Home » » Juwita Hati 3

Juwita Hati 3


Bandar Taruhan - Bre membaca sms dari Pak Baroto dan langsung mengarahkan langkah kakinya menuju perumahan dosen yang terletak tak jauh dari seputaran kampus dan kampung Sidomukti. Rumah Pak Baroto sudah terlihat jelas beberapa meter dari tempat Bre melangkah.
"Tok!.. Tok!.. Tok..!"
"Selamat malam, Pak.." ucap Bre pelan.
"Brian Kusuma.. Mari, mari silahkan masuk.." jawab Pak baroto dengan suaranya yang berat.
"Ada apa Pak?"
"Begini, Brian. Tadi siang, Ibu Carissa meminta para dosen untuk melakukan sidang, membicarakan perihal tentang dirimu. Ada berita katanya kau telah menghina Ibu Carissa? Saya pengen dengar langsung dari kamu, makanya kamu Bapak undang kemari."

Bre terkaget-kaget mendengar informasi dari Pak Baroto. Mata nya membelalak melihat raut wajah Sang dekan fakultas.
"Sampai segitunya Pak?" ucap lirih Bre.
"Benar . Ibu Carissa meminta tentang hal ini untuk di masukkan dalam agenda rapat bulanan para dosen. Nampaknya dia sangat tersinggung, dan memberikan opsi, kau yang keluar atau dia sendiri yang mengundurkan diri sebagai dosen di kampus kita.
"Kau paham maksud saya,Brian??" tanya Pak Baroto dengan wajah serius.
"Iyaa, Pak.
"Sekarang ceritakan lah apa yang sebenarnya terjadi, Brian. Biar semuanya clear tanpa harus melakukan sidang dewan segala. Saya sangat menyukai kamu. Saya ga mau kamu mengalami kesulitan di fakultas kita, karena jasa yang pernah kau perbuat untuk fakultas."


"Semuanya bermula ketika saya menanyakan kepada Ibu Carissa tentang mata kuliah yang beliau ampu. Saya sudah mengulang keempat kalinya pak, dan keempat kalinya pula saya gagal lulus. Padahal, bukannya sombong, saya sangat yakin dapat mengerjakan ujian dari mata kuliah Ibu Carissa baik lisan, tertulis, ataupun berbagai kuis yang diberikan Ibu Carissa terhadap saya."
"Kamu bener-bener yakin bisa mengerjakannya??" tanya Pak Baroto memotong ucapan Bre.
"Yakin bisa Pak! Bapak tahu sendiri kan saya itu termasuk mahasiswa yang bagaimana?"
"Ya.. yaa.. yaa.. saya tahu, kamu termasuk salah satu mahasiswa yang cerdas dan brilian."
"Ketika saya tanyakan kepada beliau, katanya nilai saya jelek sehingga tidak bisa mengatrol kelulusan saya. Saya sendiri heran Pak, masak mengulang sampai empat kali tapi gagal semuanya. Makanya tadi saya meminta kepada Ibu Carissa untuk menghadirkan para saksi ketika saya maju ujian pada mata kuliahnya. Terus terang saya bingung Pak, kalo ga lulus tahun ini, dana kuliah dari orang tua akan di stop karena saya sudah molor kuliah yaa gara-gara mata kuliah Ibu Carissa itu. Huuh!!" ujar Bre menggebu-gebu.

Brian menghela nafas panjang. Mengandung keprihatinan dan kegelisahan yang mendalam, dalam hatinya. Gelisah Hati..
Pak Baroto mendengarkan ucapan Bre dengan serius sambil mengusap-usap botak dikepalanya.
"Maka dari itu saya meminta adanya saksi dalam ujian saya, Pak."
"Disitulah rumitnya, Brian. Kalangan dosen biasanya saling tenggang rasa dan tidak mau menyinggung koleganya."
"Demi menutupi kebenaran? Oh God!! Saya tidak mengira di dunia ilmu, di kampus yang banyak melahirkan menteri, pejabat, dan orang-orang penting ini masih punya pandangan yang bisa merugikan mahasiswanya.
"Ilmu Cuma alat, tapi pelaksananya teteplah manusia."
"Jadi saya harus bagaimana Pak? Terus apakah riset yang diadakan oleh fakultas ini tetap memilih saya sebagai leadernya meski sedang ada kasus seperti ini??"

"Dekatilah Ibu Carissa secara psikologi. Biarkan Beliau mereda emosi nya dulu, sehingga semuanya akan berjalan lancar kembali dan kamu bisa ujian secara wajar. Mengenai riset, kamu tetaplah menjadi Leader team. Ga ada pengaruhnya dengan peristiwa ini." Kata Pak Baroto penuh kebapakan.
"Kalo saja mata kuliah Ibu Carissa lulus, saya udah jadi sarjana dari tahun kemarin.. Terima kasih Pak. Saya akan senantiasa melaksanakan petuah Bapak. Saya mohon pamit Pak.." ucap lirih Sang DonJuan.
"Oke Brian. Jangan sampai kehilangan kepercayaan diri."
"Baik Pak, saya mohon pamit."
Bre berjalan dengan kepala tertunduk di jalan berdebu. Sementara itu lampu-lampu merkuri sudah menyala terang, tapi tetaplah tak bisa menerangi hati dan jiwa Brian Kusuma Wardhana. Pikirannya kosong. Benaknya melayang menuju lorong tak berujung.

Kerumunan mahasiswa semakin menyemut di pelataran hall kampus gedung B. Panasnya terik matahari tidak menyurutkan minat para mahasiswa yang sedang asyik melihat pertunjukan seni yang tengah berlangsung. Suasana acara pembacaan puisi itu sangat meriah, penuh hiruk pikuk. Bre terlihat melongokkan kepala untuk mencari tempat yang pas untuk menikmati acara tersebut. Dia juga celingukan mencari sosok Karen, siapa tahu dia juga ikutan nimbrung di acara seni itu. Para pembaca puisi silih berganti membawakan karya nya. Pelaku teater pun terus beraksi. Sungguh sangat luar biasa penjiwaan yang mereka suguhkan dalam setiap lontaran kata dalam puisi tersebut. Riuh sorak dan tepuk tangan langsung membahana jikalau sang penyair telah selesai membawakan puisi nya.

"Sekarang kita memberikan kesempatan kepada sosok aktivis kampus untuk membacakan puisi secara spontan. Kita panggil, Brian!!!" seru MC dadakan acara seni itu.
Kontan seluruh penonton menolehkan wajahnya kearah Bre dan berteriak koor diiringi tepuk tangan..
"Brian!.. Briann!!.. Brian!!!".. Brian!!!"
"Kampret!! Kenapa jadi gue yang kena sasaran sih?? Apakah ini acara untuk ngerjain gue? Padahal kan gue ga ulang tahun. Aah rese banget dah MC nya!!" rutuk Bre, dengan langkah kaki maju kedepan.
Dengan berbagai pengalamannya, Bre tetep terlihat tenang dan tetep cool, meski dia didapuk membawakan puisi secara spontan.
"Oke temen-temen semuanya, terima kasih telah menunjuk saya untuk mengisi acara ini. Meski saya mungkin terlihat tolol dihadapan kalian.."

"Hahahaa..
"Huuuuuu!!"
"Suit.. suit!!"
"Ayo Bre!! Kamu bisa!!"
"Assololee, Bree!!"
Dan berbagai kata penyemangat untuk Bre. Bre terdiam sejenak memikirkan puisi apa yang akan dibawakanya. Dia teringat pernah membaca sebuah puisi cinta yang ditulis oleh seorang fisikawan yang ditujukan kepada sang kekasih.
"Hmm.. Itu aja yang mau gue bawain." Batin Bre.
"Oke, Saya akan membawakan sebuah puisi cinta dari seorang Fisikawan untuk sang kekasih.."
"PLOKK!.. PLOOK!!.. PLOOKKK!!!" Tepuk tangan langsung membahana menyambut aksi Bre.

"Semenjak bertemu denganmu, energi statik benih cintamu telah mengejutkan gaya pegas jantungku, sehingga jantungku berdetak tak beraturan bagaikan gelombang bunyi gendang yang tak beraturan saat aku berada beberapa meter darimu. Refleksi cahaya cintamu telah membunuh urat mataku sehinga membiaskan bayangan wajahmu yang selalu di otakku. Pancaran Radiasi Pesonamu membuat otakku tidak bisa berpikir rasional, sehingga elektromagnet dalam hatiku terpengaruh gelombang magnet cintamu. Sejak Saat itu, atom-atom penyusun cinta ini kian mengumpul karena gaya listrik statik dan energi Potensial di hatiku. Saat jauh darimu, partikel-partikel cintaku tidak bisa diam sehinga melakukan tumbukan-tumbukan lenting sempurna dan menghasilkan energi rindu dengan rumus E = MC2, yang mana M adalah Masa waktu dimana semakin lama semakin jauh darimu maka energi rinduku semakin bertambah besar. Sedangkan C adalah Cintaku padamu yang berbanding lurus dengan Energi rinduku. Usaha untuk memberikan gaya lorenzt-ku padamu telah kuberikan dengan FL = i B Sin ØØ. Mudah-mudahan dengan penurunan rumus cintaku padamu dapat memahami pemuaian cintaku padamu dan peningkatan massa jenis cintaku agar tekanan cinta dalam hatiku bisa setimbang setelah bereaksi dengan cahaya cintamu. Dimana bila FL adalah gaya cintaku padamu akan berbanding lurus dengan i (arus listrik cintaku) dan B adalah besarnya medan magnet dalam hatiku dan arah sudut refleksi cinta dengan Sin."
I intensitas
L listrik
O optik
V kecepatan
E energi
U usaha

"Saya Bre, sekian dan terima kasih.."
"PLOKK!!.. PLOOK!!.. PLOOKK!!!"
"Waah keren, Bre!!"
"Bisa aja lu!!!"
Tepuk tangan membahana pun terdengar meriah di akhir aksi maut Sang Flamboyan.

"Mas Bre!! Teriak seorang cewek cantik. Bre menolehkan wajahnya dan tersenyum, ketika melihat Keysha melambaikan tangannya. Bre berjalan mendekat kearah gadis yang membutakan hatinya itu. Bre juga melihat Karebet bersama Santi didekat Keysha.
"Wah mas Bre hebat banget. Keysha suka dengan gaya, mimik wajah, dan intonasi suara mas Bre ketika membawakan puisi tadi. Cool banget juga kereeenn!!!" sanjung Keysha senang tanpa tedeng aling-aling seraya memegangi lengan Bre dan menggoyang-goyangkannya.
"Hehehe.. Padahal biasa aja kok Key.." sahut Bre sambil mengedipkan mata kearah Karebet.
Karebet pun memelototkan matanya mengetahui Bre telah berhasil menundukkan Keysha dengan pesona yang dimiliki aktivis kampus itu.

"Hi Bet, Santi. Ternyata suka acara kaya gini juga ya? Eeh by the way, ada film bagus neeh di Twenty one. Bruce Willis."
"Hi juga Bre.. Wah asyik tuh film nya.." sahut Karebet dan Santi.
"Iyaa, pasti keren aksi Bruce Willis. Yuuk nonton yuuk, mas Bre mau khan nemenin Key??" ujar Keysha merajuk manja kepada Bre.
Bre pun dengan senang hati menyetujui ajakan Keysha.
"Hebat lu Bre. Hebat.." bisik Karebet di telinga Bre.
"Rapalan apa yang lu gunakan sih? Sampe Keysha kebat-kebit gitu sama lu??" tanya Karebet penasaran.
"Biasalah Bet, rapalan dari Kitab Sakti Delapan Sabda Dewa.." jawab Bre singkat
"HAHAHAHAA!!!
Mereka tertawa kompak.
Bre pun tersenyum dengan penuh kepuasan setelah mampu merobohkan benteng hati dan jiwa Keysha.

Bus pariwisata mulai melaju meninggalkan kampus yang penuh dengan cerita kehidupan. Bus dengan karoseri Maju Mapan bergerak menuju suatu tempat berdataran tinggi di sebuah kota di jawa tengah, menghantarkan para mahasiswa-mahasiswi dan dosen pembimbing untuk melakukan penelitian atau riset mengenai efek dari pembangunan industri terhadap pola pikir dan kehidupan masyarakat di sekitarnya. Didalam bus ber-ac terlihat seru dengan berbagai celotehan lucu yang di keluarkan silih berganti dari puluhan mulut para mahasiswa.
"Bre, lihat tuh Si puteri es ikut bernyanyi.." kata Andi berbisik kepada Bre sambil menunjuk kearah Ibu Carissa.
"Tampak senang dia." imbuh Andi.
Bre melongokkan wajahnya dan dia melihat Ibu Carissa ikut mendendangkan lagu dari genjrengan gitar salah seorang mahasiswa.

"Padahal cantik ya? tapi kok masih betah aja untuk terus melajang. Kurang apa coba Bre? Udah pinter, cantik, putih mulus, bodinya pun oke punya." bilang Andi yang merupakan salah satu temen Bre di HMJ.
"Bener sih, apa yang lu katakan. Tapi sayang dia begitu dingin sama yang namanya cowok." timpal Bre meng-amini pendapat Andi.
"Eeh Ndi.. ntar selama di Dieng lu jagain Karen ya. Gue ga mau dia terlihat kolokan ke gue. Ga enak aja sama temen-temen yang lain karena disini kan gue di serahi tanggung jawab yang besar sama Pak Baroto." imbuh Bre.
"Iya beres dah, tenang aja lu Bre. Lagian siapa yang nolak tawaran untuk nemenin cewek seksi kaya Karen, Hahaha!!" balas Andi dengan ketawa ngakak.
"Bisa aja lu!."
"Hahahaha!!"
Mereka tertawa kompak satu sama lain.

Setelah menempuh perjalanan panjang, laju Bus mulai terseok-seok ketika meliwati jalan yang berkelok-kelok. Pemandangan yang begitu indah dengan samping kanan berupa jurang dan di kirinya berupa hutan pohon pinus. Ibu Carissa terlihat masih terlelap. Hmm.. Wajah itu masih aja menunjukkan kejelitaan dalam tidurnya.
"Bre, tau ga kenapa Ibu Carissa belum punya pasangan sampe sekarang?" tanya Andi sembari ngemil popcorn.
"Eem apa ya? Pada minder kali kalo mo ngedeketin dia.." jawab Bre sambil menyerobot popcorn dari tangan Andi.
"Tepat Bre. Dulu waktu zaman kuliah, Ibu Carissa termasuk bunga kampus. Cantik, anak orang kaya, dan pinter banget otaknya. Bahkan tak jarang Ibu Carissa membego-bego kan temen kuliahnya kalo keliru dalam penyampaian teori masalah tugas kuliah. Dia selalu berusaha tampil sejenius mungkin dengan membaca berbagai macam buku materi kuliah, sehingga kemampuan akademiknya sangat jauh meninggalkan temen-temen kuliahnya. Sampe-sampe julukan Killer itu sudah tersemat semenjak dia kuliah. Hahaha!! Gila!.. Maka dari itu, sampe sekarang ga ada cowok yang berani ngedeketin dia, Bre.." terang Andi sedetail-detailnya.
"Ooo begitu ya? Pantesan Ibu Carissa terlihat begitu angker." imbuh Brian.

Tak terasa perjalanan panjang itu sudah berakhir. Mereka sudah menapakkan kaki di daerah tujuan, dataran tinggi dieng. Pemandangan yang susah ditemukan di kota besar kini tersuguh manis.
Terlihat dikejauhan berupa candi-candi dan pohon jati juga pohon pinus. Hawa yang dingin langsung terasa menyelimuti tubuh-tubuh letih rombongan Bus itu. Bergegas mereka keluar satu per satu dari dalam Bus lengkap dengan barang bawaan masing-masing.
"Maaf Bu, biar saya yang bawa kopornya aja." kata Bre ramah kepada Ibu Carissa.
Dia menoleh kesamping, dan terlihatlah sosok Brian dengan senyum maut yang selama ini banyak membuat para gadis klepek-klepek.
"Terima kasih." ucap Ibu Carissa pelan. Gurat keletihan telah terpahat dengan indah di raut muka yang masih saja terlihat cantik. Kopor itu segera berpindah tangan.
"Uuhh gila jack! Jemari tangan dan kulitnya halus bangeet!" teriak Bre dalam hati, ketika merasakan kalo tangannya baru saja bersentuhan dengan tangan Puteri es.
Mereka berjalan menuju penginapan dirumah ketua desa. Jalan yang mereka lalui sedikit menanjak dengan batu kerikil yang berserakan.

"Pening Bu?" tanya Bre rada ngeper.
"Hmm.. Iya sedikit pening."
"Ntar saya buatkan teh Bu. Teh daerah sini sangat enak dan harum. Ada yang mengatakan bisa juga untuk aroma therapy. Mudah-mudahan bisa menyegarkan Ibu." ujar Bre menawarkan solusi.
Sekilas Bre melihat Karen sedang berjalan dengan Andi dan rombongan yang lain.
Riset itu sekitar seminggu lamanya. Mereka melakukan serangkaian wawancara dengan masyarakat sekitar. Mengumpulkan berbagai data adalah salah satu aktivitas mereka selama disini.
Petang ini Bre berjalan ke pemondokan beriringan dengan Ibu Carissa, setelah mencari data dari rumah ke rumah penduduk setempat.

"Ibu tidak ingin melihat tempat-tempat yang menakjubkan yang dipunyai desa ini?" tanya Bre dengan nafas terengah-engah karena jalan yang dilaluinya memang menanjak.
"Saya capek banget, pengen istirahat."
"Sayang kalau kesempatan ini dilewatkan begitu saja. Di daerah sini ada telaga warna yang airnya berwarna-warni dan sangat bening sampe untuk bercermin pun bisa. Tak jarang banyak burung yang bermain di telaga itu. Wah pokoknya seperti didalam dongeng semuanya tampak sangatlah indah." ujar Bre seraya ber-promosi layaknya duta wisata.
"Nge-gombal mu boleh juga, ga percaya!!"
"Bukan gombal Bu, tapi memang kenyataan. Ada juga candi-candi yang berdiri kokoh dikelilingi rumput nan hijau, hmm.. Sangatlah menakjubkan dan sangat cocok untuk ditempati oleh Dewa-Dewi."
"Wah lumayan keren, tapi sayang tubuhku sangat capek. Ini juga udah kerasa meriang."
"Kalo begitu biar nanti saya carikan obat tradisional."
Mereka tiba ditempat penginapan. Puteri es itu terlihat kepayahan dengan peluh di keningnya.


"Bu Carissa suka pijit ga? Kalo suka, disini ada ibu tua yang pintar mijit."
"Boleh juga idenya."
"Oke Bu, saya carikan yaa.." ujar Bre dan segera berlalu meninggalkan Ibu Carissa.
Dosen killer itu termangu dalam diam.
"Baik juga Brian anaknya." gumamnya.
Ibu Carissa teringat bagaimana Brian penuh perhatian dan banyak membantu keperluan-keperluannya selama riset berlangsung.
"Sangat telaten terhadapku." gumam lirih Sang dosen. Selama bergaul di lingkungan yang dingin itu, kekakuan dan kebengisan Ibu Carissa perlahan-lahan lumer. Puteri es yang ga dingin lagi..
Jam19.00wib Bre menyambangi pondokan Ibu Carissa bersama ibu tua tukang pijat. Bre berdesir melihat Sang dosen hanya mengenakan baju kemben yang membalut tubuh semampainya. Lengan itu terlihat panjang dan mulus. Belahan dadanya mengintip malu-malu membentuk seperti lubang coin dipermainan Time Zone.


"Ehemm! Ehemm!!" Ibu Carissa berdehem dengan sedikit senyuman, untuk membuyarkan tatap mata elang Bre yang nakal, yang sedang menggerayangi sembulan dan belahan payudara montok menggemaskan miliknya.
"Ehh.. Ngg.. I..Inii Bu, Ibu pemijitnya." ucap Bre salah tingkah.
"Oke.. Itu apa yang kau bawa?" tanya Ibu Carissa memperhatikan sesuatu yang sedang dipegang Bre.
"Ooh ini ramuan tradisional Bu. Jahe merah, secang, serei, adas pulowaras, akar-akaran dan gula batu. Ntar direbus kemudian di saring, airnya diminum selagi masih hangat. Dijamin besok Ibu sudah kembali fresh." terang Bre.
"Makasih banyak yaa.."
Ibu Carissa tersenyum manis kearah Bre, kemudian masuk kamar diikuti perempuan paruh baya yang akan memijitnya.
"Senyum kesepuluh ke gue sampai saat ini. Gila! Senyum wanita dewasa itu sungguh memabukkan kalbu." batin Bre sambil berlalu dari kamar Si puteri es yang telah mencair.

Senyum mentari pagi mulai muncul di balik gunung. Senyum yang cerah secerah hati Bre yang mampu melumerkan hati Ibu Carissa. Beberapa mahasiswa tampak masih berkerubut sarung dan merokok untuk melawan hawa dingin yang masih terasa. Terlihat Bre berjalan kearah pondokan dengan handuk yang masih tersampir di pundaknya. Hanya dengan celana kolor Bre tampak segar setelah mandi.
"Mandi dulu Ndi biar seger!! Cemen lu ahh!" teriak Bre ketika melihat Andi masih terbelenggu kain sarung.
Ibu Carissa sedang menikmati hangatnya sinar sang surya ditemani secangkir teh hangat. Wajah cantiknya terlihat berseri.
"Brian!!" seru Ibu Carissa sambil melambaikan tangan kearah Bre.
"Wah ramuanmu semalem bener-bener mujarab. Nafsu makan ku bertambah neh, wah bisa-bisa aku jadi endut kalo berlama-lama disini." kata Sang dosen semangat, sambil melirik dada bidang Bre.
"Hmm.. Dadanya sungguh bagus. Bidang. Otot trisep dan bisep nya pun terbentuk, ditambah perut yang sixpack. Sungguh cowok jantan." gumam dalam hati Ibu Carissa.
"Saya jamin tidak akan endut Bu. Gadis gunung juga biasanya banyak makan tapi mereka berbadan singset karena hawa segar dan mendaki bukit adalah obat kecantikan yang manjur. Semakin lama disini tubuh Ibu akan semakin bagus berlekuk." celoteh Bre.

Ibu Carissa langsung merona malu dengan kata-kata Bre. Tapi dalam hatinya dia sungguh tersanjung.
"Eh jadi kita ke telaga?"
"Kalo Ibu mau, saya sih oke-oke aja."
"Ayo Brian!" kata sang dosen bersemangat.
"Berdua saja? Atau saya panggil yang lain?"
"Ngg.. Iya berdua aja, Brian.."
"Oke deh, saya bersiap dulu ya Bu."
"Oke!"

Ibu Carissa mengenakan baju longgar warna putih untuk menyamarkan sembulan sepasang payudara montok yang dia punya. Tali dan cup Bra berenda warna hitam yang membungkus rapi tonjolan buah sekel itu terlihat samar. Celana panjang pencil bahan kain mencetak batang tungkai kaki nya yang panjang. Tak lupa kacamata minus ¼ bertengger manis di hidungnya yang mancung. Sedangkan Bre memakai kaos oblong dan celana lapangan selutut. Mereka berdua mulai berjalan menembus rumput dan bunga-bunga liar. Sesekali Bre memperhatikan sesuatu yang indah yang sedang berjalan disampingnya.
"Sedikit jauh kita akan berjalan, Bu.."
"It's oke!"

Selama perjalanan menuju telaga, Bre terus berceloteh tentang situs-situs yang ada didaerah sekitar situ. Ibu Carissa menjadi pendengar yang budiman. Cerita Bre sungguh mengasyikkan. Tak terasa mereka sudah sampai tujuan. Bintik-bintik keringat muncul menghiasi ujung hidung Ibu Carissa yang cuping hidungnya terlihat mengembang dan mengempis terengah-engah. Ibu dosen yang cantik itu duduk diatas rerumputan. Didepannya terhampar telaga yang berair warna-warni. 200m dari telaga ada sebuah rumah kayu yang masih terawat tapi tak berpenghuni. Tempat untuk melepas lelah para pemancing.
"Betulkan Bu yang saya bilang.." kata Bre berbisik sambil menunjuk kearah telaga.
Sekelompok burung bangau tampak bermain dipinggir telaga.
"Luar biasa. Sangat memukau.." gumamnya lirih dengan pandangan takjub.
Bre terkekeh. Serombongan burung bangau hinggap di seberang telaga. Salah satu diantara mereka terpeleset ke telaga dan langsung bersuara,
"KHAOK! KHAOOKK!!"
Ibu Carissa tertawa merdu melihat bangau yang terpesok kedalam telaga.

"Tempat ini agak meyakinkan kalo dihubungkan dengan legenda. Banyak orang-orang ke sini untuk memperluhur batin." kata Bre membuka percakapan.
"Kau percaya?"
"Bisa ya atau bisa juga tidak. Soal keyakinan aja.."
"Tapi kan tidak realistis?"
"Banyak yang tidak realistis tapi dipercaya, misalnya soal ramalan astrologi."
"Aah bullshit itu!" sanggah Ibu Carissa.
"Saya pernah belajar ramalan, Bu."
"Ooyaa?"
"Mana telapak tangan Ibu."

Ibu Carissa terlihat gugup ketika telapak tangannya mulai dipegang Bre. Perlahan ditelusurinya gurat tangan Ibu dosen itu. Kening Bre berkerut, kening perempuan cantik itu pun ikut berkerut. Bre terlihat serius terhadap gurat telapak tangan yang dipegangnya. Yang dipikirkannya bukan pada guratan tapi alangkah mulusnya tangan ini. Begitu lembut. Andai di cium pasti pemiliknya menggelinjang geli.

"Bagaimana?"
"Gini.. Berdasarkan gurat tangan, Ibu itu makannya banyak, jutek orangnya tapi cantik parasnya.."
"Hei kurang ajar!"
"Tapi benerkan Bu?"
"Sama juga boong tuuh, namanya. Uuuh!" mulut Ibu Carissa cemberut tapi itu lah awal dari sebuah senyuman. Yaah.. Senyuman mematikan bagi siapa saja yang melihatnya.
Dia menarik tangannya tapi Bre menahan. Angin yang bertiup sepoi menerpa rambut Ibu Carissa sehingga menutup kening. Bre merapikan anak rambut yang nakal itu.

Sang dosen cantik terpana sesaat. Kemudian dengan ragu, tangannya terjulur mengusap pipi Bre yang sedikit berjambang. Mereka bertatapan. Pipi Ibu dosen itu merona merah. Dia juga menggigit bibir dan merunduk malu. Tangan Bre yang menggenggam pergelangan, kini pindah ke jari. Bre meremas jemari itu. Ibu Carissa menatapnya. Debur jantung dosen jelita itu bergemuruh. Ditengah alam yang dibelai angin gunung itu, dia bukanlah seorang dosen. Dia hanyalah seorang wanita yang sedang merasakan debaran jantungnya. Bulu kuduknya meremang ketika terasa belaian di kedua pipi yang turun merayap kearah leher jenjangnya. Dia melirik kearah pemilik tangan nakal itu.

Tatap mata elang Bre membuatnya gemetar. Suasana yang tak pernah dialaminya selama ini. Usapan dan belaian Bre cuma dibalas dengan pejaman mata. Begitu pula ketika Bre mulai mencium dan melumat bibir tipis penuh gairah itu. Lalu perlahan, bibir Ibu Carissa mulai belajar membalas lumatan hangat dari Brian. Permainan lidah kedua insan berbeda status itu sungguh mengasyikkan.
Saling membalur, saling melumat, dan saling men-dansa kan lidah. Ketika sedang asyik bercumbu rayu penuh gairah di dekat telaga, tiba-tiba butiran air jatuh dari langit. Gerimis dan semakin bertambah deras. Spontan mereka berdua berlari bergandengan tangan menuju kesebuah rumah kayu yang berjarak 200m dari tempat mereka memadu nafsu. Buah payudara Ibu Carissa terlihat terlonjak-lonjak naik-turun begitu menggemaskan untuk segera di remas-remas selama berlarian kearah rumah kayu tersebut. Sesampainya didalam, mereka dengan kompak melihat telaga yang tertimpa hujan.

"Tadi begitu cerah sekarang ujan deras.." gumam Ibu Carissa.
"Kemarin begitu judes sekarang begitu menggairahkan.." gumam Bre sambil melirik menggoda sosok jelita disebelahnya.
"Apaan sih.. ii.iiih sebel.." sahut Ibu dosen dengan manja seraya melontarkan cubitan gemas kearah Bre.
Bre pun dengan sigap menangkap tangan yang hendak mencubitnya dan langsung memeluk erat tubuh semampai Sang dosen. Tanpa takut, Cowok ganteng berambut dreadlock itu mulai mencumbu dengan penuh hasrat. Dengan sedikit gerakan dansa, dibawanya Ibu dosen cantik itu memasuki ruangan di dalam rumah kayu.

Bibir mereka saling menempel erat. Membekap dan saling pagut satu sama lain diselingi kuasan lidah yang terlihat menggelora.
"Ummphhfff!!"
Bre juga mencumbu leher jenjang Ibu Carissa. Mengecup, menjilat setiap inci kulit kuning langsat yang begitu lembut dan hangat. Ibu Carissa hanya mampu memejamkan mata sambil mendongakkan kepala keatas. Menikmati dan meresapi rasa nikmat yang mulai menjalar, merasuki setiap syaraf yang ada didalam tubuhnya..
"Ooughh!! Sshhh!"
Desis suara manja dari Ibu Carissa, ketika sepasang payudara ranum yang kencang miliknya mulai dibuai oleh remasan lembut dengan gerakan memutar, meski masih tertutup baju longgar dan terbungkus bra.

"Aauuww!! mmphh! Bre.ee.. Uughh!!"
Lenguhan kembali terdengar ketika gerakan meremas telapak tangan Bre disertai pilinan di puting buah dada Ibu Carissa. Tanpa sadar, tangan Ibu Carissa menjangkau kontie Bre yang sudah tegak didalam celana lapangan yang dipakainya. Diusapnya lembut tapi cepat batang kontie itu naik turun. Diurutnya batang kelakian Bre dengan penuh rasa gemas. Tangan Bre mulai memegang ujung bawah baju Ibu Carissa, sementara lidahnya mulai mengecup bongkahan payudara yang tampak masih kencang itu sehingga baju Ibu Carissa menjadi basah. Sesekali wajah ganteng Bre di uyel-uyelkan diantara dua gundukan besar yang bernama payudara ataupun buah dada itu.

"En.ennaakKhh! Bre.ee!.. uughh!" suara dosen cantik berumur 26tahun terdengar sedikit gelagapan, ketika pantat bulatnya juga teremas oleh telapak tangan Bre.
"Ooughhh!! usapan tangan ib.buuh j.jug..jugaa.ahh enakkhhh!!" sahut Bre sambil menggelinjang merasakan usapan dan kocokan tangan Ibu Carissa di batang kontie nya.
Ibu Carissa mundur beberapa langkah kebelakang. Ditatapnya wajah pejantan dengan kerling mata menggoda. Dengan sedikit liukan erotis, Ibu Carissa mulai memegang bajunya sendiri, dilepaskannya kancing baju itu satu persatu. Bre pun meneguk ludah berkali-kali dengan disertai desiran didada yang begitu kuat.

Pelan-pelan tubuh indah bagian atas Ibu Carissa mulai tersingkap, ketika baju longgar yang di pakainya mulai terbuka lebar dan merosot jatuh ke bawah dan teronggok diatas lantai.
“Uughhh.. Shitt!! mulus bangeet..” gumam Bre dengan tatap mata nanar.
Dia menatap tajam kearah tubuh kuning langsat milik Ibu dosen cantik itu. Terutama ditujukan kearah sepasang payudara yang tampak menyembul dan mencuat indah yang hanya berpenutup Bra berenda warna hitam. Sepasang payudara itu terlihat kencang menawan, size nya terlihat sedikit agak besar ketimbang saat Ibu Carissa masih mengenakan baju. Perut Ibu Carissa yang takut endut itu terlihat ramping dan rata dibalut kulit kuning langsat ala puteri keraton.

“Celananya juga dong Bu.. Yaaa..” rengek Bre menahan gejolak.
Ibu Carissa mengembangkan senyum manisnya mendengar perintah Bre. Dia mulai melepaskan celana panjang lalu dengan perlahan memelorotkannya. Gerakan yang sangat sensual. Sepasang tungkai paha kuning langsat terlihat sungguh berkilau dan padat berisi, menjadi pemandangan yang sangat indah bagi Bre. Batang paha Ibu Carissa begitu proporsional, tidak terlalu besar tapi juga tidak terlalu kecil, membulat indah membentuk pinggul yang aduhai sempurna. Pinggangnya pun sungguh ramping dan sedap dipandang. Bagian selangkangannya membentuk sebuah gundukan yang masih terbungkus celana dalam warna hitam berenda yang sangat kontras dengan warna kulitnya yang kuning langsat.

“Waahh!! Gila! Tubuh yang bener-bener aduhai. Bra sama celana dalamnya juga dilepas dong Buu..” Perintah Bre dengan nada merajuk dan napas yang semakin memburu cepat.
Ibu Carissa terkesiap. Wajah cantiknya mendadak memerah malu. Tapi Ibu Carissa tidak punya pilihan lain, karena ia juga menginginkannya dan sudah terbawa gairahnya sendiri. Dengan malu-malu dan tampak begitu menggemaskan, Ibu dosen yang tadinya begitu judes itu mulai meraih kait Bra di bagian belakang punggung mulusnya lalu pelan-pelan pembungkus sepasang payudara sekel itu merosot dari tempatnya.
Uughh!!! Seketika bongkahan sepasang payudara yang begitu mulus mencuat indah telanjang di depan cowok ganteng itu. Payudara idaman yang begitu membuaikan jiwa dan hati nurani. Bulat padat dan kenyal dengan ujung yang berputing warna merah muda dengan lingkar aerola kecil.

Ibu Carissa secara reflek menutupi payudaranya dengan menangkupkan kedua telapak tangannya. Baru pertama ini dia telanjang dada dihadapan cowok. Tapi Sang DonJuan buru-buru segera melarangnya.
“Jangan ditutupi, Buu.. Bagus banget susu Ibu. Ouughh.. !!” kata Bre sambil tak sadar mengelus batang kontienya sendiri dengan mulut sedikit ternganga.
“Celana dalam Ibu seksi banget, tapi akan lebih seksi jika dilepas juga, hehe..” imbuh Bre sambil terkekeh mesum.
“Nakal juga ternyata kamu yaa..” balas Ibu Carissa seraya memainkan matanya dengan bitchy.

Ibu Carissa tampak senang dengan pujian yang dilontarkan Bre. Dia menurut dan akhirnya memelorotkan celana dalam warna hitam yang masih membungkus erat daging meki nya. Sekarang Ibu Carissa sudah berdiri dengan telanjang bulat tanpa sehelai benang pun di hadapan Bre, satu-satunya yang masih melekat di tubuh seksinya yang wangi hanyalah kalung dengan liontin huruf C, dan women watchnya. Bre, pejantan ganteng itu hanya mampu berdiri mematung seakan tertotok urat nadinya, memelototi tubuh telanjang bulat yang begitu mulus di hadapannya sambil berdecak kagum penuh birahi jalang.

“Amboii!! bukan main mulusnya. Tampak lebih indah dari yang selama ini saya bayangkan, Bu,” Bre menantap liar kearah sepasang payudara Sang dosen yang polos menggantung indah.
Kemudian Bre berjalan mendekati Ibu Carissa, tangan nakalnya mulai melakukan perang gerilya keseluruh bagian tubuh bugil yang tidak tertutup selembar benangpun itu. Tangannya meraba dan merayap pelan ke sekujur tubuhnya. Dengan santai Bre mulai menjamah sepasang bongkahan daging payudara Ibu Carissa dengan lembut dan mulai meremasnya perlahan. Dosen jelita berumur 26tahun itu merasa seperti tersengat listrik, ketika sentuhan tangan kekar itu mengurut payudaranya. Sensasi aneh mulai melanda, mambuat tubuh telanjang bulatnya bergetar, darahnya yang selama ini begitu dingin langsung menggelegak panas. Nafasnya pun sedikit demi sedikit mamburu tidak teratur.

Bre mulai mencumbu payudara yang indah menggelantung didada seorang dosen wanita cantik yang seharusnya dia hormati. Lidahnya menyapu telak puting kemerahan yang sudah mengeras itu. Ibu Carissa hanya mampu mendongak dan mendesah merasakan sentuhan lembut bibir Bre pada kedua payudaranya. Dia menggialkan tubuh dengan sensual ketika mendapat serangan itu. Sambil bibirnya terus mengulum dan memagut bibir tipis Ibu Carissa, tangan Bre juga ikutan memilin puting payudara yang terus menggodanya itu dengan gerakan sedikit lebih keras. Belaian lembut dan cumbuan Bre pada kedua bongkah payudara Ibu Carissa membuat sensasi tersendiri di dalam tubuh dosen muda itu. Semakin menggelora dan membuatnya mendesah dengan nafas tersengal.

Tiba-tiba Bre memagut bibir dosennya itu dan melumatnya dengan penuh nafsu. Ibu Carissa tersentak kaget, dia langsung berusaha membalas dan meng-counter ciuman Bre.
“Mmmphhh!!!.. Ssshhhh!!”
Ibu Carissa sempat berontak selama beberapa saat karena kehabisan nafas. Namun ciuman dan belaian tangan nakal Bre pada daerah sensitifnya langsung membuat dirinya seolah lemas tidak bertenaga. Tubuh indah semampai yang mulai licin berpeluh itu mulai dikuasai oleh nafsu syahwat, sehingga membuatnya terombang-ambing diatas awan gairah. Baru kali ini Ibu Carissa melakukannya dan langsung merasakan kenikmatan yang menggelora, hingga menggodanya untuk meneruskan lebih jauh.

Rangsangan dari dalam tubuh dan jiwanya membuat Ibu Carissa menyambut ciuman Bre dengan semangat nafsu yang membara. Lidah keduanya bertemu, saling jilat dan saling membelit satu sama lain. Sementara itu, tangan Bre tanpa jemu terus meremas dan memilin lembut daging payudara dan puting mungil Ibu Carissa, Ibu Carissa sendiri pun sudah mulai berani mengelus juga mengusap punggung Bre. Dorongan nafsu birahinya yang menggelegak telah berkobar-kobar, membuatnya diam dan pasrah saat cowok berambut dreadlock itu mulai membimbing dan membaringkannya di atas dipan rumah kayu dipinggir telaga. Dengan berhati-hati seakan takut Ibu Carissa akan berontak, perlahan belaian dan cumbuan Bre meluncur turun menyusur dan merayapi perut Ibu Carissa yang licin dan rata, sampai pada akhirnya wajah ganteng Bre membenam dan tenggelam di selangkangan dosen cantik itu sehingga membuat Ibu Carissa melenguh keenakan. Meki yang masih tampak begitu rapat dan terawat. Celah lipatan bibirnya saling menghimpit menandakan begitu peretnya meki Ibu Carissa. Atau bahkan masih perawan??

“Mmpphh!! .. ngghh.. Udah Bre.. Sshhh!!.. Udah, ntar ad..adaa yang liat!!” desah nya merasakan kedua putting imut kemerahannya semakin mengeras dan mengacung.
“Tenang saja Bu, dijamin aman kok, rumah kayu ini jauh dari pemukiman, so kita bisa ber hip-hip hura sejenak..” Bre berujar lembut sembari menatap wajah jelita Sang dosen yang sedang terkungkung oleh nafsu. Ditambah cuaca dan suasana yang sangat mendukung untuk melakukan perbuatan yang paling disukai banyak orang itu. Bre kembali menenggelamkan wajahnya pada kemaluan Ibu Carissa dan dengan rakus menjilati meki nya. Tangan kiri Bre yang nganggur juga turut mengelus batang paha dan pantatnya, bahkan terkadang jarinya begitu usil menyusup ke pantat dan memainkan lubang sunhole Ibu Carissa dengan gerakan mengusap dan mencucuk-cucukkan kuku jarinya.

“Aauuhhh Bre!!.. aakhh!!.. mmphhfff!!”
Ibu Carissa mendesah antara menolak dan menikmati setiap lidah hangat Bre yang menelusuri gundukan bukit kemaluannya yang begitu mengoda untuk segera dicelup kontie. Tanpa disadari, tungkai kakinya yang panjang malah melebar sehingga memberi keleluasaan Bre untuk melahapnya.
Tubuh telanjang bulat Ibu Carissa seperti kesetrum, ketika lidah Bre yang basah dan hangat membelah bibir meki, memasuki liangnya serta menarikan tarian Tango di dalamnya. Ibu Carissa semakin tak kuasa menahan gelombang kenikmatan itu, dia bergerak liar, nakal, dan brutal akibat jilatan maut cowok flamboyan sehingga Bre pun harus memegangi kedua belah batang paha mulus Ibu Carissa.
“Bree.. Aakhhh!!.. Ooughhh!!” lenguh nya dengan tubuh gemetar merasakan ujung lidah Bre yang sedang memainkan clitorisnya.
Ibu Carissa menjerit kecil setiap kali ujung lidah Bre menyenggol clitorisnya, sementara tangan yang satunya bermain-main meremas dan meneplok-neplok pantat bulat Ibu Carissa.


Tubuh bugil Ibu Carissa sudah basah oleh peluh, sekuat tenaga dia berusaha mencoba menahan desakan gairah liar dari dalam tubuhnya yang semakin lama semakin menguat sampai membuat wajah jelitanya merah. Setelah bertahan mati-matian, akhirnya Sang dosen cantik menyerah, tubuhnya menggelinjang dahsyat dan tanpa sadar dia juga ikut mendorongkan meki peretnya itu kearah wajah Bre dan menggerakkannya maju mundur dengan menghentak-hentak. Ibu Carissa tidak mampu bertahan lagi oleh serangan yang dilancarkan Bre dengan membabi-buta. Tubuhnya berkelojotan dan mulai menegang.
“Oouugghhh!!!.. Aaakhhh!!!”

Ibu Carissa mengerang seperti binatang yang akan disembelih. Seketika itu pula cairan meki muncrat keluar membasahi wajah ganteng Bre. Ibu Carissa mengalami orgasme untuk pertama kali, dan kemudian tubuh seksinya yang bersimpah peluh itu melemas di atas dipan. Ketika Ibu Carissa memandang kearah atas, terlihat wajah Bre yang sedang menatapnya dengan pandangan takjub, seulas senyum terlihat pada bibirnya, senyum kebahagiaan karena telah berhasil memberikan yang terbaik kepada Ibu dosennya yang cantik itu.

“Pinter banget kamu, Bre. Udah pengalaman yaa??” tanya Ibu Carissa dengan nafas masih terengah-engah.
“Ga juga kok Bu. Belajar dari film dan naluri aja, hehe..” jawab Bre dengan tergelak.
Setelah sejenak melepas lelah, Bre mulai melepas kaos dan celana lapangannya sampai bertelanjang bulat di depan Ibu Carissa. Ibu Carissa terpana melihat sekilas kontie mahasiswanya yang cukup besar sudah mencuat siap untuk menembus meki dan menyetubuhinya. Sekarang Bre merangkak ke atas tubuh mulus Ibu Carissa dan mengatur posisi kakinya sehingga terkuak mengangkang membentuk huruf M. Kini di atas dipan reot sudah ada dua insan bertubuh telanjang, berlainan jenis dan telah siap untuk melakukan persenggamaan. Dosen muda itu terbaring pasrah tak berdaya. Tubuh yang langsing, kulit kuning langsat mulus dan wajah cantik rupawan sudah siap saji menjadi menu makan siang Bre. Sedangkan si cowok yang sekarang diatas tubuhnya, dan telah siap menggagahinya adalah seorang cowok idola kampus yang digandrungi banyak cewek. Ganteng, pintar, dan segudang kelebihan yang dimilikinya. Cocok bukan??

Bre perlahan menindih tubuh bugil Ibu Carissa, membuat dosen muda itu merasakan dadanya sedikit sesak. Dengan perlahan, Bre memajukan pinggulnya sehingga membuat ujung kepala kontie menempel dan menyeruak maju menerobos celah lipatan bibir meki Ibu Carissa. Ibu Carissa langsung memekik sakit ketika kepala kontie Bre yang besar mulai membuka bibir mekinya. Bre tidak pakai caps, Ibu Carissa sedikit merasa takut dirinya akan hamil akibat di eM eL in mahasiswanya, meski begitu dia hanya bisa pasrah.

“Aduuhhh!.. pelan Bre.. Auuwwhhh!!! Punya kamu besar bangetsshhh!!” Ibu Carissa merintih merasakan perih di selangkangannya.
“Maaf, Bu. Punya Ibu juga sempit banget. Nnggg, Apa Ibu masih.............” Bre menggantung pertanyaannya.
Ibu Carissa hanya mengangguk pelan dan tersenyum.
“It’s oke Kid, no problemo..!” ujar Ibu dosen.
Bre tercengang setelah tahu bahwasanya dosen cantik ini ternyata masih Virgin.
“How Lucky I’m..“ batin Bre dalam hati senang bukan main. Duren kedua Setelah Karen.
“Tahan sebentar yaa, nanti juga nikmat kok Bu..” kata Bre lembut sambil terus berusaha memasukkan kontienya lebih dalam.
“Iiiyaaa..” sahut Ibu Carissa.

Setelah beberapa kali menarik dan mendorong, akhirnya masuklah kontie Bre seutuhnya ke dalam mekie peret Ibu Carissa. Saat itu lah airmata Ibu Carissa meleleh merasakan sakit pada meki lengkap dengan selaput lambang kesucian seorang gadis yang baru saja ia serahkan kepada mahasiswanya.
“Huughhh!.. Akhirnya berhasil. Memek perawan Carissa seret banget, Bre suka yang legit kaya gini. Memek Carissa memang kualitas nomor wahid..” ujar Bre yang memanggil tanpa embel-embel Ibu, dan sedikit rada vulgar untuk memancing gairah Ibu Carissa biar semakin tinggi.
Bre pun sudah mulai menggoyangkan pinggulnya. Gerakannya perlahan, tapi makin lama kecepatannya semakin bertambah. Ibu Carissa sudah tidak kuasa untuk menahan erangan setiap kali batang kontie Bre mencelup didalam mekinya.

Gesekan demi gesekan yang timbul antar kulit kelamin mereka menimbulkan rasa nikmat yang menjalar ke seluruh tubuh Ibu Carissa sehingga matanya merem melek dan mulutnya megap-megap mengeluarkan rintihan manja. Dan menit demi menit berlalu, Bre masih bersemangat menggenjotkan kontie nya kedalam kehangatan meki Ibu Carissa. Sementara itu, Ibu Carissa sendiri sudah nampak hanyut menikmati aliran sungai kenikmatan yang diciptakan Bre. Ketika memandang ke depan, dilihatnya wajah ganteng itu sedang menatap paras cantiknya dengan penuh pesona. Seulas senyum terlihat mengembang pada bibirnya. Bre mengenyot dan mengelomoh buah payudara Ibu Carissa sambil terus menggoyangkan pinggulnya. Kedua tangannya segera meraih sepasang gunung kembar itu, mulutnya lalu mencium dan mengisap puting mungil kemerahan secara bergantian. Ibu Carissa memeluk mesra Bre, mereka berciuman dengan begitu hot tapi romantis.

Bre memacu tubuh telanjang Ibu Carissa yang sekarang sudah mengkilap oleh keringat, tapi tidak menunjukkan akan selesai, sampai pada akhirnya setelah 18 menit, tubuh mulus Ibu Carissa mengejang keras.Kaki yang panjang menghentak-hentak, tangannya memeluk erat kedua bahu Bre, mata bening yang masih mengenakan kacamata terpejam erat dan mulutnya sedikit menganga menandakan semakin mendekati orgasme.
“Ooouughhhh!!!! Breeee..ee!! Akuu.uu keluaa.aarrrr!!!! ” teriak Ibu Carissa histeris.
Dosen cantik itu mengalami puncak orgasme yang sangat tinggi, kedua tungkai pahanya yang berkulit lembut dirapatkan, tubuh semampainya mengelojot untuk beberapa kali. Sungguh dahsyat hantaman badai gelombang orgasme yang didapatnya. Tapi Bre masih perkasa, daya tahannya sangat kuat seperti battrey alkaline. Kali ini dia mengajak Ibu Carissa untuk berdiri kemudian menunggingkan pantat buletnya, sementara kedua tangan Ibu Carissa berpegangan pada dipan reot.

Bre melebarkan kedua paha yang padat berisi punya Ibu Carissa dan mulai memegang kedua bongkahan pantat bulat yang nungging itu kemudian menguakkannya lebar-lebar dan menjilat lubang sunhole Ibu Carissa yang begitu imut. Terlihat bercak darah perawan didaerah sekitar bibir meki.
“Aaaakkhhhh!!! Bree..eeee.. mmpphhhffff!!!” rintihan Ibu Carissa terdengar nyaring, rupanya Bre mulai mencelupkan batang kontienya yang besar ke dalam liang peret meki Ibu Carissa.
“Aaakkhh!!.. heeghhh!” pekik Ibu Carissa ketika perlahan namun pasti kontie berotot Bre mulai memasuki inci demi inci ke dalam liang meki perawan itu.
“Uugghhhh!! Gila! masih kerasa seret aja neeh!” kata Bre ketika merasakan batang kontie nya sudah masuk terbenam seutuhnya ke dalam lubang meki Ibu Carissa.

Kemudian, cowok berparas ganteng itu mendorong pelan tubuh telanjang Ibu Carissa untuk lebih ke bawah, dengan kedua tangan Sang dosen menekan dipan. Jadi, posisi Ibu Carissa pun semakin nungging, kepalanya tertunduk dan di lubang meki perawannya terbenam utuh lonjoran kontie Bre yang besar.
“Aaaggh!.. aaggghhh!!.. Ouughh yyeesshhh!! En.ennaak baanghh.ngeetsshhh!!!” pekik Ibu Carissa ketika Bre mulai menarik kontienya pelan dari lubang meki Ibu Carissa sampai tinggal helm kontie Bre yang masih tercelup di dalam meki legit Ibu Carissa.
“Aaakhhh!! Uughh!!.. Sshhhh!” jerit dan lenguh Ibu dosen cantik dengan keras ketika secara tiba-tiba Bre memasukkan kembali seluruh batang kontienya ke dalam meki sempitnya.
Kegiatan tersebut dilakukan Bre berulang-ulang. Bre menarik perlahan kontienya dari meki Ibu Carissa dan kemudian kembali memasukannya dengan cepat. Alat kelamin saling bergesekan. Sungguh nikmat rasanya.

Setiap kali Bre menarik kontienya dari meki Ibu Carissa, terdengar jerit manja dari mulut berbibir tipisnya itu dan setiap kali Bre menusukkan kontienya dengan menghentak maka terdengarlah jeritan keras dari Ibu Carissa. Kepalanya terdongak ke atas dan kedua tungkai kakinya sedikit berjinjit karena dorongan tubuh Bre dari belakang. Sang DonJuan itu kemudian memegang pinggul bahenol Ibu Carissa dan mulai mempercepat tusukan dan kocokan kontienya pada meki dosen muda itu.
“Aaaghh!.. Uugghhh!!.. mmpphhhff!!.. Aaaggghhh!.. Yee..eesshhh!!! ” terdengar lenguh, desah dan pekik penuh nikmat Ibu Carissa disertai dengan napas yang menderu dan terengah-engah. Tubuh bugil yang berkulit kuning langsat lembut dan mulus itu terguncang maju mundur, sepasang bongkahan daging mulus payudaranya bergoyang cepat beriringan. Kepalanya terdongak ke atas, bibir tipisnya mengatup rapat menahan sensasi nikmat yang terus mem-bombardir celah mekinya.

“Oougghhh!!.. Aaakhhhh!!!.. Ummphhfff!! ” lenguh dosen jelita itu terdengar manja, merasakan kenikmatan yang luar biasa, yang disuguhkan oleh batang kontie Bre yang perkasa. Meki Ibu Carissa yang liciinnn tiada berbulu itu terlihat mengkilap, cairan kewanitaannya membanjir dan berbusa akibat meki yang terojok kontie Bre yang tiada henti membelahnya. Cairan madu itu kemudian meleleh ke kedua paha bagian dalam yang padat berisi.

Berpuluh menit digarap oleh cowok ganteng mahasiswanya, ditambah orgasme yang datang berulang membuat Ibu Carissa dimabukkan oleh rasa nikmat yang baru pertama kali ini dia rasakan. Matanya sayu menggoda, ceracauan terus keluar dari bibir tipis dosen muda itu. Gerakan tubuh seksinya menjadi tidak terkendali.. Ohh Shitt!! betapa Ibu Carissa sangat menikmati hubungan seks dengan mahasiswa yang tadinya begitu ia benci. Bre kembali merebahkan Ibu Carissa di atas dipan dan langsung menindih sambil memompakan batang kontienya dengan cepat keluar masuk kedalam meki yang baru aja Bre perawanin.

“Aaakkhhh!!.. Ooughhh Bre.eee!! punyaa kk.kamuu.. nikkmatt seehh..sehkaliihhh!!!!.. Aaagghhhh!!!” ceracau dan rengek Ibu Carissa sambil menggelinjang dan kedua tangannya memeluk erat tubuh tegap Bre yang juga berpeluh.
“Meehh.meekii Carissaahhh.. perrr.rreettt bang.nggeetsshhh!!! Uummpphhff!!!” sahut Bre merasakan betapa dahsyat kenikmatan yang membalur kulit batang kontienya.

Bibir meki Ibu Carissa basah banget, tapi didalamnya tetep kesat. Bener-bener meki kelas wahid. Bre semakin semangat memompa meki Sang dosen. Tungkai kaki Ibu Carissa yang jenjang dan mulus terangkat ke atas dan melingkar mesra di pinggang Bre yang masih tampak bergerak naik turun memompa meki nan legit dari dosen muda itu. “Sssshhhh!!!! Uummphhff!! Aaaagghhh!!!” Ibu Carissa mulai berkicau dengan mata tertutup dan tangannya semakin erat memeluk Bre. Tiba-tiba tubuh Ibu Carissa mengejang dan berkelojotan, kedua batang kakinya semakin dirapatkan menjepit pinggang Bre, tubuh seksi yang beraroma wangi itu terangkat tinggi. Saat itulah Sang dosen muda yang cantik bernama Carissa Adel Gayatri kembali menggapai puncak gunung orgasme.

“Aaaaagghhhh!!!!!!! Ooouugghhh!!!!” Ibu Carissa menjerit keras melepaskan semua gejolak birahi yang sedari tadi membelenggu dirinya. Tubuhnya menggelepar, dia memeluk tubuh Bre dengan erat seolah tidak akan pernah dilepaskan. Dan pada saat yang hampir bersamaan, Bre pun tidak tahan lagi. Dia tak sanggup lagi untuk bertahan. Erangannya bagai seekor banteng yang terluka dalam permainan matador. Bre melepaskan badai orgasmenya. Semburan spermanya yang berkandungan Zigot itu begitu banyak dan kental tersuntik kedalam rahim Ibu Carissa. Pejantan ganteng itu akhirnya roboh juga, menindih tubuh semampai sumber kenikmatan yang baru saja di kailnya. Karena penat, Bre bergeser ke samping dosen cantik yang telah diperawaninya, dan tertidur. Ada gurat kepuasan di wajah gantengnya setelah berhasil merasakan bagaimana nikmatnya meki perawan seorang dosen yang berparas jelita. Ibu Carissa pun tersenyum puas setelah dibuat orgasme berkali-kali oleh keperkasaan kontie Bre. Hujan telah reda beberapa saat setelah dua sejoli itu telah merampungkan prosesi persetubuhan.

“Hebat banget kamu..” ucap Ibu Carissa seraya bangun dan mengenakan pakaiannya yang teronggok diatas lantai rumah kayu
“Gapapa deh diperawanin sama cowok yang di gilai oleh cewek-cewek kampus. Lagian itunya kamu kuat banget Bre, hehehe..” lanjut Ibu Carissa seraya terkekeh.
“Carissa juga hebat. Lenguhan, desahan, dan gelinjangan nya sungguh sangatlah seksi. Makasih udah diberi perawan yang legit, hehe..” ucap Bre sambil membungkukkan badan memberi hormat.
“Eeh manggilnya dah ga pake Ibu. Jangan kurang ajar yaa..” sahut Ibu Carissa melotot lucu.
“Hahahaha!!” Bre tertawa geli melihat mimik wajah Ibu Carissa.
“Ya udah, pulang yuuk..”
Mereka pun keluar dari rumah kayu dengan wajah ceria. Rumah kayu yang menjadi saksi bisu penyerahan keperawanan Ibu Carissa kepada Brian. Mereka berjalan bergandengan tangan dan mengayun-ayunkannya.

“Tau kalo Ibu Carissa baik kaya gini kok ga dari dulu-dulu yaa?”
“Tau Brian baik kok ga juga dari dulu-dulu yaa?”
“Kenapa sih Ibu kok judes banget? Kaya nya benci banget sama saya?” tanya Bre sambil memalingkan muka kearah Ibu dosen yang cantik.
“Kesalahanmu sebesar gunung dan sedalam lautan..” jawab Ibu Carissa yang baru aja diperawanin Bre dengan santai.
“Emang salah saya apa sih Bu?” tanya Bre heran.
“Kamu inget ga pas pertama kali aku ngasih kuliah dikelas kamu?”
“Hmm, apa yaa? Ooh iyaa.. Ibu pake rok sejengkal diatas lutut, betis Ibu mulus banget.
“Kurang ajar kamu! Jadi kamu melototin betis ku yaa?” sahut Ibu Carissa seraya menonjok pundak pemuda gagah itu.
“Waktu itu kamu tanya tentang teori Sigmund Freud yang mengatakan bahwa perilaku seks akan mempengaruhi tindakan seseorang..” imbuh dosen muda itu.
“Lhah, terus hubungannya apa dong?” Bre tampak bingung dan menggaruk-garuk kepalanya.
“Karena kamu nyindir aku. Kamu tau kan kalo aku masih single, dan belum punya pacar? Dan kamu sendiri aku perhatiin sering gonta-ganti pacar, makanya semenjak itu aku benci kamu..”
“Wah diem-diem Ibu perhatian banget yaa sama saya, hehehe.. jadi gE-eR neeh..”

Ibu Carissa Adel Gayatri merona merah tampak malu dengan kata-katanya sendiri.
“Sejujurnya cowok kaya kamu adalah dambaan ku ketika waktu kuliah dulu. Namun sayang nya dia hadir di masa sekarang dan tak mungkin aku kembali ke masa lalu. Andai aja ada Batu Pemutar Waktu kaya cerita Wiro Sableng..”
“Hah!! Ibu juga suka cerita silat itu yaa?? Hahahaha!!” Bre merasa kaget, senang, dan terharu mendengar pengakuan Sang dosen kalau dirinya adalah cowok dambaan Ibu Carissa.
Mereka melewati sebuah bukit. Tiba-tiba pendengaran mereka berdua menangkap suara yang mencurigakan yang berasal dari semak-semak rumput gajah yang tinggi.

“Ssstt!! Ibu mendengar sesuatu??”
Ibu Carissa mengeritkan kening dan mencoba menajamkan pendengarannya.
“Iyaa Bre, ada suara-suara aneh gitu deeh..”
“Ayo kita cari, Bu..” ajak Bre sambil menggandeng tangan Ibu Carissa dan berjalan kearah semak-semak rumput gajah.
Ketika Bre menyibakkan semak-semak itu.. Wattauw!!! Di lihatnya Andi sedang memagut bibir seksi Karen. Kedua tangannya juga tampak sibuk meremas payudara sekel milik Karen yang sudah menyembul keluar dari bungkusnya. Kaos Karen terangkat sampai leher. Sedang kedua tangan Karen melingkar mesra di leher Andi.
Bre terbelalak, demikian juga dengan Ibu Carissa.
“Karen!.. Andi!” kata Bre dan Ibu Carissa bersamaan.
“Bre.. Ibu Carissa..” kata Karen dan Andi bersamaan pula.
Mereka saling pandang dan terkejut. Andi segera melepas telapak tangannya yang masih asyik meremasi payudara mulus Karen. Karen pun juga langsung membenahi pakaiannya yang tampak awut-awutan. Bre langsung mengajak Ibu Carissa cabut dari tempat Karen dan Andi memadu kasih. Pengkhianatan telah terjadi. Andi menusuk Bre dari belakang.
“Bree!!!.. Tunggu!!” teriak Karen dan Andi bersamaan.

Agen Bola - Bandar Taruhan - Bandar Bola - Taruhan Bola -
Share this article :

0 comments:

Post a Comment

Join Us on Facebook

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. hotceritasex - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger