tubuh Heri, lalu mengikat tubuh Heri, hingga pria itu tak bisa lagi bergerak.

"Tolong jangan sakiti Suami saya!" Mohon Desi, dia menatap dengan tatapan memelas.
"Jangan khawatir, asalkan kamu menuruti kemauan saya, Suami kamu akan baik-baik saja, tapi sebaliknya, kalau kamu membuat saya marah, peluru Ak 47 yang di pegang mereka akan menembus kepala Suami kamu." Ancam sang Komandan sambil menyapu wajah Desi dengan jemarinya.
"Tolong... lepaskan kami!" Mohon Desi.

Seolah tak memperdulikan tangisan Desi, Komandan tersebut menarik selimut yang di kenakan Desi, dan tanpa perlawanan berarti selimut Desi kini tak lagi menutupi tubuh telanjangnya. Sang Komandan tampak berdecak kagum memandangi tubuh Desi dari atas hingga keujung kakinya. Dia tidak menyangkah kalau wanita yang ada di hadapannya saat ini memiliki tubuh yang sangat indah. Wajah Desi yang cantik, di topang hidung yang mancung, kulit putih bersi dan sepasang payudarah berukuran besar. Perutnya yang rata, pinggulnya yang proposional dan pantatnya yang besar, sungguh menggugah selera siapapun. Desi yang berada di bawah tekanan tidak berani melawan ketika sang Komandan mulai menciumi sekujur wajahnya, dari kening, mata, hidung, pipi hingga bibir manisnya. Heri yang melihat Istrinya di lecehkan berusaha memberontak, tapi dengan satu pukulan di perutnya, ia kembali terdiam.

"Jangaaan... lepaskan saya!" Desi merintih pelan.
Ketika sang Komandan beralih menciumi lehernya, sementara tangan kanan sang Komandan membelai payudarahnya.
"Tetek kamu bagus banget sayang!" Puji Sang Komandan sembari membelai, meremas dan memainkan putting Desi.
"Uuhk... Hentikan Pak! Jangan perlakukan saya seperti ini di depan Suami saya!" Mohon Desi kembali, tapi sang Komandan tidak mengubris permintaan Desi.

Malahan ia semakin bersemangat mengerjai tubuh Desi, dia menurukan ciumannya keatas payudara Desi, secara bergantian dia menciumi permukaan payudara Desi. Lidahnya dengan lincah menari-nari di sekitaran aurola putting Desi. Bagaimanapun juga Desi tetaplah wanita biasanya, dia punya nafsu, dan tentu saja dia dapat terangsang ketika ada yang menyentuh tubuhnya. Seperti saat ini, matanya merem melek menikmati setiap sentuhan lidah sang Komandan diatas payudarahnya, dan rasa itu semakin nikmat ketika puttingnya di sentuh oleh ujung lidah Komandan yang basah. Dan kenikmatan itu semakin menjadi-jadi ketika Komandan mengulum putting Desi.

"Aaahkkkk... Aaahkkk... Jangaaan Uhkk... Toloong, lepaskan saya.... Aaaaa...." Pinta Desi, dia benar-benar tidak tahan ketika puttingnya di hisap secara bergantian.
Kemudian kepala Komandan merangkak naik kesamping telinga Desi. "Nyawa Suami anda ada di tangan saya!" Bisik Komandan.
"Maksud anda?" Tanya Desi gusar.
"Hehehe... saya ingin kamu menikmati setiap sentuhan saya, jangan di lawan apa lagi memohon untuk di lepaskan. Tapi berkatalah seakan kamu menginginkannya, kamu mengerti? Semakin vulgar kalimat yang keluar dari mulut kamu, semakin besar kemungkinan kamu selamat!" Lanjut sang Komandan diiringi satu remasan di dadanya.

Desi memejamkan matanya, dia benar-benar frustasi dengan keadaannya saat ini. Oh Tuhan... apa yang harus kulakukan sekarang? Seandainya aku bisa memilih, aku lebih menginginkan kematian dari pada tersiksa seperti ini, apa lagi melihat Suamiku harus meregang nyawa di depan mataku. Karena merasa tidak memiliki pilihan lain, akhirnya Desi menuruti keinginan mereka. Tubuhnya kini lebih menggeliat setiap kali menerima sentuhan dari sang Komandan, tidak ada reaksi penolakan dari tubuhnya. Perlahan kedua kaki Desi di buka lebar hingga bibir vaginanya menyeruak, memperlihatkan keindahan vagina Desi yang memerah, dan clitorisnya yang mengintip malu-malu dari sela lipatan bibir vaginanya bagian atas.

"Aaahkk... memek saya diapakan Ndan?" Erang Desi mulak vulgar.
Mendengar kalimat vulgar yang muncul dari mulut Desi tentu saja membuat telinga Heri panas, ia menduga Istrinya kini malah menikmati di perkosa oleh pria tersebut. Tapi anehnya Heri merasa, setiap kali Istrinya berkata jorok, dia malah ikut-ikutan terangsang, bahkan penisnya kini berdiri maksimal. Rangsangan kembali berlanjut, sang Komandan dengan buas menjilati bibir vagina Desi, menghisap clitorisnya dengan lembut, membuat tubuh Desi menggelinjang hebat seperti di setrum dengan tegangan yang rendah. Sembari menjilati vagina Desi, kedua jari sang komandan masuk membelah, mengobral dan menusuk lobang vagina Desi yang sudah sangat becek, karena precum yang keluar dari memeknya semakin banyak.

"Ndaaan... Aaahkk... Saya mau pipis!"Erang Desi tak tertahan lagi.
Bukannya berhenti sang Komandan malah semakin cepat mengocok vagina Desi hingga terdengar suara 'Plokss.... Plooks... Plokks...' setiap jarinya membentur daging gemuk itu. Semenit kemudian, tubuh Desi semakin tersentak, kepalahnya mendongak keatas, dan kedua tangannya mencengkram erat seprei tempat tidurnya di iringi erangan panjang hingga cairan cintanya tumpah kemana-mana.
Komandan mengangkat wajahnya, lalu tersenyum mengejek Suami Desi. Sang Komandan berdiri dengan angkuhnya, lalu dengan perlahan ia membuka pakaiannya hingga telanjang bulat di hadapan Desi, memamerkan penisnya yang panjang nan gemuk, di sekelilingnya terlihat otot-otot yang menyembul. Pemandangan tersebut membuat Desi berdecak kagum bercampur ngeri, dia ragu penis sebesar itu bisa masuk kedalam lobang peranakannya. Dan ternyata bukan Desi saja yang kagum, bahkan Heri pun menatap takjub kearah penis sang Komandan yang berukuran jauh lebih besar ketimbang miliknya yang sangat kecil.

"Telanjangi dia!" Perintah Komandan.

Kedua anak buah sang Komandan segera memaksa dan membuka pakain Heri satu persatu, membuat pria itu kembali memberontak, tapi apa daya, tenaganya tidak ada artinya sama sekali di hadapan mereka yang sudah sangat terlatih dalam dunia perkelahian. Mata Desi terbelalak melihat penis Suaminya yang ternyata malah berdiri tegak.

"Wow... wow... wow... sepertinya ada yang terangsang? Hahahaha...." Tawa Komandan pecah menyadari Heri yang terangsang melihat Istrinya di kerjai olehnya.
"Mas?" Tanya Desi bingung.
"Mari kita berikan pertunjukan yang lebih menarik untuk Suami kamu." Kata Komandan sambil mengaitkan satu kaki Desi di lengannya.
"Kumohon jangan sampai sejauh ini!" Mohon Desi.
"Tenanglah, Suamimu juga menikmatinya kok, jadi kamu jangan khawatir."
"Tapi tetap saja ini tidak boleh, ini dosa!"
"Saya tidak perduli, yang saya inginkan hanya menikmati sisa hidup yang saya miliki saat ini, kamu mengerti?" Tanya Komandan dengan nada ancaman membuat nyali Desi ciut.

Kemudian ia kembali menindih tubuh Desi, ia memposisikan penisnya, lalu dengan perlahan ujung kepala penis Komandan berada tepat di belahan bibir vagina Desi. Dengan perlahan ia menggesek-gesekan penisnya, lalu dengan satu dorongan kasar, penis Komandan menusuk masuk kedalam lorong vagina Desi yang walaupun sudah sangat basah, tapi tetap terasa sangat sempit dan menjepit. Kepala Desi kembali mengada keatas, seperti yang ia duga penis Komandan begitu besar hingga vaginanya terasa penuh.

"Oooo... tahaaan, ini terlalu besar!" Rintih Desi sambil menahan perut Komandan.

Tapi ia sama sekali tidak dapat menghentikan penis Komandan yang terus masuk hingga akhirnya mentok menyentuh rahimnya. Mata Desi terbelalak merasakan rahimnya diisi oleh penis milik sang Komandan. Tanpa memberi jedah, Komandan mulai menggerakan pinggulnya maju mundur, menghentak selangkangan Desi.

"Ooo.... Aaaahkkk....Jangaaaaan... Aaaahkk... ini terlalu besaaaaar.... memek saya gak muaaat... tolong, Aaahkk.... Aaaaaahkk....." Rintih Desi, kepalanya menggeleng kekiri kekanan.
"Gilaaa... memek Istri anda rasanya enak bangeeet, seperti gadis perawan" Ujar Komandan melecehkan Heri yang tertegun melihat pelecehan yang di lakukan Komandan.
"Anjiiing keparaaat kalian!" Tangis Heri.
Dia ingin menolong Istrinya, tapi dia tidak mampu memalukan hal tersebut.
"Hahahaha...." Tawa komandanpun pecah diringi ledakan dahsyat di luar sana.

Dalam keadaan terikat Heri hanya bisa meratapi nasibnya yang hanya mampu melihat Istrinya yang di paksa melayani sang Komandan beserta bawahannya. Heri melihat Istrinya yang kini sedang menungging menerima sodokan si Komandan dari belakang, sementara mulut mungilnya di paksa mengulum penis salah satu anak buahnya. Sementara perasaan yang berbeda di rasakan Desi, dia merasa bersalah terhadap Suaminya karena ia tidak bisa menolak permintaan sang Komandan yang menyuruhnya mengerang bak pelacur murahan yang ada di pinggir jalan. Tapi di sisi lain, Desi sendiri harus mengakui kalau sang Komandan memang sangat pintar mempermainkan tubuh dan perasaannya.

"Aaaahkk... Aku mau dapeeet lagi Ndaaan!"
"Dapet apa pelacur?" Leceh sang Komandan.
Desi terdiam sejenak, ia ragu untuk mengatakannya. "Dapeet... Aaahkk... aku mau orgasme lagi Ndan! Aaahkk... memekku mau muncrat lagi!!" Teriak Desi.
Lalu tubuhmya terguncang hebat dan sedetik kemudian ia kembali mendapatkan orgasmenya yang hebat.
Oh Tuhaaan... Wajah Desi mengadah keatas, dia tidak menyangkah kalau dirinya seliar ini. "Maafkan aku Mas Heri, maafkan Istrimu ini yang terpaksa bertingkah seperti pelacur demi menyelamatkan nyawa kita berdua." Isak Desi di dalam hatinya.

Dan permainanpun berlanjut, tubuhnya di minta terlentang, lalu seorang militan berpakaian serba hitam menindih tubuhnya, lalu menyetubuhinya dengan ganas. Hampir tiga jam lamanya ia di gilir dan sudah tak terhitung berapa kali ia mencapai orgasmenya hingga ia merasa sangat kelelahan. Tiba-tiba seorang militan REG masuk kedalam kamarnya. "Maaf Komandan, saya ingin melapor, keadaan di luar semakin mencekam dan sangat berbahaya." Lapornya sambil melirik kearah tubuh Desi yang saat ini sedang di perkosa seseorang.

"Apa? Mana mungkin kita kalah?"
"Benar komandan kita terdesak!" Jelas sang Militan.
"Pihak Turki mengirim bala bantuan, bahkan mereka juga mengirim tank leopard untuk mengepung kita, selain itu bantuan udara dari Amerika sangat efektif." Lanjut sang militan.
"Berapa banyak pasukan yang tersisa?"
"Tidak banyak, mungkin hanya tersisa 100 prajurit.Jawabnya.
"Apa tidak ada jalan lain?"
"Ada Komandan, kita bisa kabur ke wilayah perbatasan suriah, karena saya sudah mengirim pesan untuk menjemput komandan di sana." Sambung sang Militan.
Komandan mendesah kesal. "Kalau begitu, ayo kita tinggalkan kota ini, tolong kamu siapkan mobil." Ajak sang Komandan. Sang militan segera keluar kamar untuk menyiapkan keperluan pelarian mereka.

"Kalian berhenti dulu." Perintah komandan.
Mendengar perintah tersebut Desi bisa menarik nafas lega, karena ia pikir itu artinya penderitaannya akan berakhir.
"Bawak dia dan Suaminya!" Perintah selanjutnya dari Komandan membuat Desi mendadak lemas.

Stlah itu slama d prjalan Desi kembali d prkosa di dalam mobil barakuda, sesampainya di cam REG dia di masukan ke penjara d dalam pnjara ada 3 orng pria, jdi satu sel 5 orang dia bserta suami. Bsoknya dia dkluarkan dri sel lalu di suruh nonton eksekusi orng yg d bunuh. Tujuannya untuk menakuti mereka. Habis mnonton komandan meminta desi n suami memberikan tontonan yang mnrik bersma seorang wanita lagi. Brakhir desi melakukan lesbi dngan wanita bernama Jenni. tpi crtanya blum slesai, baru sebatas adegan panas antara desi suami n jeni.Keesokan harinya Desi beserta Suami di bawak keluar sel, ia di giring kesebuah lapangan luas. Di sana sudah ada beberapa wanita sama seperti dirinya mengenakan pakaian serba hitam. Sementara di depan mereka ada dua orang pria dan tiga perempuan berpakaian hitam sedang berlutut di tengah-tengah lapangan dalam keadaan terikat dan mata tertutup.

"Ini adalah contoh bagi mereka yang tidak mau mematuhi aturan saya!" Ujar sang komandan menggunakan toa. "Nasib kalian akan sama seperti mereka kecuali kalian mau menuruti perintah kami, kalau kalian ingin hidup, berlakulah seperti anjing yang baik." Lanjut sang Komandan.
Kemudian seseorang pria yang di duga sebagai algojo berdiri di belakang mereka sambil membawa golok besar di tangannya.
Srrreeett....
Sebuah ayunan pedang menebas leher salah satu dari mereka hingga kepala orang tersebut menggelinding.

"Aaaauuuuwww..." Mereka berteriak histeris menyaksikan sebuah pemandangan yang sangat mengerikan di depan mata mereka. Bahkan Heri tak berani membuka matanya sanking takutnya. Lalu satu persatu dari mereka lehernya di tebas, di bunuh di hadapan banyak orang. Kini suasana kembali hening, setelah kelima mayat tersebut di singkirkan dan di gantikan dengan di bentangkannya kain besar berwarna hitam, seseorang pria membawa sebuah peti, lalu peti itu di letakan di sebalah kanan.
Kemudian orang yang bernama Bram yang tak lain komandan REG maju kedepan.

"Saya minta Desi beserta Suami maju kedepan, dan kamu Jenni tolong ajarkan kepada mereka apa yang harus mereka lakukan, kamu mengerti?" Perintah Bram, meminta seorang wanita bercadar yang sedang berdiri tak jauh darinya.

Wanita yang bernama Jenni itu segera berjalan menuju Desi dan Suaminya, lalu ia mengajak mereka berdua ketengah, berdiri di atas kain hitam yang tadi di bentangkan. Lalu tanpa mengatakan apapun Jenni membuka jubah hitamnya, dan ternyata di balik jubah hitamnya Jenni sudah tidak mengenakan apapun alias telanjang bulat. Dan pertunjukanpun di mulai, Jenni bak wanita binal meremas kedua payudarahnya, sambil mendesah nikmat. Lalu tangan kanannya turun menuju bukit kecil yang bersembunyi diantara kedua paha mulusnya, nampak terlihat rambut hitam yang mengeriting, menjadi santapan semua orang yang ada di sini. Tangan kanan Jeni menyelip diantara belahan vaginanya, lalu dia masukan jarinya dan mulai mengerang nikmat.

"Aaahkkk... memekku gatal ada yang mau gak." Desahnya manja sambil meleletkan lidahnya.
Kemudian ia berjongkok dan sedetik kemudian. "Seeerrr.... Seerrr...." Ia buang air kecil di hadapan semua orang yang langsung di sambut dengan sorakan para prajurit.
Jenni berdiri, lalu menghampiri Desi yang masih terbengong dengan apa yang ia lihat.
"Sekarang giliran kamu?"
"Maksudnya?" Tanya Desi kaget
Jenni tersenyum. "Kamu harus melakukan apa yang aku lakukan barusan!" Ujar Jenni sambil menepuk pantat Desi. "Kecuali kamu mau bernasib sama seperti yang kamu lihat barusan." Ancam Jenni membuatnya keringat dingin.

Ternyata ancaman Jenni membuat Desi menjadi ketakutan.
Dia tidak perduli dengan nasibnya, tapi untuk Suaminya? Ah... dia terlalu mencintai Heri, dia tidak ingin hal yang buruk menimpa Suaminya. Heri mengerti apa yang dirasakan Istrinya, sehingga ia hanya diam ketika melihat Istrinya yang mulai membuka resleting jubahnya. Sedetik kemudian jubah hitam itu turun melewati kedua pundaknya yang putih lalu sepasang payudarahnya yang ranum, perutnya yang ratah dan terakhir bukit kecil yang polos tanpa di tumbuhi sehelai rambutpun. Wajah cantik Desi seketika memerah menahan rasa malu, karena di tonton banyak orang.

"Tubuh Istri anda begitu sempurna." Bisik Jeni di telinga Heri.

Kemudian yang mengejutkan Heri, ketika Jenni tiba-tiba menarik celana dalamnya, lalu tangan lembut itu mengocok, membelai penisnya yang sudah sedari tadi berdiri keras. Heri yang awalnya ingin protes langsung mendapatkan tatapan tajam dari Jenni, sebuah tatapan yang mengancam. Selagi ia di kocok oleh Jenni, mata Heri tidak pernah lepas memandang tubuh montok Istrinya, yang saat ini sedang merangsang dirinya, meremas susu besarnya dan jemari tangan kanannya tampak terlihat menggelitik vaginanya. Sepuluh menit kemudian, akhirnya Heri tidak tahan lagi dan iapun mendapatkan ejakulasinya. Jenni mengambil sesuatu di dalam peti, lalu ia kembali kehadapan Heri dan berjongkok. Kemudian tiba-tiba Heri melihat burungnya di sarungkan dengan sesuatu berbahan selikon, sehabis itu 'klek' penisnya di gembok.

"Apa ini?" Tanya Heri panik.
Jenni tersenyum nakal. "Jangan khawatir, ini hanya untuk menggembok kontol kamu biar gak bisa berdiri... hehehe... dan ini gembok gak ada kuncinya, jadi mulai sekarang kamu gak akan bisa lagi ngentotin Istri kamu." Jawab Jenni santai, sambil memainkan kontol Heri yang terkunci. Belum sempat Heri protes, dia di tarik mendekat kearah Istrinya yang sedang bermasturbasi, lalu dia di minta tiduran terlentang.

"Jangan gugup, sekarang kamu kangkangin wajah Suami kamu sekarang! Ingat kamu pasti tidak ingin mati sekarangkan?" Ancam Jenni, sambil meremas pantat Desi.

Lalu Desi mengikuti arahan Jenni, ia mengangkang di hadapan Suaminya, tangannya bertumpuh diatas tanah yang di lapisi kain. Sumpah, Desi merasa sangat malu dengan posenya saat ini, tapi demi keselamatan mereka Desi rela melakukannya. Kemudian Jenni membelai memek Desi, dia memainkan jarinya di sana membuat tubuh Desi menggeliat nikmat.

"Desahannya mana?" Tuntut Jenni.
Rasanya Desi ingin menangis, bagaimana mungkin wanita baik-baik seperti dirinya harus mengalami pelecehan di hadapan banyak orang, bahkan tepat di depan wajah Suaminya.
Tapi Desi sadar ia tidak punya pilihan kecuali menuruti kemauan mereka. "Aaaahk... memek saya enak! Ooogk..." Erang Desi malu-malu.
Jenni yang kesal dengan sikap Desi yang sok alim, membuatnya menjadi kesal.
Jenni mengambil vibrator kelinci, lalu dengan kasar ia menusuk memek Desi dengan vibrator itu membuat Desi terpekik histeris. "Aaaahkk...." Pekik Desi membuat Suaminya semakin merasa bersalah dengan ketidak berdayaannya.

Siksaanpun semakin menjadi, ketika tombol getar di tekan sehingga dildo itu bergetar dan berputar, sementara karet kecil yang berbentuk telinga kelinci itu mensemulasi clitorisnya membuat rasa geli yang amat sangat menerjang tubuhnya.
Desi mulai kesetanan. "Aaahkk... Ampuuun Ohk... Memek saya diapakan, Aaahkk... Mass Oohkk... memek saya bergetaaaar!" Erangan Desi kini terdengar lebih jujur.
Prajurit yang sedang menonton segera membuka celana mereka dan beronani dengan mulut mengangah lebar. Sementara itu Jenni mengocok memek Desi dengan dildo yang ada di tangannya.
Hingga akhirnya, Desi mendapatkan klimaksnya dengan pantat terangkat dan kemudian dari dalam memeknya menyembur keluar cairan beningnya tumpah kewajah Suaminya.

"Gimana enakkan?" Ledek Jenni sambil mencabut dildonya.
"Iya enak!" Jawab Desi malu-malu.
Kini pandangannya beralih kearah Heri yang wajahnya basah karena terkena cairan cinta dari sang Istri tercinta.
"Mau melihat yang lebih menarik lagi?" Tanya Jenni.
Heri mengangguk pasrah. "Iya!" Jawab Heri, rasanya ia sudah tidak tahan lagi melihat Istrinya di lecehkan tepat di depan matanya.
"Bagus!" Ujar Jenni sambil menampar wajah Heri. "Sekarang kamu jilatin dulu memek Istrimu, saya mau bersiap-siap." Sambung Jenni lalu ia meludah kewajah Heri.

Ketika Jenni sedang sibuk memasang ikat pinggang penis. Heri malah sibuk menjilati memek Istrinya, menghisap clitoris Istrinya, membuat Desi kembali sangat terangsang. Walaupun Desi merasa kasihan, tapi ia sangat menikmati jilatan Suaminya. Tapi sayang kenikmatan itu tertunda ketika Jenni menghampiri mereka berdua, dia tersenyum mengejek kearah Heri.

"Enak ya?" Ledek Jeni. "Sekarang kamu nungging." Perintah Jenni kepada Desi.
Mau tidak mau Desi menuruti kemauan Jenni, dia menungging, memposisikan memeknya di depan wajah Suaminya, sementara wajahnya melihat kearah burung Suaminya.
Dan pada saat itulah ia tersadar kalau burung Suaminya kini berada di salam sangkar yang kecil.
Belum sempat ia bertanya mengenai apa yang terjadi dengan Suaminya, tiba-tiba dari belakang ia merasakan sesuatu benda seperti kontol masuk kedalam memeknya. "Aaaahkk...." Erang Desi dengan wajah mengada keatas.

"Hahahaha..." Tawa Jenni sambil memompa memek Desi tepat di depan mata Suaminya. "Ayo mengeranglah seperti pelacur!" Perinta Jenni sambil menampar pantat Desi.
"Iyaaa... Aahkk... entotin memek sayaaa... Oohhkk... Aaahkk.... entot lebih cepaaaat!" Erang Desi, dia marah tapi menikmati perlakuan Jenni kepada dirinya saat ini.
Jeni merasa sangat puas mendengar erangan Desi, membuatnya semakin berutal menyodok memek Desi, hingga akhirnya Desi kembali mendapatkan orgasmenya, dan cairan cintanya lagi-lagi membanjiri wajah Suaminya.
"Madaaam... Aahkk... Aahk..." Erang Dessi.

Tapi Jenni seakan tidak perduli, dia terus saja menyodok memek Desi dari belakang, tepat di depan wajah Heri yang sedang berbaring di bawah tubuh Istrinya yang lagi di setubuhi oleh Jenni. Kedua tangan Jenni mencengkram pantat Dessi, hingga anusnya terlihat merekah. Iseng Jenni menekan anus Desi dengan jari kelingkingnya, lalu dengan perlahan jari kelingking itu tenggelam kedalan anus Desi, membuat Ibu muda itu semakin mengerang hebat, dan pantatnya bergetar nikmat merasakan jemari Jenni yang mengorek liang anusnya yang masih perawan. Dan sedetik kemudian, tubuh Dessi terguncang hebat seiring dengan orgasme yang melanda dirinya. Harus di akui sodokan Jenni membuatnya melayang tinggi.
Plokkk...

Jenni mencabut dildonya, dan membiarkan tubuh Desi terbaring tak berdaya diatas tubuh Suaminya, sementara Herri hanya dapat melongok, menatap vagina Istrinya yang sangat licin. Jenni berjalan kesamping tubuh Dessi, dia berjongkok di samping wajah Dessi, kemudian dia membelai kepala Desi yang masih tertutup kerudung sembari tersenyum mengejek Desi.

"Gimana rasanya? Enak?" Ledek Jenni.
"Sudah... saya mohon, saya tidak mau lagi!" Mohon Desi memelas terhadap Jenni.
"Belom dong sayang, merekakan belum kebagian!" Tunjuk Jenni kearah lima belas orang yang saat itu sudah telanjang bulat.

Mata Desi melotot, ia kaget saat melihat kelima belas militan yang sudah sedari tadi telanjang bulat, sambil memainkan kontol mereka yang berukuran sangat besar dan hitam, mau tidak mau Desi menjadi semakin ketakutan membayangkan nasibnya nanti. Selain Desi Herripun tampak sangat terkejut melihat kelima belas militan yang sedang dalam keadaan telanjamg bulat. Heri tidak dapat membayangkan kalau kelima belas kontol itu nantinya mengaduk-ngaduk memek Istrinya, melihat dildo Jenni yang tadi mengaduk-aduk liang kemaluan Desi saja sudah terlihat mengerikan, apa lagi kalau kelima belas batang itu yang mengaduk memek Istrinya, tentu lebih mengerikan lagi.

"Saya mohon, jangan lakukan lagi!" Mohon Heri, yang akhirnya memberanikan diri membela Istrinya yang tak berdaya.
Jenni mendengus kesal, lalu dia menghampiri Herri yang mulai meneteskan air matanya. "Berarti kamu memilih mati ya?" Ancam Jenni.
Herri mengangguk, dia sudah tidak tahan lagi melihat Istrinya tersiksa. Dengan berurai air mata ia memohon meminta agar Istrinya Desi dapat di bebaskan dari ancaman mereka.

"Bunuh saya, tapi bebaskan Istri saya."
"Hahahaha... baiklah kalau itu kemauan anda, saya akan mengabulkannya." kemudian Jenni berdiri meninggalkan Herri.
Jenni mengambil salah satu pistol milik militan, kemudian ia kembali menghampiri Herri, ia menempelkan moncong pistol tersebut di kening Herri yang berkeringat sanking takutnya. Herri memejamkan matanya, ia berusaha tersenyum menerima nasibnya. Setidaknya nyawa Heri bisa menyelamatkan Istri tercintanya, dia tidak sanggup lagi melihat Istrinya di perkosa tepat di hadapannya. Hatinya hancur berkeping-keping saat mendengar erangan Desi, walaupun harus di akui, pemandangan yang ada di depannya saat itu sangat erotis.

Jenni sudah bersiap menghabisi Herri. "Jangaan... Saya mohon, lepaskan Suami saya... lakukan apa saja yang kalian mau terhadap saya, tapi jangan sakiti Suami saya." Pekik Dessi tiba-tiba saat melihat bahaya yang menimpa Suaminya.
Jenni tersenyum. "Tapi dia yang memintaku untuk membunuhnya." Sambung Jenni seakan dia tidak akan mengurungkan niatnya.
"Saya mohon!"
"Saya akan melepaskan Suami anda, asalkan dia yang meminta langsung kepadaku, dan dia mengizinkan kamu di gilir oleh mereka." Jelas Jenni yang mulai melunak.
Desi bernafas lega. "Mas!" Desi mengangguk.
"Tidak sayang... aku mohon jangan lakukan ini lagi, aku tidak tahan melihatmu menderita... Kalau nyawaku bisa menyelamatkanmu aku rela sayang, biar aku yang menggantikan penderitaanmu."
"Aku gak bisa hidup tanpamu Mas, mengertilah ini juga bukan mauku, tapi demi anak kita aku mohon Mas, menyerahlah."
"Tapi..."
"Mas... aku sudah kotor, apa bedanya kalau aku di perkosa lebih banyak lagi." Potong Dessi mulai frustasi dengan sikap Suaminya.
"Aaaaerrttt... "Herri berteriak lantang.

Dia benar-benar marah terhadap dirinya sendiri karena tidak mampu melindungi orang yang sangat ia cintai. Tapi apa yang bisa ia lakukan? Dan apa yang dikatakan Istrinya ada benarnya juga, kasihan anakknya kalau ia pulang tinggal nama.
Herri mendesah pelan, bibirnya gemetar. "Am...puni saya... kalian boleh melakukan apapun yang kalian mau terhadap Istriku." Isak Herri, dia memejamkan matanya rasanya begitu menusuk hatinya.
"Terimakasih Mas, aku sangat mencintaimu, selamanya selalu begitu." Ujar Desi, dia berusaha tegar mengghadap nasibnya.
"Bagus... kalian bisa bersenang-senang!"

Kemudian lima belas orang langsung maju ketengah lapangan, mengelilingin Dessi yang tampak ketakutan, tapi ia berusaha tegar dengan tersenyum menyambut kelima belas pria yang siap menggilir tubuh mulusnya. Seseorang duduk di belakang, mencium pipi, dan leher Desi, sementara dua orang membelai payudara Desi, dan sisanya menggerayangi setiap inci kulit Desi yang mulus.

"Aahkk... enaaak Tuaaan!! Aaahkk... sentuh tubuhku Tuaan, nikmatin Akuu..." Kalimat nakal itu meluncur deras dari bibirnya, dengan sangat terpaksa ia melakukannya.
"Hahaha...."
"Hayo kawan, kapan lagi kita bisa menikmati tubuh wanita secantik dia, mumpung Suaminya sudah mengizinkan!" Ledek salah satu dari mereka sambil memandang Heri yang sedang menangis.
"Iya Tuaan, Uuhkk... remas tetek saya kuat-kuat!" Pinta Desi dengan nada manja yang sengaja di buat-buat untuk menggoda mereka.

Mendengar desahan Desi, mereka semakin bersemangat meremas payudara Desi yang kenyal, memilin puttingnya yang menggemaskan, bahkan salah satu dari mereka melahap payudara Desi, menghisap puttingnya. Tubuh Desi menggelinjang nikmat, ia kembali terangsang, bibir vaginanya yang memang sudah basah semakin basah. Seseorang membuka lebar kedua kaki Desi, kemudian orang tersebut dengan kasarnya menjejalkan kontolnya kedalam memek Desi, dan desakan itu membuat mata Desi melotot sanking penuhnya memek Desi. Dengan satu hentakan, kontol tersebut masuk kedalam memek Desi. Kemudian dengan gerakan cepat, pria tersebut menggerakan pinggulnya maju mundur menikmati jepitan memek Desi yang sempit untuk ukuran kontolnya yang sangat besar.

Heri yang melihat Istrinya di gagahi oleh penis sebesar itu membuatnya kembali terangsang, dia tidak menyangkah kalau kontol sebesar itu bisa masuk kedalam memek Istrinya yang menurutnya mungil menggemaskan. Tapi rangsangan itu membuat Heri tersiksa, karena burungnya yang tegang tak bisa tegak lurus, tertahan oleh benda yang melingkar di penisnya. Jenni yang melihat Heri tersiksa, kembali menghampiri Heri, kemudian menarik Heri agar lebih dekat dengan Istrinya. Heri yang tidak berdaya hanya pasrah mengikuti perintah Jenni.

"Lihat Suami kamu, sepertinya dia sangat terangsang melihat kamu di gauli oleh pria lain!" Kata Jenni kepada Desi.
Desi menggigit bibirnya saat melihat burung Suaminya yang memerah bengkok karena tertahan oleh sangkarnya. Tapi anehnya Desi malah merasa semakin terangsang melihat Suaminya yang semakin tersiksa. Desi menggigit bibirnya saat melihat burung Suaminya yang memerah bengkok karena tertahan oleh sangkarnya. Tapi anehnya Desi malah merasa semakin terangsang melihat Suaminya yang semakin tersiksa.

"Ayo cantik, ceritakan apa yang kamu rasakan sekarang." Lanjut Jenni.
"Aahkk... Aahkk... Mas, memekku rasanya enaaak.Aahkk... Uuhkk... Kontolnya besar banget loh Mas, Uhkkk.... Enaaak... Aaahkkk... Aaahkk.... Mas... Adek gak tahan lagi!" Erang Desi, tubuhnya tersentak-sentak.
"Kamu sukakan di memek kamu di sodok oleh kontol mereka?"
"Sukaaa... Aaaaa.... saya sukaaa madam, kontol mereka besar-besar!" Erang Desi, ia semakin menggila menikmati setiap gesekan antar dinding vaginanya dengan kulit kontol pria tersebut.
Dan tak lama kemudian. "Seeeerrr.... Seeeerrr...." Ia mencapai klimaksnya. Dari memek Desi keluar cairan bening yang sangat banyak, bahkan sampai muncrat sangat jauh.

Heri terkagum melihat Istrinya yang baru saja mendapatkan squirt pertamanya, sangking nikmatnya pantat Desi sampai terangkat, dan mulutnya membentuk huruf O. Tak lama kemudian giliran sang pria yang memuntahkan lahar panasnya kedalam rahim Desi, membuat Desi untuk kedua kali kembali mendapatkan orgasmenya secara berurutan.

"Aaaaahkk.... manisnya banyak banget Mas!" Pekik Desi, merasakan sperma pria tersebut di dalam rahimnya.
Tanpa memberi jedah untuk Desi, pria lainnya berbaring dan meminta Desi untuk menduduki kontolnya. Dengan perlahan Desi menuruti kemauan pria tersebut menduduki kontol besar miliknya, yang terasa penuh.

"Ooohkk..." Reaksi Desi.

Dengan perlahan Desi menggoyang pinggulnya naik turun menikmati kontol pria tersebut. Sementara kedua tangannya menggenggam dan mengocok kontol pria lainnya. Dan lagi-lagi Desi mencapai puncaknya di atas tubuh pria tersebut. Tubuh Desi yang lunglai roboh keatas tubuh pria tersebut, dan seseorang mengambil kesempatan tersebut dengan menjejalkan kontolnya di pantat Desi. Dengan perlahan pria dia mendorong kontolnya kedalam anus Desi.

"Oh tidak..." Kaget Desi.

Dia merasa sangat tersiksa ketika kontol besar itu memaksa anusnya membuka lebar, padahal dia belum pernah di anal oleh suaminya sendiri, tapi sekarang pria itu ingin merobek anusnya tanpa belas kasihan.

"Aaahkk... pelan-pelan, anusku sakit!" Rintih Desi.

Tentu saja hal tersebut membuat Desi sangat tersiksa, bahkan ia sampai menitikan air matanya, dan memekik. Sialnya hal tersebut malah di manfaatkan oleh seorang pria lain yang tiba-tiba menjejalkan kontolnya kedalam mulut Desi, membuat tubuh Desi semakin kaku. Secara bersamaan mereka memompa kontol mereka di tiga lobang milik Desi tanpa belas kasihan. Tapi lagi-lagi tubuh Desi mengkhianati dirinya, tubuhnya malah menikmati siksaan demi siksaan yang di alaminya.
Dan semenit kemudian. "Oohhkkk..." Erang seorang pria yang sedang menikmati memek Desi ketika ia mendapatkan ejakulasinya. Lalu di susul semburan mani kewajah dan mulutnya, terakhir giliran anusnya yang harus menerima sperma pria lain di dalam tubuhnya yang dulu sangat ia jaga kesuciannya. Tapi siksaan tubuhnya belum berakhir, dia kembali di gilir oleh lima orang sekaligus, satu di memeknya, anusnya, mulutnya dan kedua tangannya di suruh mengocok kontol kedua pria lainnya yang berdiri di samping kiri dan kanannya yang memaksanya memberi servis. Di siksa terus menerus akhirnya tubuh Desi tak sanggup lagi bertahan iapun sampai jatuh pingsan.

"Kamu sudah sadar sayang?" Panik Heri, saat melihat Istrinya yang kembali membuka matanya.
Desi berusaha tersenyum. "Iya Mas, aku baik-baik saja kok!" Jawab Desi, dia tak ingin melihat Suaminya risau.
"Mereka benar-benar biadab, saat kamu pingsan tadi, mereka masih saja memperkosamu seperti binatang." Kesal Heri, mengingat bagaimana Istrinya di garab oleh para militan.
"Maafkan aku ya Mas, seandainya saja aku tidak meminta liburan ke Turki mungkin nasib kita tidak seburuk ini." Sesal Desi.

Ia merasa sangat menyesal karena ia yang memaksa Suaminya untuk berlibur ke Turki. Tapi nasi sudah menjadi bubur, ia tidak bisa memutar waktu kembali, yang sekarang bisa ia lakukan adalah berdoa meminta keselamatan dirinya dan Suaminya tercinta.

"Sudalah sayang, kamu tidak perlu menyalahkan diri sendiri, ini ujian untuk kita dan kita harus menghadapinya dengan tegar."
"Sekarang aku sudah kotor Mas!"
"Sayang, apapun yang terjadi, aku akan tetap mencintaimu, dan tidak akan perna meninggalkan dirimu sayang!" Ujar Heri berusaha menenangkan Istrinya.
"Terimakasi sayang."

Dengan sangat erat Desi memeluk tubuh Suaminya, ia merasa sangat nyaman saat berada di dalam pelukan Suaminya.

Agen Bola - Bandar Taruhan - Bandar Bola - Taruhan Bola - Judi Bola - Agen Sbobet - Agen Maxbet - Agen Cbo855 - Agen 368bet - Agen Sabung Ayam
Share this article :

0 comments:

Post a Comment

Join Us on Facebook

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. hotceritasex - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger